PEMBUATAN MIKROPARTIKEL
DILTIAZEM HIDROKLORIDA MENGGUNAKAN
METODE PENGUAPAN PELARUT
SKRIPSI
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PEMBUATAN MIKROPARTIKEL
DILTIAZEM HIDROKLORIDA MENGGUNAKAN
METODE PENGUAPAN PELARUT
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ii
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
viii
7. Seluruh keluarga besar Prodi Farmasi FKIK yang telah memberikan
kesempatan, kemudahan dan dukungan dalam melakukan penelitian
8. Kakak-kakak laboran FKIK, kak Eris, kak Rahmadi, mba Rani, kak Tiwi, kak
Lisna atas dukungan dan kerjasamanya selama kegiatan penelitian
9. Lela Laelatu R, Athiyah, Silvia Aryani, Annisa Tiana S.P, Annisa Nurul
Azzahra serta teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat
dan kebersamaannya, terima kasih atas kerjasama dalam penelitian ini
10. Teman-teman seperjuangan farmasi angkatan 2011 atas dukungan dan
kebersamaannya
11. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengehtahuan pada umumnya, dan ilmu farmasi pada khususnya. Akhir kata
penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
ix
DAFTAR ISI
xi
2.3 2.2 Suhu dan Tekanan....................................................... 24
2.4 Penghantaran Obat Melalui Paru-Paru ............................................. 26
2.5 Diltiazem Hidroklorida .................................................................... 28
2.6 Etil Selulosa...................................................................................... 29
2.9 Polivinil Alkohol .............................................................................. 30
BAB 3. METODE PENELITIAN ..................................................................... 32
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 32
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 32
3.2.1 Alat .......................................................................................... 32
3.2.2 Bahan ...................................................................................... 32
3.3 Prosedur Kerja .................................................................................. 32
3.3.1 Formula Mikropartikel ............................................................ 32
3.3.2 Pembuatan Mikropartikel ........................................................ 33
3.3.3 Penentuan Perolehan Kembali ................................................ 33
3.3.4 Penentuan Ukuran Partikel Mikropartikel .............................. 34
3.3 5 Pembuatan Panjang Gelombang Maksimum dan
Kurva Kalibrasi ....................................................................... 34
3.3 6 Penentuan Kadar Obat dan Efisiensi Penjerapan .................... 34
3.3 7 Pelepasan Obat Secara In Vitro ............................................... 35
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 36
4.1 Formulasi Mikropartikel .................................................................. 36
4.2 Perolehan Kembali ........................................................................... 36
4.3 Ukuran Mikropartikel ....................................................................... 37
4.4 Pembuatan Panjang Gelombang Maksimum dan
Kurva Kalibrasi ............................................................................... 41
4.5 Kadar Obat dan Efisiensi Penjerapan ............................................... 41
4.6 Pelepasan Obat ................................................................................. 42
BAB 5 . KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 45
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 45
5.2 Saran ................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 47
LAMPIRAN ........................................................................................................ 58
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Mengetahui karakteristik mikropartikel diltiazem hidroklorida menggunakan
metode penguapan pelarut
b. Mengetahui nilai perolehan kembali, efisiensi penjerapan, kadar obat, dan
pelepasan obat secera in vitro mikropartikel diltiazem hidroklorida
c. Mengetahui apakah mikropartikel yang dihasilkan memenuhi syarat sediaan
penghantaran obat melalui paru-paru
1.4. Manfaat
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang formulasi dan
karakteristik mikropartikel diltiazem hidroklorida menggunakan metode
penguapan pelarut yang berguna untuk pengobatan angina pektoris, hipertensi dan
aritmia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mikropartikel
Mikropartikel adalah sediaan dengan ukuran partikel antara 1-1000 µm.
Mikropartikel umumnya diberikan melalui intraperitonial, intramuskular,
subkutan atau langsung ke organ target. Mikropartikel merupakan sistem
penghantaran yang dapat digunakan untuk lepas lambat. Obat dilepaskan secara
perlahan melalui mekanisme erosi dan difusi dari partikel. Kecepatan pelepasan
dapat ditingkatkan dengan menurunkan berat molekul polimer, ukuran partikel
dan mengontrol polimer alam (Parida et al., 2013). Mikropartikel diklasifikasi
menjadi dua, yaitu mikropkapsul dan mikrosfer. Mikrokapsul adalah sistem
reservoir mikrometik. Pada mikrokapsul obat terpusat dalam kulit polimer dengan
ketebalan tertentu dan pelepasannya dikontrol melalui proses disolusi, difusi atau
keduanya. Mikrokapsul dengan dinding tebal umumnya melepas obat dengan
mengikuti orde nol. Mikrosfer berbentuk padat dan hampir berbentuk sistem
matriks mikrometik sferis (Parida et al., 2013). Selain itu, menurut Muhaimin
(2013), mikrosfer adalah mikropartikel sferis sedangkan mikropkapsul adalah
mikropartikel dengan inti yang dikelilingi oleh material berbeda secara nyata dari
inti tersebut. Inti dapat bersifat padatan, cairan ataupun gas. Mikropartikel juga
dideskripsikan sebagai sediaan yang terdiri dari campuran homogen dari polimer
dan zat aktif.
Mikrosfer dapat menjaga konsentrasi obat dalam darah untuk tetap konstan
sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien, menurunkan dosis dan
menurunkan kemungkinan terjadinya toksisitas. Selain itu mikrosfer juga dapat
melindungi obat dari reaksi enzimatik dan pemutusan fotolitik sehingga bentuk
sediaan ini dapat digunakan untuk penghantaran protein (Tiwari, S., P, Verma.,
2012). Mekanisme pelepasan obat dari sediaan mikrosfer menurut Tiwari, S., P,
Verma (2012) adalah sebagai berikut:
a. Sistem monolitik degradasi terkontrol
Pada sistem ini, obat larut dalam matriks dan pelepasannya tergantung pada
degradasi matriks polimer. Difusi obat lebih pelan apabila dibandingkan
dengan degradasi matriks.
b. Sistem monolitik difusi terkontrol
Obat dilepaskan melalui proses difusi sebelum atau saat degradasi matriks
polimer.
c. Sistem reservoir difusi terkontrol
Disini zat aktif dienkapsulasi dengan membran pengontrol kecepatan pelepasan
dimana obat akan berdifusi melewati membran ini. Membran polimer akan
terkikis hanya jika penghantaran obat sudah sempurna.
d. Erosi
Bahan polimer pelapis seperti beeswax dan stearil alkohol dipengaruhi oleh
hidrolisisi enzimatik dan pH.
