SKRIPSI
Oleh:
Shinta Lia Dewi Handoyo
NIM : 048114096
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
Shinta Lia Dewi Handoyo
NIM : 048114096
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala berkat, kasih, dan karunia-Nya untuk menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Larutan Pencerah
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir untuk memperolehi gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm.) Program studi Ilmu Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapat bantuan baik moral maupun spiritual dan dukungan yang berupa bimbingan,
dorongan, sarana, maupun fasilitas dari berbagai pihak dalam penulisan skripsi ini. Oleh
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Christine Patramurti, S.Si, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing atas kesabarannya
membimbing, memberi saran dan kritik, dan pengarahan selama penyusunan proposal
3. Lucia Wiwid Wijayanti, M. Si., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu
4. Jeffry Julianus, M. Si., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Rekan tim penelitian hidrokuinon (Leo dan Lian) yang selama ini telah membantu,
skripsi ini.
6. Segenap staf laboran terutama laboran lantai IV atas masukan, bantuan, kebersamaan
7. Acay telah membantu mencari teman yang dapat membuat gambar dan tata tulis.
8. Tris dan Putut telah membantu membuat gambar dan mengatur tata tulis selama ini.
10. Semua pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini masih memiliki
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kemajuan
dan kesempurnaan penelitian yang telah dilakukan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat
Penulis
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Hidrokuinon merupakan salah satu zat aktif yang digunakan secara luas pada
produk pencerah kulit. Penggunaan hidrokuinon harus dibatasi kadarnya karena
penggunaannya dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan efek samping yang
berbahaya. Untuk melindungi kenyamanan dan keamanan bagi konsumen, hal itu sangat
diperlukan kontrol kualitas produk larutan pencerah untuk mengetahui mutu produk yang
dihasilkan sehingga kandungan hidrokuinonnya dapat diketahui dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar
hidrokuinon dalam larutan pencerah merek “A” yang beredar di pasaran dengan metode
spektrofotometri visibel.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif menggunakan
metode spektrofotometri visibel dengan pereaksi o-fenantrolina. Pemilihan metode ini
didasarkan atas pembentukan komplek warna antara Fe 2+ dan o-fenantrolina dengan
adanya hidrokuinon sebagai agen pereduksi yang baik.
Berdasarkan analisis hasil, diperoleh kadar rata-rata hidrokuinon yang terkandung
dalam sampel adalah 3,583 ± 0,085 % b/v. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa sampel
lebih besar dari persyaratan yang telah ditentukan oleh BPOM.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
PRAKATA ......................................................................................................................... vi
INTISARI ........................................................................................................................... x
ABSTRACT ........................................................................................................................ xi
1. Permasalahan .................................................................................................... 3
2. Keaslian Penelitian............................................................................................ 3
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Larutan .................................................................................................................... 6
B. Larutan Pencerah................................................................................................... 13
C. Hidrokuinon .......................................................................................................... 14
E. Senyawa kompleks.................................................................................................30
F. Hipotesis ............................................................................................................... 37
B. Definisi Operasional.............................................................................................. 38
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Bahan Penelitian.................................................................................................... 38
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel III. Kadar rata-rata hidrokuinon dalam sampel larutan pencerah ......................... 57
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 9. Spliting orbital d pada Fe2+ dengan adanya ligan o-fenantrolina .................. 35
Gambar 14. Hasil penetapan operating time pada panjang gelombang 510,0 nm............ 48
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 11. Gambar kemasan larutan pencerah merek”A” telah beredar di pasaran .... 70
Lampiran 14. Contoh perhitungan kadar hidrokuinon dalam sampel larutan pencerah ... 74
xvii
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
produk pencerah yang biasa digunakan untuk menjaga penampilan dan mempercantik
membuat penampilan tubuh seseorang tampak putih dan bersih seri sehingga lebih
percaya diri.
Sediaan pencerah kulit yang beredar di pasaran dalam bentuk larutan paling
disukai oleh konsumen karena mudah menyebar rata di permukaan kulit, tidak
lengket, tidak meninggalkan bekas, dan lebih mudah dibersihkan. Salah satu zat aktif
yang banyak terkandung dalam larutan pencerah kulit adalah hidrokuinon yang
menghilangkan bercak-bercak hitam pada kulit sehingga membuat kulit tampak lebih
menjadi dua yaitu dua yaitu sebagai produk kosmetik dan sebagai obat. Dalam
Sedangkan dalam produk obat, hidrokuinon dijual berdasarkan resep dan pengawasan
dari dokter karena kadar yang digunakan umumnya lebih besar dibandingkan pada
produk kosmetik. Daya kerja pemucatan hidrokuinon sangat cepat dengan kadar
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tinggi tetapi dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, misalnya:
kemerahan, rasa terbakar (panas), gatal, dan iritasi kulit ringan pada wajah. Oleh
BPOM atau tidak. Untuk melindungi kenyamanan dan keamanan bagi konsumen, hal
itu sangat diperlukan kontrol kualitas produk larutan pencerah untuk mengetahui
sangat penting karena dapat memberikan pengaruh hasil yang diperoleh. Metode
pilihan untuk menetapkan kadar harus merupakan metode yang sensitif, selektif, dan
validitas metode uji di antaranya adalah akurasi dan presisi, sehingga hasil yang
tidak akan mengganggu pengukuran serapan radiasi pada daerah sinar tampak. Selain
itu, pemilihan metode ini didasarkan atas pembentukan senyawa kompleks berwarna
agen pereduksi yang baik. Senyawa kompleks ini dapat diukur serapannya pada
1. Permasalahan
Dari latar belakang tersebut di atas, permasalahan yang akan diteliti adalah:
a) Berapa kadar hidrokuinon dalam larutan pencerah merek “A” yang telah
2. Keaslian Penelitian
Krim Simulasi” (Leo, 2008), dan “Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim
Larutan Pencerah Merek ”A” yang Telah Beredar di Pasaran dengan Metode
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
visibel”.
b. Manfaat metodologis
c. Manfaat praktis
dalam label.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Tujuan Penelitian
dalam larutan pencerah merek”A” yang telah beredar di pasaran dengan metode
spektrofotometri visibel.
oleh BPOM.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Larutan
1. Pengertian larutan
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut, misalnya: terdispersi merata secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau
sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan
mikroskop optis sekalipun (Anonim, 2010 b). Suatu larutan mengandung satu zat
terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang
jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah
yang banyak. Komponen dari larutan ialah solute (solvendum) bersinggungan dengan
cairan (solvens), maka solute terbagi homogen atau terdispersi secara molekuler
Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi seringkali
mengandung pelarut lain, seperti etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada
kulit. Larutan pencerah ini tergolong dalam larutan topikal karena larutan ini
Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada
suhu 200C, kecuali dinyatakan lain menunjukkan 1 bagian bobot zat padat atau bagian
zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan bagian dalam
kelarutan berarti 1 g zat padat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut (Anief,
2000).
b. Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung fraksi zat A yang besar (Anonim,
1995).
