Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

(STUDI LITERATUR: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS KADAR ZAT PEWARNA


RHODAMIN B PADA BUMBU TABUR ATAU BUMBU PERASA SECARA
KUALITATIF DAN KUANTITATIF)

Dosen Pengampu: Rissa Laila Vifta, S.Si., M.Sc

Disusun Oleh: Kelompok 8 (gelombang 1)


Dinda Nur Dhuhania (052201037)
Intan Meiliyanti (052201038)
Marina Tri Rahayu (052201039)
Pita Liskasari (052201040)
Intan Nurani Ikhsan (052201041)

Program Studi S1 Farmasi Transfer


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ngudi Waluyo
2021

i
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1

1.2 Tujuan ......................................................................................................................1

BAB II ISI .......................................................................................................................3

Relevansi Metode..........................................................................................................3

Relevansi Hasil.............................................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN...................................................................................................

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................13

4.1 Kesimpulan ........................................................................................................19

4.2 Saran...................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................20

LAMPIRAN (JOBDESK) ..............................................................................................22

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Studi Literatur
Rhodamine B Pada Bumbu/Saos Berbentuk Serbuk Secara Kualitatif dan Kuantitatif ”

Kami ucapkan terimakasih kepada ibu Tri Minarsih, M.Sc., Apt dan ibu Rissa Laila
Vifta, S.Si., M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah praktikum Analisis Farmasi dan juga
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Penulis

iii
BAB I
( PENDAHULUAN )
1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Undang- Undang No. 33 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan,

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan dalam pangan untuk

mempengaruhi sifat atau bentuk makanan. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)

dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh

konsumen (DR febrianti, 2017). Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun

negatif bagi masyarakat. Namun, pada saat ini penggunaan zat kimia yang ditambahkan ke

dalam bahan pangan marak terjadi yang tentunya dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggungjawab demi keuntungan finansial semata. Salah satu contohnya adalah pada

proses pengolahan makanan dimana bahan tambahan pangan (BTP) berupa zat pewarna

dicampurkan agar makanan ringan terlihat lebih enak dan menarik. Bumbu tabur atau

seasoning powder (bumbu perasa) merupakan bumbu yang fungsinya untuk memberikan rasa

pelezat pada makanan atau jajanan. Rasa dan warna pada bumbu tabur bermacammacam

jenisnya menambah daya tarik tersendiri. Jajanan yang memiliki bumbu berwarna yang

mencolok membuat konsumen tertarik untuk mengkonsumsinya (Sari, 2017).

Penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan telah diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor.33 Tahun 2012. Namun, masih sering terjadi

penyalahgunaan pemakaian zat pewarna non pangan seperti salah satunya adalah penggunaan

zat warna sintesis Rhodamin B pada makanan. Rhodamin B adalah zat yang terbuat dari

dietillamio phenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi

manusia. Rhodamin B biasanya digunakan untuk memberi warna merah yang sebenarnya

merupakan bahan kimia pewarna untuk cat tembok, tekstil, pewarna untuk kerajinan bambu,

layang-layang dan sebagainya (Effendi, 2009).

Pada umumnya, bahaya akibat mengkonsumsi rhodamin B akan muncul jika zat

warna ini dikonsumsi dalam jangka panjang. Bahaya yang terjadi jika mengkonsumsi

Rhodamin B dalam jumlah yang cukup cukup besar dan berulang-ulang akan menyebabkan

1
iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran

pencernaan, keracunan, gangguan fungsi hati dan kanker hati (Yuliarti, 2007). Tetapi, perlu

diketahui pula bahwa rhodamin B juga dapat menimbulkan efek akut jika tertelan sebanyak

500 mg/kg BB, yang merupakan dosis toksiknya. Efek toksik yang mungkin terjadi adalah

iritasi saluran cerna (BPOM RI, 2015). Rhodamin B dilarang digunakan dalam produk

makanan karena penggunaan Rhodamin B dalam waktu lama akan menyebabkan gangguan

fungsi hati maupun kanker hati. Menghirup rhodamin B dapat pula mengakibatkan gangguan

kesehatan yaitu iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit dan juga akan mengalami

iritasi mata kemerahan (Putri,2009). Selain itu, Rhodamine B juga dapat menyebabkan

karsinogenik. Uji toksisitas Rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan

injeksi subkutan dan secara oral. Rhodamin B dapat menyebabkan Karsinogenik pada tikus

ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul sarcoma local, sedangkan secara i.v didapatkan LD 50

89,5 mg/kg yang ditandai dengan gejala adanya pembesaran hati, ginjal dan limfa diikuti

perubahan anatomi. Penggunaan Rhodamin B tentunya berbahaya bagi kesehatan,

Penumpukan Rhodamin B di lemak dalam jangka waktu yang lama dengan jumlah yang terus

menerus bertambah di dalam tubuh, dapat menimbulkan kerusakan pada organ tubuh sampai

mengakibatkan kematian (Mamoto dan Citraningtyas, 2013)

Berdasarkan pemaparan di atas, penambahan Rhodamin B pada bahan pangan

menyebabkan banyak kerugian fatal yang dapat membahayakan kesehatan, sehingga studi

literatur tentang identifikasi dan analisis kadar Rhodamin B pada bahan makanan penting

dilakukan, terkhususnya pada bumbu tabur atau seasoning powder (bumbu perasa) yang

merupakan bahan tambahan makanan yang sering dicampurkan ke dalam makanan. Dengan

dilakukannya studi leratur, dapat diperoleh informasi yang relevan, meningkatkan

pengetahuan serta dapat memberikan ide atau tujuan tentang topik penelitian yang

akan dilakukan dalam membuat suatu tulisan ataupun karangan ilmiah.

2
1.2 TUJUAN

Untuk mengidentifikasi dan menganalisis kadar zat pewarna Rhodamin B pada bumbu
tabur atau seasoning powder (bumbu perasa) dengan berdasarkan uji kualitatif dan
kuantutatif.

3
BAB II
( ISI )

2.1 Relevansi Metode

Kriteria Jurnal Uraian

Metode Jurnal 1 Simple Random Sampling


Sampling Sampel yang digunakan pada penelitian ini masing-masing terdiri dari 9
sampel dari setiap pasar yang dipilih secara Simple Random Sampling.
Jurnal 2 Sampling insidental
Sampel diambil dari penjual jajanan di Kecamatan Banjarmasin Utara
Kota Banjarmasin. Sampel yang didapatkan berjumlah 16 bumbu tabur
rasa balado.
Jurnal 3 Deskriptif laboratorium (observasi) dengan metode purposive
random sampling.
Dilakukan observasi pada jajanan tahu yang dicampurkan bumbu
dengan berbagai variasi warna. Sampel dibagi dalam 6 kelompok
berbeda (A1, A2, B1, B2, C1, C2) berdasarkan variasi bumbu. Tempat
pengambilan sampel adalah 3 swalayan di Kota Manado yaitu Swalayan
A, B, dan C.
Jurnal 4 Acidential sampling
Sample diambil berdasarkan insidential / secara kebetulan sample
diambil dari pedagang yang berjualan di sekitar tempat penelitian.
Jurnal 5 Metode Purposive sampling
Sampel yang diambil yaitu cabe merah giling sebanyak 100 gram.
Pengambilan sampel dengan metode purposive pada beberapa pasar
tradisional di Kota Medan diantarnya Pasar Peringgan, Pasar Sukaramai,
Pasar Sei Sikambing, Pusat Pasar, dan Pasar Aksara.
Met ode Jurnal 1 Preparasi Sampel:
Preparasi Ditimbang 5 gram sampel, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan
Sampel dihomogenkan dengan menggunakan metanol sebanyak 50 mL. Dikocok
sampai terjadi pemisahan yaitu terjadi perubahan warna pelarut.