Alasan pemilihan mikroenkapsulasi diantaranya dapat menutupi rasa dan
bau obat, obat dalam bentuk cairan dapat dirubah menjadi bentuk serbuk yang
mengalir bebas, mencegah inkompatibilitas antar obat, dan dapat mengubah
tempat absorpsi protein (Tiwari, S., P, Verma., 2012).
Mikropartikel dibuat dari polimer biocompatable dan biodegradable
misalnya Polylactic acid (PLA), dan Polylactid-co-glycolic (PLGA). Polimer
alam seperti gelatin dan albumin juga digunakan dalam pembuatan mikrosfer.
Mikropartikel memberikan penghantaran akurat untuk obat poten, mengurangi
konsentrasi obat pada target dan menjadi sistem penghantaran yang efektif untuk
zat aktif yang sedikit larut dalam air. Selain itu mikropartikel dapat
memperlihatkan karakteristik pelepasan dipercepat (immediate release) dan
menghantarkan lebih dari 80% zat aktif dalam 10 menit. Misalnya nimesulid
(Parida et al., 2013).
Menurut Muhaimin (2013), sistem penghantaran obat dengan pelepasan
terkontrol telah dikembangkan untuk mengatasi kesulitan pemberian obat secara
tradisional. Penghantaran obat dengan pelepasan terkontrol menggunakan device
(alat) seperti piringan berbasis polimer, rod, pil atau mikropartikel yang
mengenkapsulasi obat dan pelepasan obat ini terjadi dengan kecepatan terkontrol
selama periode waktu tertentu. Sistem ini memberikan beberapa keuntungan
apabila dibandingkan dengan pemberian obat dengan metode tradisional. Adapun
keuntungan itu adalah sebagai berikut:
a. Kecepatan pelepasan obat dapat digunakan untuk aplikasi spesifik
b. Sistem pelepasan terkontrol dapat melindungi obat, terutama protein yang
mudah rusak ketika berada di tubuh
c. Sistem pelepasan terkontrol dapat meningkatkan kepatuhan pasien.
Ketika berbagai alat digunakan untuk penghantaran obat dengan pelepasan
terkontrol, mikropartikel berbasis polimer adalah tipe yang paling umum
digunakan karena memiliki beberapa keuntungan. Mikropartikel dapat
mengenkapsulasi berbagai obat dengan molekul kecil, vaksin, protein, dan asam
nukleat (Azevedo., et al, 2006; Feng., et a.l, 2006; Little., et al, 2005 dalam
Muhaimin, 2013). Mikropartikel dapat menghantarkan makromolekul, berbagai
faktor diantaranya tipe polimer, berat molekul polimer, komposisi kopolimer, sifat
eksipien yang ditambahkan pada formula mikropartikel, dan ukuran mikropartikel
dapat memberikan efek pada kecepatan penghantaran (Muhaimin, 2013).
Polimer dapat digunakan untuk mengontrol kecepatan pelepasan obat dari
formulasi. Polimer dapat mengikat partikel dari bentuk sediaan dan mengubah
sifat aliran. Aplikasi polimer pada penghantaran obat telah meningkat karena
polimer memberikan sifat unik yang saat ini masih belum dimiliki oleh material
lain. Polimer adalah makromolekul yang memiliki ikatan yang besar, memiliki
berbagai gugus fungsi, dapat dicampur dengan material dengan berat molekul
yang besar atau kecil. Pemahaman mengenai konsep dasar polimer diperlukan
untuk pemahaman lebih jauh mengenai produk obat dan model sistem
penghantaran yang lebih baik. Kemajuan ilmu tentang polimer telah membuka
DL-PLG menggunakan metode ini (Sanders et al., 1984, 1985 dalam Muhaimin,
2013). Larutan encer obat diemulsifikasi dalam larutan polimer DL-PLG dan
diklorometan untuk memproduksi emulsi air/minyak. Penambahan bukan pelarut
menghasilkan presipitasi polimer di sekitar larutan encer obat untuk membentuk
mikropartikel. Penambahan bukan pelarut dalam volume besar melengkapi proses
ekstraksi pelarut polimer dan pengerasan mikrosfer. Metode yang sama telah
digunakan pada obat oksitetrasiklin, tetapi pada proses ini partikel obat padat
dicampurkan pada larutan polimer organik (Vidmar et al., 1984 dalam Muhaimin,
2013). Partikel yang diproduksi dengan metode ini memiliki distribusi ukuran
yang luas dimana hal ini tidak diinginkan untuk penggunaan klinis. Mikropartikel
yang diproduksi dengan metode ini juga memiliki kecenderungan besar untuk
teragregasi. Hasil dari metode ini dapat dirubah dengan perubahan parameter
penyiapan misalnya obat, rasio polimer, pelarut polimer, kecepatan pengadukan,
suhu, volume bukan pelarut, dan tipe bukan pelarut (Muhaimin, 2013).
minyak dalam minyak (Tsai, 1986). Pada metode ini, obat dapat terlarut atau
bercampur pada fase minyak sebelum didispersikan dalam fase minyak lainnya.
Pelarut organik yang dapat bercampur dengan air, seperti asetonitril digunakan
untuk melarutkan obat dalam PLGA atau PLA. Kemudian larutan ini
didispersikan dalam minyak seperti minyak mineral ringan dengan ditambahkan
surfaktan larut lemak seperti sorvitan oleat (Span) untuk menghasilkan emulsi
minyak/minyak. Setelah itu mikropartikel didapatkan dengan penguapan atau
ekstraksi pelarut organik dari droplet minyak terdispersi dan minyak yang dicuci
dengan pelarut seperti n-heksan. Proses ini juga disebut metode emulsi air dalam
minyak (Jalil and Nixon, 1990a; O’Hagan et al., 1994 Muhaimin, 2013).
Kristal dengan ukuran yang lebih kecil dapat disitribusikan secara homogen
selama pembentukan droplet organik pada emulsi. Obat hidrofilik (cisplatin,
doxorubicin) telah dienkapsulasi menggunakan metode ini. Masalah dalam
enkapsulasi obat hidrofilik adalah kehilangan obat pada fase kontinyu eksternal
selama pembentukan mikropartikel. Adanya kehilangan obat pada fase eksternal
menyebabkan sisa obat akan bermigrasi ke permukaan droplet sebelum proses
pemadatan. Untuk meminimalisisr masalah ini, droplet organik perlu dipadatkan
menjadi mirkopartikel secepat mungkin (Thies, 1992 dalam Muhaimin, 2013).
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan larutan organik polimer yang kental
dan meningkatkan volume sekunder air sehingga dapat menarik pelarut organik
menuju fase encer dengan cepat. Setelah itu terbentuk mikropartikel dengan obat
yang telah terenkapsulasi di dalamnya. Fase dispersi yang kental dapat
mengurangi volume pelarut organik, memfasilitasi penghilangan pelarut organik
secara cepat dari droplet, juga dapat menghalangi partikel/kristal obat padat untuk
berpindah ke permukaan. Hal ini mengakibatkan distribusi obat dalam partikel
menjadi lebih homogen (Muhaimin, 2013).
Alternatif lain untuk mengenkapsulasi obat hidrofilik adalah dengan
menggunakan proses emulsi air-minyak-air (gambar 4). Larutan encer obat
ditambahkan pada fase organik yang mengandung polimer dan pelarut organik
dengan pengadukan untuk membentuk emulsi pertama yaitu emulsi minyak dalam
air. Emulsi ini kemudian didispersikan ke fase kontinyu yang mengandung
surfaktan untuk membentuk emulsi kedua yaitu emulsi air/minyak/air. Beberapa
obat hidrofilik seperti peptida leuprolida asetat (Okada, 1994; Toguchi, 1992),
vaksin (Azevedo et al., 2006; Feng et al., 2006; Little et al., 2005; O'Hagan et
al., 1991; Singh, 1995;), protein/peptida dan molekul konvensional telah
berhasil dienkapsulasi menggunakan metode ini. Masalah dalam tipe emulsi ini
terjadi ketika emulsi dalam tidak stabil sehingga menyebabkan kehilangan droplet
encer yang mengandung obat menuju fase kontinyu. Pemilihan surfaktan yang
dapat digunakan untuk menstabilkan emulsi terbatas pada material yang akan
terlarut dalam pelarut organik. Biasanya ester asam lemak dari polioksietilen atau
sorbiton digunakan untuk obat dengan kelarutan tinggi pada pelarut organik dan
memiliki kompatibilitas biologi yang baik (Muhaimin, 2013).
Gambar 2.4. Skema empat proses utama pada proses penguapan/ekstraksi pelarut
(Air/Minyak/Air)
(sumber : Muhaimin, 2013)
2.3.1. Material
Material yang digunakan pada pembuatan mikropartikel menggunakan
metode ini terdiri dari dua fase, yaitu fase dispersi dan fase kontinyu.
Wagdare et al., 2011 dalam Muhaimin, 2013). Polimer tipe pengikisan bulk
seperti PLG, dapat menyebar pada air kemudian menjadi matriks polimer dan
terdegradasi pada seluruh matriks mikropartikel. Berbeda dengan polimer
pengikisan permukaan seperti polianhidrida yang mengandung monomer
hidrofobik dengan ikatan lemah. Tipe polimer ini mencegah agar air tidak
berpenetrasi ke dalam polimer bulk, dimana akan terdegradasi secara cepat
menjadi oligomer dan monomer pada interfase polimer/air melalui proses
hidrolisis (Saltzman, 2001 Muhaimin, 2013).
Mikropartikel polimer pengikisan bulk sering terjadi obat pecah sebesar
50% dari total obat yang terdapat dalam mikropartikel tersebut (O’Donnell and
McGinity, 1997 dalam Muhaimin, 2013). Pelepasan obat terjadi selama inkubasi
pada beberapa jam pertama, diikuti dengan difusi pelepasan obat terkontrol secara
pelan dan kadang-kadang fase ketiga dimana obat tersisa akan dilepaskan secara
cepat. Hal ini terjadi akibat degradasi matriks polimer yang parah. Pada
mikropartikel yang mengandung polimer pengikisan permukaan, obat dilepaskan
pada permukaan ketika polimer pecah. Erosi pada polimer ini umumnya terjadi
dengan kecepatan konstan (Gopferich and Langer, 1993; Kanjickal et al., 2004
Muhaimin, 2013). Apabila obat yang diinginkan terdispersi secara homogen
dalam mikropartikel, kecepatan pelepasan yang tinggi akan terjadi pada awalnya.
Seiring berjalannya waktu, area permukaan sferis dan kecepatan pelepasan akan
menurun secara asimtomatis (Muhaimin, 2013).
Polimer dengan berat molekul besar dapat mempengaruhi degradasi
polimer dan kecepatan pelepasan obat. Peningkatan berat molekul dapat
menurunkan kemampuan difusi dan mengurangi kecepatan pelepasan obat
(Alonso et al., 1994; Katou et al., 2008; Le Corre et al., 1994; Liggins and Burt,
2001; Mabuchi et al., 1994; Yang et al., 2001dalam Muhaimin, 2013).
Mekanisme utama pelepasan obat adalah difusi melalui pori yang terisi air.