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adalah jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya. Larutan tak jenuh
lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh (Anonim, 2010 b).
Adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan
untuk adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan yang tak terlarut.
Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk
menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat itu (Anonim, 2010 b).
Larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal, sehingga
tidak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. Pada keadaan jenuh telah terjadi
kesetimbangan antara solut yang larut dan tak larut atau kecepatan pelarutan sama
(pada suhu 20oC). Apabila kita letakkan 40 gram NaCl dalam 100 gram air (pada
suhu pada 20oC), 36 gram akan larut dalam air tersebut.Yang selebihnya (4 gram)
masih dalam keadaan yang tidak larut sehingga terjadi larutan jenuh (Anonim,
2010 b).
Adalah jika jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya. Larutan lewat
jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan
cara membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Pada cara ini zat
terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar dalam pelarut panas daripada
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam pelarut dingin. Jika dalam larutan yang panas itu masih tersisa zat terlarut yang
sudah tak dapat melarut lagi, maka sisa itu harus disingkirkan dan tidak boleh ada zat
lain yang masuk. Kemudian larutan itu didinginkan hati-hati dengan cara didiamkan
untuk menghindari pengkristalan. Jika tidak ada solute yang memisahkan diri
bersifat lewat jenuh. Larutan lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini misalnya
larutan dari sukrosa, natrium asetat dan natrium tiosulfat (hipo). Larutan lewat jenuh
merupakan suatu sistem metastabil. Larutan ini dapat diubah menjadi larutan jenuh
dengan menambahkan kristal yang kecil (kristal inti/bibit) umumnya kristal dari
solute. Kelebihan molekul solute akan terikat pada kristal inti dan akan mengkristal
a. Bahan zat yang dilarutkan (solute) dan bahan pelarut (solven) yang digunakan.
Bahan solut dan solven dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Daya larut maksimal dari suatu zat padat dalam suatu cair dinyatakan di
dalam buku resmi (Farmakope). Contohnya: daya larut zat X dalam air = 1 :
10 berarti 1 gram zat X dengan 10 ml air sudah merupakan larutan yang jenuh
Prinsipnya adalah like dissolves like. Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip
Prinsipnya adalah like dissolves like. Senyawa yang bersifat polar akan mudah
larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut
2010 b).
b. Suhu
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya
jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari
dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang.
Kebanyakan zat padat yang kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih
tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur
yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh
kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Chatelier kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses
kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi (Anonim, 2010 b).
b. Mudah diaplikasikan pada kulit dan mudah didistribusikan pada kulit secara
merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas karena tidak lengket
c. Segera kering pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari
d. Mudah mengalami modifikasi dosis apabila diperlukan atau dosis dapat diubah-
e. Konsentrasi zat atau obat dalam takaran tertentu dapat tepat karena larutan
homogen.
i. Mudah diberi pewangi, pewarna, dan lain-lain (Ansel, 1989; Sri et al., 2001).
untuk diangkut dan disimpan. Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak
dapat dipergunakan.
e. Stabilitas dalam bentuk sediaan larutan biasanya kurang baik jika dibandingkan
f. Kemungkinan terjadinya reaksi kimia dalam bentuk larutan di mana air sebagai
katalisator.
itu memerlukan penambahan pengawet (Yohana et al., 2009; Sri et al., 2001).
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Larutan Pencerah
bahan lainnya dalam sediaan larutan yang berkhasiat mampu memucatkan noda hitam
(cokelat) pada kulit. Dalam jangka waktu lama, larutan tersebut dapat menghilangkan
menerus justru akan menimbulkan pigmentasi dengan efek permanen (Anonim, 2006
a).
warna dari putih menjadi warna coklat selama 3 – 4 bulan (Maibach, 2000). Larutan
pencerah dapat disimpan dalam botol berwarna coklat dan putih. Larutan pencerah
yang disimpan botol berwarna coklat, karena hal ini digunakan untuk menghindari
kerusakan obat karena cahaya sehingga tidak dapat terjadi degradasi obat oleh
cahaya. Sedangkan larutan yang disimpan dalam botol putih untuk menghambat
oksidasi.
dengan atau tanpa bahan kimia untuk pengelupasan kulit (Maibach, 2000). Menurut
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor
2003).
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Hidrokuinon
tipe fenol yang mempunyai rumus kimia C6H6O2, dan memiliki dua gugus hidroksil
(-OH) yang berikatan dengan cincin aromatik/benzene pada posisi para (Wenninger
HO OH
hidrokuinon
Hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
kristal berbentuk jarum halus, putih, mudah menjadi gelap jika terpapar cahaya dan
udara (Anonim, 1995). Hidrokuinon mudah larut dalam air (1 dalam 17 bagian air),
kloroform), dan dalam eter (1 dalam 16,5 bagian eter) (Anonim, 1995).
dengan adanya udara. Dalam suasana basa, hidrokuinon akan mengalami oksidasi
dengan cepat, oksidasi ini bersifat reversibel yaitu senyawa dikarbonil (kuinon)
hidrokuinon merupakan agen pereduksi (Anonim, 1996). Reaksi yang terjadi adalah:
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
- OH
HO OH O O + H2O
Hidrokuinon Kuinon
mampu mengelupas kulit bagian luar dan menghambat pembentukan melanin pada
kulit (Anonim, 2006a). Melanin adalah pigmen pada kulit yang memberikan warna
minggu sebelum muncul suatu efek, tapi depigmentasi terjadi setelah 2-6 bulan.
Aplikasi hidrokuinon harus dihentikan jika tidak ada peningkatan setelah melindungi
2 bulan perawatan. Hidrokuinon harus digunakan dua hari sekali hanya untuk kulit
dari sinar matahari dan mengurangi depigmentasi (Anonim, 1999). Selain itu,
untuk mereduksi ion perak menjadi logam perak halida, sebagai penghambat
polimerisasi, sebagai bahan dasar herbisida, karet antioksidan, dan bahan pewarna
Hidrokuinon sendiri merupakan zat aktif yang paling banyak digunakan dalam
sediaan pencerah wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon yaitu
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tirosinase ini merupakan enzim utama dalam pembentukan melanin, sehingga jika
kerjanya dihambat maka jumlah pigmen melanin pemberi warna gelap atau cokelat
kulitpun menjadi berkurang sehingga menjadi kulit lebih putih (Anonim, 2006 a).
kulit, menembus lapisan kulit, dan menyebabkan penebalan pada lapisan kolagen.
Produksi melanin oleh enzim tirosinase pada melanosit ini biasanya diaktifasi oleh
sinar matahari, hormonal, penyakit, obat, alergi dan iritasi yang akhirnya membuat
kulit menjadi berflek, berwarna tak merata dan lebih gelap dari sebelumnya (Daniel,
2010).
Kosmetik hidrokuinon boleh dipasarkan tetapi harus berdasarkan resep dari dokter.
Penggunaan dalam kosmetika bebas tidak boleh lebih dari 2% dan penggunaan
hidrokuinon lebih dari 2% b/b termasuk golongan obat keras yang hanya dapat
digunakan berdasarkan resep dokter sebab dapat mengakibatkan iritasi kulit, kulit
menjadi merah dan terbakar, kelainan pada ginjal (nephropathy), kanker darah
(leukemia) dan kanker sel hati (hepatocelluler adenoma) (Anonim, 2007). Selain itu,
berbintil seperti pasir dan berwarna coklat kebiruan, serta terasa gatal dan seperti
D. Spektrofotometri Visibel
1. Deskripsi Umum
panjang gelombang 380 – 780 nm merupakan radiasi yang dapat dilihat indera
materi (atom zat kimia, ion, atau molekul) sehingga mengalami peningkatan energi
elektronik dari tingkat dasar (ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi
(excited state) saat peralihan atau transisi elektronik. Transisi ini terjadi bila energi
yang dihasilkan oleh radiasi sama dengan energi yang diperlukan untuk melakukan
senyawa tersebut, maka transisi ditentukan struktur molekul. Oleh karena itu molekul
yang berbeda strukturnya mempunyai tingkat energi yang berbeda dan setiap jenis
molekul menyerap radiasi pada daerah spektrum tertentu karena hal ini yang menjadi
dasar analisis kualitatif dengan metode ini. Sedangkan banyaknya cahaya yang
diserap di frekuensi atau panjang gelombang tertentu sesuai transisi elektron yang
terjadi karena hal ini menentukan intensitas serapan yang menjadi dasar analisis
(sebagai ordinat) dan panjang gelombang (sebagai absis) tidak merupakan garis
spektrum, tetapi sebagai pita spektrum. Terbentuknya pita spektrum visibel tersebut
disebabkan transisi energi yang tidak sejenis dan terjadinya eksitasi elektronik lebih
dari satu macam pada gugus molekul yang kompleks (Rohman, 2007).
energi yang sesuai dan jumlah yang diserap tersebut berhubungan dengan konsentrasi
dari analit dalam larutan. Suatu molekul mengabsorpsi foton dengan energi yang
sesuai untuk menjalani suatu transisi (Christian, 2004). Jenis-jenis absorpsi yang
a. Absorpsi yang melibatkan transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan.
Semua molekul organik mampu menyerap REM karena semua molekul organik
mempunyai elektron valensi yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih
tinggi yang dikenal sebagai elektron anti bonding. Transisi-transisi elektronik yang
terjadi di antara tingkat-tingkat energi di dalam suatu molekul ada 4 yaitu: transisi
sigma-sigma star (ϭ → ϭ*), transisi n – sigma star (n → ϭ*), transisi n – phi star (n
σ* Anti Bonding
π* Anti bonding
Σ
Non Bonding
n
Bonding
π
Bonding
σ
dan terjadi pada daerah ultraviolet jauh (λ <180 nm) yang dihasilkan oleh ikatan
tunggal kovalen dan menduduki orbital ϭ, sebagai contoh pada alkana yang
2) Transisi n → ϭ*
elektron bebas, seperti oksigen, nitrogen, belerang atau halogen dan struktur
dan pergeseran biru (hipsokromik) dari pelarut yang lebih polar (pergeseran
puncak serapan ke arah panjang gelombang yang lebih pendek) (Rohman, 2007).
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3) Transisi n → π*
Transisi dari jenis ini meliputi transisi elektron-elektron heteroatom tak berikatan
ke orbital anti ikatan π*. Serapan ini terjadi pada panjang gelombang yang
panjang dan intensitas rendah (Skoog et al., 1998). Struktur molekul kimia yang
karboksil, amida, azo, nitro, nitroso, dan nitrat; dan gugus auksokrom organik
merupakan gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas, seperti –OH, -O, -
kuat dengan pasangan elektron yang tidak berpasangan pada molekul dalam
dan nilai absorbsitivitas molar (€) antara 10-100 liter.cm-1.mol-1. Karena adanya
Menjadi
Energi kekurangan elektron
..
π* *
C O .
π
2 ..
Stabilisasi pelarut
yang besar karena
ikatan hidrogen
n
..
n
} C O
.. H
O
H
π
π
Pelarut Pelarut
non polar polar
4) Transisi π → π*
Transisi ini dihasilkan oleh ikatan rangkap dua dan tiga dari senyawa organik
apabila molekul menyerap energi di daerah ultraviolet jauh yaitu dapat berupa
alkena dan alkuna yang lebih mudah untuk tereksitasi dengan adanya radiasi
elektromagnetik. Transisi ini juga paling mudah terbaca dan bertanggung jawab
Dalam kebanyakan transisi π → π*, molekul dalam keadaan dasar relatif non
polar, dan keadaan tereksitasinya lebih polar dibanding keadaan dasar. Jika
pelarut polar digunakan pada molekul yang mengalami transisi ini, maka akan
transisi π → π* pada pelarut yang polar ini lebih kecil. Akibatnya adalah
gelombang yang lebih panjang) dan nilai absorbtivitas molar (€) antara 1.000-
kromofor atau adanya konjugasi antara dua atau lebih kromofor. Semakin
π2
π
π
Pelarut
non polar Pelarut
polar
Kromofor adalah gugus kovalen yang tidak jenuh menyediakan orbital π yang
ultraviolet dan sinar tampak bila berdiri sendiri, tetapi kehadirannya dalam
Transisi ini kebanyakan terjadi pada logam transisi. Untuk golongan lantanida dan
aktanida, proses absorbsi dihasilkan oleh transisi elektronik dari elektroni 4f dan 5f.
