Anda di halaman 1dari 8

www.lppm-mfh.

com ISSN-e: 2541-1128


lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Analisis Kandungan Rhodamin B dan Methanyl Yellow pada Jajanan


Pasar Di Kota Mataram Dengan Kromatografi Kertas

Rosdianti1, Roushandy Asri Fardani2, Erin Ramadanti3, Jumari Ustiawaty4


1,2,3,4
Politeknik Medica Farma Husada Mataram Email:
fardaniroushandy@gmail.com2

ABSTRAK

Warna merupakan faktor yang dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau
kematangan suatu produk.Warna ditambahkan pada makanan untuk membuat warna jajanan
lebih mencolok dan masyarakat tertarik untuk mengkonsumsinya. Penggunaan pewarna
sintetis harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Zat warna tambahan yang
dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan karena bersifat karsinogenik yaitu
Rhodamin B dan Methanyl Yellow, sehingga jika digunakan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
kandungan Rhodamin B dan Methanyl Yellow yang terdapat pada jajanan pasar yang dijual
di pasar tradisional kota mataram. Metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam
penelitian ini metode kromatografi kertas. Sampel yang digunakan 3 jenis jajanan pasar yaitu
dadar gulung,kue lapis dan putu ayu, yang diambil dari 3 lokasi pasar tradisional di wilayah
kota mataram. Berdasarkan hasil penelitian, dari nilai Rf yang diperoleh, diketahui bahwa
semua sampel kue yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dadar gulung, kue lapis, dan
putu ayu tidak mengandung Rhodamin B dan Methanyl Yellow. Kata kunci: Peawarna,
makanan, Rhodamin B, Methanyl Yellow
pewarna ini selalu berada dalam
PENDAHULUAN kekhawatiran bahkan zat pewarna tidak
Jajanan adalah makanan yang diolah layak untuk digunakan sebagai bahan
dan disajikan sebagai makanan siap santap tambahan pewarna makanan. Zat-zat
untuk dijual bagi umum, jenis jajanan pewarna yang terkandung dalam makanan
dikelompokkan menjadi dua yaitu jajanan akan menyebabkan timbulnya penggunaan
basah seperti kue putu ayu, dadar gulung jika zat pewarna tersebut di konsumsi
dan kue lapis dan jajanan kering seperti dalam jangka waktu yang panjang akan
nastar keju, kue semprit mawar dan menyebabkan penyakit jantung atau tumor
brownies cookies (Mudjajanto, dan zat tersebut dapat digolongkan sebagai
karsinogenik (Cahyadi. 2008).
2005).Pembuatan jajanan sering kali pada
pengelolahannya ditambahkan dengan zat Warna merupakan salah satu aspek
pewarna.Penambahan zat pewarna pada penting dalam hal penerimaan konsumen
makanan dimaksud untuk memperbaiki terhadap suatu produk pangan.Warna
warna makanan yang berubah atau dalam pangan dapat menjadi ukuran
memucat selama proses pengolahan atau terhadap mutu, warna juga dapat digunakan
memberi warna pada makanan agar sebagai indikator kesegaran atau
kelihatan menarik. Penggunaan zat kematangan (Winarno, 2004).Zat pewarna
adalah bahan yang ditambahkan kedalam
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 105
Volume 6. No. 1 – April 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