Degradasi polimer menghasilkan monomer dan oligomer yang larut sehingga
dapat berdifusi keluar dari partikel. Produk yang lebih kecil akan dihasilkan oleh
degradasi cepat dari polimer dengan berat molekul yang lebih rendah. Penurunan
kecepatan pelepasan yang sejalan dengan kenaikan berat molekul polimer
digunakan untuk molekul kecil, peptida dan protein (Blanco and Alonso, 1998;
Mehta et al., 1996 dalam Muhaimin, 2013). Akan tetapi pada mikrosfer
polianhidrida (polimer tipe pengikisan permukaan), berat molekul hanya
memberikan efek kecil pada pelepasan obat (Hanes et al., 1996; Tabata and
Langer, 1993dalam Muhaimin, 2013). Rasio kopolimer pada berbagai kopolimer
juga dapat memberikan efek pada kecepatan pelepasan. Selain itu peningkatan
bahan yang dapat mempercepat degradasi monomer dapat meningkatkan
kecepatan pelepasan (Lin et al., 2000; Shen et al., 2002; Spenlehauer et al., 1989
dalam Muhaimin, 2013). Ketika pelepasan obat dikontrol dengan polimer
pengikis, kecepatan pelepasan dapat meningkat sejalan dengan tingginya
konsentrasi monomer yang larut atau monomer yang lebih kecil (Tabata and
Langer, 1993 dalam Muhaimin, 2013). Efek komposisi polimer dapat menjadi
kompleks dengan adanya perbedaan fase polimer atau termodinamik obat yang
terenkapsulasi (Kipper et al., 2002 dalam Muhaimin, 2013).
b. Pelarut
Sifat pelarut yang sesuai digunakan dalam pembuatan mikropartikel
menggunakan metode penguapan pelarut adalah dapat melarutkan polimer yang
digunakan, sedikit larut pada fase kontinyu, volatilitas tinggi, titik didih rendah,
dan toksisitas rendah (Li et al., 2008 dalam Muhaimin, 2013)
Sebelumnya kloroform sering digunakan, akan tetapi karena toksisitas dan
tekanan uap yang rendah, pelarut ini digantikan oleh diklorometan. Diklorometan
(metilen klorida) adalah pelarut yang paling banyak digunakan untuk enkapsulasi
menggunakan metode penguapan pelarut karena volatilitas yang tinggi, titik didih
rendah dan ketidakbercampuran dengan air yang tinggi (Li et al., 2008 dalam
Muhaimin, 2013).
Selain itu etil asetat juga berpotensi digunakan karena memiliki toksisitas
yang lebih rendah dari diklorometan. Akan tetapi kebercampuran parsial etil asetat
dalam air (4,5 kali lebih tinggi dari diklorometan), mikrosfer tidak dapat terbentuk
apabila fase terdispersi dikenali secara langsung oleh fase kontinyu. Ekstraksi
mendadak etil asetat dari fase terdispersi menyebabkan polimer terpresipitasi
menjadi serat seperti aglomerat (Freytag et al, 2000 dalam Muhaimin, 2013).
Guna menyelesaikan masalah ketercampuran pelarut dengan air dapat
c. Komponen Lain
Pada beberapa kasus, bahan lain yang ditambahkan pada fase dispersi
seperti kosolven dan generator penyerap (Muhaimin, 2013). Kosolven digunakan
untuk melarutkan obat yang tidak larut dalam pelarut pada fase dispersi (Graves et
al., 2006; Hsu and Lin, 2005; Li et al., 2008; Luan et al., 2006; Reithmeier et
al., 2001 dalam Muhaimin, 2013).
Generator penyerap atau yang disebut porosigen atau porogen digunakan
untuk menghasilkan pori di dalam mikropartikel sehingga dapat meningkatkan
kecepatan degradasi polimer dan meningkatkan kecepatan pelepasan obat (Li et
al, 2008 dalam Muhaimin, 2013). Pelarut organik seperti heksan yang tidak
melarutkan poli asam laktat dan poli asam laktat koglikol dapat dicampurkan ke
dalam mikrosfer untuk membentuk pori (Li et al., 2008; Spenlehauer et al,
1986 dalam Muhaimin, 2013). Penggabungan Sephadex (sambung silang gel
dekstran) dalam mikrosfer insulin-PLA dapat meningkatkan porositas mikrosfer
secara signifikan (Li et al, 2008; Watts et al, 1990 dalam Muhaimin, 2013).
Sejumlah n-heptan dengan volume tertentu ditambahkan pada emulsi
b. Antifoam (Antibusa)
Selain surfaktan, antibusa terkadang ditambahkan pada fase kontinyu
ketika dilakukan agitasi yang kuat karena busa dapat mengganggu pembentukan
mikrosfer. Ketika kecepatan pengadukan ditingkatkan, udara akan banyak masuk
dan membentuk busa. Antibusa yang digunakan dapat berupa silika atau nonsilika
dan digunakan saat kecepatan dinaikan dimana gelembung udara sudah tidak
teratur (Berchane et al, 2006; Li et al, 2008; Torres et al, 1998 dalam Muhaimin,
2013).
massa total perolehan kembali, perubahan distribusi ukuran menjadi lebih besar,
penurunan efisiensi enkapsulasi obat, dan morfologi menjadi lebih kasar (Freitas
et al., 2005 dalam Muhaimin, 2013). Suhu yang digunakan tidak boleh terlalu
tiggi supaya obat tetap bersifat alami dan agar pelarut dapat mencapai titik didih.
Oleh karena itu pengurangan tekanan menjadi pilihan yang lebih baik (Li et al,
2008 dalam Muhaimin, 2013).