Untuk logam transisi seri pertama dan kedua, transisi elektronik dari elektron 3d dan
orbital d yang masih kosong sebagian (3d dan 4d) yang masing-masing dapat
kompleks serta menghasilkan spektra tertentu. Berikut ini merupakan urutan ligan
berdasarkan kekuatan medan yang ditimbulkannya I- < Br- < Cl- < F- < OH- < C2O42-
< H2O < SCN- < NH3 < etilendiamina < o-fenantrolina < NO2- < CN-. Semakin besar
Penyerapan radiasi oleh senyawa kompleks logam berbeda dengan senyawa organik
karena melibatkan perpindahan muatan dari donor elektron ke akseptor elektron yaitu
pergerakan elektron dari ion logam ke ligan atau sebaliknya. Absorpsi tipe ini sangat
mempunyai daya serap molar yang sangat besar (Ɛmax >10.000). Oleh karena itu,
perpindahan muatan. Contoh dari kompleks ini yaitu kompleks tiosianat dan fenol
dengan besi (III), kompleks o-fenantrolina dengan besi (II), kompleks heksasianoferat
(II)/heksasianoferat (III) yang bertanggung jawab atas warna Prussian blue (Skoog et
al., 1998).
Pada umumnya kompleks charge transfer yang melibatkan suatu ion logam,
logam bertindak sebagai penerima elektron (acceptor) dan ligan sebagai donor
elektron terkecuali untuk kompleks besi (II) dengan o-fenantrolina dimana ligannya
merupakan penerima elektron sedangkan ion logam berperan sebagai donor elektron
Saat transisi, terjadi reduksi-oksidasi antara ion logam dan ligan. Biasanya,
ion logam tereduksi dan ligan teroksidasi. Ion logam berada pada status oksidasi
terendah, dikompleks oleh ligan dengan afinitas elektron tinggi yang dapat
elektron akan meningkat jika energi radiasi yang dibutuhkan untuk terjadinya proses
perpindahan muatan kecil. Kompleks yang dihasilkan akan menyerap pada panjang
diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik yang
menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (atau panjang
suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang
yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis
(larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi
yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang
diteruskan bila spesies penyerap yang tidak ada dengan intensitas sinar radiasi yang
diteruskan bila penyerap ada. Intensitas sinar yang diteruskan bila tidak ada spesies
penyerap merupakan intensitas sinar yang masuk dikurangi dengan yang hilang oleh
kromofor dapat digambarkan dengan dua hukum klasik, yaitu hukum Lambert dan
a. Syarat konsentrasi
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Syarat kimia
c. Syarat cahaya
d. Syarat kejernihan
antara transmitan atau serapan terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang
bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan
It abc
T 10 (1)
Io
1
A log abc (2)
T
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konsentrasi (mol Lt-1); b = tebal kuvet (cm); dan A= serapan (Suharman, 1995).
Daya serap (a) merupakan suatu konstanta yang tidak bergantung pada
konsentrasi, tebal larutan dan intesitas radiasi yang mengenai sampel. Daya serap
tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi.
Satuan a ditentukan oleh satuan-satuan b dan c. Jika satuan c dalam molar (M) maka
daya serap disebut dengan daya serap molar dan disimbolkan Ɛ dengan satuan M-1cm-
1
atau L.mol-1cm-1 (Rohman, 2007).
transmitan atau serapan terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi zat yang dianalisis
daya serap (hasil bagi serapan (A) dibagi dengan hasil perkalian kadar yang
dinyatakan dalam g per liter zat (c) dan panjang sel dalam cm (b)), Ɛ = daya serap
molar (hasil bagi serapan (A) dengan perkalian kadar zat, dinyatakan dalam mol per
Serapan jenis didefinisikan sebagai serapan dari larutan 1% zat terlarut dalam
sel dengan ketebalan 1 cm dan diberi lambang A (1%, 1 cm). Harga serapan jenis
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada panjang gelombang tertentu dalam suatu pelarut merupakan sifat dari zat
terlarut. Hubungan antara nilai A (1%, 1 cm) dengan daya serap molar (Ɛ) yaitu:
2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang
sama
3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tidak tergantung terhadap senyawa lain
6. Tidak diikuti oleh larutan yang pekat dan terlalu encer. Pada larutan yang pekat
dan terlalu encer terjadi kesalahan fotometrik. Pada larutan yang encer, cahaya
yang diteruskan hampir sama dengan sumber cahayanya. Pada larutan yang pekat
(>0,01M), terjadi penyimpangan antara serapan dan konsentrasi, hal ini dapat
terjadi karena pada larutan pekat, yang diteruskan sedikit sehingga sedikit cahaya
Sumber cahaya terdiri dari benda yang tereksitasi hingga ke tingkat tenaga
yang tinggi oleh sumber listrik bertegangan tinggi atau oleh pemanasan listrik. Benda
atau materi yang kembali ke tingkat dasarnya, melepaskan foton dengan tenaga-
tenaga yang karakteristik yang sesuai dengan ΔΕ yaitu perbedaan tenaga antara
tingkat tereksitasi dan tingkat dasar rendah. Sumber radiasi yang ideal untuk
untuk visibel dari gelas atau kuarsa. Senyawa yang dapat menyerap radiasi cahaya
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tampak ialah senyawa yang berwarna dimana elektronnya lebih mudah dipromosikan
(Christian, 2004). Detektor berfungsi untuk mengubah tenaga radiasi menjadi arus
listrik atau pengubah panas lainnya (sinyal elektronik) dan biasanya terintegrasi
dengan pencatat (printer). Syarat detektor yang baik yaitu sensitivitas tinggi hingga
respon pendek, stabilitas lama atau panjang untuk menjamin respon secara kuantitatif,
dan sinyal elektronik mudah diperjelas. Agar dapat diukur, sinyal detektor diperbesar
D. Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang dibentuk oleh reaksi antara suatu ion
logam (kation) dengan ligan (suatu anion atau molekul netral). Ion kompleks
merupakan senyawa koordinasi bermuatan yang terbentuk antara ion logam dan ligan
(Day and Underwood, 1996). Dalam zat-zat ini, ion logam berperilaku sebagai asam
lewis dan terikat secara kovalen koordinasi kepada ligan yang berperan sebagai basa
susunan elektron gas mulia berikutnya. Akibatnya, ion-ion logam itu cenderung
elektron kepada ion logam itu adalah ligan sehingga disebut donor. Karena ligan
adalah zat yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas. Dengan demikian
ikatan kovalen koordinasi dari ligan ke ion logam dengan perpindahan satu atau lebih
Salah satu contoh senyawa kompleks adalah senyawa kompleks besi (II)
dengan o-fenantrolina. Menurut Basset et al., besi (II) dapat ditetapkan kadarnya
kompleks merah-jingga [(C12H8N2)3Fe]2+ dalam larutan sedikit asam. Besi (III) tidak
analisis ini, perlu ditambahkan suatu agen preduksi seperti hidrokuinon sebab besi
(II) dapat mudah tereduksi menjadi besi (III) dengan adanya suatu asam dan air
(Anonim, 2001). Menurut Daniel, pH dijaga agar mendekati nilai 3,5 agar kompleks
yang dihasilkan dapat optimal dan stabil. Namun demikian intensitas dari larutan
senyawa kompleks tersebut tidak bergantung pada pH 2-9. Untuk mengontrol tingkat
keasaman dari larutan dan menjaga pH dapat ditambahkan larutan natrium asetat
(Anonim, 2008).
