i
DAFTAR ISI
Relevansi Metode..........................................................................................................3
Relevansi Hasil.............................................................................................................5
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................13
4.2 Saran...................................................................................................................19
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Studi Literatur
Rhodamine B Pada Bumbu/Saos Berbentuk Serbuk Secara Kualitatif dan Kuantitatif ”
Kami ucapkan terimakasih kepada ibu Tri Minarsih, M.Sc., Apt dan ibu Rissa Laila
Vifta, S.Si., M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah praktikum Analisis Farmasi dan juga
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami
berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Penulis
iii
BAB I
( PENDAHULUAN )
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut Undang- Undang No. 33 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan,
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan yang ditambahkan dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk makanan. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)
dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh
konsumen (DR febrianti, 2017). Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun
negatif bagi masyarakat. Namun, pada saat ini penggunaan zat kimia yang ditambahkan ke
dalam bahan pangan marak terjadi yang tentunya dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab demi keuntungan finansial semata. Salah satu contohnya adalah pada
proses pengolahan makanan dimana bahan tambahan pangan (BTP) berupa zat pewarna
dicampurkan agar makanan ringan terlihat lebih enak dan menarik. Bumbu tabur atau
seasoning powder (bumbu perasa) merupakan bumbu yang fungsinya untuk memberikan rasa
pelezat pada makanan atau jajanan. Rasa dan warna pada bumbu tabur bermacammacam
jenisnya menambah daya tarik tersendiri. Jajanan yang memiliki bumbu berwarna yang
Penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor.33 Tahun 2012. Namun, masih sering terjadi
penyalahgunaan pemakaian zat pewarna non pangan seperti salah satunya adalah penggunaan
zat warna sintesis Rhodamin B pada makanan. Rhodamin B adalah zat yang terbuat dari
dietillamio phenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi
manusia. Rhodamin B biasanya digunakan untuk memberi warna merah yang sebenarnya
merupakan bahan kimia pewarna untuk cat tembok, tekstil, pewarna untuk kerajinan bambu,
Pada umumnya, bahaya akibat mengkonsumsi rhodamin B akan muncul jika zat
warna ini dikonsumsi dalam jangka panjang. Bahaya yang terjadi jika mengkonsumsi
Rhodamin B dalam jumlah yang cukup cukup besar dan berulang-ulang akan menyebabkan
1
iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran
pencernaan, keracunan, gangguan fungsi hati dan kanker hati (Yuliarti, 2007). Tetapi, perlu
diketahui pula bahwa rhodamin B juga dapat menimbulkan efek akut jika tertelan sebanyak
500 mg/kg BB, yang merupakan dosis toksiknya. Efek toksik yang mungkin terjadi adalah
iritasi saluran cerna (BPOM RI, 2015). Rhodamin B dilarang digunakan dalam produk
makanan karena penggunaan Rhodamin B dalam waktu lama akan menyebabkan gangguan
fungsi hati maupun kanker hati. Menghirup rhodamin B dapat pula mengakibatkan gangguan
kesehatan yaitu iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit dan juga akan mengalami
iritasi mata kemerahan (Putri,2009). Selain itu, Rhodamine B juga dapat menyebabkan
karsinogenik. Uji toksisitas Rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan
injeksi subkutan dan secara oral. Rhodamin B dapat menyebabkan Karsinogenik pada tikus
ketika diinjeksi subkutan, yaitu timbul sarcoma local, sedangkan secara i.v didapatkan LD 50
89,5 mg/kg yang ditandai dengan gejala adanya pembesaran hati, ginjal dan limfa diikuti
Penumpukan Rhodamin B di lemak dalam jangka waktu yang lama dengan jumlah yang terus
menerus bertambah di dalam tubuh, dapat menimbulkan kerusakan pada organ tubuh sampai
menyebabkan banyak kerugian fatal yang dapat membahayakan kesehatan, sehingga studi
literatur tentang identifikasi dan analisis kadar Rhodamin B pada bahan makanan penting
dilakukan, terkhususnya pada bumbu tabur atau seasoning powder (bumbu perasa) yang
merupakan bahan tambahan makanan yang sering dicampurkan ke dalam makanan. Dengan
pengetahuan serta dapat memberikan ide atau tujuan tentang topik penelitian yang
2
1.2 TUJUAN
Untuk mengidentifikasi dan menganalisis kadar zat pewarna Rhodamin B pada bumbu
tabur atau seasoning powder (bumbu perasa) dengan berdasarkan uji kualitatif dan
kuantutatif.
3
BAB II
( ISI )
4
Dipisahkan hasil ekstraksi dengan menggunakan kertas saring kemudian
diambil filtratnya. Selanjutnya larutan dimasukkan kedalam corong
pisah dan diekstraksi sebanyak 2 kali dengan menambahkan masing-
masing 10 mL larutan metanol, kemudian pisahkan hasil ekstraksi. Hasil
ekstraksi dimasukkan ke dalam beaker gelas. Dipanaskan diatas
penangas air 30 menit, dilakukan hal yang sama pada sampel berikutnya.
Jurnal 2 Preparasi Sampel
Sampel dipreparasi menggunakan metode serapan benang wol. Sampel
ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan dalam enlenmeyer.
Kemudian direndam selama satu (1) malam dengan larutan ammonia 2%
yang dilarutkan dalam etanol 70%. Sampel yang sudah didiamkan 1
malam, disaring filtratnya dengan kertas saring. Larutan tersebut
dipanaskan dengan suhu 800C hingga semua larutan ammonia 2%
menguap, sehingga didapatkan filtrate dari sampel. Kemudian sampel
ditambahkan larutan asam yang dibuat dengan mencampurkan 10 ml air
dan 5 ml asam asetat 10%, lalu dimasukkan 15 cm benang wol dan
didihkan selama 10 menit.
Jurnal 3 Preparasi sampel:
Sebanyak 2 gram sampel ditimbang, kemudian dimasukan ke dalam
cawan penguap., Ditambahkan 7 tetes HCl 0,1 N. Ditambahkan 15 ml
methanol. Dilelehkan diatas waterbath selama 15menit. Disentrifugasi
selama 10 menit, kemudian ditambahkan Na-sulfat anhidrat.. Disaring
mengunakan kertas saring, lalu diamati dengan spektrofotometri UV-
Visible.
Jurnal 4 Pemurnian sample
Sample yang digunakan berupa Jelly cup, Permen Lollypop, Saus
Tomat, Arum Manis dan Bubuk tabur rasa balado. Untuk sampel yang
berupa Permen Lollypop, dan Arum manis digerus untuk memudahkan
penimbangan. Sampel ditimbang sebanyak 2,5 gram kemudian
dimasukkan dalam bekker glass 100 ml. Pemurnian sample dilakukan
dengan penambahan larutan HCl 0,1 N sebanyak 20 ml kemudian
disaring dengan kertas saring.
Jurnal 5 Pemurnian sample:
• masukkan 50 g sampel yang sudah dihaluskan kedalam beaker gelas,
tambahkan 50 ml larutan KHSO3 10% dan masukkan benang wooll
5
secukpnya kemudian panaskan selama 10 menit
• setelah dingin cuci benang woll dengan air bersih. Amati warna yang
terbentuk, apabila benang wool bewarna berarti ada zat warna tambahan
• masukkan benang wool kedalam beaker glass kemudian tambhakan
larutan amonia 10% panaskan di water bath hingga zat warna luntur dari
benang
Medote Uji Jurnal 1 Uji kualitatif menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis
Kualitatif (KLT)
Metode Uji KLT Jurnal 1 Analisa menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT):
- Fase diam : plat silika gel yang mengandung flouresensi yang
dapat berpendar atau berflouresensi pada λ 254 nm
6
- Fase gerak : n-butanol : etil asetat : amonia (10 : 4: 5)
Diambil plat silika dengan ukuran 10 cm x 12 cm, diberi tanda dengan
pensil ± 1 cm dari tepi bawah dan tepi atas dengan jarak antara
penotolan satu dengan penotolan lain adalah 1 cm. Dimasukkan eluen
yaitu n-butanol:etilasetat:amonia dengan perbandingan 10:4:5 ke dalam
chamber dan selanjutnya chamber dijenuhkan. Totolkan sampel diatas
plat silika dengan menggunakan pipet kapiler, didiamkan beberapa
menit. Dimasukkan plat tersebut ke dalam chamber tertutup yang telah
di isi dengan eluen, dibiarkan pelarut menaiki plat di dalam wadah
perlahan-lahan. Diamati jarak noda yang terbentuk sampai tanda batas,
jika jarak noda tidak tampak secara manual, dilakukan secara visual
dibawah sinar ultra violet (UV), sampel positif mengandung rhodamin B
jika dilihat secara visual maka akan berwarna merah muda sedangkan
apabila dilihat di bawah sina UV 254 nm akan berfluoresensi orange dan
berfluoresensi merah muda di bawah sinar UV 366 nm.
