Anda di halaman 1dari 41

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kosmetik

2.1.1 Pengertian Kosmetik

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,

pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga

kesehatan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa produk kosmetik sangat diperlukan

oleh manusia, baik laki-laki maupun perempuan sejak lahir maupun sampai

meninggal dunia ini. Produk-produk itu dipakai secara berulangsetiap hari dan

diseluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki, sehingga diperlukan

persyaratan aman untuk dipakai. Saat ini jenis kosmetika yang banyak digunakan

masyarakat khususnya para wanita adalah produk handbody lotion whitening dan

bleaching cream yang lebih dikenal sebagai lotion pelembut kulit krim pemutih yang

membuat kulit menjadi lebih cerah dan terlihat lebih putih (Djajadisastra, 2013).

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan

yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri, dahulu diramu dari bahan-

bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetik tidak hanya

dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan

(Wasitaatmadja, 2011).

Kosmetik saat ini sudah menjadi kebutuhan penting bagi manusia. Kosmetik

tidak hanya digunakan untuk fungsi estetika, akan tetapi berperan dalam

8
penyembuhan dan perawatan kulit. Meski bukan merupakan kebutuhan primer,

namun kosmetika merupakan salah satu produk yang digunakan rutin dan terus-

menerus oleh masyarakat. Oleh karena itu keamanan kosmetik dari bahan-bahan

berbahaya perlu diperhatikan, kosmetika merupakan produk yang diformulasi dari

berbagai bahan-bahan aktif dan bahan-bahan kimia yang akan bereaksi ketika

diaplikasikan pada jaringan kulit (Muliyawan dan Suariana, 2013:2).

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung

tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar yang terdiri dari dua

tipe krim, yaitu: krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A), yang dimana

untuk membuatnya digunakan zat pengemulsi yang umumnya berupa surfaktan-

surfaktan anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2010).

Menurut Syamsuni (2006) mengatakan bahwa krim (cremore) adalah bentuk

sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan

obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung

air tidak kurang dari 60%. Krim ada dua tipe, yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A)

dan tipe air dalam minyak (A/M), dimana krim yang dapat dicuci dengan air (M/A)

ditujukan untuk penggunaan kosmetik dan estetika, selain itu juga krim dapat

digunakan untuk pemberian obat melalui vagina.

Standar krim pemutih kulit berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia)

Nomor 16-4954-1998 tentang krim pemutih kulit. Dimana pembuatan standar ini

berdasarkan PerMenKes No.96/MenKes/Per/V/1997 tentang wadah pembungkus,

penandaan dan periklanan, SNI 19-0429-1989 petunjuk pengambilan contoh cairan

9
dan semi padat, PerMenKes No.376/MenKes/Per/VIII/1990 tentang bahan, zat

warna, zat pengawet dan sediaan tabir surya pada kosmetik, Ditjen POM No:

HK.00.06.4.02894 tentang persyaratan cemaran mikroba pada kosmetik, SNI

160212-1995/Revisi 1987 Farmakope Indonesia Edisi IV, dan SNI 16-0218-1997

Kodeks Kosmetik Indonesia, Edisi II Volume I dan II (SNI, 1998).

Definisi krim pemutih kulit adalah sediaan kosmetik yang berbentuk krim

merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya yang digunakan untuk

memucatkan noda hitam/coklat pada kulit (SNI, 1998).

2.1.2 Penggolongan Kosmetik

Kosmetik yang beredar dipasaran sekarang ini dibuat dengan berbagai jenis

bahan dasar dan cara pengolahannya. Menurut bahan yang digunakan dan cara

pengolahannya, kosmetik dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan besar yaitu

kosmetik tradisonal dan kosmetik modern (Retno, 2012).

1. Kosmetik Tradisional

Kosmetika tradisional adalah kosmetika alamiah atau kosmetika asli yang

dapat dibuat sendiri langsung dari bahan-bahan segar atau yang telah

dikeringkan, buah-buahan dan tanam-tanaman. Cara tradisional ini

merupakan kebiasaan atau tradisi yang diwariskan turun-temurun dan

leluhur atau nenek moyang sejak dulu (Retno, 2012).

10
2. Kosmetik Modern

Kosemetik modern adalah kosmetik yang diproduksi secara pabrik

(laboratorium), dimana telah dicampur dengan zat-zat kimia untuk

mengawetkan kosmetika tersebut agar tahan lama, sehingga tidak cepat

rusak (Retno, 2012).

Selain berdasarkan bahan yang digunakan dan cara pengolahannya, kosmetika juga

dapat digolongkan berdasarkan kegunaannya bagi kulit, yaitu:

1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun, susu

pembersih wajah,dan penyegar kulit (fresh ner).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisteriser), misalnya mouisterizer

cream, night cream.

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen

foundation, sun block cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipis atau mengelupas kult (peeling), misalnya scrub

cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai

pengampelas (abrasive).

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make up)

Jenis ini berfungsi untuk merias atau menutup cacat pada kulit sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan peran

zat pewarna dan pewangi sangat besar (Retno, 2012).

11
Dengan penggolongan yang sangat sederhana ini, setiap jenis kosmetika akan dapat

dikenal kegunaannya dan akan menjadi bahan acuan bagi konsumen di dalam

bidang kosmetologi. Penggolongan ini juga dapat menampung setiap jenis sediaan

kosmetika (bedak, cairan, krim, pasta, semprotan, dan lainnya) dan setiap tempat

pemakaian kosmetika (kulit, mata, kuku, rambut, seluruh badan, alat kelamin, dan

lainnya (Iswari, 2007).

2.1.3 Tujuan Penggunaan Kosmetik

Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak bias dianggap

sebelah mata lagi. Dan sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan adanya kosmetik

yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan keunikan kemasan serta

keunggulan dalam memberikan fungsi bagi konsumen menuntut industri kosmetik

untuk semakin terpicu mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup

peruntukkannya dari kosmetik itu sendiri namunjuga kepraktisannya didalam

penggunaannya (Djajadisastra, 2015).

Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk

kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa

percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dari sinar ultraviolet, polusi dan

faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu

seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Djajadisastra, 2015).

Seseorang yang menggunakan produk kosmetik tentulah karena adanya

daya tarik kosmetik yang dibelinya tersebut, misalnya ketertarikan fungsi dari

kosmetik tersebut, kepraktisan dari pemakaian, dan dampak yang ditimbulkan oleh

12
pemakaian kosmetik itu. Konsumen haruslah selektif dalam memilih produk

kosmetik sehingga dampak negatif dari pemakaian kosmetik seperti kulit wajah

menjadi kusam, pucat, kering, pecah-pecah, dan dampak lain dapat dihindari

(Djajadisastra, 2015).

2.1.4 Bleaching Cream (Krim Pemutih)

Krim pemutih (bleaching cream) dimaksudkan untuk tujuan memutihkan kulit

dan terkadang digunakan pula untuk memutihkan daerah yang terkena sinar

matahari, ataupun sebagai perawatan dari bintik-bintik hitam dikulit. Menurut

definisi medis, krim pemutih (bleaching cream) dapat menghambat pembentukan

melanin sehingga kulit akan tampak lebih cerah, bersih dan segar. Krim pemutih

(bleaching cream) ini umumnya menggunakan bahan aktif yang dapat mengurangi

melanin. Seseorang yang berkulit gelap memiliki melanin yang lebih banyak

dibandingkan dengan seseorang yang memiliki kulit kuning kecoklatan. Melanin ini

berfungsi membuat kulit menjadi bewarna coklat. Jadi jika dalam proses ini ada

yang dihambat, misalnya enzim atau mineralnya maka melanin tidak akan

terbentuk. Atas dasar inilah berbagai bahan aktif pemutih bekerja mengurangi sel

melanosit yang memproduksi melanin (Wisesa, 2014).

Bahan aktif pemutih yang digunakan antara lain vitamin B3, sari daun murbei,

provitamin B3, dan sari bengkoang. Namun saat ini banyak dijumpai kosmetika yang

menggunakan merkuri sebagai bahan aktif pemutih, karena merkuri dapat

membuat warna kulit menjadi lebih cepat putih dibandingkan dengan bahan aktif

pemutih yang alami. Waktu yang dibutuhkan dalam proses ini mencapai 2-4 minggu,

13
tergantung dari zat yang dipakai. Yang pasti jika kulit sudah putih pemakaian harus

terus menerus menggunakan krim pemutih tersebut, sebab kalau penggunaannya

dihentikan maka kulit akan kembali seperti semula (Wisesa, 2014).

Adapun kandungan zat yang biasanya ada di dalam komposisi cream

bleaching antara lain yaitu seperti air yang berfungsi agar cream bleaching menjadi

bahan yang lembut dan mudah diserap oleh kulit, serta bahan kimia lain seperti

squalane, butylene glycol, cyclopentasiloxane, magnesium ascorbyl phosphate,

biosaccharide gum-1, behenyl alcohol, caprylic/capric, triglyceride, ethylhexyl

palmitate, macadamia ternifolia seed oil, peg-100 hydrogenated castor oil, aloe

barbadensis leaf juice, citronellol, hydroxylsohexyl 3-cyclohexene carboxaldehyde,

hexyl cinnamal, perilla ocymoides leaf extract yang pada umumnya fungsi bahan

kimia tersebut ialah untuk menekan produksi melanin yang merupakan pigmen

warna gelap pada kulit, dan bahan anti sinar UV baik UV A maupun UV B yang

berfungsi untuk melindungi kulit dari cahaya matahari langsung yang juga

menyebabkan warna kulit menjadi gelap, serta multivitamin yang berfungsi untuk

menutrisi dan menjaga kelembaban kulit (Retno, 2012).

2.1.5 Dampak Krim Pemutih Terhadap Kulit

Produk pemutih adalah salah satu jenis produk kosmetika yang mengandung

bahan aktif yang dapat menekan atau menghambat pembentukan melanin atau

menghilangkan melanin yang sudah terbentuk sehingga akan memberikan warna

kulit yang lebih putih. Keinginan seseorang untuk bias tampil cantik dan memiliki

kulit yang putih bersih telah membuat orang konsumtif (Marliyantina, 2012).

14
Dampak positif yang dapat diperoleh dari pemakaian kosmetik krim pemutih

diantaranya kulit menjadi segar dan cerah. Keterbatasan pengetahuan tentang

berbagai produk kosmetik pemutih membuat pemakai tidak tahu dampak negatif

yang timbul jika tidak berhati-hati. Kesalahan yang dilakukan dapat menyebabkan

gangguan terhadap kesehatan kulit. Penggunaan kosmetik, khususnya pemutih

secara berlebihan dapat membahayakan kesehatan kulit. Kosmetik krim pemutih

biasanya mengandung zat aktif pemutih seperti hidrokuinon dan merkuri

(Marliyantina, 2012).

Pemakaian merkuri pada krim pemutih meski dapat menjadikan kulit

tampak putih mulus, lama-kelamaan akan mengendap didalam kulit. Pemakaian

bertahun-tahun akan menyebabkan biru kehitaman dan memicu timbulnya kanker

kulit. Kurangnya pengetahuan dan informasi yang bias didapatkan oleh pengguna

kosmetik pemutih dapat menyebabkan seseorang melakukan kesalahan dalam

memilih kosmetik. Pada mulanya adalah keinginan untuk membuat kulit menjadi

putih dan cantik tetapi hasil yang didapatkan malah sebaliknya. Tidak jarang

pengguna kosmetik pemutih mengeluh karena kulitnya merah meradang setelah

menggunakan kosmetik pemutih (Marliyantina, 2012).

2.1.6 Efek Samping Pada Kosmetik

Menurut Tranggono (2007:10) ada berbagai dampak atau reaksi negatif

yang disebabkan oleh kosmetika yang tidak aman baik pada kulit maupun pada

sistem tubuh, antara lain:

15
a. Iritasi, merupakan reaksi yang langsung timbul pada pemakaian pertama

kosmetika karena salah satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat

iritasi. Contoh : krim pemutih wajah.

b. Alergi, merupakan reaksi negatif pada kulit yang muncul setelah kosmetika

dipakai beberapa kali, kadang-kadang setelah bertahun-tahun karena

kosmetika yang digunakan mengandung bahan yang bersifat alergenik bagi

seseorang meskipun pada setiap orang tidak sama, misalnya cat rambut dan

lipstik yang pada sebagian orang dapat menimbulkan reaksi alergi.

c. Fotosensitisasi, merupakan reaksi negatif yang muncul setelah kulit yang

ditempeli kosmetika terkena paparan sinar matahari karena salah satu atau

lebih dari bahan, zat pewarna atau zat pewangi yang dikandung oleh

kosmetika tersebut bersifat fotosensitisasi, misalnya tabir surya yang dapat

menimbulkan reaksi fotosensitisasi pada kulit.

d. Jerawat (acne), dari beberapa kosmetika pelembab (moisturize) yang

sangat berminyak dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi

kulit keringdi iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat apabila digunakan

pada kulit yang berminyak, terutama di negara-negara tropis seperti

Indonesia karena kosmetika cenderung menyumbat pori-pori kulit bersama

dengan kotoran dan bakteri.

e. Penyumbatan fisik, yang diakibatkan oleh bahan-bahan berminyak dan

lengket yang ada didalam kosmetika tertentu, seperti pelembab atau alas

bedak (foundation) terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian

16
tubuh yang lain. Ada dua efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit, yaitu

efek positif dan efek negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek

positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat

menyebabkan kerusakan kulit.

f. Intoksikasi, keracunan dapat terjadi secara lokal maupun sistemik melalui

penghirupan lewat mulut dan hidung atau melalui penyerapan kulit

terutama jika salah satu atau lebih bahan yang dikandung kosmetika

bersifat toksik, misalnya kosmetika impor pemutih kulit yang mengandung

merkuri yang peredarannya sudah dilarang oleh pemerintah Indonesia.

2.1.7 Penyalahgunaan Kosmetik Krim Pemutih

Sesuai dengan peraturan Kepala Badan POM RI No.18 Tahun 2015 tentang

Persyaratan Teknis Bahan Kosmetik, penambahan bahan berbahaya dilarang dalam

pembuatan kosmetika karena berisiko menimbulkan efek negatif bagi kesehatan

menurut BPOM (2016) antara lain:

1. Merkuri banyak disalahgunakan pada produk pemutih/ pencerah kulit.

Merkuri dapat menyebabkan alergi dan iritasi kulit, merkuri yang ada pada

kosmetik mudah masuk ke dalam pori-pori dan darah lalu memasuki system

saraf juga dialirkan ke seluruh tubuh. Pemakaian dengan dosis tinggi dapat

menyebabkan kerusakan otak secara permanen, gagal ginjal yang sangat

parah yang berakibat kematian dan gangguan perkembangan janin dan

berakibat keguguran dan mandul. Bahkan pemakaian jangka pendek dalam

dosis tinggi juga dapat menyebabkan muntah-muntah,diare dan kerusakan

17
paru-paru serta merupakan zat karsinogenik penyebar kanker Asam Retinot,

banyak disalahgunakan pada produk pengelupas kulit kimiawi (peeling) dan

bersifat teratogenik.

2. Hidrokinon, banyak disalahgunakan pada produk pemutih/pencerah kulit.

Selain dapat menyebabkan iritasi kulit, Hidrokinon dapat menimbulkan

ochronosis (kulit berwarna kehitaman) yang mulai terlihat setelah 6 bulan

penggunaan Hidroquinon sering disalahgunakan pada krim pemutih, krim

yang mengandung Hidroquinon >2% dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit

menjadi merah dan rasa terbakar. Hidroquinon mampu mengelupas kulit

bagian luar dan dapat menghambat pembentukan melanin (zat pigmen

kulit) yang membuat bahan tersebut sebagai pencerah kulit. Jika

Hidroquinon digunakan jangka panjang dengan dosis yang tinggi

menimbulkan ochronosis (kulit berwarna kehitaman). Hal ini akan terlihat

setelah penggunaan selama enam bulan dan kemungkinan bersifat

irreversible (tidak dapat dipulikan).

3. Asam retinoat termasuk golongan obat keras dan harus dengan resep

dokter, asam retinoat adalah bentuk asam dari vitamin A. asam retinoat

sering digunakan untuk meningkatkan tampilan tekstur kulit. Untuk orang

tinggal pada daerah tropis yang terpapar matahari, proses penuaan kulit dini

sebagai konsekuensi paparansinar ultraviolet (fotoaging) bias semakin

progresif. Kemampuan asam retinoat memperbaiki kondisi kulit karena

proses fotoaging dengan mengurangi kerut, menghilangkan titik-titik

18
hiperpigmentasi, mempercepat pergantian sel-sel kulit dan memperhalus

wajah sehingga wajah lebih berkilau. Zat asam retinoat dapat menyebabkan

kulit kering, rasa terbakar dan teratogenik. Bahan pewarna Merah K3 dan

Merah K10, banyak disalahgunakan pada lipstick atau produk dekoratif lain

(pemulas kelopak mata dan perona pipi). Kedua zat warna ini bersifat

karsinogenik.

4. Sodium Heparin

Sodium heparin adalah salah satu turunan dari senyawa heparin, yang

merupakan mukosa polisarida tersulfatasi yang banyak terdapat dalam

jaringan mamalia, sodium heparin diproduksi secara komersial berasal dari

jaringan mukosa (pemukiman bagian dalam usus babi). Konsumen muslim

harus waspada dengan kandungan sodium heparin.

Bahan pewarna Merah K3 dan Merah K10, banyak disalahgunakan pada

lipstick atau produk dekoratin lain (pemulas kelopak mata dan perona pipi). Kedua

zat warna ini bersifat karsinogenik.

Saat ini kosmetika mengandung bahan berbahaya beredar dimasyarakat. Hal

itu terjadi karena masih banyak permintaan masyarakat yang menginginkan efek

instan terutama untuk perawatan kulit, badan atau memberikan penampilan yang

cantik dnegan harga murah atau terjangkau.bahan berbahaya pada kosmetik adalah

bahan-bahan aktif yang menimbulkan reaksi negatif dan berbahaya bagi kesehatan

kulit khususnya dan tubuh umumnya ketika diaplikasikan, baik dalam jangka

panjang maupun jangka pendek (Muliyawan dan Suariana, 2013:2).

19
Selama semester I Tahun 2016, Badan POM menemukan item kosmetika

mengandung bahan berbahaya yang dipergunakan untuk mengubah atau

memperbaiki penampilan. Bentuk sediaan dari kosmetika tersebut adalah sediaan

mandi,rias mata, rias wajah, perawatan kulit dan sediaan kuku. Bahan berbahaya

yang teridentifikasi dalam produk kosmetika tersebut antara lain merkuri,

hidrokinon, asam retinoat, serta bahan pewarna merah K3 dan merah K10. Bahan-

bahan berbahaya tersebut dilarang untuk digunakan dalam pembuatan kosmetika

berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM RI No.18 Tahun 2015 tentang

Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika.

2.1.8 Kosmetik Krim Pemutih Berbahaya

Berbagai cara dilakukan untuk melakukan pemutihan kulit wajah, dan

berbagai produk juga digunakan agar keinginan tersebut tercapai. Namun pada

hakikatnya, konsumen melupakan bahan-bahan yang terkandung dalam pemutih

kulit wajah. Bahan-bahan tersebut terlibat langsung dalam memenuhi keinginan

konsumen agar kulit wajah terlihat lebih putih dan memukau.

Menurut Yasmin (2008) pada dasarnya, sebagian besar pemutih kulit wajah

bekerja dengan menghambat pembentukan melamin melalui jalur inhibisi pada

enzim tironase dan bahkan ada yang bersifat toksik terhadap melamin. Kulit wajah

yang lebih putih dan hilangnya bintik-bintik hitam, bisa diperlihatkan dalam waktu 6

bulan setelah penggunaan. Berikut Berbagai Bahan Berbahaya dalam kosmetik Krim

Pemutih sebagai berikut:

20
1. Hidroquinon

Menurut Counter (2003) Hidroquinon atau lebih dikenal dengan HQ,

terdapat dalam berbagai pemutih kulit wajah yang sering dijumpai saat ini. Bahan

ini lazim digunakan karena berbagai pertimbangan, di antaranya sebagai salah satu

penghambat yang paling efektif terhadap melanogenesis invito dan invivo. HQ

dipercaya dapat menyebabkan hambatan reversible metabolisme seluler dengan

mempengaruhi sintesis DNA dan RNA. Efek sitotoksis HQ tidak berbatas pada

melanosit, tetapi menghambat metabolisme seluler sel non-melanosit dengan dosis

yang lebih tinggi, sehingga HQ dapat dipertimbangkan sebagai agen sitotoksik

melanosit poten dengan sitotoksik melanosit spesifik yang relatifi tinggi.

Badan POM (2007) mengatakan bahwa bahan ini termasuk golongan obat

keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Hidroquinon yang

banyak dipakai sebagai penghambat pembentukan melamin yang dapat

menyebabkan hiperpigmentasi, padahal melamin berfungsi sebagai pelindung kulit

dari sinar ultraviolet, sehingga terhindar dari resiko sinar matahari secara langsung,

hidroquinon dapat mengakibatkan noda hitam dan benjolan kekuningan pada kulit

yang disebut sebagai okrosinosis yang sifatnya permanen sebagai akibat

terhambatnya produksi melanin kulit yang berfungsi melindungi kulit dari sinar

ultraviolet. Oleh karena itu Badan POM menetapkan ambang batas kandungan

hidroquinon di bawah 2%.

21
2. Monobenzyl Ether HQ

Menurut James (2009), Monobenzyl Ether Hidroquinon (MBEH) sama dengan

HQ yang termasuk agen kimia golongan fenol atau ketakol. MBEH hampir selalu

menyebabkan depigmentasi ireversibel kulit. Sisa MBEH telah ditemukan dalam

desinfektan, germisida, baki hidangan dari karet, selotif dan apron karet. Dalam

dermatologi seharusnya dipakai untuk menghilangkan daerah yang tersisa selain

kulit normal pada pasien untuk vitiligo umum dan sukar disembuhkan. Mekanisme

yang diduga terjadi pada pigmentasi oleh MBEH adalah dengan penghancuran

melanosit selektif melalui pembentukan radikal bebas dan penghambatan

kompetitif system enzim tirosinase.

3. Merkuri

Menurut Arief (2007), Merkuri (Hg)/air raksa termasuk logam berat berbahaya

yang dalam konsentrasi dapat bersifa racun. Pemakaian merkuri (Hg) dalam krim

pemutih dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit yang

akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit, serta

pada pemakaian dengan dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen

pada susunan saraf otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan

jangka pendek dalam dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan

kerusakan ginjal, serta merupakan zat karsinogenik (menyebabkan kanker) pada

manusia.

22
4. Arbutin

Arbutin berasal dari ekstrak tanaman bearberry, yang dulu sering digunakan

oleh bangsa Jepang. Jika dibandingkan dengan hidroquinon, maka daya pemutih

arbutin tidak sekuat hidrokuinon. Produk yang mengandung arbutin dapat dijual

secara bebas tanpa resep dokter. Selain bearberry, arbutin juga ditemukan pada

tanaman gandum dan kulit buah pear. Bahan ini berfungsi sebagai pemutih kulit

wajah (skin lightening) yang bekerja dengan cara menghambat pembentukan

melanin dalam kulit yaitu dengan menghambat aktivitas tirosin. Karena arbutin

tidak menghidrolisa HQ bebas, agen selanjutnya tidak bertanggung jawab terhadap

efek inhibitor arbutin pada melanogenesis. Penghambatan sintesis melanin (kira-

kira 39%) terjadi pada konsentrasi 5x10.

5. Asam azelaik

James (2009) mengatakan bahwa secara alami asam azelaik didapat dari

saturasi pityrosporum ovale, asam azelaik mempunyai efek antiproliferatif dan

sitotoksik terhadap melanosit. Efek selanjutnya terjadi karena penghambatan yang

agak kuat dari retioreduksin reduktase, enzim yang terlibat dalam aktivasi

oksireduktase mitokondria dan sintesi DNA. Walaupun asam azelaik pada awalnya

digunakan untuk pengobatan akne, ternyata juga berhasil pada pengobatan

lentiginosis, rosasea dan hiperpigmentasi paska inflamasi. Selain berfungsi sebagai

antibakteri, keratolitik, komedogenik dan anti inflamasi. Asam azelaik juga mampu

mengurangi pigmentasi pada kulit terutama bagi mereka yang berkulit gelap dan

bekas jerawat warna coklat atau untuk kasus melasma. Asam azelaik 20%

23
dilaporkan mempunyai efektivitas yang sama dengan HQ 4% dalam mengatasi kulit

gelap tersebut. Efek samping dari bahan ini berupa iritasi kulit, rasa gatal, dan

terbakar hingga pengelupasan kulit.

6. Asam kojik

Menurut James (2009), sebelum digunakan sebagai pemutih kulit, asam kojik

telah banyak digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan yang digunakan

untuk menjaga kualitas warna makanan. Asam kojik marupakan metabolit jamur

yang biasa dihasilkan oleh spesies jamur aspergillus, acetobacter, dan penicillium.

Asam kojik menghambat aktivitas katekolase tirosin, yang dibatasi enzim esensial

dalam biosintesis pigmen kulit melanin. Melanosit yang diobati dengan asam kojik

menjadi nondendritik, dengan penurunan jumlah melanin.

Kemudian asam kojik mencari oksigen reaktif yang dilepaskan secara

berlebihan dari sel atau yang dihasilkan dalam jaringan atau darah. Biasanya

konsentrasi asam kojik yang digunakan sebagai kosmetik berkisar antara 1-4%.

Kelebihan asam kojik dibandingkan bahan pemutih lainnya adalah kestabilannya

dalam suatu produk kosmetik. Akan tetapi dari hasil penelitian asam kojik lebih

mengiritasi dibandingkan HQ sehingga 5 mol/L. selain bekerja dengan menghambat

tirosin, arbutin juga bekerja dengan mengelupas kulit epidermis (eksfoliasi).

Beberapa pabrik melaporkan arbutin sebagai obat depigmentasi yang efektif pada

konsentrasi 1%.

24
7. Licorice ekstract

James (2009) mengemukakan bahwa glabiridin (glicyrrhia glabra) merupakan

kandungan utama dari ekstract licorice yang mampu memutihkan kulit. Cara

kerjanya yaitu menghambat melanogenesis (pembentukan pigmen kulit) dan juga

mencegah terjadinya proses inflamasi di kulit. Beberapa riset menunjukkan bahwa

penggunaan glabiridin 0,5% secara topical dapat menghambat sinar UV-B yang

dapat memicu terbentuknya pigmentasi dan kemerahan pada kulit.

8. Asam Ellagik

Menurut James (2009), Asam Ellagik ditemukan pada rapsberry, strawberry,

dan pomegranate. Berdasarkan suatu hasil riset laboratorium menyatakan asam

ellagik dapat memperlambat pertumbuhan tumor-tumor tertentu. Walaupun hasil

riset ini sangat menjanjikan, namun sampai saat ini belum ada bukti secara medis

bahwa bahan ini mampu mencegah dan mengobati kanker pada manusia. Selain

diduga mampu melawan kanker, asam ellagik juga berguna sebagai pemutih kulit.

Pada tahun 1996 di Jepang, Asam Ellagik disetujui sebagai bahan aktif yang mampu

mencegah terbentuknya spots dan freckles setelah luka bakar karena paparan sinar

matahari. Selain itu juga terdapat beberapa bahan yang tidak diizinkan untuk

digunakan pada pemutih kulit wajah. Bahan-bahan tersebut adalah:

1. Arsen dan senyawanya.

2. Barium dan senyawanya.

3. Hidroquinon Mono Benzil eter.

4. Perak dan senyawanya.

25
5. Air raksa (Merkuri) dan senyawanya, dan Tiomersal yang digunakan sebagai

pengawet dalam sediaan tata rias.

6. Selenium dan senyawanya, kecuali selenium disulfida maksimum 2% dalam

sampo.

7. Salisil Anilida berhalogen.

8. Timbal dan senyawanya, kecuali timbal asetat maksimum 2% dalam cat

rambut.

2.1.9 Kosmetik Legal dan Ilegal

2.1.9.1 Kosmetik Legal

Kosmetik Legal Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut :

“Kosmetik adalah sediaan atau panduan bahan yang siap untuk digunakan pada

bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar),

gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memiliki bau badan

tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.”

Definisi kosmetik menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.4.1745 adalah “Bahan atau sediaan yang

dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,

kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama

untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki

bau badan atau melindungi dan memelihara tubuh pada kondisi baik.”

26
Mengacu pada penjelasan dari pengertian kosmetik diatas dapat

disimpulkan bahwa kosmetik merupakan bagian dari kebutuhan hidup manusia

yang sudah ada dan semakin berkembang dari masa ke masa. Kosmetik memiliki

peranan penting untuk menunjang penampilan seseorang. Kosmetik tidak hanya

berfungsi untuk menunjang kecantikan seseorang, akan tetapi juga untuk

memperbaiki, mencegah dan mempertahankan kesehatan kulit

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Republik Indonesia No.HK.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik Pasal 3, Produk kosmetik

dibagi menjadi 2 (dua) golongan

1. Kosmetik golongan I adalah :

a. Kosmetik yang digunakan untuk bayi;

b. Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa

lainnya;

c. Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan

penandaan;

d. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta

belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.

2. Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongan I.

Mengingat kosmetik merupakan produk yang diformulasikan dari berbagai

bahan-bahan aktif dan bahan-bahan kimia yang bereaksi ketika diaplikasikan pada

jaringan kulit, kosmetik dapat memberikan dampak positif berupa manfaat

27
kosmetik dan dapat pula berdampak negatif yang merupakan efek samping dari

penggunaan kosmetik.

Manfaat utama kosmetik idealnya adalah untuk memperbaiki dan

mempertahankan kesehatan kulit, namun manfaat kosmetik ini dapat berbeda-

beda pada setiap orang. Karena tidak semua orang dapat cocok menggunakan

suatu produk kosmetik yang sama. Kosmetik yang saat ini sudah sangat luas

penggunaanya, baik pada orangtua maupun muda serta tidak terbatas pada wanita,

tetapi juga pada pria. Kosmetik saat ini sudah menjadi kebutuhan penting bagi

manusia, tidak hanya digunakan untuk fungsi estetika akan tetapi berperan juga

dalam perawatan kulit. Kosmetik merupakan salah satu produk yang digunakan

rutin dan terus menerus oleh manusia (Sjarif, 2009).

2.1.9.2 Kosmetik Ilegal

Kosmetik illegal adalam kosmetik yang mengandung berbagai bahan aktif

yang dapat merusak kulit dan tidak ada izin edar dari BPOM Menurut BPOM (2016)

kosmetika mengandung bahan berbahaya dan Ilegal antara lain sebagai berikut:

Tabel 2.1KOSMETIK MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA


No Jenis Kosmetik Nomor Izin/Notifikasi, Nama dan Keterangan Legal
Alamat Produsen dan Ilegal
1 Night Krim No. Notifikasi NA 47150100856 Ilegal
Produkt BY: Chiao Tu Cometik Co.ltd.
Kaoshing Country – Taiwan Import
By: Cristal Beauty Jakarta Indonesia
2 Night Krim No. Notifikasi NA 18140101297 Ilegal
Manufactured by: CV Bernita Ayu
Tulungagung- Jatim Indonesia
3 Day Krim No. Notifikasi NA 18140102891 Ilegal
Diproduksi Oleh Pasifik Osean Ind
Jakarta- Indonesia

28
4 Night Krim Day No. Notifikasi Ilegal
Krim NA 18140102892
NA 18140100006
Diproduksi oleh Pasifik Osean Ind
Jakarta-Indonesia
5 Day Krim No. Notifikasi Ilegal
NA 18140102288
NA 18140102281
Produced By:
Jakarta

6 Day Krim Night No. Notifikasi Ilegal


Krim NA 18140100289
NA 18140100290
Di produksi Oleh
Pasifik Ocean, Ind
Jakarta- Indonesia

7 Day Krim No. Notifikasi Ilegal


NA 18130102924
Diproduksi Oleh:
Pasifik Ocean, Ind
Jakarta – Indonesia

8 Night Krim No. Notifikasi Ilegal


NA 18130102923
Diproduksi Oleh:
Pasifik Ocean, Ind
Jakarta – Indonesia

9 Whitening No. Notifikasi


Krim NA 18131900338 legal
Diproduksi Oleh:
PT. Immortal Cosmedika Indonesia
Depok-Indonesia

10 Whitening No. Notifikasi legal


Serum NA 18111900276
Diproduksi dan didistribusikan oleh:
CV AURA CEMERLANG
COSMECEUTICAL Jl. Padat Karya No.
212 Cimahi – Indonesia

29
11 Night Krim No. Notifikasi Ilegal
NA 18150100533
Diproduksi oleh: PT. Dasen Jaya
Lestari
Jl. Kamal Muara 7, Blok E2 No. 46,
Jakarta Utara, Indonesi

12 Lightening 3 No. Notifikasi legal


Krim NA 18151900018
Diproduksi dan didistribusikan: PT.
SUKMA SKIN TREATMEN
Jl. Citra Raya Boulevard GI/ 1-3R
Cikupa Tangerang

13 Krim Anti No. Notifikasi Ilegal


Jerawat NA 18110100613
Diproduksi & didistribusikan:
PT SUKMA SKIN TREATMEN
Jl. Citra Raya Boulevard GI/ 1-3R
Cikupa Tangerang
14 NIGHT Nail No. Notifikasi Ilegal
Polish 5 NA 18131500183
PT. Hay Jen Kosmetik
15 NIGHT Nail No. Notifikasi Ilegal
Polish 6 NA 18131500182
PT. Hay Jen Kosmetik
16 Lipstick 201 No. Notifikasi legal
Lipstick 202 NA 1814130056
Lipstick 301 NA 18141300559
Lipstick 302 NA 18141300542
NA 18141300557
Manufactured & Distributed by
PT. BEAUTYLINK
Komp. Pergudangan Kamal Utara Jl.
Kemal Utara II
Blok C2 No. 12 Tangerang. 15211,
Indonesia
17 Soft Matte Lip No. Notifikasi legal
NA 18 141302266
Manufactured by PT. SOPHIE PARIS
INDONESIA,
Jl. Marcede BENZ Km 04 Gunung
Putri Bogor

30
Indonesia
18 Lipstick Mini No. Notifikasi legal
Lipstick 2 NA 18141303538
NA 18131302381
Manufactured by
PT. SOPHIE PARIS INDONESIA,
BOGOR – Indonesia
Sumber : BPOM, 2016

2.1.10 Penjelasan dari BPOM Krim Pemutih Berbahaya dan Tidak Berbahaya

Badan Pengawas Obat dan Makanan (selanjutnya disingkat BPOM) pada

dasarnya adalah lembaga yang melindungi para konsumen dari produk-produk yang

tidak layak dan tidak aman dikonsumsi.

Bedasarkan website resmi BPOM yang menjadi latar belakang dari BPOM

adalah kemajuan teknologi yang membawa perubahan-perubahan yang cepat dan

signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat

kesehatan. Dengan menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini

mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk

dengan range yang sangat luas (BPOM, 2016).

Dalam setiap kemasan makanan, obat-obatan dan kosmetik ditemukan

nomor izin edar BPOM. BPOM adalah badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah

untuk mengawasi peredaran produk obat dan makanan, termasuk kosmetik di

wilayah Indonesia. BPOM berwenang memberikan atau menarik izin produksi

terhadap suatu produk berdasarkan hasil survei, penelitian dan pengujian terhadap

suatu produk. Di Indonesia, setiap produk obat, makanan, dan kosmetik yang

31
diproduksi dan diedarkan di masyarakat harus memiliki izin produksi dan izin edar

dari BPOM.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan Ke

Dalam Wilayah Indonesia Pasal 1 Angka (14), izin edar adalah bentuk persetujuan

pendaftaran obat dan makanan yang diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat

diedarkan di wilayah Indonesia.

Hampir sama dengan yang tercantum dalam Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.1.23.3516

Tentang Izin Edar Produk Obat, Obat Tradisional, Kosmetik, Suplemen Makanan dan

Makanan yang bersumber, Mengandung, Dari Bahan Tertentu dan atau

Mengandung Alkohol Pasal 1 Angka (1), izin edar adalah bentuk persetujuan

registrasi bagi produk obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen makanan, dan

makanan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

Indonesia agar produk tersebut secara sah dapat diedarkan di wilayah Indonesia.

Dengan adanya Izin Edar dari BPOM maka produsen tidak dapat seenaknya

memproduksi sesuatu, apalagi yang mengadung bahan berbahaya yang dapat

berpengaruh terhadap kesehatan tubuh Serangkaian proses panjang yang biasanya

disebut proses registrasi produk harus dilalui untuk mendapatkan nomor izin edar

BPOM. Proses yang membutuhkan waktu tersebut karena untuk menerbitkan

nomor registrasi diperlukan kelengkapan dokumen, validasi, formula, stabilitas

produk, apakah kandungan bahan tersebut aman atau tidak, lolos uji dan

32
sebagainya. Jika sudah keluar nomor registrasinya akan diberi barcode (BPOM,

2016).

Proses yang panjang tersebut juga ditambah dengan biaya administrasi yang

harus dikeluarkan pihak produsen dalam mengajukan pendaftaran nomor izin edar

BPOM membuat sebagian produsen tidak mendaftarkan produknya untuk

mendapat nomor izin edar dari BPOM dan mengambil jalan yang singkat dalam

memuluskan usahanya yaitu dengan mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu.

Dimana nomor izin edar BPOM palsu ini merupakan nomor izin edar yang tidak

melalui persetujuan pendaftaran yang diberikan oleh Kepala BPOM atau dengan

kata lain nomor izin yang tidak dikeluarkan oleh BPOM. Biasanya para produsen

nakal yang mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu pada produk mereka hanya

memuat nomor izin edar asal yang mereka buat dan cantumkan sendiri tanpa

adanya pengujian, persetujuan dan pengawasan dari pihak berwenang, yaitu

BPOM.

Nomor izin edar BPOM Palsu banyak dijumpai di berbagai produk-produk

makanan, minuman, obat, suplemen dan kosmetik. Pencantuman nomor izin edar

BPOM palsu ini dilakukan para produsen untuk melancarkan bisnis mereka dalam

menjual setiap produknya, produsen meyakini dengan mencantumkan nomor izin

edar BPOM palsu para calon konsumen akan semakin yakin dan tertarik untuk

membeli setiap produk mereka, karena konsumen meyakini produk tersebut aman

karena sudah ada nomor izin edar BPOM, padahal nomor izin edar tersebut palsu.

33
Pencantuman nomor izin edar BPOM palsu ini sangat meresahkan dan

merugikan para konsumen yang membeli produk dengan nomor izin edar BPOM

palsu tersebut, terlebih apabila dalam produk yang mencantumkan nomor izin edar

BPOM palsu tersebut terkandung bahan-bahan atau zat-zat yang berbahaya bagi

kesehatan konsumen. Oleh sebab itu para calon konsumen dan konsumen

diharapkan untuk lebih teliti, cermat dan peka dalam memastikan nomor izin edar

yang tercantum dalam suatu produk merupakan nomor izin edar yang legal atau asli

yang dikeluarkan oleh BPOM, selaku badan yang berwenang dalam memberikan

izin edar terhadap produk obat dan makanan.

Perkembangan teknologi yang pesat di era ini juga membantu para

konsumen untuk dapat mengetahui segala informasi mengenai produk yang ingin

mereka beli dan gunakan, khususnya untuk mengetahui apakah nomot izin edar

BPOM yang tercantum dalam suatu produk asli atau tidak, konsumen dapat dengan

mudah mengetahui dan melakukan pengecekan sendiri melalui internet dengan

cara membuka alamat website cekbpom.pom.go.id, kemudian pada kolom yang

kosong ketik nomor izin edar yang tertera pada produk dan klik cari, apabila nomor

izin edar tersebut asli maka akan keluar informasi mengenai produk dengan nomor

izin edar yang tertera. Pastikan informasi yang tertera pada website BPOM sesuai

dengan keadaan sebenarnya yang tertera di produk, jika tidak sesuai dengan

produk atau yang tertera tulisan data tidak ditemukan atas nomor izin edar

tersebut, maka dapat dipastikan nomor izin edar atas produk tersebut palsu.

34
Pengecekan terhadap keaslian nomor izin edar BPOM pada suatu produk juga dapat

dilakukan dengan menghubungi contact center HALO BPOM 1500533.

2.1.11 Pemakaian Kosmetika Dengan Bahan Berbahaya Di Kalangan Siswi

Sebagian wanita menganggap bahwa kosmetika merupakan suatu

kebutuhan yang wajib dimiliki. Pada umumnya mahasiswa membeli kosmetika

secara sendirian di sarana distribusi kosmetika seperti supermarket, swalayan, toko,

dan juga pedagang kaki lima (Prasetijo, 2005). Evaluasi alternative pra pembelian

yang dilakukan mahasiswa pada saat memilih sebelum membeli produk hanya

memperhatikan sebagian kecil dari standar pelabelan seperti manfaat, cara pakai,

dan kesesuaian pengguna. Informasi yang diperhatikan pada saat memilih

kosmetika hanya memperhatikan kesesuaian pengguna, manfaat, dan tentunya

harga, sedangkan informasi lain yang diperhatikan oleh teman sebaya sebelum

menggunakan kosmetika juga sama yaitu manfaat, cara pakai, waktu kadaluarsa,

kesesuaian jenis produk yang dibeli, dan kesesuaian pengguna. Impian yang kuat

dari remaja putri untuk terlihat sempurna seperti memiliki kulit putih dan halus

mempengaruhi sikap dan perilaku remaja dalam memilih dan menggunakan

kosmetika (Tringgani, 2011).

Pada pergaulan siswi sekarang sering berperilaku berisiko dengan memilih

dan menggunakan kosmetika tanpa pertimbangan yang rasional seperti mudah

tergiur dengan cerita atau ajakan teman meskipun fakta yang dilihat adalah iritasi

kulit. Berdasarkan cerita teman akan mempengaruhi sikap remaja putri yang

akhirnya berperilaku sesuai dengan anjuran temannya. Perilaku berisiko lainnya

35
yaitu menggunakan kosmetika dengan cara penggunaan yang salah seperti

mendiamkan sabun muka melekat pada kulit wajah dalam waktu 12 jam, sehingga

mempercepat terjadinya iritasi kulit seperti kulit terkelupas, merah dan rasa

terbakar yang seharusnya tidak terjadi. Iritasi kulit yang dialami oleh remaja

maupun yang dialami temannya seperti kulit merah dan rasa terbakar, dan kulit

terkelupas dipersepsikan merupakan cara kerja kosmetika untuk membuat kulit

jadi putih.

2.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Krim Pemutih

2.2.1 Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kosmetik Krim Pemutih

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari

pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, di

dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan itu adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia.

Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat

manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan.

Sedangkan kehendak adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan. Adapun unsur

lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam

satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling pengaruh memengaruhi menurut

36
situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu yang berbeda-beda, pikiran

atau perasaan atau keinginan biasa lebih dominan. Konsekuensinya, ada

pengetahuan akal (logika), pengetahuan perasaan (estetika) dan pengetahuan

pengalaman (etika). Idealnya, pengetahuan seharusnya mengadung kebenaran

sesuai dengan prinsip akal, perasaan dan keinginan. Dengan kata lain, pengetahuan

yang benar haruslah dapat diterima dengan akal, sekaligus dapat diterima oleh

perasaan dan layak dapat dikerjakan dalam praktik perilaku (Suhartono, 2008).

Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan

masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung

ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui

penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan

pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku

individu, keluarga, dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan

optimal.

Menurut Wawan (2010) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal, yaitu:

a. Faktor internal

1. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap pola hidup

terutama dalam motivasi sikap. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka

semakin mudah untuk penerimaan informasi.

37
2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003) pekerjaan merupakan

suatu cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak

tantangan. Pekerjaan dilakukan untuk menunjang kehidupan pribadi

maupun keluarga. Bekerja dianggap kegiatan yang menyita waktu.

3. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dari dilahirkan sampai

berulang tahun (Nursalam, 2003). Menurut Hurlock (1998), semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir.

b. Faktor eksternal

1. Faktor lingkungan

Lingkungan sekitar dapat memengaruhi perkembangan dan perilaku individu

maupun kelompok. Jika lingkungan mendukung ke arah positif, maka

individu maupun kelompok akan berperilaku positif, tetapi jika lingkungan

sekitar tidak kondusif, maka individu maupun kelompok tersebut akan

berperilaku kurang baik.

2. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada dalam masyarakat juga memengaruhi sikap

dalam penerimaan informasi.

Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

38
a. Cara Tradisional atau Non ilmiah : Coba-salah (Trial and Error), secara

kebetulan, cara kekuasaan atau otoritas, berdasarkan pengalaman pribadi,

dan melalui jalan fikiran manusia.

b. Cara modern yaitu cara memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis,

logis dan lebih ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih

popular disebut dengan metode penelitian (research methodology)

(Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan tentang kosmetika rias pada mahasiswi di Universitas Negeri

Padang yang menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswi memiliki kategori

pengetahuan cukup sebesar 80% terhadap kosmetika berbahan sehat untuk riasan.

Penelitian menggambarkan penelitian tentang pengetahuan sama halnya dengan

tingkat pengetahuan dan persepsi dimana pengetahuan yang baik mengenai

kosmetika berbahaya yang mengandung bahan pemutih akan berbanding lurus

dengan tingkat pengetahuan dan persepsi kosmetika berbahaya mengandung

bahan pemutih (Dwi, 2014 dalam Lisnawati).

Hal ini dibuktikan dengan proses terjadinya persepsi yang dikemukakan

Widiyatun (2009) yakni adanya stimulus berupa informasi mengenai pengetahuan

kosmetika kemudian akan diproses dalam memori otak sehingga terciptalah

persepsi. Stimulus berupa informasi mengenai kosmetika yang diterima akan

berpengaruh kepada tingkat pengetahuan dan persepsi responden tentang

kosmetika.

39
Pengetahuan terhadap penggunaan kosmetik disebabkan karena kurangnya

mendapatkan informasi yang berkaitan dengan bahaya kosmetik selama masa

pemakaian, selain itu tidak pernah konsultasi masalah penggunaan kosmetik dan

menggunakan kosmetik sesuai dengan keinginannya tanpa mengetahui efek dari

kosmetik tersebut.

2.2.2 Hubungan Media Sosial Dengan Penggunaan Kosmetik Krim Pemutih

Munculnya internet sebagai salah satu produk media baru membawa

banyak perubahan dalam kehidupan manusia baik dalam hal ekonomi, sosial,

budaya, dan politik. Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan

mutakhir dari teknologi-teknologi web baru berbasis internet, yang memudahkan

semua orang untuk dapat berkomunikasi, berpartisipasi, saling berbagi dan

membentuk sebuah jaringan secara online, sehingga dapat menyebarluaskan

konten mereka sendiri. Post di blog, tweet, atau video YouTube dapat direproduksi

dan dapat dilihat secara langsung oleh jutaan orang secara gratis (Zarella, 2010).

Sulistiyawati (2014) juga menyatakan iklan merupakan salah satu alat

bauran promosi yang digunakan sebagai alat pengantar pesan untuk membentuk

sikap konsumen pengiklanan di mediahingga kini masih dianggap cara paling efektif

dalam mempromosikan produk, periklanan merupakan salah satu bentuk promosi

uang paling dikenal, karena daya jangkaunya yang luas.

Media sosial juga seringkali mampu menyebarkan trend-trend terbaru di

seluruh dunia. Pesatnya laju trend dan musim fashion di era modern ini menjadikan

pergantian konsumsi public dunia ikut berputar lebih cepat. Salah satunya akibat

40
dari trend tersebut adalah munculnya media-media sosial yang dapat berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi, salah satunya melalui online shop. Gempuran

promosi akan produk pemutih kulit tampaknya telah sukses membentuk opini kaum

wanita bahwa kulit putih lebih menarik dan lebih cantik disbanding sawo matang

atau hitam. Para pelaku bisnis akan mempromosikan dan memasarkan produknya

melalui iklan yang menggambarkan produk mereka guna mencapai kepentingan

mereka yaitu meraih keuntungan yang maksimal (Purwanto, 2009). Kecenderungan

menunjukkan bahwa penggunaan kosmetik pemutih pada masyarakat membuat

produsen kosmetik bersaing dalam memproduksi dan mempromosikan produk

kosmetik pemutih. Mereka cenderung mencoba-coba dan berharap kulitnya

menjadi putih dan cantik.

Ikon perempuan cantik juga sering menjadi inspirasi buat orang-orang

disekitarnya, baik karena gaya busana mereka, gaya rambut mereka, ataupun

perilaku mereka yang baik dan memang pantas diteladani. Iklan merupakan salah

satu alat bauran untuk membentuk sikap konsumen Pengiklanan di media hingga

kini maish dianggap cara paling efektif dalam mempromosikan produk, Periklanan

merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal, karena daya jangkaunya

yang luas, dengan iklan yang disenangi konsumen terlihat menciptakan sikap yang

positif dan keinginan untuk membeli yang lebih ketimbang iklan yang tidak mereka

sukai (Peter & Olson, 2000).

Kata cantik telah dibentuk oleh media didalam benak siswi secara tidak

sadar. Baik melalui iklan maupun tayangan-tayangan sinetron yang ada. Melalui

41
ragam media, citra perempuan ditampilkan dengan berbagai daya tarik

feminitasnya dan kelembutannya. Kalaupun ditampilkan maskulin, seperti agresif

dan kasar serta berpakaian layaknya laki-laki, hal itu akan dianggap sebagai

penyimpangan belaka.

Media sosisal tidak hanya menjadi sarana komuniasi bagi kaum muda tetapi

juga menjadi media berbagi dan cerita sehari-hari bagi kaum muda. Media sosial

juga seringkali mampu fashion di era modern ini menjadikan pergantian konsumsi

public dunia ikut berputar lebih cepat. Salah satu akibat dari trend tersebut adalah

munculnya media-media sosial yang dapat berpengaruh terhadap petumbuhan

ekonomi, salah satunya melalui online shop (Chaney, 2002).

Keberadaan internet mampu memudahkan pemasaran produk yang dijual

oleh supplier ataupun produsen. Selain itu, supplier yang menjual produknya dalam

bentuk grosir sangat mudah mendapatkan reseller dengan bantuan promosi online.

Penjual tidak lagi harus banyak berbicara dan aktif beriklan karena adanya internet

menjadikan pembeli dan reseller yang mencari mereka. Akses internet

memudahkan seseorang yang ingin berbelanja online untuk mencari barang yang

dia inginkan dengan mudah dan cepat. Selain itu, pembeli juga dengan mudah

memilih online shop mana yang akan dia pilih yang sesuai harga dan system

pembeliannya (Chaney, 2002).

2.2.3 Hubungan Teman Sebaya Dengan Penggunaan Kosmetik Krim Pemutih

Kecenderungan menunjukkan bahwa penggunaan kosmetik pemutih pada

masyaraat membuat produsen kosmetik bersaing dalam memproduksi dan

42
mempromosikan produk kosmetik pemutih. Pemakai krim pemutih cenderung

mencoba-coba dan berharap kulitnya menjadi putih dan cantik, dikalangan siswi

berbagai pengalaman merupakan bahagian kehidupan sehari-hari yang dapat

menjadikan mereka terlihat sama hal ini akibat terpengaruh oleh penampilan atau

menjadi bagian dari gaya hidup mereka. Berdasarkan penelitian terhadap 30 orang

responden diketahui bahwa sebanyak 15 orang siswi menyatakan menggunakan

krim pemutih wajah karena pengalaman teman yang sudah menggunakan

sebelumnya, hasil ini sesuai dengan pendapat yaitu teman adalah salah satu faktor

yang memiliki pengaruh signifikan terhadap gaya hidup remaja perempuan

(Hotland, 2002 dalam Sulistyawati).

Dominasi pengaruh teman dapat disesuaikan dalam penelitian ini dari teori

yang menyatakan kuatnya pengaruh kelompok sebaya terjadi karena remaja lebih

banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebaya sebagai kelompok.

Kelompok teman sebaya memiliki aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh remaja

sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian remaja terhadap norma dengan

berperilaku sama dengan kelompok teman (Monks dkk, 2004).

Penampilan cantik sering menjadi inspirasi buat orang-orang disekitarnya,

baik karena gaya busana mereka, gaya rambut mereka, kehalusan kulit wajah

mereka ataupun perilau mereka yang baik dan memang pantas diteladani. Ada dua

hal yang menyebabkan seseorang menjadi konform yaitu pengaruh norma dan

pengaruh informasi. Menurut (Sarwono, 2004). Pengaruh norma disebabkan oleh

keinginan remaja untuk memenuhi harapan teman sebayanya sehingga dapat

43
diterima oleh kelompoknya. Remaja akan mengikuti keinginan atau harapan teman

sebayanya semata-mata hanya untuk mendapatkan penghargaan atau untuk

menghindari hukuman, seperti takut dikatakan tidak gaul atau dijauhkan oleh

teman-temannya. Sedangkan pengaruh informasi disebabkan karena adanya bukti-

bukti dan informasi-informasi mengenai realitas yang diberikan oelh teman sebaya.

Ketika remaja mampu berperilaku sama dalam aktivitas, minat dan memanfaatkan

waktunya maka remaja akan menerima umpan balik mengenai kemampuannya. Hal

ini terjadi karena individu percaya dengan apa yang dilakukan teman sebayanya

tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam dirinya.

2.2.4 Hubungan Gaya Hidup Dengan Penggunaan Kosmetik Krim Pemutih

Menurut Kotler (2008) Gaya Hidup adalah pola hidup seseorang yang

diekspesikan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya. Orang yang berasal dari kelas

sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang cukup

berbeda. Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau

kepribadian.

Gaya hidup adalah hasil dari pergaulan diri kita dalam pencarian identitas

dan sensibilitas kita dengan lingkungan dimana kita hidup bagaimana seseorang itu

bisa terlihat cantik, menarik, anggun, dan glamour. Gaya hidup adalah hasil dari

pergaulan diri kita dalam pencarian identitas dan sensibilitas kita dengan

lingkungan dimana kita hidup bagaimana seseorang itu bisa terlihat cantik, menarik,

anggun, dan glamour untuk dapat hidup mewah seperti layaknya selebritis dunia

yang menghabiskan uang dan waktunya. Gaya hidup merupakan pola hidup

44
diamana seseorang membagi, menghabiskan dan mengelola waktu dan uangnya,

yang diukur melalui pola asuh dna pola hidup (Sulistiyawati, 2014).

Chaney (2003) juga mengatakan pada akhir moderenitas semua yang kita

miliki akan menjadi budaya tontonan semua orang ingin menjadi penonton dan

sekaligus di tonton ingin melihat tapi sekaligus di lihat, kamu bergaya maka kamu

ada kalau kamu tidak bergaya siap siaplah untuk di anggap “tidak ada” diabaikan, di

remehkan, atau mungkin dilecehkan itulah sebabnya kita perlu bersolek atau berias

diri. Gaya hidup menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang

tercermin dalam kegiatan sehari hari, minat, perilaku, dan pendapatnya terhadap

sesuatu hal yang sudah melekat pada diri personal seseorang konsep ini bila di

gunakan oleh pemasar secara cermat dapat membantu untuk memahami nilai-nilai

konsumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat

mempengaruhi perilaku konsumen (Bilson Simamora, 2004).

Meluasnya pemakaian kosmetik yang dipengaruhi oleh gaya hidup

masyarakat menyebabkan kelainan kulit akibat pemakaian kosmetik. Pengaruh

tersebut berupa reaksi yang dikehendaki atau efek samping yang tidak dikehendaki.

Kelainan kulit yang terjadi antara lain disebabkan cara pemakaian kosmetik yang

salah atau berlebihan, pengolahan kosmetik yang kurang baik, penggunaan bahan-

bahan aktif dalam kosmetik yang tidak dapat (Purwanto, 2009).

Bagi banyak wanita mode atau trend baru yang muncul sangat

mempengaruhi penampilannya dan sering kali yang menjadi perhatian adalah kulit,

terutama kulit wajah. Hal tersebut membuat orang menggunakan berbagai

45
kosmetik pemutih sebagai jalan pintas yang manjanjikan. Kulit sehat akan

memberikan kesan segar sehingga wajah terlihat bersinar dan bersih. Berbagai

kosmetik pemutih wajah dengan aneka merk, jenis, dan iklan menggiurkan pun

bermunculan seperti jamur di musim hujan. Hal ini sesuai dengan penelitian lain

yang dilakukan bahwa 70%-80% perempuan di Asia (yaitu : Cina, Thailand, Taiwan,

dan Indonesia) ingin mempunyai kulit yang lebih putih. Sedangkan di Indonesia dari

85% penduduk wanita yang berkulit gelap sebanyak 55% diantaranya ingin agar

kulitnya menjadi lebih putih (Nandityasari, 2009).

Gaya hidup yang kini terjadi pada masyarakat baik masyarakat kota maupun

desa, tidak hanya kalangan anak remaja tetapi juga dikalangan orang dewasa yakni

berusaha untuk mempercantik diri secara berlebihan, salah satunya berkeinginan

memiliki wajah yang putih. Hal ini menyebabkan seseorang berbuat kesalahan

dalam memilih dan menggunakan kosmetik pemutih tanpa memperhatikan kondisi

kulit dan pengaruh lingkungan. Hasil yang didapatkan tidak membuat kulit menjadi

sehat dan cantik, tetapi malah terjadi berbagai kelainan kulit yang disebabkan oleh

penggunaan kosmetik pemutih tersebut (Tranggono, 2007:38).

Sumartono dalam Achmad Syaiful (2012:16), gaya hidup konsumtif

merupakan suatu tindakan menggunakan suatu produk secara tidak tuntas. Artinya

belum habis suatu produk dipakai, sesorang telah menggunakan produk lain dengan

fungsi yang sama. Hal ini tentunya akan menghabiskan pengeluaran individu lebih

banyak. Anggasari dalam Hotpascaman (2010:12) mendefiniskan perilaku konsumtif

adalah tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperhitungkan

46
sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

mendefinsikan konsumerisme sebagai paham atau gaya hidup yang menganggap

barang-barang sebagai untuk kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya.

Syaiful (2012) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa untuk mengukur

gaya hidup konsumtif yakni membeli produk demi menjaga penampilan dan gengsi,

membeli produk atas pertimbangan harga mahal dianggap prestige, membeli

produk hanya sekedar menjaga simbol status, memakai produk karena unsur

konformitas terhadap model yang mengiklankan, munculnya penilaian bahwa

membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang

positif dan mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).

Konsep gaya hidup yang kita lakoni dapat berakibat positif namun tidak

jarang pula yang membuat kita terjerumus terhadap pola-pola gaya hidup yang

menyesatkan, dampak dari penggunaan kim pemutih yang berbahaya dan telah

dilarang oleh pemerintah dalam hal ini BPOM tetap saja dilanggar.

2.3 Kerangka Teoritis

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam teori di atas maka dapat

disimpulkan bahwa kerangka teoritis dalam penelitian adalah sebagai berikut:

47
Suhartono (2008)

- Pengetahuan

Zarella (2010),
Sulistiyawati (2014)
- Media Sosial Penggunaan Krim Pemutih
- Teman sebaya

Sulistyawati (2014),
Monks (2004)
- Teman Sebaya
- Gaya hidup

Kotler (2008),
Sulistiyawati (2014)
- Gaya hidup

Gambar 2.1
Kerangka Teoritis

48

Anda mungkin juga menyukai