Hidrokuinon Kuinon
2+
Fe2+ + 3 Fe
N N N
O-fenantrolina 3
pada panjang gelombang serapan maksimum λmax = 508 nm (Harris dan Atkins, 1975;
dan Skoog et al., 1994) atau 510 nm (Harris, 1999; Dean, 1995; Singh et al., 2004;
dan Ibrahim 2004). Nilai yang sangat besar ini menandakan bahwa kompleks
menyerap sangat kuat. Kompleks ini sangat stabil dan intensitas warnanya tidak
Eksitasi elektron suatu ion logam memiliki daya serap molar (Ɛ) rendah 1-100
(L.mol-1.cm-1). Oleh karena itu, tidak dapat digunakan untuk analisis kuantitatif
(Christian, 2004).
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ada dua transisi elektron yang dapat terjadi di dalam ligan, yakni transisi
muatan. Hal ini terjadi karena perpindahan elektron dari ion logam (atau atom
pusat) ke ion ligan dan sebaliknya dari ligan ke ion logamnya. Daya serap molar
fenantrolina karena kaya akan elektron yaitu memiliki atom dengan pasangan
elektron bebas, dan akseptor elektron adalah ion logam yang berupa ion Fe 2+
karena miskin akan elektron. Ligan dapat mendonorkan elektronnya kepada ion
logam untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan ion logam sehingga
yang dimiliki ion logam. Pasangan elektron bebas yang didonorkan dapat
mendorong elektron tidak berpasangan yang ada pada orbital d yang dimiliki ion
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orbital d akan terspliting menjadi 2 tingkat energi yang berbeda. Orbital t2g untuk
tingkat yang lebih rendah dan eg untuk orbital yang mempunyai energi yang lebih
tinggi. Perbedaan energi ini (hv) tergantung oleh kekuatan medan ligan.
dz 2 dx2 _y2
besar, sehingga gaya tolak elektron tidak mampu mendorong elektron menempati
pada saat transisi d → π*. Pada transisi ini terjadi transisi elektron dari orbital
elektron d yang dimiliki ion logam ke orbital π* yang dimiliki ligannya, sehingga
intensitas warnanya meningkat. Elektron dari t2g pada orbital d yang memiliki energi
yang lebih rendah akan bertransisi ke orbital π* dari ligan. Dengan adanya transisi d
ke panjang gelombang yang lebih panjang sehingga akan menimbulkan warna merah-
π*
eg M L
t2g
d
L M
π
π
L M
σ
σ
Gambar 10. Transisi elektron dari orbital d ke π*
Setelah terjadi spliting akibat adanya ligan kuat seperti gambar 11, maka orbital 3 d
dari Fe2+ hanya terisi 3 ruangan saja sedangkan 2 ruangan lainnya kosong. Kemudian
terbentuk orbital d2sp3 dari hibridisasi 2 orbital 3d dengan 1 orbital 4s dan 3 orbital
4p, sehingga 6 pasang PEB (pasangan elektron bebas) dari o-fenantrolina akan masuk
dalam orbital d2sp3 sehingga dapat terbentuk ikatan koordinasi dengan Fe 2+.
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
F. Hipotesis
reduktor baik yang dapat mereduksi besi (III) menjadi besi (II). Jumlah hidrokuinon
yang ditambahkan sebanding dengan jumlah besi (II) yang dihasilkan, kemudian besi
jingga yang dapat dianalisis secara spektrofotometri visibel. Oleh karena itu,
menetapkan kadar hidrokuinon dalam larutan pencerah merek ”A” yang beredar di
pasaran.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pada penelitian ini tidak terdapat manipulasi dan perlakuan terhadap subyek
B. Definisi Operasional
2. Sediaan kosmetik pencerah yang berbentuk larutan yang dianalisis adalah produk
instrumen spektrofotometer.
C. Bahan Penelitian
(p.a., E.Merck), o-phenanthroline (p.a., E.Merck), besi (III) klorida heksahidrat (p.a.,
E.Merck), natrium asetat (p.a., E.Merck), etanol (p.a., E.Merck), metanol (p.a.,
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sanata Dharma).
D. Alat Penelitian
indikator universal, labu ukur, dan alat-alat gelas yang lazim digunakan untuk
seksama, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan diencerkan dengan aquadest
ke dalam labu ukur 10,0 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Larutan
10,0 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Ke dalam larutan ditambahkan
labu ukur 10,0 ml dan diencerkan dengan 1 ml etanol p.a dan 9 ml aquadest hingga
tanda. Larutan ini disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya.
ukur 10,0 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Larutan ini dapat
5. Optimasi metode
hidrokuinon diambil, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml yang mengandung
0,15 ml larutan Fe3+ standar. Beberapa tetes larutan natrium asetat (1-2 tetes)
0,5 ml ditambahkan dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda, lalu dicampur
hingga homogen. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum 510,0 nm.
Grafik dibuat antara serapan dan waktu. Operating time dicari yang memberikan
ml; 0,3 ml larutan intermediat hidrokuinon diambil, dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 10,0 ml yang mengandung 0,15 ml larutan Fe3+ standar. Beberapa tetes larutan
hingga tanda, lalu dicampur hingga homogen dan didiamkan selama OT. Serapan
diukur pada panjang gelombang antara 450-550 nm. Panjang gelombang maksimum
c. Pembuatan kurva baku. Sebanyak 0,1 ml; 0,15 ml; 0,20 ml; 0,25 ml;
0,30 ml larutan intermediat hidrokuinon diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur
natrium asetat (1-2 tetes) ditambahkan hingga pH mencapai 3-4, digojog. Larutan o-
hingga tanda, lalu dicampur hingga homogen dan didiamkan selama OT. Serapan
diukur pada panjang gelombang maksimum. Kurva baku dibuat antara serapan dan
berbentuk larutan
kemasannya. Larutan pencerah yang diambil sebagai sampel terdiri dari 1 merk dari
golongan kosmetik. Jumlah sampel yang memiliki nomor kode produksi yang sama
adalah enam.
dalam labu ukur 10,0 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda untuk
dalam labu ukur 10,0 ml yang mengandung 0,15 ml larutan Fe3+ standar. Beberapa
tetes larutan natrium asetat (1-2 tetes) ditambahkan hingga pH mencapai 3-4, digojog.
aquadest hingga tanda, lalu dicampur hingga homogen dan didiamkan selama OT.