Studi yang dilakukan oleh Meng et al (2004), pengisian hemoglobin bovin
pada mikrosfer PELA atau poly(d,l-lactic acid)-co-poly(ethylene glycol) (poli
asam laktat kopolietilen glikol) dibuat menggunakan metode emulsi
air/minyak/air dengan kondisi tekanan atmosfir dan kondisi penurunan tekanan
(30 kPa). Waktu pemadatan mikropartikel menurun dari 240 menit menjadi 40
menit akibat penurunan tekanan. Pengurangan tekanan dapat meningkatkan
efisiensi enkapsulasi pada beberapa kasus (Li et al., 2008 dalam Muhaimin,
2013). Progesteron yang dimasukan pada mikrosfer polilaktida menggunakan
teknik penguapan pelarut minyak/air, didapatkan hasil bahwa efisensi enkapsulasi
lebih besar pada mikrosfer yang dibuat menggukan metode penguapan pelarut
dengan penurunan tekanan, yaitu 200 mmHg lebih rendah daripada tekanan
atmosfir mula-mula yaitu 760 mmHg. Akan tetapi penelitian lain menunjukan
hasil yang berbeda (Izumikawa et al., 1991 dalam Muhaimin, 2013). Efisiensi
enkapsulasi lidokain (Chung et al., 2001 dalam Muhaimin, 2013) atau albumin
(Chung et al., 2002 dalam Muhaimin, 2013) pada mikrosfer PLA yang dibuat
dengan penurunan tekanan lebih rendah daripada mikropartikel yang dibuat
menggunakan tekanan atmosfir. Morfologi permukaan mikrosfer yang diukur
menggunakan scanning electron microscopy pada mikrosfer yang dibuat
menggunakan metode tekanan atmosfir menunjukan permukaan yang berpori dan
keras (Izumikawa et al., 1991 dalam Muhaimin, 2013). Sementara mikrosfer yang
dibuat menggunakan metode pengurangan tekanan memiliki permukaan yang
halus. Mikrosfer yang dibuat dengan tekanan yang berbeda memiliki ukuran yang
mirip dengan penelitian Meng et al (2004). Hasil ini berbeda dengan hasil
penelitian Chung et al (2001, 2002) dimana mikrosfer yang dibuat menggunakan
metode penurunan tekanan memiliki ukuran yang lebih kecil daripada yang dibuat
Polimer ini sering digunakan pada sediaan topikal dan optalmik. Selain itu
digunakan pula sebagai agen penstabil pada emulsi (0,25-3,0% b/v). PVA
digunakan sebagai agen peningkat viskositas pada sediaan optalmik. Polimer ini
digunakan pula pada formulasi lepas lambat untuk pemberian oral. PVA dibuat
menjadi mikrosfer ketika dicampur dengan larutan glutaraldehida. Polimer ini
dapat larut dalam air, sedikit larut dalam etanol (95%), tidak larut dalam pelarut
organik. Pada proses pelarutan PVA dalam air, PVA dicampur dengan air pada
suhu 90oC selama sekitar 5 menit. Proses pencampuran harus tetap dillanjutkan
ketika larutan sudan menjadi dingin kembali (pada suhu ruang) (Rowe, Paul.,
Marian, 2009).
PVA akan stabil apabila disimpan dalam wadah tertutup rapat pada tempat
yang sejuk dan kering. Polimer ini akan stabil pada wadah korosif. Selain itu
material ini akan terdegradasi secara perlahan pada suhu 100oC dan akan cepat
terdegradasi pada suhu 200oC. Polimer ini bersifat stabil terhadap paparan cahaya.
Selain itu, materal ini akan mengalami reaksi spesifik pda senyawa yang memiliki
gugus hidroksi sekunder, misalnya reaksi esterifikasi. Bahan ini akan menjadi
rusak apabila terpapar asam kuat. Kemudian akan larut pada asam lemah dan
basa. Polimer ini berifat inkompatibel dengan garam anorganik khususnya sulfat
dan fosfat pada konsentrasi tinggi. Presipitasi PVA 5% b.v dapat terjadi akibat
adanya fosfat. Selain itu akan terbentuk gel polivinilalkohol apabila terdapat
boraks (Rowe,Paul., Marian, 2009).
.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2.2. Bahan
Diltiazem hidroklorida (PT. Indofarma), akuades, etil selulosa N10
(Ashland), diklorometan, polivinil alkohol (Shadong Bio-technologi), metanol,
KH2PO4, NaOH, air deionisasi, aluminium foil, lem sianoakrilat, kertas Sartorius
0,45 µm, kertas penyaring hidrofilik 0,45 µm, dan plastik wrap.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
wadah. Menurut Patel, B., V, Modi., K, Patel., M, Patel. (2012), faktor lain yang
dapat mempengaruhi perolehan kembali mikropartikel adalah konsentrasi polimer
dan kecepatan pengadukan.
Gambar 4.3. Kurva Kalibrasi Diltiazem Hidroklorida dalam Dapar Fosfat pH 7,4
N., KK, Yada., R, Vempati (2010), etil selulosa dengan viskositas 25 cps
memerlukan waktu 10 jam untuk melepaskan 90% obat. Dapat disimpulkan
bahwa etil selulosa memerlukan waktu yang cukup lama untuk melepaskan obat.
Pada 5 menit pertama, pelepasan obat pada F1 dan F2 cukup besar. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena obat tidak terenkapsulasi di inti, melainkan
teradsorpsi di permukaan mikropartikel. Salah satu penyebabnya adalah
konsentrasi PVA yang kurang tepat. Konsentrasi PVA pada mikropartikel ini
kurang dapat menstabilkan partikel, hal ini menyebabkan obat tidak
terenkapsulasi di inti partikel melainkan teradsorpsi pada permukaan partikel
(Giri, TK et al, 2012).
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelepasan obat adalah ukuran
mikropartikel. Semakin kecil ukuran mikropartikel, maka obat akan semakin
cepat dilepaskan (Maji, R., S,Ray., B, Das., AK, Nayak., 2012). Pada uji disolusi
kedua formula, terjadi fluktuasi persen pelepasan obat setiap menitnya. Selain itu
kadar obat yang terukur di setiap rentang waktu mirip satu sama lain. Hal ini
terjadi karena kadar obat pada sampel terlalu kecil dan sensitivitas alat
spektrofotometer tidak dapat mendeteksi perubahan kadar yang terlalu kecil
tersebut. Apabila dilihat dari pelepasan obat pada menit-menit awal, formula yang
lebih tepat untuk dijadikan sistem lepas lambat adalah F2 karena pada menit-
menit awal persen pelepasan obat lebih kecil dari F1.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Rentang ukuran mikropartikel F1 dan F2 berturut-turut sebesar 0,680-
159,740 µm dan 0,340-117,674 µm dengan modus ukuran kedua formula
sebesar 1-10 µm.
3. Nilai efisiensi penjerapan F1 dan F2 berturut-turut adalah 9,57±0,02 % dan
7,87±0,01 %.
4. Nilai kadar obat F1 dan F2 berturut-turut adalah 3,51±0,02 % dan
3,91±0,01 %.
5. Hasil Uji Perolehan Kembali F1 dan F2 berturut-turut adalah 77,51% dan
57,51%.
6. Nilai pelepasan obat F1 dan F2 berturut-turut adalah 7,44±0,32% dan
6,94±0,05%.
7. Berdasarkan nilai ukuran mikropartikel, efisiensi penjerapan, kadar obat
dan pelepasan obat, F2 lebih baik daripada F1.