makanan yang bertujuan memperbaiki atau panjang dapat menyebabkan kanker,


memberi warna pada makanan sehingga hiperaktivitas, gangguan pada ginjal,
makanan tersebut lebih menarik. Zat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan
pewarna dibagi menjadi dua macam, yaitu: komplikasi.Penggunaan pewarna telah
zat pewarna alami dan zat pewarna sintetis. diatur oleh pemerintah melalui Peraturan
Zat pewarna alami diperoleh dengan Menteri Kesehatan RI.No.
mengekstrak tumbuhan, lebih aman, namun 239/MENKES/PER/V/1985 tentang
variasi warna dan jumlahnya sedikit, penggunaan zat pewarna buatan dan No.
kurang praktis, serta tidak tahan lama 722/MENKES/PER/IX/1988 tentang bahan
(mudah memudar).Zat pewarna sintetis tambahan makanan.
lebih beragam, stabilpada penyimpanan, Berdasarkan hasil penelitian oleh Eddy
praktis dan tahan lama.Zat pewarna sintetis Setyo Mudjajanto dari Institut Pertanian
merupakan zat pewarna buatan manusia Bogor (IPB), menemukan banyak
dengan penambahan zatzat kimia penggunaan zat pewarna Rhodamin B dan
berbahaya.Proses pembuatan zat pewarna Methanyl Yellow pada produk makanan
sintentis ini biasanya melalui pemberian industri rumah tangga.Rhodamin B dan
asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali Methanyl Yellow sering dipakai untuk
terkontaminasi oleh arsen atau logam berat mewarnai kerupuk, makanan ringan,
yang bersifat toksik. Zat pewarna sintetis terasi,kembang gula, sirup, sosis, makaroni
harus melalui berbagai prosedur pengujian goreng, minuman ringan, cendol, manisan,
sebelum digunakan sebagai pewarna dan gipang. Makanan yang telah diberi
makanan (Winarno, pewarna ini biasanya berwarna lebih terang
1994). (Mudjajanto, 2007) Penggunaan zat
Salah satu masalah yang masih pewarna Rhodamin B dan Methanyl
memerlukan perhatian dan Yellow pada jajanan basah yang dijual di
pengawasanadalah penggunaan bahan pasar tradisional masih sering dilakukan
pewarna sintetis yang dilakukan pada sehingga dapat menyebabkan bahaya
industri pengolahan maupun dalam kesehatan untuk masyarakat yang
pembuatan bahan makanan termasuk mengkonsumsinya.
jajanan basah, yang umumnya dihasilkan METODE PENELITIAN
oleh industri kecil atau rumah
tangga.Penggunaan zat pewarna sintetis Bahan-bahan yang digunakan dalam
lebih sering digunakan bagi pengolah atau penelitian ini: Jajanan basah (dadar gulung,
produsen makanan karena pewarna jenis kue lapis, kue putu ayu), Asam asetat,
ini memiliki kelebihan diantaranya murah, Larutan amoniak, Rhodamin B,Metanyl
mudah didapat serta cita rasanya yang Yellow,Aquades,Benang wool bebas
enak.Zat pewarna sintetis yang sering lemak,Kertas saring, Larutan etanol.
ditambahkan pada jajanan adalah Peralatan yang digunakan adalah Gelas
Rhodamin B dan Methanyl Yellow, ukur 10 ml, 25 ml Gelas beaker
merupakan zat warna sintetis dimana kedua 100ml,Spatula,Neraca Analitik,Chamber,
pewarna sintesis ini biasanya digunakan Pipet tetes,Pipa kapiler,Mortar,Pisau dan
untuk pewarna tekstil.Kedua zat ini pembakar spirtus.
merupakan zat warna tambahan yang Prosedur Penelitian:
dilarang penggunaannya dalam
produkproduk pangan.Keduanya bersifat a. Haluskan sampel dengan
karsinogenik sehingga jika keduanya menggunakan mortar hingga halus
digunakan dalam jangka waktu yang b. Sampel ditimbang sebanyak 10
gram dimasukkan kedalam gelas
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 106
Volume 6. No. 1 – April 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

beaker 100 ml, kemudian direndam l. Perhitungan/penentuan zat


dalam 20 ml larutan amoniak 2% pewarna dengan mengukur nilai
(yang dilarutkan menggunakan Rfdari masing-masing bercak
etanol 70%) selama semalam. tersebut, dengan cara membagi
c. Larutan disaring filtratnya dengan jarak gerak zat terlarut oleh jarak
menggunakan kertas saring. zat pelarut
d. Larutan dipindahkan kedalam
gelas beaker kemudian dipanaskan Larutan baku pembanding
di hot plate Rhodamin B dan Methanyl Yellow 
e. Residu dari penguapan dilarutkan Larutan baku Rhodamin B
dalam 10 ml larutan yang Dibuat dengan cara menimbang 50
mengandung asam (larutan asam mg Rhodamin B kemudian dilarutkan
dibuat dengan mencampurkan 10 dalam 100 ml aquades.  Larutan baku
ml aquades dan 5 ml asam asetat Methanyl Yellow
10%). Dibuat dengan cara menimbang 50
f. Benang wol dengan panjang 15 cm mg Methanyl Yellow kemudian
dimasukkan kedalam larutan asam dilarutkan dalam 100 mg aquades.
dan dididihkan hingga 10 menit,
pewarna akan mewarnai benang
wol, kemudian benang wol HASIL DAN PEMBAHASAN
diangkat dan dicuci dengan air
Analisa kandungan Rhodamin
hingga bersih.
B dan Methanyl Yellow pada
g. Kemudian benang wol dimasukkan
sampel yang dilakukan oleh
kedalam larutan basa yaitu 10 ml
peneliti diambil dari tiga lokasi
amoniak 10% (yang dilarutkan
pasar yang ada di kota Mataram
dengan etanol 70%) dan
yaitu pasar Mandalika Bertais,
dididihkan.
pasar Kebon Roek Ampenan dan
h. Benang wol akan melepaskan
pasar Cakra. Terkait pengambilan
warna, pewarna akan masuk dalam
sampel tersebut dilakukan dengan
larutan basa.
caraSimple Random Sampling. Kue
i. Larutan basa yang diperoleh
jajanan tesebut sangat digemari
selanjutnya akan digunakan
oleh masyarakat karena warnanya
sebagai cuplikan sampel pada
yang menarik, bahan pewarna yang
analisis kromatografi.
digunakan dalam kue jajanan
j. Totolkan pekatan pada kertas
tersebut dapat berupa alami
saring (2 cm dari tepi bawah
maupun sintetis. Dari hasil
kertas).
penelitian Analisis Kandungan
k. Masukkan kertas tersebut kedalam
Rhodamin B dan Methanyl Yellow
bejana yang telah diberi larutan
pada Jajanan Pasar di Kota
eluen (alkohol sebagai fase gerak
Mataram dengan Kromatografi
dan kertas saring sebagai fase
Kertas diperoleh hasil seperti pada
diam).
tabel di bawah ini:
Tabel 1 Hasil uji Kromatografi kertas Rhodamin B pada sampel jajanan
No Kode Warna sampel Nilai Rf Rata-rata Hasil
Nilai Rf
Standar Merah jambu 0,55 0,55 Positif
Rhodamin B

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 107
Volume 6. No. 1 – April 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

1 Kue IA1 Bening 0,58 0,58 Negatif


Kue IA2 Bening 0,58 0,58 Negatif
Kue IA3 Bening 0,58 0,58 Negatif
Standar Merah jambu 0,66 0,66 Positif
2 Rhodamin B
Kue IB1 Bening 0,72 0,72 Negatif
Kue IB2 Bening 0,72 0,72 Negatif
Kue IB3 Bening 0,72 0,72 Negatif
Standar Merah jambu 0,47 0,47 Positif
3 Rhodamin B
Kue IC1 Bening 0,41 0,41 Negatif
Kue IC2 Bening 0,41 0,41 Negatif
Kue IC3 Bening 0,41 0,41 Negatif
Standar Merah jambu 0,52 0,52 Positif
4 Rhodamin B
Kue IIA1 Hijau muda 0,55 0,55 Negatif
Kue IIA2 Hijau muda 0,55 0,55 Negatif
Kue IIA3 Hijau muda 0,55 0,55 Negatif
Standar Merah jambu 0,61 0,61 Positif
5 Rhodamin B
Kue IIB1 Hijau muda 0,46 0,46 Negatif
Kue IIB2 Hijau muda 0,46 0,46 Negatif
Kue IIB3 Hijau muda 0,46 0,46 Negatif
Standar Merah jambu 0,51 0,51 Positif
6 Rhodamin B
Kue IIC1 Hijau muda 0,46 0,46 Negatif
Kue IIC2 Hijau muda 0,46 0,46 Negatif
Kue IIC3 Hijau muda 0,46 0,46 Negatif

Standar Merah jambu 0,51 0,51 Positif


7 Rhodamin B
Kue IIIA1 Bening 0,53 0,53 Negatif
Kue IIIA2 Bening 0,53 0,53 Negatif
Kue IIIA3 Bening 0,53 0,53 Negatif

Standar Merah jambu 0,35 0,35 Positif


8 Rhodamin B
Kue IIIB1 Bening 0,53 0,53 Negatif
Kue IIIB2 Bening 0,53 0,53 Negatif
Kue IIIB3 Bening 0,53 0,53 Negatif
Standar Merah jambu 0,38 0,38 Positif
9 Rhodamin B
Kue IIIC1 Bening 0,41 0,41 Negatif
Kue IIIC2 Bening 0,41 0,41 Negatif
Kue IIIC3 Bening 0,41 0,41 Negatif