F. Analisis Hasil
yang terdapat dalam sediaan kosmetik yang berbentuk larutan yang beredar di
Kadar yang diperoleh kemudian dicermati secara deskriptif dengan kadar yang tertera
BAB IV
A. Optimasi Metode
mengetahui penetapan kadar hidrokuinon dalam larutan pencerah merek “A” yang
spektrofotometri visibel.
Pada penelitian ini, hidrokuinon selalu dibuat baru dan dilindungi dari cahaya
karena hidrokuinon mudah teroksidasi dari warna putih menjadi warnanya kecoklatan
sehingga tidak bisa dipakai karena hal ini dapat mengganggu pembentukan senyawa
Jika membuat larutan Fe(III) (kation) dengan menambah air dan 1tetes asam
klorida encer ke dalam larutan FeCl 3.6H2O, warna larutan ini menjadi semakin kuat
(Svehla, 1979).
pencerah akan diukur dengan cara mereduksi larutan Fe 3+ menjadi Fe2+ lebih dulu
kestabilan pada keberadaan Fe2+. Karena Fe3+ tidak bisa memberikan warna yang
dengan spektrofotometri visibel. Karena syarat penetapan kadar dengan metode ini,
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
senyawa harus berwarna dengan intensitas yang memadai untuk pengukuran serapan
dan Fe3+ mengalami reduksi menjadi Fe2+. Besi (III) yang diperoleh dari larutan
FeCl3.6H2O ini harus ditambahkan berlebih agar semua hidrokuinon dapat habis
bereaksi membentuk kuinon dan agar jumlah hidrokuinon yang mereduksi Fe3+ dapat
dihitung dari pembentukan Fe2+ yang terjadi. Akan tetapi, kelebihan jumlah besi (III)
yang ada di dalam larutan tidak boleh terlalu banyak sebab dapat mengganggu pada
waktu pengukuran.
terlalu tinggi, dan menjaga nilai pH agar stabil. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah
mula-mula natrium asetat terion menjadi Na + dan CH3COO-, sehingga natrium asetat
di dalam buffer asetat hampir terdisosiasi sempurna. Reaksi yang terjadi adalah:
Menurut Basset, senyawa kompleks warna yang terbentuk dari besi dengan o-
fenantrolina dapat terjadi pada kondisi pH 2-9 dan stabil untuk jangka waktu yang
lama. Menurut Harris, senyawa kompleks ini paling optimal dan stabil terbentuk pada
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pH sekitar 3,5. Apabila pH larutan dibuat menjadi terlalu basa, dapat membuat besi
menjadi mengendap; sedangkan jika terlalu asam, dapat menyebabkan besi (II)
mudah teroksidasi menjadi besi (III) kembali. Peningkatan pH larutan dari 1-2
menjadi 3-4 dilakukan dengan menambahkan suatu garam bersifat basa, yaitu natrium
asetat. Satu hingga tiga tetes larutan natrium asetat dapat membuat pH larutan
menjadi sekitar 3,5. Jadi pH yang dipilih pada penelitian ini adalah 3-4 karena pH
ditentukan dan dihitung dari banyaknya jumlah Fe2+ yang membentuk komplek
warna dengan o-fenantrolina dengan mengukur serapan dari senyawa kompleks pada
daerah panjang gelombang cahaya tampak. Karena adanya sepasang elektron bebas
dari kedua atom N pada struktur o-fenantrolina, kemudian elektron bebas tersebut
diberikan kepada ion Fe2+ sehingga kedua atom N itu dapat membentuk ikatan
kovalen koordinasi dengan ion Fe2+ dan terbentuk senyawa kompleks antara Fe 2+
dengan satu ion Fe2+ membentuk senyawa kompleks yang sering disebut ferroin.
warnanya sangat tajam, larutannya mudah dibuat, dan cukup mantap selama
penyimpanan, namun senyawa kompleks ini mudah terurai pada suhu 600C (Rivai
2005). Senyawa kompleks yang terbentuk stabil selama 6 bulan. Mekanisme yang
2+
Fe2+ + 3 Fe
N N N
O-fenantrolina 3
[Fe(C12H8N2)3]2+ terdiri dari suatu ion logam dan ligan. Ion logam dari senyawa
kompleks ini adalah lion besi (II), sedangkan ligannya adalah agen pengkompleks o-
Operating time adalah waktu yang diperlukan agar semua analit bereaksi
berwarna yang stabil dan maksimum. Penentuan Operating time (waktu operasional
atau waktu pengukuran) sangat penting dalam pengukuran dengan metode analisis
senyawa kompleks berwarna belum tentu stabil. Apabila hasil reaksi kimia
bahwa semakin lama waktu pengukuran, maka ada kemungkinan senyawa berwarna
tersebut menjadi rusak dan terurai sehingga intensitas warnanya turun akibatnya
serapannya juga turun. Karena alasan inilah, maka untuk pengukuran senyawa
berwarna (hasil suatu reaksi kimia) harus dilakukan pada saat waktu operasional atau
waktu pengukuran. Jadi saat itu perlu dicari rentang waktu setelah reaksi berlangsung
dimana hasil yang didapat memberikan serapan yang tetap stabil (tidak menaik atau
menurun nilainya) agar data yang dihasilkan tetap reprodusibel dan valid. Reaksi
pembentukan senyawa dapat dikatakan sudah optimal dan sempurna apabila serapan
dari senyawa berwarna tersebut telah stabil, sehingga waktu pada saat serapan yang
stabil inilah yang digunakan sebagai operating time atau waktu pengukuran.
larutan.
Penentuan operating time ini dilakukan dengan mengukur salah satu kadar
dari seri baku yaitu kadar tengah larutan baku hidrokuinon dengan konsentrasi 0,2
ppm setelah pembentukan senyawa warna merah dilakukan, kemudian serapan diukur
warna yang dihasilkan telah stabil dari menit ke-0 sampai menit ke-30 dengan
serapan 0,504. Kestabilan warna ini menandakan reaksi pembentukan warna senyawa
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada penelitian ini, serapan lebih stabil saat menit ke-20 untuk menyamakan waktu
pengukuran, sehingga hal itu yang digunakan sebagai waktu untuk mengukur serapan
dari setiap larutan, baik baku maupun sampel. Pengukuran absorban untuk kurva
baku dan sampel yang dilakukan pada menit ke-20 agar semua pengukuran dilakukan
pada rentang operating time yang sama sehingga semua mendapat perlakuan yang
sama. Hasil pembacaan operating time dapat dilihat pada gambar 14:
Gambar 14. Hasil penetapan operating time pada panjang gelombang 510,0 nm
a. adanya perubahan serapan untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling
besar, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang maksimum. Artinya adanya
perubahan kecil dari kadar larutan yang hendak dianalisis dapat memberikan hasil
serapan yang besar, sehingga sensitivitas dari metode akan semakin meningkat.