Jurnal 2 Analisis Rhodamin B pada bumbu tabur menggunakan metode KLT,
dimana:
Fase diam = plat silica gel GF 254
Fase gerak = n-butanol : etil asetat : ammonia (10:4:5)
Sebelum memulai pengujian KLT, disiapkan dulu larutan baku dari
Rhodamin B. Larutan baku dibuat dengan menimbang Rhodamin B
sebanyak 0,5 mg lalu dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Tahap
pengujian menggunakan KLT dilakukan dengan menotolkan sampel
pada plat silica gel GF 254. Sampel yang telah ditotolkan dibiarkan
hingga mengering kemudian dielusi dalam chamber yang telah
dijenuhkan dengan fase gerak. Plat KLT yang telah terelusi sempuran
diangkat dan dikeringkan, lalu diamati secara visual bercak akan
berwarna merah muda, berwarna jingga ketika dibawah sinar UV 254nm
dan akan berwarna merah muda saat dibawah sinar UV 366nm.
Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan nilai Rf.
7
Jurnal 5 Pada jurnal ini hanya dilakukan uji KLT kertas
Hasil data yang Jurnal 1 Hasil analisis rhodamin B pada cabai merah bubuk di pasar
diperoleh Beureunun
Harga Rf sampel tidak ada yang sama atau masih dalam range 0,0 ≤
Rf ≤ 0,02 dengan larutan baku rhodamin B. Rf larutan baku yaitu
0,57, sedangkan nilai Rf sampel 1) 0,98 ; 2) 0,97 ; 3) 0,21 , 0,98 ; 4)
0,98 ; 5) 0,97 ; 6) 0,12 , 0,97 ; 7) 0,97 ; 8) 0,97 ; 9) -. Terdapat dua
bercak noda pada sampel III dan VI. Adanya bercak noda yang lebih
dari satu kemungkinan disebabkan oleh adanya senyawa lain yang
berbeda kepolarannya yang ikut terpisah karena sesuai dengan eluen
yang digunakan. Nilai Rf 0,21 dan 0,12 menunjukkan bahwa
senyawa yang terelusi bersifat polar, sedangkan nilai Rf 0,98 dan
0,97 bersifat non polar.
9
bercak warna merah muda pada plat, warna jingga pada lampu UV
254nm dan warna merah muda pada sinar UV 366nm.
Perhitungan Rf diperoleh nilai Rf Kontrol (Larutan Baku) 0,59 positif
Rhodamin B. Untuk kelima sampel bumbu tabur yang positif
mengandung Rhodamin B menunjukkan hasil RF sebesar 0,59.
Jurnal 3 Rhodamin B diperoleh panjang gelombang 557 nm.
10
Warna larutan uji: Merah
Absorbansi: 0.134, 0.310, 0.423
Absorbansi rata-rata: 0.289
Rata-rata: 0.041 µg/ml
Sampel: C2
Warna larutan uji: Merah
Absorbansi: 0.152, 0.154, 0.297
Absorbansi rata-rata: 0.201
Rata-rata: 0.025 µg/ml
Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditemukan kadar Rhodamine B pada
semua sampel jajanan tahu yang sering beredar di Kota Manado. Kadar
rhodamin b terbesar ditunjukkan pada sampel B1 dengan kadar
0.046µm/ml kemudian diikuti sampel C1 0.041µg/ml, A2 0.040µg/ml,
C20.036µg/ml, B2 0.034µg/ml, dan yang terkecil varian rasa pedas B1
yaitu 0.025µg/ml.