4
Dipisahkan hasil ekstraksi dengan menggunakan kertas saring kemudian
diambil filtratnya. Selanjutnya larutan dimasukkan kedalam corong
pisah dan diekstraksi sebanyak 2 kali dengan menambahkan masing-
masing 10 mL larutan metanol, kemudian pisahkan hasil ekstraksi. Hasil
ekstraksi dimasukkan ke dalam beaker gelas. Dipanaskan diatas
penangas air 30 menit, dilakukan hal yang sama pada sampel berikutnya.
Jurnal 2 Preparasi Sampel
Sampel dipreparasi menggunakan metode serapan benang wol. Sampel
ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan dalam enlenmeyer.
Kemudian direndam selama satu (1) malam dengan larutan ammonia 2%
yang dilarutkan dalam etanol 70%. Sampel yang sudah didiamkan 1
malam, disaring filtratnya dengan kertas saring. Larutan tersebut
dipanaskan dengan suhu 800C hingga semua larutan ammonia 2%
menguap, sehingga didapatkan filtrate dari sampel. Kemudian sampel
ditambahkan larutan asam yang dibuat dengan mencampurkan 10 ml air
dan 5 ml asam asetat 10%, lalu dimasukkan 15 cm benang wol dan
didihkan selama 10 menit.
Jurnal 3 Preparasi sampel:
Sebanyak 2 gram sampel ditimbang, kemudian dimasukan ke dalam
cawan penguap., Ditambahkan 7 tetes HCl 0,1 N. Ditambahkan 15 ml
methanol. Dilelehkan diatas waterbath selama 15menit. Disentrifugasi
selama 10 menit, kemudian ditambahkan Na-sulfat anhidrat.. Disaring
mengunakan kertas saring, lalu diamati dengan spektrofotometri UV-
Visible.
Jurnal 4 Pemurnian sample
Sample yang digunakan berupa Jelly cup, Permen Lollypop, Saus
Tomat, Arum Manis dan Bubuk tabur rasa balado. Untuk sampel yang
berupa Permen Lollypop, dan Arum manis digerus untuk memudahkan
penimbangan. Sampel ditimbang sebanyak 2,5 gram kemudian
dimasukkan dalam bekker glass 100 ml. Pemurnian sample dilakukan
dengan penambahan larutan HCl 0,1 N sebanyak 20 ml kemudian
disaring dengan kertas saring.
Jurnal 5 Pemurnian sample:
• masukkan 50 g sampel yang sudah dihaluskan kedalam beaker gelas,
tambahkan 50 ml larutan KHSO3 10% dan masukkan benang wooll

5
secukpnya kemudian panaskan selama 10 menit
• setelah dingin cuci benang woll dengan air bersih. Amati warna yang
terbentuk, apabila benang wool bewarna berarti ada zat warna tambahan
• masukkan benang wool kedalam beaker glass kemudian tambhakan
larutan amonia 10% panaskan di water bath hingga zat warna luntur dari
benang

Uji Organoleptis Jurnal 1 Tidak dilakukan uji organoleptis

Jurnal 2 Tidak dilakukan uji organoleptis

Jurnal 3 Tidak dilakukan uji organoleptis

Jurnal 4 Dalam jurnal dilakukan uji organoleptis untuk mengetahui bentuk,


warna, dan rasa
Jurnal 5 Tidak dilakukan uji organoleptis

Medote Uji Jurnal 1 Uji kualitatif menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis
Kualitatif (KLT)

Jurnal 2 Uji kualitatif menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis


(KLT)
Jurnal 3 Tidak dilakukan uji kualitatif

Jurnal 4 Tidak dilakukan uji kualitatif

Jurnal 5 Uji kualitatif pada penelitian ini menggunakan metode


kromatografi kertas

Adapun langkah-langkah nya sebagai berikut:


• larutan diteteskan diatas kromatografi kertas dengan menggunakan
pipet kapiler dan biarkan mongering ulangi beberapa kali
•setelah itu kertas kromatografi dimasukkan ke dalam bejana (chamber)
yang sudah mengandung larutan eluen (pilih satu eluen yang cocok)
eluen I (etilmetilketon : aseton : air = 70 : 30 :30) dan eluen II (2 gram
NaCl dalam 100 ml etanol 50%). Kemudian bejana ditutup kemudian
biarkan 2 sampai 3 jam
• kertas kromatografi dikelurkan dari bejana lalu dikeringkan di udara
•amati bercak-bercak yang timbul

Metode Uji KLT Jurnal 1 Analisa menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT):
- Fase diam : plat silika gel yang mengandung flouresensi yang
dapat berpendar atau berflouresensi pada λ 254 nm

