Anda di halaman 1dari 28

EKSTRAK

Syafa’ah, S. Farm., Apt


Standart Kompetensi :

3.11 Menerapkan pembuatan sediaan


ekstrak
4.11 Membuat sediaan ekstrak

KKM : 70
Pengertian ekstrak
1. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan
pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).

2. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, ekstrak adalah sediaan


kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati
atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung (Anonim, 1979).
Penyimpanan ekstrak
1. Ekstrak biasanya disimpan dalam wadah yang berisi zat
pengering, misalnya kapur tohor. (Anonim, 1979).

2. Ekstrak juga harus disimpan terlindung dari pengaruh cahaya


dan apabila mengandung bahan mudah menguap harus disimpan
dalam botol yang disumbat rapat.(Pharmacope Nederland)
Jenis- Jenis Ekstrak

Extracta dapat digolongkan menjadi 3


jenis, yaitu:
1. Ekstrak kering (Siccum)
2. Ekstrak Kental (Spissum)
3. Ekstrak cair (Liquidum)
1. Ekstrak Kering (siccum)

Ekstrak kering adalah sediaan padat yang memiliki bentuk


serbuk yang didapatkan dari penguapan oleh pelarut yang
digunakan untuk ekstraksi. substansi ekstrak kering yaitu
eksipien (bahan pengisi),stabilizers (penstabil), dan
preservative (bahan pengawet). Ekstrak kering harus mudah
digerus menjadi serbuk.

Standardisasi dari pembuatan ekstrak kering adalah


kesesuaian bahan material, kesesuaian menggunakan bahan
inert, atau ekstrak kering dari bagian tumbuhan yang
digunakan untuk pengolahan. Penggunaan  pelarut
disesuaikan dengan jumlah dan monografinya. (USP 30-
NF25 topic 565)
Ekstrak kering (Ekstrak siccum) dibagi dalam dua
bagian, yaitu:

1. Ekstrak kering, yang dibuat dengan suatu cairan


etanol dan karena tidak larut sepenuhnya dalam air.
Contohnya adalah Ekstraktum Granati, Ekstraktum
Rhei.

2. Ekstrak kering yang dibuat dengan air. Contohnya


antara lain Ekstraktum Aloes, Ekstraktum Opii,
Ekstraktum Ratanhiae. (Van Duin, 1947)
2. Ekstrak Kental (Spissum)

 Ekstrak Kental atau ekstrak semisolid, adalah sediaan yang


memiliki tingkat kekentalan di antara ekstrak kering dan ekstrak
cair. Suatu ekstrak kental diartikan dengan ekstrak dengan kadar air
antara 20-25%; hanya pada Extractum Liquiritae diizinkan kadar
air sebanyak 35%. (Van Duin, 1947)

 Ekstrak kental didapatkan dari penguapan sebagian dari pelarut, air,


alkohol, atau campuran hidroalkohol  yang digunakan sebagai
pelarut dalam ekstraksi. Ekstrak semisolid mengandung
antimicrobial atau bahan pengawet lainnya yang sesuai. Ekstrak
semisolid terdiri dari bahan yang sama dengan ekstrak kering yang
dapat digunakan sebagai obat-obatan atau suplemen, tetapi 
masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian. (USP 30-NF25
topic 565)
Pembuatan ekstrak kental

1. Extractum Filicis, yang dibuat dengan perkolasi dengan eter,


setelah itu eter dihilangkan sama sekali dengan penyulingan. Dalam
Farmakope dinyatakan bahwa sebelum Ekstractum Filicis harus
diaduk terlebih dahulu.

2. Extractum Cannabis indicae, yang dibuat dengan etanol 90% dan


mungkin tidak mengandung jumlah air yang berarti. Jika ekstrak ini
pada waktu pengolahan harus dilarutkan, maka untuk itu kita harus
memakai etanol 90%.
Penggolongan ektrak kental

1. Ekstrak kental yang dibuat dengan etanol 70% dan dimurnikan


dengan air, contoh: Ekstrak Belladonnae, Extractum Visci albi,
Extractum Hyoscyami.

2. Ekstrak kental yang dibuat dengan air, contoh: Extractum


liquiritae, Extractum Gentianae, Extractum Taraxaci.  (Van Duin,
1947)
3. Ekstrak Cair (Liquidum)

Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati,


yang mengandung etanol sebagai pelarut atau
sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan
pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-
masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung
bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi
syarat.
3. Ekstrak Cair (Liquidum)

 Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat


didiamkan dan disaring atau bagian yang bening
dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh memenuhi
persyaratan Farmakope. Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak
yang sesuai. (Farmakope Indonesia Edisi III, hal 7)
 
