Anda di halaman 1dari 6

Guideline Terbaru

Diagnosis dan Tatalaksana


Sinusitis Akut
Adults. Am Fam Physician. 2011;83(9):1057-1063.)

Sinusitis merupakan salah satu keadaan yang paling umum ditemukan di


praktik klinik seorang dokter primer (dokter umum).1 Kondisi ini tidak hanya
umum ditemukan, namun merupakan juga penyakit urutan kelima yang
paling umum membutuhkan pemberian antibiotik dalam terapinya.1,2,3,4 Oleh
karena itu, penulisan guideline ini ditujukan terutama bagi para dokter
umum agar dapat membedakan diagnosis sinusitis akibat bakteri dengan
virus, dan memberikan terapi antibiotik yang sesuai pedoman supaya
dapat mencegah komplikasi akibat sinusitis.

Definisi

Perlu untuk diketahui bahwa dalam literatur internasional, sinusitis sering


disebut sebagai rhinosinusitis.3,4 Hal ini dikarenakan mukosa hidung tidak
terpisah dengan mukosa di sinus paranasalis sehingga adanya inflamasi
pada sinus hampir selalu diikuti dengan adanya inflamasi pada rongga
hidung.3,5,6  Rhinosinusitis akut didefinisikan sebagai inflamasi pada
mukosa hidung dan sinus paranasalis yang terjadi tidak lebih dari 4
minggu.4 Rhinosinusitis subakut memiliki durasi antara 4-12 minggu,
sedangkan disebut kronis apabila durasi lebih dari sama dengan 12
minggu.3

Etiologi

Rhinosinusitis akut dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab,


antara lain alergi, iritan lingkungan, dan infeksi oleh virus, bakteri, atau
jamur.4 Penyebab paling utama dari rhinosinusitis akut adalah virus
(rhinovirus) yang menyebabkan kondisi yang umumnya dikenal
sebagai common cold (acute viral rhinosinusitis).3,4,7 Penyebab virus
lainnya, antara lain adenovirus, influenza virus, dan parainfluenza
virus.3 Prevalensi infeksi bakteri pada rhinosinusitis akut sekitar 2-10%
kasus, sedangkan virus merupakan penyebab dari 90-98% kasus.4 Bakteri
penyebab rhinosinusitis, antara lain Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, dan Moraxella
3
catarrhalis.

Diagnosis – Membedakan Acute Bacterial Rhinosinusitis


(ABRP) dengan Acute Viral Rhinosinusitis

Terdapat 3 presentasi klinis tipikal untuk membedakan etiologi virus dan


bakteri, antara lain: (1) Onset dengan gejala klinis yang persisten >10 hari
dan tidak membaik; (2) Onset dengan gejala berat, yang dicirikan dengan
adanya demam minimal 39oC dan sekresi mukus hidung yang purulen
selama minimal 3-4 hari; (3) Onset dengan gejala yang memburuk, yang
dicirikan gejala tipikal acute viral rhinosinusitis (common cold) yang
membaik dalam 5-6 hari, kemudian mendadak diikuti dengan gejala yang
memburuk (disebut dengan istilah “double-sickening”). Kriteria diagnosis
konvensional dengan menggunakan kriteria mayor dan minor sudah tidak
direkomendasikan (Tabel 1).4

Tabel 1. Kriteria Konvensional untuk Diagnosis Sinusitis (Minimal 2


gejala mayor atau 1 gejala mayor dan ?2 gejala minor)

Tabel dikutip dari: Chow et al. IDSA Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial
Rhinosinusitis in Children and Adults. Clin Infect Dis 2012 Apr;54(8):e72-e112.
Trias sinusitis yang terkenal, yaitu sefalgia, nyeri pada daerah wajah, dan
demam, walaupun dianggap sebagai presentasi klasik dari rhinosinusitis
akibat bakteri, namun jarang ditemukan.4 Presentasi yang paling umum
adalah tipe yang pertama, yaitu onset dengan gejal/a persisten. Pada
rhinosinustis karena virus, demamnya tidak melebihi 24-48 jam dan
pengeluaran mukus purulen terjadi pada hari keempat atau kelima. Kontras
dengan rhinosinusitis bakteri dimana demam tinggi menetap selama 3-4
hari, dan purulent nasal discharge sejak onset terjadi.