6
- Fase gerak : n-butanol : etil asetat : amonia (10 : 4: 5)
Diambil plat silika dengan ukuran 10 cm x 12 cm, diberi tanda dengan
pensil ± 1 cm dari tepi bawah dan tepi atas dengan jarak antara
penotolan satu dengan penotolan lain adalah 1 cm. Dimasukkan eluen
yaitu n-butanol:etilasetat:amonia dengan perbandingan 10:4:5 ke dalam
chamber dan selanjutnya chamber dijenuhkan. Totolkan sampel diatas
plat silika dengan menggunakan pipet kapiler, didiamkan beberapa
menit. Dimasukkan plat tersebut ke dalam chamber tertutup yang telah
di isi dengan eluen, dibiarkan pelarut menaiki plat di dalam wadah
perlahan-lahan. Diamati jarak noda yang terbentuk sampai tanda batas,
jika jarak noda tidak tampak secara manual, dilakukan secara visual
dibawah sinar ultra violet (UV), sampel positif mengandung rhodamin B
jika dilihat secara visual maka akan berwarna merah muda sedangkan
apabila dilihat di bawah sina UV 254 nm akan berfluoresensi orange dan
berfluoresensi merah muda di bawah sinar UV 366 nm.
Jurnal 2 Analisis Rhodamin B pada bumbu tabur menggunakan metode KLT,
dimana:
 Fase diam = plat silica gel GF 254
 Fase gerak = n-butanol : etil asetat : ammonia (10:4:5)
Sebelum memulai pengujian KLT, disiapkan dulu larutan baku dari
Rhodamin B. Larutan baku dibuat dengan menimbang Rhodamin B
sebanyak 0,5 mg lalu dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Tahap
pengujian menggunakan KLT dilakukan dengan menotolkan sampel
pada plat silica gel GF 254. Sampel yang telah ditotolkan dibiarkan
hingga mengering kemudian dielusi dalam chamber yang telah
dijenuhkan dengan fase gerak. Plat KLT yang telah terelusi sempuran
diangkat dan dikeringkan, lalu diamati secara visual bercak akan
berwarna merah muda, berwarna jingga ketika dibawah sinar UV 254nm
dan akan berwarna merah muda saat dibawah sinar UV 366nm.
Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan nilai Rf.

Jurnal 3 Tidak dilakukan Uji menggunakan KLT

Jurnal 4 Tidak dilakukan Uji menggunakan KLT

7
Jurnal 5 Pada jurnal ini hanya dilakukan uji KLT kertas

Metode Uji Jurnal 1 Tidak dilakukan uji kuantitatif


Kuantitatif

Jurnal 2 Tidak dilakukan uji kuantitatif

Jurnal 3 Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 500-600 nm.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan meliputi:

 Pembuatan Larutan Baku


Dibuat larutan baku Rhodamin B 100 ppm. Kemudian dari larutan
tersebut dibuat larutan baku 10 ppm. Kemudian dibuat satu seri larutan
baku dengan konsentrasi masing-masing : 0,6 ; 0,8 ; 1 ; 4 ; 6 ppm.
Dengan pelarut HCl 0,1 N.

 Penetapan Kadar Zat Warna Rhodamin B


Penetapan kadar Rhodamin B adalah masing-masing larutan
dimasukkan kedalam kuvet, kemudian diukur secara spektrofotometri
cahaya tampak pada panjang gelombang 500- 600nm. Untuk
menghitung kadar Rhodamin B digunakan kurva kalibrasi dengan
persamaan regresi y=bx ± a.

 Kurva Kalibrasi Rhodamin B

Kurva kalibrasi larutan baku rhodamin B dibuat dengan membuat


larutan baku dengan konsentrasi 10 ppm. Selanjutnya dibuat seri
larutan baku dengan konsentrasi masing-masing 0,6 ; 0,8; 1; 4; 6 ppm,
kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 557nm.
Jurnal 4 Pengujian secara kuantitatif dilakukan dengan metode Spektrofotometri
UV-VIS dengan panjang gelombang 517,5 – 558 nm.
Jurnal 5 Pemeriksaan zat warna Rhodamin B dengan metode Gravimetri
Langkah-langkah:
• benang wool (±20 cm) dicuci dengan n-Hexana, lalu dikeringkan
dalam oven dan didingin kan dalam desikator dan timbang berat (berat
8
a)
• 30-50 sampel cair ditimbang dengan larutan KHSO 4 encer. Jika sempel
padat terlebih dahulu di campurkan 25 gr sampel dengan air kemudian
dihomogenkan, lalu diambil 30-50 ml dan ditambahkan dengan larutan
KHSO4 encer
• masukkan benang wool yang sudah ditimbang kedalam larutan, lalu
didihkan selama 30 menit
• benang woll diangkutdan dicuci dengan air panas