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 108
Volume 6. No. 1 – April 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Tabel 2 Hasil uji kromatografi kertas Methanyl Yellow pada sampel jajanan kue
No Kode Warna sampel Nilai Rf Rata-rata Hasil
Nilai Rf
Standar Kuning 0,82 0,82 Positif
1 Methanyl

yellow

Kue IA1 Hijau muda 0,33 0,33 Negatif


Kue IA2 Hijau muda 0,33 0,33 Negatif
Kue IA3 Hijau muda 0,33 0,33 Negatif
Standar Kuning 0,77 0,77 Positif
2 Methanyl
Yellow
Kue IB1 Hijau muda 0,74 0,74 Negatif
Kue IB2 Hijau muda 0,74 0,74 Negatif
Kue IB3 Hijau muda 0,74 0,74 Negatif
Standar Kuning 0,82 0,82 Positif
3 Methanyl
Yellow
Kue IC1 Hijau muda 0,91 0,91 Negatif
Kue IC2 Hijau muda 0,91 0,91 Negatif
Kue IC3 Hijau muda 0,91 0,91 Negatif
Standar Kuning 0,69 0,69 Positif
4 Methanyl
Yellow
Kue IIA1 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif
Kue IIA2 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif
Kue IIA3 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif

Standar Kuning 0,69 0,69 Positif


5 Methanyl
Yellow
Kue IIB1 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif
Kue IIB2 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif
Kue IIB3 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif
Standar Kuning 0,69 0,69 Positif
6 Methanyl
Yellow
Kue IIC1 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif
Kue IIC2 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif
Kue IIC3 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif

Standar Kuning 0,69 0,69 Positif


7 Methanyl
Yellow

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 109
Volume 6. No. 1 – April 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Kue IIIA1 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif


Kue IIIA2 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif
Kue IIIA3 Hijau muda 0,53 0,53 Negatif
Standar Kuning 0,68 0,68 Positif
8 Methanyl
Yellow
Kue IIIB1 Hijau muda 0,65 0,65 Negatif
Kue IIIB2 Hijau muda 0,65 0,65 Negatif
Kue IIIB3 Hijau muda 0,65 0,65 Negatif
Standar Kuning 0,83 0,83 Positif
9 Methanyl
Yellow

Kue IIIC1 Hijau muda 0,75 0,75 Negatif


Kue IIIC2 Hijau muda 0,75 0,75 Negatif
Kue IIIC3 Hijau muda 0,75 0,75 Negatif
pengolahan, ternyata dapat
Salah satu masalah yang masih pula menimbulkan hal-hal
memerlukan perhatian dan yang tidak diinginkan dan
pengawasan adalah penggunaan bahkan mungkin memberi
bahan tambahan makanan untuk dampak negatif terhadap
berbagai keperluan.Diantara kesehatan manusia.
beberapa bahan tambahan Hasil pemeriksaan
makanan yang lebih sering laboratorium terhadap 9
digunakan bagi pengolah makanan sampel kue diketahui
salah satunya adalah pewarna bahwa sampel tersebut
makanan.Pewarna makanan ada tidak mengandung
yang berasal dari bahan alami dan Rhodamin B, karena nilai
bahan sintetis.Zat pewarna sintetis Rf sampel tidak sama
yang sering ditambahkan pada dengan nilai Rf standar
jajanan kue adalah Rhodamin B Rhodamin B. Hasil
dan Methanyl Yellow, hal ini pemeriksaan laboratorium
dilakukan untuk memperoleh terhadap 9 sampel kue
warna yang menarik dengan hanya diketahui bahwa sampel
menambahkan sedikit pewarna tersebut tidak mengandung
kedalam bahan makanan.Kedua Methanyl Yellow (Data
zat ini merupakan zat warna pada tabel).Hal ini
tambahan yang dilarang disebabkan karena
penggunaannya dalam pengujian terhadap sampel
produkproduk pangan.Pemakaian tidak dilakukan dalam satu
bahan pewarna sintetis dalam kali tahap uji, sehingga
pangan walaupun mempunyai perlu dilakukan
dampak positif bagi produsen dan standarisasi Rhodamin B
konsumen, diantaranya dapat maupun Methanyl Yellow
membuat suatu pangan lebih pada setiap perlakuan
menarik, meratakan warna sampel uji karena tidak
pangan, dan mengembalikan stabil sehingga perlu
warna dari bahan dasar yang distandarisasi ulang setiap
hilang atau berubah selama
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 110
Volume 6. No. 1 – April 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

