Definisi
Etiologi
Tabel dikutip dari: Chow et al. IDSA Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial
Rhinosinusitis in Children and Adults. Clin Infect Dis 2012 Apr;54(8):e72-e112.
Trias sinusitis yang terkenal, yaitu sefalgia, nyeri pada daerah wajah, dan
demam, walaupun dianggap sebagai presentasi klasik dari rhinosinusitis
akibat bakteri, namun jarang ditemukan.4 Presentasi yang paling umum
adalah tipe yang pertama, yaitu onset dengan gejal/a persisten. Pada
rhinosinustis karena virus, demamnya tidak melebihi 24-48 jam dan
pengeluaran mukus purulen terjadi pada hari keempat atau kelima. Kontras
dengan rhinosinusitis bakteri dimana demam tinggi menetap selama 3-4
hari, dan purulent nasal discharge sejak onset terjadi.
Terapi3,4
Terapi yang dapat diberikan mencakup, antara lain terapi antibiotik dan
terapi tambahan.3 Terapi antibiotik empiris dimulai setelah diagnosis klinis
rhinosinusitis bakteri ditegakkan. Terapi empiris yang direkomendasikan
dapat dilihat di Tabel 2 dan Tabel 3. Pemberian amoksisilin-klavulanat
dosis tinggi (2 x 2gram atau 90 mg/kgbb/hari) direkomendasikan untuk
pasien anak dan dewasa di daerah endemis tinggi ( ?10%) invasive
penicillin-resistance Streptococcus pneumoniae, dengan infeksi berat
(tanda toksik sistemik dengan demam ? 39o C, dan tanda bahaya
komplikasi supuratif), usia <2 tahun atau > 65 tahun, riwayat baru saja
dirawat, penggunaan antibiotik dalam 1 bulan terakhir,
dan immunocompromised. Penggunaan amoksisilin-klavulanat sebagai lini
pertama lebih dianjurkan dibandingkan golongan florokuinolon karena profil
efek samping yang lebih ringan. Golongan makrolid (clarithromycin dan
azithromycin), trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX), dan
sefalosporin tidak lagi dianjurkan karena tingkat resistensi yang tinggi
terhadap S.pneumoniae (?30%) dan H. influenzae (~30-40%). Durasi
pemberian antibiotik yang direkomendasikan pada orang dewasa adalah 5-
7 hari, sedangkan pada anak 10-14 hari (Guideline lainnya ada yang
merekomendasikan untuk melanjutkan terapi antibiotik sampai dengan 7
hari bebas gejala).
Terapi tambahan pada rhinosinusitis bakteri akut, antara lain irigasi hidung
dengan saline (orang dewasa) dan pasemberian antipiretik ataupun
analgesik. Pemberian dekongestan topikal atau oral dan antihistamin tidak
dianjurkan pada pasien dengan rhinosinusitis bakteri akut.4
Tabel 2. Regimen antibiotik untuk Acute Bacterial
Rhinosinusitis dewasa.
Tabel dikutip dari: Chow et al. IDSA Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial
Rhinosinusitis in Children and Adults. Clin Infect Dis 2012 Apr;54(8):e72-e112.
Tabel dikutip dari: Chow et al. IDSA Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial
Rhinosinusitis in Children and Adults. Clin Infect Dis 2012 Apr;54(8):e72-e112.
Algoritma diagnosis dan tatalaksana Acute Bacterial Rhinosinusitis.
Gambar dikutip dari: Chow et al. IDSA Clinical Practice Guideline for Acute Bacterial
Rhinosinusitis in Children and Adults. Clin Infect Dis 2012 Apr;54(8):e72-e112.
Daftar Pustaka
1. Rosenfeld RM, Andes D, Bhattacharyya N, et al. Clinical
practice guideline: adult sinusitis. Otolaryngol Head Neck Surg.
2007;137(3 suppl): S1-S31.
2. Anon JB, Jacobs MR, Poole MD, et al.; Sinus and Allergy
Health Partnership (SAHP). Antimicrobial treatment guidelines
for acute bacterial rhinosinusitis [published correction appears
in Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;130(6):794-
796]. Otolaryngol Head Neck Surg. 2004;130 (1 suppl):S1-S45.
3. Aring AM, Chan MM. Acute Rhinosinusitis in Adults. Am Fam
Physician. 2011;83(9):1057-1063.
4. Chow et al. IDSA Clinical Practice Guideline for Acute
Bacterial Rhinosinusitis in Children and Adults. Clin Infect Dis
2012 Apr;54(8):e72-e112.
5. Meltzer EO, Hamilos DL, Hadley JA, et al. Rhinosinusitis:
establishing definitions for clinical research and patient care. J
Allergy Clin Immunol 2004; 114:155–212
6. Benninger MS, Ferguson BJ, Hadley JA, et al. Adult chronic
rhinosinusitis: definitions, diagnosis, epidemiology, and
pathophysiology. Otolaryngol Head Neck Surg 2003; 129:S1–32.
7. American Academy of Otolaryngology – Head and Neck
Surgery Foundation. Primary Care Otolaryngology. Third edition.
2011.