8. Metode ini masih belum bisa menghasilkan mikropartikel yang sesuai
untuk penghantaran obat melalui paru-paru
5.2. Saran
1. Diperlukan optimasi metode untuk meningkatkan nilai perolehan kembali,
efisiensi penjerapan, kadar obat, dan pelepasan obat.
2. Pada proses emulsifikasi minyak/air disarankan untuk menggunakan zat
aktif hidrofobik.
3. Menggunakan tipe emulsi air/minyak/air apabila zat aktif yang digunakan
bersifat hidrofilik.
4. Digunakan polimer etil selulosa yang memiliki viskositas lebih rendah dan
gugus etoksi yang lebih besar.
5. Mengganti polimer etil selulosa dengan polimer lain yang dapat
melepaskan obat lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, M.H., Smith. R.E., Luchtefeld. R., Boorem. A.J., Luo. R., Acree. W.E.
2010. Prediction of Solubility of Drugs and Other Compounds in Organic
Solvents. J. Pharm. Sci. 99. 1500-1515.
Alonso, M.J., Gupta, R.K., Min, C., Siber, G.R., Langer, R. 1994. Biodegradable
Microspheres as Controlled Release Tetanus Toxoid Delivery Systems.
Vaccine 12. 299-306.
Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design second
edition. Chemical Livingstone.
Azevedo, A.F., Galhardas, J., Cunha, A., Cruz, P., Goncalves, L.M.D., Almeida,
A.J. 2006. Microencapsulation of Streptococcus Equi Antigens in
Biodegradable Microspheres and Preliminary Immunisation Studies. Eur. J.
Pharm. Biopharm. 64. 131-137.
Beck, L.R., Ramos, R.A., Flowers, C.E., Lopez, G.Z., Lewis, D.H. 1981.
Clinical Evaluation of Injectable Biodegradable Contraceptive System. Am. J.
Obstet. Gynecol. 140. 799-806.
Birnaum, D.T., Peppas, L.B. 2004. Microparticle Drug Ddelivery Ssystems. In:
Brown. D.. (Editor). Drug delivery systems in cancer therapy. Humana Press.
Totowa N.J.
Blanco, D., Alonso, M.J. 1998. Protein Encapsulation and Release From
Poly(lactide-coglycolide) Microspheres: Effect of The Protein and Polymer
Properties and of Coencapsulation of Surfactants. Eur. J. Pharm. Biopharm. 45.
285-294.
Bleich, J., Müller, B.W., Waβmus, W. 1993. Aerosol Solvent Extraction System–
a New Microparticle Production Technique. Int. J. Pharm. 97. 111-117.
Bodmeier, R., Wang, H., Dixon, D.J., Mawson, S., Johnston, K.P., 1995.
Polymeric microspheres prepared by spraying into compressed carbon dioxide.
Pharm. Res. 12, 1211-1217
Cavalier, M., Benoit, J.P., Thies, C. 1986. The Formation and Characterization
of Hydrocortisone-Loaded Poly((+/-)-lactide) Microspheres. J. Pharm.
Pharmacol. 38. 249-253.
Chung, T.-W., Huang, Y.-Y., Liu, Y.-Z. 2001. Effects of The Rate of Solvent
Evaporation on The Characteristics of Drug Loaded PLLA and PDLLA
Microspheres. Int. J. Pharm. 212. 161-169.
Chung, T.-W., Huang, Y.-Y., Tsai, Y.-L., Liu. Y.-Z. 2002. Effects of Solvent
Evaporation Rate on The Properties of Protein-Loaded PLLA and PDLLA
Microspheres Fabricated by Emulsion Solvent Evaporation Process. J.
Microencap. 19. 463-471.
Cowsar, D.R., Tice, T.R., Gilley, R.M., English, J.P. 1985. Poly(lactide-co-
glycolide) Microcapsules for Controlled Release of Steroids. Methods Enzymol.
112. 101-116.
Feng, L., Qi, X.R., Zhou, X.J., Maitani, Y., Cong Wang, S., Jiang, Y., Nagai, T.
2006. Pharmaceutical and Immunological Evaluation of A Single-Dose Hepatitis
B Vaccine using PLGA Microspheres. J. Control. Rel. 112. 35-42
Fredriksen, L., Anton, K., Hoogevest, P.V., Keller, H.R., Leuenberger, H. 1997.
Preparation of Liposomes Encapsulating Water-Soluble Compounds using
Supercritical Carbon Dioxide. J. Pharm. Sci. 86. 921-928.
Gilman, AG. 2012. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta:
EGC.
Giunchedi, P., Benvenga, A., Alpar, H.O., Conte, U. 1995. PDLLA Microspheres
Containing Steroids: Spray-Drying and w/o/w Emulsification as Preparation
Methods. World Meet. Pharm. Biopharm. Pharm. Technol. 1. 389-390.
Gowda, D.V., M.S. Khan., Venkatesh M.P., Sowjaya A.S., Shivakumar H.G.
2010. Preparation and Evaluation of HPMC and Eudragit Microparticle Loaded
with Diltiazem Hidroklorida untuk Penghantaran Terkontrol. Scholar Research
Library ISSN 0975-5071.
Graves, R.A., Freeman, T., Pamajula, S., Praetorius, N., Moiseyev, R., Mandal,
T.K. 2006. Effects of Co-Solvents on The Characteristics of Enkephalin
Microcapsules. J. Biomater. Sci. Polym. Edit. 17. 709-720
Hanna, M.H., York, P., Rudd, D., Beach, S. 1995. A Novel Apparatus for
Controlled Particle Formation using Supercritical Fluids. Pharm. Res. 12. 141-
146.
Izumikawa, S., Yoshioka, S., Aso, Y., Takeda, Y. 1991. Preparation of Poly(l-
lactide) Microspheres of Different Crystalline Morphology and Effect of
Crystalline Morphology on Drug Release Rate. J. Control. Rel. 15. 133-140.
Jeffery, H., Davis, S.S., O’Hagan, D.T. 1993. The Preparation and
Characterization of Poly(lactide-co-glycolide) Microparticles: II. The
Entrapment of A Model Protein using A (water-in-oil)-in Water Emulsion
Solvent Evaporation Technique. Pharm. Res.10. 417-423.