Jurnal 4 Hasil Uji organoleptis :
Bentuk/tekstur = Jelly cup (kenyal), Permen Lollypop (keras), Saus
Tomat (semi padat), Arum manis (halus seperti
kapas/berserabut), Bubuk tabur rasa balado (serbuk
halus)
Warna = Jelly cup (merah), permen lollypop (merah muda),
Saus Tomat (merah), arum manis (merah muda), bubuk
tabur rasa balado (orange)
Rasa = Jelly cup (manis), permen lollypop (manis), Saus
Tomat (manis), arum manis (manis), bubuk tabur rasa
balado (pedas manis)
Hasil Uji kuantitatif :
Hasil pengujian spektrofotometri UV-VIS menunjukkan dari 5 sample
jajanan hanya 1 sample yang positif mengandung Rhodamin B yaitu
sampel Arum manis dengan nilai panjang gelombang 554,50 nm dimana
panjang gelombang tersebut berada diantara batas panjang gelombang
yang ditentukan yaitu 517,5 – 558 nm.
Jurnal 5 Hasil Uji Kualitatif:
Ada satu sampel sama perambatan zat warna cabe merah giling dengan
zat warna baku banding Rhodamin B, berarti ada satu sampel
11
mengandung Rhodamin B yang berasal dari pusat pasar pada pedagang
pertama
12
BAB III
( PEMBAHASAN )
Berdasarkan tabel diatas, dilakukan beberapa analisis adanya kandungan pewarna non
pangan rhodamin B dengan metode analisis yang berbeda. Diantaranya dengan menggunakan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Spektrofotometri UV-Vis, KLT Kertas dan juga
metode Gravimetri. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan
metode analisis dengan KLT sendiri karena dalam pelaksanaannya lebih mudah dan murah,
demikian juga peralatannya yang digunakan pada plat KLT lebih sederhana. Selain itu
preparasi sampel yang mudah, menghitung Rf yang mudah. Akan tetapi pada metode ini
memiliki kekurangan yaitu perlu menunggu fase gerak yang digunakan untuk jenuh, sehingga
memerlukan waktu agak lama. Metode lain yaitu Spektrofotometri (jelaskan kelebihan dan
kekurangannya, berlaku untuk metode analisis lainnya)
Pembahasan tambahan jurnal 4
13
Dari jurnal 4 dapat diketahui, kelima sample yang diuji hanya satu sample saja yang positif
mengandung Rhodamin B yaitu sampel Arum manis. Dalam jurnal hanya dilakukan
pengujian secara kualitatif menggunakan metode spektofotometri UV-VIS saja sehingga
perlu pengujian yang lebih spesifik untuk menunjukkan kandungan rhodamin B pada sampel.
Dari pembahasan kelompok ini yaitu studi literatur Rhodamin B pada sampel bubuk tabur,
menurut jurnal 4 sample bubuk tabur rasa balado negatif mengandung Rhodamin B. Sehingga
dapat dikatakan tidak semua bahan yang cenderung berwarna merah mengandung Rhodamin
B.
14
BAB IV
( KESIMPULAN DAN SARAN )
3.1 KESIMPULAN
3.1 SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, S. 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan, hal. 123 dan 163.
Bandung: Alfabeta.
Febrianti Dwi Rizki, Reni Maylina Sari. 2017. Analisis Kualitatif Formalin Pada Ikan
Tongkol Yang Dijual Di Pasar Lama Banjarmasin, Vol 4, No 2 (2017). Jurnal
Pharmascience.
Mamato, L. V., & Citraningtyas, F. G. 2013. Analisis Rhodhamin B pada LIpstik yang
Beredar di Pasar Kota Manadon. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT, Vol.2(No. 02),
61-66.
Menteri Kesehatan RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 33 Tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Menkes RI.
Sari Ratih Pratiwi. 2017. Identifikasi Dan Penetapan Kadar Rhodamin B Pada Kue
Berwarna Merah Di Pasar Antasari Kota Banjarmasin, Jurnal Ilmiah Manuntung 1
(1), 75-84, Vol:1 Issue 2017.
Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan, Andi Offset, Yogyakarta,
Indonesia, hal. 22-23.
Zarwinda, I., dan Elfariyanti. 2020. Analisis Rhodamin B pada Cabai Merah Bubuk yang
Dijual di Pasar Beureunun dan Pasar Simpang Peut Nagan Raya Provinsi Aceh. Jurnal
Sains dan Aplikasi, Volume VIII.
16
LAMPIRAN
Lampiran 1. JOBDESK MAHASISWA
17