Terapi3,4

Terapi yang dapat diberikan mencakup, antara lain terapi antibiotik dan
terapi tambahan.3 Terapi antibiotik empiris dimulai setelah diagnosis klinis
rhinosinusitis bakteri ditegakkan. Terapi empiris yang direkomendasikan
dapat dilihat di Tabel 2 dan Tabel 3. Pemberian amoksisilin-klavulanat
dosis tinggi (2 x 2gram atau 90 mg/kgbb/hari) direkomendasikan untuk
pasien anak dan dewasa di daerah endemis tinggi ( ?10%) invasive
penicillin-resistance Streptococcus pneumoniae, dengan infeksi berat
(tanda toksik sistemik dengan demam ? 39o C, dan tanda bahaya
komplikasi supuratif), usia <2 tahun atau > 65 tahun, riwayat baru saja
dirawat, penggunaan antibiotik dalam 1 bulan terakhir,
dan immunocompromised. Penggunaan amoksisilin-klavulanat sebagai lini
pertama lebih dianjurkan dibandingkan golongan florokuinolon karena profil
efek samping yang lebih ringan. Golongan makrolid (clarithromycin dan
azithromycin), trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX), dan
sefalosporin tidak lagi dianjurkan karena tingkat resistensi yang tinggi
terhadap S.pneumoniae (?30%) dan H. influenzae (~30-40%). Durasi
pemberian antibiotik yang direkomendasikan pada orang dewasa adalah 5-
7 hari, sedangkan pada anak 10-14 hari (Guideline lainnya ada yang
merekomendasikan untuk melanjutkan terapi antibiotik  sampai dengan 7
hari  bebas gejala).

Terapi tambahan pada rhinosinusitis bakteri akut, antara lain irigasi hidung
dengan saline (orang dewasa) dan pasemberian antipiretik ataupun
analgesik. Pemberian dekongestan topikal atau oral dan antihistamin tidak
dianjurkan pada pasien dengan rhinosinusitis bakteri akut.4
 Tabel 2. Regimen antibiotik untuk Acute Bacterial
Rhinosinusitis dewasa.

Tabel dikutip dari: Chow et al. IDSA Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial
Rhinosinusitis in Children and Adults. Clin Infect Dis 2012 Apr;54(8):e72-e112.

Tabel 3. Regimen antibiotik untuk Acute Bacterial


Rhinosinusitis anak.

Tabel dikutip dari: Chow et al. IDSA Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial
Rhinosinusitis in Children and Adults. Clin Infect Dis 2012 Apr;54(8):e72-e112.
Algoritma diagnosis dan tatalaksana Acute Bacterial Rhinosinusitis.

Gambar dikutip dari: Chow et al. IDSA Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial
Rhinosinusitis in Children and Adults. Clin Infect Dis 2012 Apr;54(8):e72-e112.
Daftar Pustaka
1. Rosenfeld RM, Andes D, Bhattacharyya N, et al. Clinical
practice guideline: adult sinusitis. Otolaryngol Head Neck Surg.
2007;137(3 suppl): S1-S31.
2. Anon JB, Jacobs MR, Poole MD, et al.; Sinus and Allergy
Health Partnership (SAHP). Antimicrobial treatment guidelines
for acute bacterial rhinosinusitis [published correction appears
in Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;130(6):794-
796]. Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;130 (1 suppl):S1-S45.
3. Aring AM, Chan MM. Acute Rhinosinusitis in Adults. Am Fam
Physician. 2011;83(9):1057-1063.
4. Chow et al. IDSA Clinical Practice Guideline for Acute
Bacterial Rhinosinusitis in Children and Adults. Clin Infect Dis
2012 Apr;54(8):e72-e112.
5. Meltzer EO, Hamilos DL, Hadley JA, et al. Rhinosinusitis:
establishing definitions for clinical research and patient care. J
Allergy Clin Immunol 2004; 114:155–212
6. Benninger MS, Ferguson BJ, Hadley JA, et al. Adult chronic
rhinosinusitis: definitions, diagnosis, epidemiology, and
pathophysiology. Otolaryngol Head Neck Surg 2003; 129:S1–32.
7. American Academy of Otolaryngology – Head and Neck
Surgery Foundation. Primary Care Otolaryngology. Third edition.
2011.

Anda mungkin juga menyukai