b. bentuk kurva pita atau spektra serapan relatif datar di sekitar panjang gelombang
serapan dari larutan yang akan dianalisis. Pembacaan serapan pada panjang
maksimal.
gelombang 380 nm sampai 780 nm (Suharman, 1995). Pada penelitian ini penetapan
telah diketahui dengan tujuan untuk mengetahui intermediete precision dari metode
ini yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang berbeda, baik orangnya,
membuat kurva hubungan antara serapan dengan panjang gelombang dari suatu
menggunakan tiga konsentrasi dari seri larutan baku hidrokuinon yang berbeda yaitu:
kadar terkecil 0,1 ppm; kadar tengah 0,2 ppm; dan kadar terbesar 0,3 ppm. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui repeatabilitas dari metode ini yaitu presisi metode
analisis yang dilakukan dalam kondisi yang sama dalam interval waktu yang singkat.
Pengukuran panjang gelombang serapan kompleks berwarna diukur pada menit ke-20
yang masih rentang waktu hasil penetapan operating time yaitu pada menit ke-0
sampai menit ke-30. Pada penelitian ini, panjang gelombang yang diukur atau
digunakan melalui scanning adalah dari rentang panjang gelombang 450 nm – 550
nm. Rentang yang dipilih untuk melihat apakah ada pergeseran panjang gelombang
maksimum teoritis yaitu 510 nm (Harris, 1999; Dean, 1995; Singh et al., 2004; dan
Ibrahim dkk, 2004). Menurut Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995, perbedaan
Panjang gelombang yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari rentang
masih berada dalam rentang tersebut. Dari pengukuran panjang gelombang serapan
maksimum, hasil spektra yang diperoleh dari penelitian adalah panjang gelombang
serapan maksimum sebesar 510,0 nm. Panjang gelombang serapan maksimum yang
diperoleh telah sesuai dengan panjang gelombang serapan maksimum acuan atau
literatur yaitu 510,0 nm. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini memiliki
repeatabilitas dan presisi intermediet yang baik sehingga panjang gelombang 510,0
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hasil penetapan panjang gelombang serapan maksimum dapat dilihat pada gambar 15:
Keterangan: A = konsentrasi 0,1 ppm; serapan 0,279 A dan λ maks 510,0 nm.
B = konsentrasi 0,2 ppm; serapan 0,531 A dan λ maks 510,0 nm.
C = konsentrasi 0,3 ppm; serapan 0,767 A dan λ maks 510,0 nm.
Pembuatan kurva baku sangat penting dilakukan karena hal ini bertujuan
untuk memperoleh suatu persamaan regresi linier yang digunakan untuk menghitung
dan menetapkan kadar zat analit. Kurva baku yang diperoleh dengan membuat seri
larutan baku dari zat yang dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing
serapan larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang
merupakan hubungan antara serapan dengan konsentrasi. Dalam penelitian ini, kurva
baku diperoleh dengan membuat lima seri kadar dari tiga replikasi larutan baku
hidrokuinon pada panjang gelombang serapan maksimum hasil optimasi yaitu 510,0
nm.
Pemilihan seri kadar ini dilakukan berdasarkan hasil optimasi, dimana dipilih
kadar yang memberikan serapan antara 0,2 sampai 0,8. Menurut Suharman, pada
rentang serapan 0,2 – 0,8 atau %T (15 - 65%) akan memberikan persentase kesalahan
fotometrik yang kecil dan dapat diterima yaitu 0,5 - 1,0% untuk AT = 1%.
serapan yang lebih sensitif dan kesalahan yang kecil sehingga akan memperoleh slope
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang terbaik. Dari pengukuran kurva baku dari ketiga replikasi seri baku
Dari pengukuran kurva baku dari ketiga replikasi seri baku hirokuinon, hasil
yang diperoleh yaitu tiga buah persamaan kurva baku yang berbeda dari masing-
masing replikasi. Dari ketiga persamaan kurva baku yang diperoleh tersebut, dipilih
persamaan kurva baku yang paling linier dan paling besar. Hasil perhitungan tabel di
atas diperoleh nilai r yang paling besar dan linier yaitu 0,996 dengan persamaan
serapan yang dihasilkan sehingga linieritas dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r).
Secara statistika, nilai koefisien korelasi (r) dapat dikatakan baik apabila masing-
masing replikasi yang mendekati satu dan rhitung lebih besar daripada nilai rtabel dengan
derajat bebas tertentu dan taraf kepercayaan 99%. Dengan taraf kepercayaan 99% dan
derajat bebas 3 maka rtabel adalah sebesar 0,991. Ketiga persamaan kurva baku di atas
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sudah memberikan hubungan korelasi yang baik antara kadar dan serapan sebab nilai
r-nya lebih besar daripada rtabel. Persamaan kurva baku yang dipilih untuk digunakan
untuk menghitung kadar hidrokuinon dalam sampel adalah persamaan kurva baku
dikarenakan nilai r dari persamaan kurva baku kedua ini paling baik dibanding yang
korelasi yang baik pula antara kadar hidrokuinon dan serapan yang diperoleh. Dengan
semakin meningkatnya kadar hidrokuinon dalam larutan, maka serapannya juga akan
meningkat secara proporsional sebab hubungan korelasi yang terjadi adalah linier.
Hubungan korelasi antara kadar dan serapan yang diperoleh dapat dilihat pada
gambar berikut:
kurva baku
0,9
0,8 Y = 0,233 x + 0,028
r = 0,996
0,7
serapan (A)
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0, 1 1,5 2 2, 3 3,5
5 5
konsentrasi (ppm)
Jadi persamaan kurva baku ini berbentuk linier sehingga hukum Lambert-Beer
terpenuhi.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Pemilihan Sampel
menganalisis atau mengetahui kadar suatu senyawa tertentu dalam sampel hanya
dilakukan terhadap sejumlah kecil sampel. Berapa besarnya sampel yang harus
diambil tidak dapat dirumuskan secara umum karena cara pengambilan sampel
Sampel yang dipilih adalah sampel larutan pencerah bermerk yang telah
oleh penulis, di toko kosmetik Yogyakarta terdapat satu macam sampel larutan
pencerah bermerk. Sampel yang dipilih memiliki nomor registrasi karena nomor
produk yang boleh dipasarkan. Sampel yang dipilih memiliki kode produksi kosmetik
dengan nomor batch yang sama yaitu A110709 karena nomor batch yang sama
menunjukkkan bahwa setiap sampel memperoleh perlakuan yang sama pada saat
proses pembuatan di industri. Tujuan pemilihan sampel yang dilakukan yaitu sampel
yang dianalisis dapat memberikan representatif, artinya sampel yang akan dianalisis
karena hal ini bertujuan dapat mencegah resiko adanya hasil analisis yang keluar dari
2. Preparasi Sampel
pencerah merk “A” dari botol kemasan dengan pengulangan sebanyak 2 kali agar
kandungan hidrokuinon dalam tiap bagian sama karena akan dilakukan 6 kali
replikasi dan diberi perlakuan duplo agar data yang didapatkan lebih representatif.