• benang woll dikeringkan dan ditimbang kembali (berat b) dan dihitung


selisih berat benang wool sebelum dan sesudah perlakuan, itulah sebagai
kadar zat warna

2.2 Relevansi Hasil

Kriteria Jurnal Uraian

Hasil data yang Jurnal 1  Hasil analisis rhodamin B pada cabai merah bubuk di pasar
diperoleh Beureunun
Harga Rf sampel tidak ada yang sama atau masih dalam range 0,0 ≤
Rf ≤ 0,02 dengan larutan baku rhodamin B. Rf larutan baku yaitu
0,57, sedangkan nilai Rf sampel 1) 0,98 ; 2) 0,97 ; 3) 0,21 , 0,98 ; 4)
0,98 ; 5) 0,97 ; 6) 0,12 , 0,97 ; 7) 0,97 ; 8) 0,97 ; 9) -. Terdapat dua
bercak noda pada sampel III dan VI. Adanya bercak noda yang lebih
dari satu kemungkinan disebabkan oleh adanya senyawa lain yang
berbeda kepolarannya yang ikut terpisah karena sesuai dengan eluen
yang digunakan. Nilai Rf 0,21 dan 0,12 menunjukkan bahwa
senyawa yang terelusi bersifat polar, sedangkan nilai Rf 0,98 dan
0,97 bersifat non polar.

 Hasil analisis rhodamin B pada cabai merah bubuk di pasar


Simpang Peut
Harga Rf sampel tidak ada yang sama atau masih dalam range 0,0 ≤
Rf ≤ 0,02 dengan larutan baku. Adapun nilai Rf larutan baku sebesar
0,64 sedangkan nilai Rf sampel A-I bernilai sama yaitu 0,98 kecuali
pada sampel G yang tidak ditemukan bercak noda. Bercak noda yang
tidak terlihat bisa jad disebabkan karena kesalahan pada proses
ekstraksi simplisia.
Warna noda sampel adalah merah muda akan tetapi bukan rodhamin
B. Warna merah tersebut merupakan warna alami dari cabai.
Jurnal 2  Dari 16 sampel bumbu tabur yang dilakukan pengujian terdapat 5
sampel yang yang positif mengandung Rhodamin B, yaitu sampel
dengan kode A, B, D, F dan I. Dimana 5 sampel tersebut memberikan

9
bercak warna merah muda pada plat, warna jingga pada lampu UV
254nm dan warna merah muda pada sinar UV 366nm.
 Perhitungan Rf diperoleh nilai Rf Kontrol (Larutan Baku) 0,59 positif
Rhodamin B. Untuk kelima sampel bumbu tabur yang positif
mengandung Rhodamin B menunjukkan hasil RF sebesar 0,59.
Jurnal 3  Rhodamin B diperoleh panjang gelombang 557 nm.

 Hasil perhitungan persamaan regresi kurva kalibrasi diperoleh


persamaan garis y = 0.00548x + 0.0631 dengan koefisien korelasi
(r) sebesar 0.987.
 Hasil kadar Rhodamin B pada sampel dengan cara uji
spektrofotometri UV- Vis pada panjang gelombang 557nm sebagai
berikut:
Sampel: A1
Warna larutan uji: Merah pekat
Absorbansi: 0.171, 0.368, 0.258
Absorbansi rata-rata: 0.265
Rata-rata: 0.036 µg/ml
Sampel: A2
Warna larutan uji: Orange
Absorbansi: 0.216, 0.304, 0.341
Absorbansi rata-rata: 0.287
Rata-rata: 0.040 µg/ml
Sampel: B1
Warna larutan uji: Merah
Absorbansi: 0.266, 0.260, 0.426
Absorbansi rata-rata: 0.317
Rata-rata: 0.046 µg/ml
Sampel: B2
Warna larutan uji: Merah
Absorbansi: 0.170, 0.218, 0.375
Absorbansi rata-rata: 0.254
Rata-rata: 0.034 µg/ml
Sampel: C1

10
Warna larutan uji: Merah
Absorbansi: 0.134, 0.310, 0.423
Absorbansi rata-rata: 0.289
Rata-rata: 0.041 µg/ml
Sampel: C2
Warna larutan uji: Merah
Absorbansi: 0.152, 0.154, 0.297
Absorbansi rata-rata: 0.201
Rata-rata: 0.025 µg/ml
Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditemukan kadar Rhodamine B pada
semua sampel jajanan tahu yang sering beredar di Kota Manado. Kadar
rhodamin b terbesar ditunjukkan pada sampel B1 dengan kadar
0.046µm/ml kemudian diikuti sampel C1 0.041µg/ml, A2 0.040µg/ml,
C20.036µg/ml, B2 0.034µg/ml, dan yang terkecil varian rasa pedas B1
yaitu 0.025µg/ml.
Jurnal 4 Hasil Uji organoleptis :
Bentuk/tekstur = Jelly cup (kenyal), Permen Lollypop (keras), Saus
Tomat (semi padat), Arum manis (halus seperti
kapas/berserabut), Bubuk tabur rasa balado (serbuk
halus)
Warna = Jelly cup (merah), permen lollypop (merah muda),
Saus Tomat (merah), arum manis (merah muda), bubuk
tabur rasa balado (orange)
Rasa = Jelly cup (manis), permen lollypop (manis), Saus
Tomat (manis), arum manis (manis), bubuk tabur rasa
balado (pedas manis)
Hasil Uji kuantitatif :
Hasil pengujian spektrofotometri UV-VIS menunjukkan dari 5 sample
jajanan hanya 1 sample yang positif mengandung Rhodamin B yaitu
sampel Arum manis dengan nilai panjang gelombang 554,50 nm dimana
panjang gelombang tersebut berada diantara batas panjang gelombang
yang ditentukan yaitu 517,5 – 558 nm.
Jurnal 5 Hasil Uji Kualitatif:
Ada satu sampel sama perambatan zat warna cabe merah giling dengan
zat warna baku banding Rhodamin B, berarti ada satu sampel

11
mengandung Rhodamin B yang berasal dari pusat pasar pada pedagang
pertama

Hasil Uji Kuantitatif:


Terdapat sampel yang memiliki kadar Rhodamin B sebesar 0,419 gram
dalam setiap 100 gr cabe merah giling, atau sebesar 419 ppm dalam
setiap 100 gr cabe merah giling.

12
BAB III
( PEMBAHASAN )

Dalam Peraturan Menteri kesehatan RI Nomer.33 Tahun 2012 mengatur tentang


penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan. Akan tetapi masih
banyak yang melakukan penyalahgunaan terhadap pemakaian zat-zat yang berbahaya seperti
zat pewarna non pangan salah satunya yaitu Rhodamin B pada makanan. Pemberian
rhodamin B dalam cabe bubuk ditambahkan agar kualitas warna yang dihasilkan lebih
menarik sehingga membuat konsumen tertarik. Selain itu karena dari segi harga yang relatif
murah dan mudah didapatkan.
Seperti yang diketahui rhodamin B merupakan pewarna tekstil. Penggunaan rhodamin
B dengan kadar yang besar dapat membahayakan kesehatan. Semakin besar kadar maka akan
semakin besar besar efek toksik yang ditimbulkan. Rhodamin B dapat menimbulkan efek
akut jika tertelan sebanyak 500 mg/kg BB, yang merupakan efek toksiknya. Efek toksik yang
mungkin terjadi adalah iritasi saluran cerna (Badan POM RI, 2015). Data analisis pada
rhodamin B pada cabai bubuk terangkum dalam tabel 1.
Tabel 1. Data Analisis Rhodamin B pada Cabai Bubuk
No Sampel Kandungan Metode Analisis Sumber
Rhodamin B
1 Rhodamin B pada Cabai KLT (Zarwinda dan
-
Bubuk Elfariyanti, 2020)
2 Rhodamin B pada Cabai KLT
+
Bubuk
3 Rhodamin B pada Cabai Spektrofotometri UV-
+
Bubuk Vis
4 Rhodamin B pada Cabai Spektrofotometri UV-
+
Bubuk Vis
5 Rhodamin B pada Cabai KLT Kertas,
+
Bubuk Metode Gravimetri