Jeffery, H., Davis, S.S. O’Hagan, D.T. 1991. Preparation and Degradation of
Poly(lactideco-glycolide) Microspheres. J. Control. Rel. 77. 169-175.
Jeyanthi, R., Metha, R.C., Thanoo, B.C., Deluca, P.P. 1997. Effect of Processing
Parameters on The Properties of Peptide Containing PLGA Microspheres. J.
Microencap. 14. 163-174.
Jeyanthi, R., Thanoo, B.C., Metha, R.C., Deluca, P.P. 1996. Effect of Solvent
Removal Technique on The Matrix Characteristics of Polylactide/glycolide
Microspheres for Peptide Delivery. J. Control. Rel. 38. 235–244.
Kang, M.K., Dai, J., Kim, J.C. 2012. Ethylcellulose microparticles containing
chitosan and gelatin: pH-dependent release caused by complex coacervation.
J. Ind. Eng. Chem. 18. 355-359.
Kanjickal, D.G., Lopina, S.T. 2004. Modeling of drug release from polymeric
delivery systems - a review. Crit. Rev. Ther. Drug Carrier Syst. 21. 345-386.
Labiris, N.R., M.B Dolovich. 2003. Pulmonary Drug Delivery. Part II: The Role
of Inhalant Delivery Devices and Drug Frmulation In Therapeutic Effectiveness
of Aerosolized Medication. J Clin Pharmacol. 56. 600-612. DOI:10.1046/j.1365-
2125.2003.01893.x
Le Corre, P., Le Guevello, P., Gajan, V., Chevanne, F., Le Verge, R. 1994.
Preparation and characterization of bupivacaine-loaded polylactide and
poly(lactide-glycolide) microspheres. Int. J. Pharm. 107. 41-49.
Leelarasamee, N., Howard, S.A., Malanga, C.J., Ma, J.K. ., 1988. A method for
the preparation of poly(lactic acid) microcapsules of controlled particle size and
drug loading. J. Microencap. 52, 147-157.
Lewis, D.H., Tice, T.R., Zatuchni, G.I., 1984. Polymeric considerations in the
design of microencapsulation of contraceptive steroids. Long Acting Contracept.
Delivery Syst. 1, 77-95.
Lin, S.Y., Chen, K.S., Teng, H.H., Li, M.J. 2000. In vitro degradation and
dissolution behaviours of microspheres prepared by three low molecular weight
polyesters. J. Microencap. 17. 577-586.
Little, S.R., Lynn, D.M., Puram, S.V., Langer, R.. 2005. Formulation and
characterization of poly (beta amino ester) microparticles for genetic vaccine
delivery. J. Control. Rel. 107. 449-462.
Luan, X., Skupin, M., Siepmann, J., Bodmeier, R., 2006. Key parameters
affecting the initial release (burst) and encapsulation efficiency of peptide-
containing poly(lactide-co-glycolide) microparticles. Int. J. Pharm. 324, 168-175.
Maji,Ruma., Somasree Ray., Biswarup Das. Amit Kumar Nayak. 2012. Ethyl
Cellulose Microparticle Containing Metformin HCl by Emulsification-Solvent
Evaporation Technique: Effect of Formulation Variables. International Scholarly
Research Network volume 2012. Article ID 801827. 7 pages.
Marr, R., Gamse, T. 1999. Use of supercritical fluids for different processes
including new developments-A review. Chem. Eng. Process. 39. 19-28
Mason, N., Thies, C., Cicero, T.J. 1976. In vivo and in vitro evaluation of a
microencapsulated narcotic antagonist. J. Pharm. Sci. 65. 847-850
Mateovic, T., Kriznar, B., Bogataj, M., Mrhar, A. 2002. The influence of stirring
rate on biopharmaceutical properties of Eudragit RS microspheres. J.
Microencap. 19. 29-36.
Mehta, R.C., Thanoo, B.C., DeLuca., P.P. 1996. Peptide containing microspheres
from low molecular weight and hydrophilic poly(D.L-lactide-co-glycolide). J.
Control. Rel. 41. 249-257.
Meng, F.T., Ma, G.H., Liu. Y.D., Qiu, W., Su, Z.G. 2004. Microencapsulation of
bovine hemoglobin with high bio-activity and high entrapment efficiency using a
W/O/W double emulsion technique. Colloids Surf. B: Biointerf. 33. 177-183.
Miyazaki, Y., Onuki, Y., Yakou. S., Takayama, K. 2006. Effect of temperature-
increase rate on drug release characteristics of dextran microspheres prepared by
emulsion solvent evaporation process. Int. J. Pharm. 324. 144-151
O’Hern, P.A., Goldberg, E., Roseman. T.J., Peppas, N.A., Gabelnick, H.L.
1993. Development of a contraceptive peptide vaccine for use with PGAL
microspheres. Proc. Int. Symp. Control. Rel. Bioact. Mater. 20th. 394-395.
Pablo, G., Debenedetti, J.W., Tom, S-D., Yeo, G-B.L. 1993. Application of
supercritical fluids for the production of sustained delivery devices. J. Control.
Rel. 24. 27-44.
Pérez, M.H., Siepmann, J., Zinutti, C., Lamprecht, A., Ubrich, N., Hoffman, M.,
Bodmeier, R., Maincent, P., 2003. Non-degradable microparticles containing a
hydrophilic and/or a lipophilic drug: preparation, characterization and drug release
modeling. J. Control. Rel. 88, 413-428.
Pérez, M.H., Zinutti, C., Lamprecht, A., Ubrich, N., Astier, A., Hoffman, M.,
Bodmeier, R., Maincent, P., 2000. The preparation and evaluation of poly(є-
caprolactone) microparticles containing both a lipophilic and a hydrophilic drug.
J. Control. Rel. 65, 429-438.
Patel, Hemul., V, Mangesh., R, Shah., Sanjay. B., Kapadlya., Naynika, K., Patel.
2013. Spray Dried Microparticles for Controlled Delivery of Fluconazole using
Factorial Design. International Journal of Research in Pharmaceutical and
Biomedical Sciences. Hal: 582-589.