Sampel larutan pencerah ini tidak memerlukan pemisahan dengan ekstraksi maka
dapat dilakukan secara langsung untuk menetapkan kadar hidrokuinon. Preparasi ini
dilakukan untuk mendapatkan hidrokuinon yang telah terpisah dari komponen lain
dalam sampel larutan pencerah sehingga dapat digunakan untuk penetapan kadar
diukur pada panjang gelombang 510,0 nm. Penetapan kadar hidrokuinon ini
dilakukan pada larutan pencerah merek “A” yang mengandung hidrokuinon yang
telah diketahui kadarnya dan dilakukan replikasi sebanyak 6 kali. Kadar yang
Kadar hidrokuinon KV
Replikasi Serapan X (%b/v) ± SD
(%b/v) (%)
1 0,437 3,52
2 0,452 3,64
3 0,450 3,62
3,583 ± 0,085 2,4
4 0,449 3,62
5 0,455 3,66
6 0,434 3,44
yang terkandung sampel yaitu kadar rata-rata 3,583% b/v sehingga larutan pencerah
merk tersebut tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Sedangkan kadar
yang tertera pada kemasan adalah 2% b/v untuk sampel sehingga kadar sampel telah
diketahui tidak sesuai dengan kadar yang telah tertera pada kemasan. Selain itu,
Presisi adalah kedekatan antara hasil yang satu dengan yang lain jika sampel
yang digunakan dalam kondisi yang sama atau selisih tiap hasil pengukuran tidak
berbeda jauh. Presisi menunjukkan keterulangan dan ketertiruan hasil yang diperoleh.
Presisi dinyatakan dalam koefisen variansi (KV). Menurut Harmita, presisi suatu
metode analisis untuk kadar analit ≥ 1% dikatakan baik atau valid bila KV < 2,5%.
Semakin kecil KV yang diperoleh, maka semakin baik presisi metode yang
digunakan.
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebesar 2,4%. Hasil ini menunjukkan bahwa presisi dari metode analisis hidrokuinon
BAB V
KESIMPULAN
1. Kadar rata-rata hidrokuinon dalam larutan pencerah merk “A” adalah 3,583 ±
0,085% b/v.
BPOM.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, H., 2001, Kimia Larutan, 1, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Anief, Moh, 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, cetakan ke-9, 95-98, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 440, 1061, 1066, 1180, Departemen
Kesehatan, R. I, Jakarta.
Anonim, 2003, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik,
http://www.pom.go.id/, diakses pada tanggal 26 Agustus 2009.
Ansel, Howard C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 522-524,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Bassett, J., Denney, R. C., Jeffrey, G. H., Mendham, J., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik, edisi IV, 812-813, diterjemahkan oleh
Pudjaatmaka, H. Dan Setiono, L., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Brady, J. E., 1994, General Chemsitry, 375-376, alih bahasa oleh Pudjaatmaka A. H.,
dan Achmadi S., Erlangga, Jakarta.
Christian, G. D., 2004, Analytical Chemsitry, 6th ed. , 65-66, 458, 483-484, John
Wiley & Sons, Inc., USA.
Day, R. A., Underwood, A. L., 1996, Analisis Kimia Kuantitatif, 202-206, 290-291,
293- 294, 413-415, 417, diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A. H., Penerbit
Erlangga, Jakarta.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dean, J. A., 1995, Analytical Chemistry Handbook, 5.28, 5.29, Mc. Graww Hill, Inc,
New York.
Harris, D. C., 1999, Quantitative Chemical Analysis, 5th Ed., 845-846, 863-864, W.
H. Freeman and Company, New York.
Ibrahim, S. S., Damayanti, S., Riani, Y., 2004, Penetapan Kecermatan dan
Keseksamaan Metode Kolorimetri menggunakan Pereaksi Floroglusin untuk
Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Pemucat,
http://acta.fa.itb.ac.id/pdf_dir/issue_29_1_4.pdf, diakses pada tanggal 27
Oktober 2009.
Liancy, F., 2008, Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Pemutih Berbagai
Merk yang Beredar di Yogyakarta dengan Metode Spektrofotometri Visibel,
Fakultas Farmasi Sanata Dharma, Yogyakarta.
Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, 220-262, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Svehla, G., 1979, Textbook of Macro and Semimicro Qualitatif Inorganic Analysis,
diterjemahkan oleh Setiono dan Hayana Pudjaatmaka, Bagian I, 51-52, 257-
260, Kalman, Media Pustaka Jakarta.
Skoog, D. A., West, D. M., Holler, FJ, 1994, Analytical Chemistry an Introduction,
6th Ed., 416-418, Sanders College Publishing, Philadelphia.
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skoog, D. A., Holler, F. J., Nieman, T. A., 1998, Principles of Instrumental Analysis,
5th Ed., 182-193, Sanders College Publishing, Philadelphia.
Sri, L. C., Siti, R., Henna, R., Sunardjono, Maisunah, Sri, S., Endang, S. S., 2001,
Seni Menulis Resep: Teori dan Praktek, 100, P. T. Perca, Jakarta.
Wilkinson, J. B., dan Moore R.J., 1982, Harry’s Cosmeticology, 7th Ed., 264-270,
Chemical Publishing Company, Inc., New York.
Williart, H.H., Merrit, J.R.L., Dean, J.A., and Settlr J.F., 1988, Instrumental Methods
of Analysis, 7th Ed, 160, Wadworth Publishing Company, California.
Yohana, C. A., Emma S., Sri S. I., 2009, Farmasetika Dasar: Konsep Teoritis dan
Aplikasi Pembuatan Obat, 88-91, Widya Padjajaran, Bandung.
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
r
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Replikasi II
kurva baku
0,9
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
konsentrasi (ppm)
Replikasi III
r
r
Lampiran 11. Gambar kemasan larutan pencerah merk”A” yang telah beredar
di pasaran
a. Bagian depan
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Bagian belakang
2. Sampel 2
3. Sampel 3
4. Sampel 4
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Sampel 5
6. Sampel 6
KV hidrokuinon = x 100%
BIOGRAFI PENULIS