Berdasarkan tabel diatas, dilakukan beberapa analisis adanya kandungan pewarna non
pangan rhodamin B dengan metode analisis yang berbeda. Diantaranya dengan menggunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Spektrofotometri UV-Vis, KLT Kertas dan juga
metode Gravimetri. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan
metode analisis dengan KLT sendiri karena dalam pelaksanaannya lebih mudah dan murah,
demikian juga peralatannya yang digunakan pada plat KLT lebih sederhana. Selain itu
preparasi sampel yang mudah, menghitung Rf yang mudah. Akan tetapi pada metode ini
memiliki kekurangan yaitu perlu menunggu fase gerak yang digunakan untuk jenuh, sehingga
memerlukan waktu agak lama. Metode lain yaitu Spektrofotometri (jelaskan kelebihan dan
kekurangannya, berlaku untuk metode analisis lainnya)
Pembahasan tambahan jurnal 4

13
Dari jurnal 4 dapat diketahui, kelima sample yang diuji hanya satu sample saja yang positif
mengandung Rhodamin B yaitu sampel Arum manis. Dalam jurnal hanya dilakukan
pengujian secara kualitatif menggunakan metode spektofotometri UV-VIS saja sehingga
perlu pengujian yang lebih spesifik untuk menunjukkan kandungan rhodamin B pada sampel.
Dari pembahasan kelompok ini yaitu studi literatur Rhodamin B pada sampel bubuk tabur,
menurut jurnal 4 sample bubuk tabur rasa balado negatif mengandung Rhodamin B. Sehingga
dapat dikatakan tidak semua bahan yang cenderung berwarna merah mengandung Rhodamin
B.

14
BAB IV
( KESIMPULAN DAN SARAN )
3.1 KESIMPULAN

3.1 SARAN

15
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, S. 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan, hal. 123 dan 163.
Bandung: Alfabeta.

Febrianti Dwi Rizki, Reni Maylina Sari. 2017. Analisis Kualitatif Formalin Pada Ikan
Tongkol Yang Dijual Di Pasar Lama Banjarmasin, Vol 4, No 2 (2017). Jurnal
Pharmascience.

Mamato, L. V., & Citraningtyas, F. G. 2013. Analisis Rhodhamin B pada LIpstik yang
Beredar di Pasar Kota Manadon. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT, Vol.2(No. 02),
61-66.

Menteri Kesehatan RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 33 Tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Menkes RI.

Putri, W. K. A. 2009. Pemeriksaan Penyalah gunaan Rhodamin B sebagai Pewarna Pada


Sediaan Lipstik yang Beredar Di Pusat Kota Medan. Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Sari Ratih Pratiwi. 2017. Identifikasi Dan Penetapan Kadar Rhodamin B Pada Kue
Berwarna Merah Di Pasar Antasari Kota Banjarmasin, Jurnal Ilmiah Manuntung 1
(1), 75-84, Vol:1 Issue 2017.

Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan, Andi Offset, Yogyakarta,
Indonesia, hal. 22-23.

Zarwinda, I., dan Elfariyanti. 2020. Analisis Rhodamin B pada Cabai Merah Bubuk yang
Dijual di Pasar Beureunun dan Pasar Simpang Peut Nagan Raya Provinsi Aceh. Jurnal
Sains dan Aplikasi, Volume VIII.

16
LAMPIRAN
Lampiran 1. JOBDESK MAHASISWA

NO Nama Mahasiswa NIM Jobdesk

1. Dinda Nur Dhuhania 052201037

2. Intan Meiliyanti 052201038

3. Marina Tri Rahayu 052201039 Isi jurnal 1


Pembahasan
4. Pita Liskasari 052201040

5. Intan Nurani Ikhsan 052201041 Isi jurnal 3


Pendahuluan (Latar Belakang dan
Tujuan)

17

Anda mungkin juga menyukai