Patel, Balkrushna., Vidhi, Modi., Komal, Patel., Manisha, Patel. 2012. Preparation
and Evaluation of Ethyl Cellulose Microspheres Prepared by Emulsification-
Solvent Evaporation Method. International Journal for Research in Management
and Pharmacy (IJRMP) Volume 1. Hal: 82-91.
Parida, K., Panda, S., Ravanan, P., Roy, H., Manickam, M., Talwar, P. 2013.
Microparticles Based Drug Delivery Systes: Preparation and Application in
Cancer Therapeutics. International Archieve of Applied Science and Technology.
Vol 4 (3) September 2013: 68-75 ISSN 2277-1565
Saltzman, W.M. 2001. Drug Delivery: Engineering Principles for Drug Therapy.
Oxford University Press. New York.
Sanders, L.M., McRae, G.I., Vitale, K.M., Kell, B.A. 1985. Microencapsulation of
LHRH analogue using biodegradable polymers. J. Control. Rel. 2. 187-195.
Shariati, A., Peters, C.J. 2003. Recent developments in particle design using
supercritical fluids. Curr. Opin. Solid State Mater. Sci. 7. 371-383.
Shargel, L., Wu-Pong, Susanna, Yu., B.C, Andrew. (2004). Biofarmasetika dan
Farmakoknetika Terapan Edisi Kelima. Alih Bahasa: Fasich. Budi Suprapti. Pusat
penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga: Surabaya.
Shen, E., Kipper, M.J., Dziadul, B., Lim, M.-K., Narasimhan, B. 2002.
Mechanistic relationships between polymer microstructure and drug release
kinetics in bioerodible polyanhydrides. J. Control. Rel. 82. 115-125
Soni, M.L., Namdeo, K.P., Jain, S.K., Gupta, M., Dangi, J.S., Kumar, M. 2011.
pHenzyme di-dependent chronotherapeutic drug delivery system of
theophylline for nocturnal asthma. Chem. Pharm. Bull. 59. 191–195
Spenlehauer, G., Veillard, M., Benoit, J.P. 1986. Formation and characterization
of cisplatin loaded poly(d.l-lactide) microspheres for chemoembolization. J.
Pharm. Sci. 75. 750-755
Spenlehauer, G., Vert, M., Benoit, J.P., Boddaert, A. 1989. In vitro and in vivo
degradation of poly(DL-lactide/glycolide) type microspheres made by solvent
evaporation method. Biomaterials 10. 557-563.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty Sixth
Edition. Pharmaceutical Press.
Taylor, G., Kellaway, I. 2001. Drug Delivery and Targeting. London: Taylor &
Francis.
Tom, J.W., Lim, G.B., Denbenedetti, P.G., Prudhomme, R.K. 1993. Applications
of supercritical Fluids in the Controlled Released of Drugs. In: Brennecke. J.F..
Kiran. E.. (Editors). Supercritical Fluid Engineering Science. ACS Symp.
Ser. 514. American Chemical Society. Washington DC. 238-257.
Torres, D., Boado, L., Blanco, D., Vila-Jato, J.L. 1998. Comparison between
aqueous and non-aqueous solvent evaporation methods for
microencapsulation of drug-resin complexes. Int. J. Pharm. 173. 171-182
Tsai, D.C. 1986. Preparation and in vitro evaluation of polylactic acid mitomycin
C microcapsules. J. Microencap. 3. 181-193.
Verrijk, R., Smolders, I.J.H., Bosnie, N., Begg, A.C. 1992. Reduction of systemic
exposure and toxicity of cisplatin by encapsulation in poly(lactide-co-glycolide).
Cancer Res. 52. 6653-6656.
Wagdare, N.A., Baggerman, J., Marcelis, A.T.M., Boom, R.M., Rijn, C.J.M.
2011. Polymer microspheres with structured surfaces. Chem. Eng. J. 175. 561-
568.
Weerakody, R., Fagan, P., Kosaraju, S.L. (2008). Chitosan Microspheres For
Encapsulation Of α-Lipoic Acid. Australia : Food Science Australia.
Yang, C.Y., Tsay, S.Y., Tsiang, R.C.C. 2000a. An enhanced process for
encapsulating aspirin in ethylcellulose microcapsules by solvent evaporation in an
O/W emulsion. J. Microencap. 17. 269-277.
Yang, Y.Y., Chung, T.S., Bai, X.L., Chan, W.K., 2000b. Effect of preparation
conditions on morphology and release profiles of biodegradable polymeric
microspheres containing protein fabricated by double-emulsion method. Chem.
Eng. Sci. 55, 2223-2236.
Pembuatan Mikropartikel
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
1 0,057
3 0,161
5 0,273
7 0,374
9 0,480
11 0,573
13 0,687
15 0,787
Formula 1 Formula 2
pH Meter
Modifikasi Disolusi Mikroskop IX-71 Ace Homogenizer
Lampiran 12. Contoh Perhitungan Nilai Efisiensi Penjerapan dan Kadar Obat
Formula 1 (F1)
Jawaban :
y= 0,0556x -0,0067
x = 1,757 ppm
= 1,757 x 2 x 100
Formula 2
Jawaban :
y= 0,0556x -0,0067
x = 1,955 ppm
= 1,955 x 2 x 100
Formula 1 (F1)
y0 = 0,000
y5 = 0,128
y15 = 0,107
Jawaban:
y = 0,052x+ 0,007
Co = 0,000 ppm
Bobot dalam 4 ml = C0 x 50 ml
= 0,000 µg /ml x 4 ml
= 0,000 µg
y = 0,052x+ 0,007
C5 = 2,317 ppm
y = 0,052x+ 0,007
= 0,000 µg /ml x 4 ml
= 0,000 µg
= 0 mg
= 0 µg + 0,000 mg
= 0 mg + 0,000 mg
= 0 mg
= 0,000 µg /ml x 4 ml
= 0,000 µg
= 0 mg
= 115,865 µg + 0,000 mg
= 0,115865 mg + 0,000 mg
= 0,116 mg
= 7,17%
= 2,317 µg /ml x 4 ml
= 9,269 µg
= 0,009269 mg
= 0,096154 mg + 0,009269 mg
= 0,105 mg
= 6,53%