 Ekstrak cair dibuat dengan cara perkolasi. Biasanya juga
mengikuti proses maserasi. Proses pembuatan mencakup
konsentrasi bagian yang ditambah air selama penyaringan
oleh uap atau penyulingan pada temperature di bawah 60°.
(USP 30-NF25 topic 565)
3. Ekstrak Cair (Liquidum)

Contoh ekstrak cair adalah Extractum Chinae


liquidum, Extractum Hepatis liquidum (Van
Duin, 1947)
Metode Pembuatan Ekstrak

Ada beberapa metode ekstraksi simplisia bahan alam,


antara lain
1. Maserasi

2. Infundasi

3. Dekoksi

4. Digesti

5. Perkolasi

6. Soxletasi
1. Maserasi

Maserasi yaitu Ekstraksi bahan dengan pelarut pada


suhu kamar selama waktu tertentu dengan sesekali
diaduk/digojok.

Remaserasi : dilakukan pengulangan penambahan


pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama.

Maserasi kinetik : dilakukan pengadukan terus-


menerus.
Cara Maserasi
Sejumlah bahan ditempatkan pada wadah tertutup,
ditambah dengan pelarut dengan perbandingan kira-
kira 1:7. Diamkan selama 5 hari pada suhu kamar dan
terlindung dari cahaya dengan sesekali diaduk. Setelah
itu, cairan dipisahkan, buang bagian yang mengendap.
2. Infundasi
 Infundasi merupakan metode ekstraksi dengan
pelarut air. Pada waktu proses infundasi berlangsung,
temperatur pelarut air harus mencapai suhu 90ºC
selama 15 menit.
 Rasio berat bahan dan air adalah 1 : 10, artinya jika
berat bahan 100 gr maka volume air sebagai pelarut
adalah 1000 ml.
Cara Infundasi

Serbuk bahan dipanaskan dalam panci dengan air


secukupnya selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 90ºC sambil sekali-sekali diaduk. Saring
selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume
yang diinginkan. Apabila bahan mengandung minyak
atsiri, penyaringan dilakukan setelah dingin.
3.Dekoksi
 Dekoksimerupakan proses ekstraksi yang mirip
dengan proses infundasi, hanya saja infuns yang
dibuat membutuhkan waktu lebih lama (≥ 30 menit)
dan suhu pelarut sama dengan titik didih air.
Cara Dekoksi

 Serbuk bahan ditambah air dengan rasio 1 : 10,


panaskan dalam panci enamel atau panci stainless
steel selama 30 menit. Bahan sesekali sambil diaduk.
Saring pada konsidi panas melalui kain flanel,
tambahkan air panas secukupnya melalui ampas
hingga diperoleh volume yang diinginkan.
4.Perkolasi

 Perkolasiadalah proses ekstraksi dengan pelarut yang


selalu baru sampai sempurna. Secara umum proses
perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang.
Sedangkan parameter berhentinya penambahan
pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung
senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada
ekstraksi bahan alam terlihat tetesan perkolat sudah
tidak berwarna.
Cara Perkolasi
 Serbuk bahan dibasahi dengan cairan penyari dan
ditempatkan pada bejana silinder. Bagian bawah
bejana diberi sekat berpori untuk menahan serbuk.
Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui
serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat
aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan
jenuh.
Alat Perkolasi
5.Soxkletasi
Yaitu proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut
yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus soxklet sehingga terjadi ekstraksi konstan
dengan adanya pendingin balik.
Cara Soxkletasi
 Serbuk bahan ditempatkan pada selongsong, lalu
ditempatkan pada alat soxhlet yang telah dipasang
labu dibawahnya. Tambahkan pelarut sebanyak 2 kali
sirkulasi. Pasang pendingin balik, panaskan labu,
ekstraksi berlangsung minimal 3 jam dengan interval
sirkulasi kira-kira 15 menit.
Keuntungan dan kelebihan ekstrak

1. Zat berkhasiat yang terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang


mempunyai kadar tinggi

2. Zat berkhasiat lebih mudah diatur dosisnya.

3. Untuk menstandardisasi  kandungannya sehingga menjamin


keseragaman mutu, keamanan, dan khasiat produk akhir (Moh.Anief, 2010)

4. Penggunaan ekstrak dibandingkan dengan simplisia  asalnya adalah bisa


lebih simple dari segi bobot, pemakaian ekstrak lebih sedikit dibandingkan
dengan bobot tumbuhan asalnya.

5. Dengan adanya teknologi ekstrak ini, biasanya pihak yang diuntungkan


diantaranya industri bidang obat tradisional dari segi keseragaman mutu
hasil produk jadinya, dan pemerintah dari sisi keamanan  dan khasiat
produk jadi (Anonim, 2005)
Kerugian dan Kekurangan ekstrak

Pada pembuatan ekstrak tidak semua zat berkhasiat dapat tersari


dalam pelarutnya. (Anonim, 2005).
Sekian
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai