Anda di halaman 1dari 33

Tingtur, Ekstrak, dan

Dekokta/Infusa (Sediaan
Galenika)
Reza Rahmawati, S.Farm., M.Clin.Pharm., Apt.
Program Studi S1 Farmasi
Fakultas MIPA
Universitas Bengkulu
Pendahuluan
Ilmu galenika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan
sediaan obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam yaitu
tumbuhan dan hewan.
Pembuatan sediaan galenika secara singkat:
• Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia
kemudian bahan obat/zat aktif yang terdapat di dalamnya diambil
dan diolah menjadi sediaan galenika
Bentuk sediaan galenika berupa tingtur, ekstrak, dan dekokta
Tujuan sediaan galenika
• Memisahkan obat-obatan yang terkandung dalam simplisia dari
bagian lain yang tidak bermanfaat
• Membuat sediaan farmasi yang sederhana dan mudah dipakai
• Agar obat yang terkandung dalam sediaan stabil dalam penyimpanan
yang lama.
Ekstraksi/Penarikan
• Ekstraksi adalah suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari
bahan asal.
• Tujuannya untuk mendapatkan dan memisahkan zat yang memiliki
khasiat dari suatu simplisia nabati maupun hewani
• Ekstraksi menggunakan cairan penarik yang sesuai.
• Cairan yang dapat digunakan yaitu air, eter, etanol, aseton, kloroform
TINGTUR/TINCTURA
Tingtur
• Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari
bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
• Tingtur juga dapat diartikan sebagai sediaan cair yang dibuat dengan cara
perkolasi atau maserasi simplisia nabati/hewani atau dengan cara
melarutkan senyawa kimia dalam pelarut sesuai monografi simplisia tsb.
• Secara tradisional tingtur tumbuhan berkhasiat obat menunjukkan aktivitas
dari 10 g obat dalam tiap 100 ml tingtur
• Sebagian besar tingtur tumbuhan lain mengandung 20 g bahan tumbuhan
dalam 100 ml tingtur.
Cara pembuatan
• Terdapat 2 cara dalam pembuatan tingtur, yaitu:
• Cara perkolasi
• Cara maserasi
Cara perkolasi
• Perkolasi adalah suatu cara penarikan/ekstraksi dengan memakai alat
yang disebut percolator.
• Simplisia akan direndam dalam cairan penyari.
• Cairan penyari akan turun perlahan-lahan dari atas melalui simplisia.
• Campur dengan hati-hati serbuk bahan obat atau campuran bahan obat
dengan pelarut atau campuan pelarut tertentu secukupnya, hingga rata
dan cukup basah, biarkan selama 15 menit, pindahkan ke dalam perkolator
yang sesuai, dan mampatkan.
• Tuangkan secukupnya pelarut atau campuran pelarut tertentu sampai
terendam seluruhnya, tutup bagian atas perkolator dan jika cairan sudah
hampir menetes dari perkolator, tutup lubang bawah.
• Perkolasi selama 24 jam atau sesuai dengan waktu yang tertera pada
monografi
Cara maserasi
• Maserasi adalah hasil ekstraksi/penarikan simplisia dengan
merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari pada suhu biasa
atau dengan pemanasan
• Untuk pembuatan tingtur waktu maserasi biasanya dilakukan selama
5 hari
• bahan obat dengan 750 ml pelarut atau campuran pelarut tertentu
dalam wadah yang dapat ditutup, dan letakkan ditempat hangat.
• Diamkan selama 3 hari, sambil sering dikocok atau hingga terlarut.
• Pindahkan campuran ke dalam penyaring, dan jika sebagian besar dari
cairan telah mengalir keluar, cuci residu pada penyaringan dengan
sejumlah pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya,
kumpulkan filtrat, hingga diperoleh 1000 ml tingtur.
Penyimpanan
• Tingtur disimpan di dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, , di simpan di tempat yang sejuk.
• Sediaan tingtur harus jernih.
Pembagian tingtur
Tingtur dapat dibedakan berdasarkan:
• Cara pembuatan
• Kekerasan
• Cairan penarik/ektraksi
Menurut cara pembuatan
• Tingtur asli  tingtur yang dibuat secara perkolasi atau maserasi.
• Contoh tingtur perkolasi yaitu belladonae tinctura, cinnamomic
tinctura
• Contong tingtur maserasi yaitu opii tinctura, capsicii tingtura
Menurut kekerasan (perbandingan bahan
dasar dengan cairan penyari)
• Tingtur keras  tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia
berkhasiat keras
• Tingtur lemah  tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia
yang tidak berkhasiat keras
Berdasarkan cairan penariknya
• Tinctura aetherea  menggunakan eter atau campuran eter dengan
etanol
• Tinctura vinosa  menggunakan campuran anggur dengan etanol
• Tinctura acida  di dalam etanol ditambahkan asam sulfat
• Tinctura aquosa  cairan penarik yang digunakan air
• Tinctura composita  menggunakan cairan penarik selain etanol
Contoh sediaan tingtur
• Tingtur Aconitum (Tinctura Aconiti F.I.)
• Tingtur Aconitum dibuat dari 10 bagian serbuk Umbi Aconiti (B30) dengan
etanol encer untuk membuat 100 bagian tingtur. Kadar alkaloid diatur
0,049-0,51% dengan penambahan etanol encer. Berat jenis tingtur 0,890-
0,900.
• Tingtur Belladona (Tinctura Belladonnae F.I.)
• Tingtur Belladona dibuat dari 10 bagian serbuk Daun Belladona (B30)
dengan etanol encer untuk membuat 100 bagian tingtur. Kadar alkaloid
diatur 0,03% dengan penambahan etanol encer. Berat jenis tingtur 0,895-
0,905.
• Tingtur Colchici (Tinctura Colchici F.I.)
• Tingtur Colchici dibuat dari 10 bagian serbuk Biji Colchici segar (B10)
dengan etanol encer untuk membuat 100 bagian tingtur. Tingtur Colchici
harus mengandung 0,04% kolkisin.
• Tingtur Digitalis (Tinctura Digitalis F.I.)
• Tingtur Digitalis dibuat dari 10 bagian serbuk Daun Digitalis (B30) dengan
etanol encer untuk membuat 100 bagian tingtur. Berat jenis tingtur 0,895-
0,905.
Contoh sediaan di pasaran
EKSTRAK (EXTRACTA)
Pengertian
• Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan
menyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung.
• Ekstrak dibuat dengan cara penyarian (ekstraksi) simplisia dengan cara
maserasi atau perkolasi.
• Cairan penyari yang umum digunakan adalah air, etanol atau
campuran etanol dan air
Pembagian ekstrak
Berdasarkan konsistensinya, ekstrak dapat dikelompokkan menjadi:
• Ekstrak cair
• Ekstrak encer
• Ekstrak kental
• Ekstrak kering
• Ekstrak Cair (Extracta Fluida atau Extracta Liquida)
• Menurut FI IV, ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang
mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau
sebagai pelarut dan pengawet.
• Ekstrak cair merupakan sediaan cair yang lebih pekat daripada tingtur.
• Contoh : ekstrak cair kina
• Ekstrak Encer (Extracta Tenua)
• Ekstrak encer adalah ektrak cair yang dipekatkan hingga
konsistensinya seperti madu.
• Ekstrak encer jarang digunakan dalam pengobatan.
• Contoh ekstrak encer dalam farmakope adalah Extractum Filicis Maris
• Ekstrak Kental (Exctracta Spissa)
• Ekstrak kental adalah sediaan cair yang kental pada suhu hangat,
namun tidak dapat dituang pada suhu kamar.
• Ekstrak kental dapat diencerkan dengan bahan yang inert seperti
laktosa atau dekstrin untuk mendapatkan kadar senyawa aktif
tertentu.
• Saat ini, ekstrak kental tergantikan oleh ekstrak kering, karena
stabilitasnya yang rendah dan rentan terhadap pertumbuhan mikroba
• Ekstrak Kering (Exctracta Sicca)
• Ekstrak kering adalah sediaan yang didapatkan dengan cara
memekatkan ekstrak cair dengan kondisi sedang.
• Ekstrak kering harus diencerkan dengan bahan yang inert seperti
laktosa atau dekstrin untuk mendapatkan kadar senyawa aktif yang
diinginkan.
• Ekstrak kering biasanya sangat higroskopis, oleh karenanya harus
digiling dan dicampur sebisa mungkin dalam kondisi bebas lembab
Cara pembuatan
Ekstrak yang dibuat dengan cara penyarian dengan campuran etanol
dan air (hidroalkohol) dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi
Maserasi
• Maserasi dilakukan menurut cara yang tertera pada tingtur.
• Suling atau uapkan maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak
lebih dari 50◦C hingga konsentrasi yang dikehendaki.
Perkolasi
• Perkolasi dilakukan menurut cara yang tertera pada tingtur.
• Setelah perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam, biarkan
cairan menetes, tuangi massa dengan cairan penyari hingga 500 mg
perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa.
• Perkolat disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 50◦C hingga konsistensi yang dikehendaki.
DEKOKTA/INFUSA
• Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
dengan air pada suhu 90◦C selama 30 menit.
• Dekok dibuat dengan cara mencampur simplisia dengan derajat halus yang
sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air
selama 30 menit terhitung mulai suhu mencapai 90◦C sambil sekali-kali
diaduk.
• Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas hingga diperoleh volume dekok yang dikehendaki, kecuali
dekok dari simplisia Condurango Cortex diserkai dalam keadaan dingin.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai