Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Media Laboran, Volume 7, Nomor 2, Mei 2017

IDENTIFIKASI ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA TERASI YANG


DIPERJUALBELIKAN DI PASAR TODDOPULI KOTA MAKASSAR

Latifatul Mutmainnah1, Hasan Lampe2, Fitrah Sari3


1
Prodi D3 Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur
Jl.Abdul Kadir No.70, Makassar
e-mail: latifatulmutmainnah@gmail.com
2
Prodi D3 Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur
Jl.Abdul Kadir No.70, Makassar
e-mail: hasanlampe@gmail.com
3
Prodi D3 Analis Kesehatan Universitas Indonesia Timur
Jl.Abdul Kadir No.70, Makassar
e-mail: fitrahsari@gmail.com

ABSTRACT

Research has been carried out on the identification of Rhodamin B dyes in the traded terasi
at Toddopuli Market, Makassar. The background of this research is that the shrimp paste
traded in the Toddopuli market in Makassar may contain Rhodamin B coloring agents, but in
fact in the field it shows that almost all unbranded shrimp paste sold in the market are all red
and have a rough texture unlike most shrimp paste. Where the community as consumers do
not know the impact that will be caused and the danger of Rhodamin B coloring agents for
health. This research was conducted to identify the presence of Rhodamin B coloring agent
found in the shrimp paste. This type of research is a qualitative research laboratory research
that is to describe dyes in shrimp paste using the purposive sampling technique using 5
samples and the method used is Thin Layer Chromatography. From the results of this study,
the five tested samples gave positive reactions to Rhodamin B. Therefore, consumers
should be careful and more aware of consuming food so that it does not adversely affect
health.

Keywords: Rhodamin B, Terasi

PENDAHULUAN hidup. Dewasa ini, jenis pangan yang


dijual di pasaran sangat beraneka
Di Indonesia saat ini banyak ragam dan tidak jarang mengandung
terjadi permasalahan konsumen pada bahan tambahan makanan. Salah satu
bidang pangan khususnya, diantaranya bahan tambahan pangan itu adalah zat
yang sangatmengkhawatirkan pewarna. Tujuan penggunaan zat
masyarakat adalah kasus – kasus pewarna pada pangan antara lain untuk
tentang masalah penyalahgunaan membuat pangan menjadi lebih
bahan berbahaya pada produk pangan menarik, menyeragamkan warna
ataupun bahan yang diperbolehkan pangan, serta mengembalikan warna
tetapi melebihi batas yang telah dari bahan dasar yang hilang atau
ditentukan. berubah selama pengolahan.
Pangan merupakan komoditi Mutu bahan makanan pada
utama dalam memenuhi kebutuhan umumnya sangat bergantung

1
52
Jurnal Media Laboran, Volume 7, Nomor 2, Mei 2017

padabeberapa faktor, diantaranya cita makanan untuk maksud teknologi pada


rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya. pembuatan, pengolahan, penyiapan,
Sebelum faktor-faktor lain perlakuan, pengepakan, pengemasan,
dipertimbangkan, secara visualfaktor dan penyimpanan.
warna tampil lebih dahulu dan Penggunaan zat pewarna baik
terkadang sangat menentukan.Suatu alami maupun buatan sebagai bahan
bahan makanan yang dinilai bergizi, tambahan makanan telah diatur dalam
enak dan teksturnya sangatbaik, tidak Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
akan menarik perhatian untuk dimakan 722/MenKes/Per/VI/88 mengenai
apabila memiliki warna yang tidak Bahan Tambahan Makanan.
sedap dipandang. Selain sebagai faktor Sedangkan zat warna yang dilarang
yang ikut menentukan mutu, warna digunakan dalam pangan tercantum
juga dapat digunakan sebagai indikator dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
kesegaran atau kematangan. Pewarna Nomor 239/MenKes/Per/V/85
sudah sejak lama dikenal dan mengenai Zat Warna Tertentu yang
digunakan, misalnya daun pandan atau Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya.
daun suji untuk pewarna hijau dan Dalam peraturan-peraturan tersebut,
kunyit untuk pewarna kuning. pemerintah mengatur bahan tambahan
Food Additive atau Bahan makanan apa saja yang diperbolehkan
Tambahan Pangan (BTP) adalah dan batas maksimum penggunaannya.
bahan atau campuran bahan yang Akan tetapi seringkali terjadi
secara alami bukan merupakan bagian penyalahgunaan zat pewarna yang
dari bahan baku pangan, tetapi diizinkan dan dilarang untuk bahan
ditambahkan ke dalam pangan untuk pangan, misalnya zat pewarna untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai
pangan, antara lain bahan pewarna, bahan pangan.
pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, Saat ini banyak produsen
pemucat, dan pengental. (menurut makanan, terutama pengusaha kecil
Undang-undang RI nomor 7 tahun yang menggunakan zat-zat pewarna
1996 tentang Pangan). yang dilarang dan berbahaya bagi
Bahan Tambahan Pangan (BTP) kesehatan, misalnya Rhodamin B
adalah bahan yang tidak dikonsumsi sebagai warna untuk tekstil atau cat
langsung sebagai makanan dan tidak yang pada umumnya mempunyai
merupakan bahan baku pangan, dan warna yang lebih cerah, lebih stabil,
penambahannya ke dalam pangan dalam penyimpanan, harganya lebih
ditujukan untuk mengubah sifat-sifat murah, dan produsen pangan belum
makanan seperti bentuk, tekstur, menyadari bahaya dari pewarna
warna, rasa, kekentalan, aroma untuk tersebut.
mengawetkan atau mempermudah Salah satu penggunaaan zat
proses pengolahan, (Adawiyah, 2008) pewarna sebagai bahan tambahan
Penggunaan bahan tambahan pangan adalah terasi. Untuk menarik
pangan dalam Peraturan Menteri calon pembeli, banyak produsen nakal
Kesehatan RI NO. yang menggunakan Rhodamin B
722/Menkes/Per/IX/1999 secara umum sebagai pewarna karena harganya
adalah bahan yang biasanya tidak yang murah dan warnanya yang
digunakan sebagai makanan dan mencolok. Padahal Rhodamin B bukan
biasanya bukan merupakan khas untuk makanan, tetapi untuk mewarnai
makanan, mempunyai atau tidak tekstil dan kertas. Zat pewarna tersebut
mempunyai nilai gizi, yang dengan sangat berbahaya, apalagi bila
sengaja ditambahkan kedalam dikonsumsi jangka panjang karena bisa

53
Jurnal Media Laboran, Volume 7, Nomor 2, Mei 2017

memicu kanker. Meski kadar Rhodamin Adapun prosedur dalam penelitian


B dalam terasi sangat kecil, lambat ini adalah sebagai berikut:
laun bisa terjadi penumpukan dalam 1. Metode
tubuh manusia. Karena itu masyarakat Metode yang dipakai dalam
perlu memwaspasai tampilan terasi penelitian ini adalah kromatografi
yang berwarna merah mencolok. Lapis Tipis.
Terasi memang bukan bahan
pangan utama seperti ikan atau daging, 2. Prinsip
ia hanya sebagai bumbu penyedap Suatu analit yang bergerak naik atau
rasa, selain itu dilihat dari derajat melintasi lapisan fase diam (paling
keasaman pH, maka terasi bukanlah umum digunakan sel gilika), yang
bahan yang terlalu aman untuk bergerak melalui fase diam oleh
dikonsumsi, sebab derajat keasaman kerja kapiler. Jarak perpindahan oleh
yang dikandung oleh terasi lebih dari 5, analit tersebut ditentukan oleh
untungnya kandungan airnya sangat afinitas relatifnya untuk fase diam vs
rendah yakni 0,6 dengan begitu kuman fase gerak. (David G. Waston, 2009)
tidak mudah berkembang, olehnya itu
masyarakat hendaknya lebih berhati- 3. Alat yang digunakan
hati dalam menggunakan terasi yang a. Pisau
baik dan menghindari yang berwarna b. Timbangan Analitik
merah mencolok, sebab warna merah c. Erlenmeyer
berasal dari bahan pewarna Rhodamin d. Batang pengaduk
B yang digunakan untuk pewarna e. Beaker Gelas
tekstil. f. Labu ukur
Berdasarkan latar belakang di g. Pipet volum
atas, maka rumusan masalah dalam h. Corong
penelitian ini adalah Apakah terasi i. Pipa kapiler
yang tidak bermerek yang j. Mantel pemanas
diperjualbelikan di pasar Toddopuli k. Alat kromatografi lapis tipis
Makassar mengandung Rhodamin B. l. Chamber.
Adapun tujuan dari penelitian ini m. Pinset
adalah untuk mengetahui ada atau n. Gegep Besi
tidaknya zat warna berbahaya dalam o. Karet penghisap (Bulf)
terasi yang tidak bermerek yang p. Hot plate
diperjualbelikan di pasar Toddopuli
Kota Makassar. 4. Bahan yang digunakan
a. Aquadest
METODE b. Aluminium foil (kraf)
c. Amoniak 2%
Penelitian ini merupakan d. Asam Asetat 80%
penelitian observasi laboratorium yang e. Benang wol
bersifat deskriptif dengan teknis f. Etanol 70%
analisis kualitatif, dengan tujuan untuk g. Etil asetat
mengetahui kandungan zat warna h. Terasi
Rhodamin B pada Terasi. i. Kertas saring
Penelitian ini dilaksanakan pada j. Rhodamin B murni p.a
bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi 5. Cara kerja
Universitas Islam Negeri Makassar. a. Sampel ditimbang sebanyak 1 gr
pada timbangan analitik

54
Jurnal Media Laboran, Volume 7, Nomor 2, Mei 2017

b. Dimasukkan sampel kedalam dan jarak penotolan dari tepi


Erlenmeyer, lalu bawah kertas.
ditambahkanamoniak 2% k. Keringkan kertas kromatografi di
sebanyak 5ml untuk melarutkan udara pada suhu kamar. Amati
sampel, Erlenmeyer tadi ditutup noda warna yang timbul
menggunakan aluminium foil agar l. Perhitungan / penentuan zat
tidak menguap. warna dengan cara mengukur
c. Di biarkan dalam waktu ± 1 Jam. nilai Rf dari masing-masing
Kemudian sampel disaring bercak tersebut, dengan cara
menggunakan kertas saring membagi jarak gerak zat terlarut
kemudian panaskan diatas mantel oleh zat pelarut.
pemanas dengan suhu 65ºC
d. Filtrat yang didapatkan Jarak gerak zat terlarut (noda)
ditambahkan 10 ml air yang =
Jarak gerak zat pelarut
mengandung asam. Dimana Data yang diperoleh dari hasil
larutan asam dibuat dengan penelitianakan disajikan dalam bentuk
campuran 10 ml + 5 ml asam tabel disertai narasi.
asetat 6%. Data analisa berdasarkan hasil
e. Dimasukkan benang wol dengan penelitian laboratorium yang kemudian
panjang 15 cm dimasukkan dibandingkan dengan teori yang terikat
kedalam larutan asam asetat dengan peraturan perundang-
kemudian dididihkan hingga undangan.
mendidih. Pewarna akan Hasil data penelitian disajikan
mewarnai benang wol, kemudian dalam presentasi positif (+) dan
benang wol diangkat dan dicuci negative (-) dalam bentuk tabel disertai
hingga bersih dengan aquadest narasi.
sebanyak 3x.
f. Kemudian benang wol HASIL DAN DISKUSI
dimasukkan kedalam larutan yang
berisi 10 ml amoniak 10% yang Berdasarkan penelitian yang
dilarutkan dalam etanol 70% dan telah dilakukan pada tanggal 13–14
dididihkan kembali. Juni 2014 di Laboratorium Kimia
g. Kemudian benang wol dicuci Fakultas Sains dan Teknologi
dengan pelarut untuk melepaskan Universitas Islam Negeri Makassar,
zat pewarna Rhodamin B yang diperoleh hasil sesuai pada tabel 1
didapatkan dalam bentuk larutan. sebagai berikut.
h. Larutan diuapkan kembali pada
mantel pemanas hingga larutan Tabel 1. Nilai Rf Sampel Terasi Dan
yang tersisa lebih pekat. Standar
i. Totolkan pada kertas kromatografi Kode
menggunakan pipa kapiler, juga No Nilai Rf Hasil
Sampel
totolkan larutan standar 1 standart 0,60 +
(Rhodamin B) secukupnya 2 A 0,60 +
sebagai pembanding. 3 B 0,60 +
j. Jarak rambatan elusi 8,5 cm dari 4 C 0,60 +
batas penotolan sampel. Elusi 5 D 0,60 +
dengan eluen (etanol 70%: etil 5 E 0,60 +
asetat : aquadest = 6 : 1 : 3). Sumber : Data Primer
Tentukan jarak rambatan elusi

55
Jurnal Media Laboran, Volume 7, Nomor 2, Mei 2017

Ket : Walaupun telah diketahui bahan


A = Sampel 1 pangan khususnya terasi yang
B = Sampel 2 diperjualbelikan di pasar Toddopuli
C = Sampel 3 Makassar mengandung Rhodamin B
D = Sampel 4 namun masih banyak produsen yang
E = Sampel 5 masih menyalaahgunakannya sebagai
+ = Positif bahan tambahan pangan. Hal ini
disebabkan karena para produsen
Rumus standart biasanya lebih mengutamakan
Jarak gerak zat terlarut (noda) keuntungan yang akan didapat dari
= pada memperhatikan kebaikan produk
Jarak gerak zat pelarut
makanan yang mereka jual bagi
Diketahui : kesehatan.
Jarak gerak zat terlarut = 5,6 Penerapan peraturan perundang-
Jarak gerak zat pelarut = 8,5 undangan yang berlaku dalam
Ditanya nilai Rf = . . . . ? pengambilan tindakan juga merupakan
Jawab : salah satu tambahan karena masih
banyak produsen yang belum
memahami akan adanya peraturan
( )
= pemerintah. Adapun produsen yang
sudah mengetahui tentang
penggunaan zat pewarna, tetap
5,6
= menggunakan zat pearna terlarang
8,5 untuk bahan makanan karena tidak
= 0,65 (0,6) adanya sangsi yang dikeluarkan oleh
pemerintah, dalam hal ini Departemen
Identifikasi zat pewarna sintesis Kesehatan Republik Indonesia.
jenis Rhodamin B dilakukan secara
kualitatif dengan metode Kromatografi SIMPULAN
Lapis Tipis (KLT) untuk mengetahui
nilai Rf dari zat pewarna yang Berdasarkan penelitian yang telah
digunakan pada terasi. Jenis standar dilakukan terhadap 5 sampel Terasi,
warna yang digunakan adalah dapat disimpulkan bahwa sampel
Rhodamin B murni. terasi yang tidak bermerek yang
Sampel terasi yang diteliti diambil dari Pasar Toddopuli Makassar
tersebut memilki warna kemerahan semuanya mengandung zat pewarna
dengan tekstur warna yang tidak Rhodamin B.
merata dengan bau yang tidak alami.
Berdasarkan hasil analisa dengan DAFTAR PUSTAKA
menggunakan metode Kromatografi
Lapis Tipis (KLT), dari kelima sampel Adawiyah, 2008. Bahan Tambahan
yang diteliti semuanya mengandung zat makanan. Jakarta : Erlangga.
pewarna Rhodamin B dengan nilai Rf
dari kelima sampel tersebut sama yaitu Andarwulan Nuri, Kusnandar Feri,
0,60. Herawati Dian., 2011. Analisis
Rhodamin B adalah salah satu zat Pangan. Jakarta : PT Dian
pewarna tekstil yang apabila Rakyat.
dikonsumsi dalam jangka waktu lama
dapat mengakibatkan penyakit. Anonim, 2005. http://id.food-science-
dan-technology.html

56
Jurnal Media Laboran, Volume 7, Nomor 2, Mei 2017

Cahyadi W, 2006. Analisis dan Aspek http://gayatrifirmansyah.blogspot.com/2


Kesehatan Bahan Tambahan 014/06/cara-pembuatan-
Pangan. Jakarta : PT Bumi terasi.html
Aksara.

David, 2013. http;//proposal/bahan-


tambahan-pangan-zatpewarna-
dan-pengawet-makanan.html

Fardiaz, 2000. Terasi Sebagai Bahan


Tambahan Makanan. Jakarta : PT
Bumi Aksara.

Hasmiati Hasyim, 2010.


http://anchungcemy.blogspot.com/

Hamdani Syarif, 2009. http://Catatan


kima.com

Merzom, 2013.
http://merzomblospot.b;ogspot.co
m/2013/02/kromatografi-lapis-
tipis-tlc.html

Nurfitrihandayani, 2013.
http://identifikasi-penggunaan-zat-
pewarna-rhodaminB-pada-
pembuatan-kerupuk.html

Pertiwi, 2009.
http://apertiwi.blogspot.com/2009/
05/pewarna-alami.html

Waston G. David. 2009. Analisis


Farmasi : Buku Ajar untuk
Mahasiswa Farmasi Dan Praktisi
Kimia Farmasi. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC.

Widya Riska, 2013. http://identifikasi-


rhodaminB-pada-terasi.html

yuliarti N, 2007. Awas Bahaya di Balik


Lezatnya makanan. Yogyakarta :
Penerbit Andi

http://ilmualambercak.blogspot.sg/2013
/04/kromatografi-lapis-tipis.html

57

Anda mungkin juga menyukai