kali melakukan pengujian DAFTAR PUSTAKA


terhadap sampel. Nilai Rf 1. Basset, J. 1994. Kimia
diidentifikasi sebagai AnalisisKuantitatif Anorganik.
perbandingan jarak yang Jakarta.
ditempuh oleh senyawa 2. BPOM. 2008. Monitoring dan
pada permukaan fase diam Verifikasi Profil Keamanan
dibagi dengan jarak yang Pangan Jajanan Sekolah
ditempuh oleh pelarut Nasional. Dipublikasikan
sebagai fase gerak. melalui FoodWatch Volume
Semakin besar nilai Rf dari I/2009.
sampel maka semakin 3. Cahyadi. W. 2008. Analisis dan
besar pula jarak Aspek Kesehatan Bahan
bergeraknya senyawa Tambahan Pangan.Edisi.Kedua.
tersebut pada kromatografi Jakarta: Penerbi Bumi
kertas. Saat Aksara.Udayana
membandingkan dua Bali.
sampel yang berbeda di 4. Cahyani, M. 2015. Identifikasi
bawah kondisi pewarna sintetis pada pangan
kromatografi yang jajanan tradisional kota
sama(Handayani, 2008). Denpasar. Universitas Udayana
Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam 5. Handayani, 2008.Sintetis
mengidentifikasi senyawa. Bila Senyawa Flavonoid-α-Glikosida
identifikasi nilai Rf memiliki nilai secara Reaksi Transglikosilasi
yang sama dengan nilai Rf standar dari Enzimatik dan Aktivitasnya
senyawa tersebut maka senyawa sebagai
tersebut dapat dikatakan memiliki Antioksidan.
karakteristik yang sama. Sedangkan 6. Khomsan. Ali. 2003. Pangan
bila nilai Rfnya berbeda, senyawa dan Gizi untuk Kesehatan.
tersebut dapat dikatakan merupakan Jakarta: Pt Raja Grafindo
senyawa yang berbeda (Parmeswaran, Persada.
2013). 7. Khopkar, S.M. 2008.
Dari tabel 1 dan 2 dapat diketahui Konsep
bahwa 9 sampel yang ada, tidak Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
mengandung Rhodamin B dan UI
Methanyl Yellow, hal ini dapat Press
dibuktikan dengan melihat nilai Rf
sampel yang apabila dibandingkan
dengan nilai Rf standar tidak memiliki
nilai yang sama. Dari hasil penelitian
ini tidak ditemukan jajanan pasar yang
menggunakan pewarna sintetis,
sehingga jajanan pasar tersebut dapat
dikatakan aman untuk dikonsumsi.
8. Leksono, A. 2012.Pengolahan
zat warna tekstil Rhodamin B
menggunakan bentonit terpilar
titanium dioksida (TiO2).
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 111
Volume 6. No. 1 – April 2020
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Universitas Airlangga.
9. Mudjajanto, Setyo Eddy. 2005.
Keamanan Makanan Jajanan
Tradisional.Artikel.
10. Praja, D, I. 2015. Zat Adiktif
Makanan: Manfaat dan
Bahayanya.
Yogyakarta:
Garudhawaca.
11. Puspitasari.2001. Analisis
Bahaya dan Pencegahan
Keracunan Pangan. Jakarta:
Departement Pendidikan
Nasional.
12. Rohman, Abdul. 2009. Analisis
Bahan Pangan. Yogyakarta:
Pustaka Pelaja.
13. Rubiyanto, D. 2016. Teknik
Dasar Kromatografi.
Yogyakarta:
Deepublish.
14. Saparinto, C dan Hidayati.
2010. Bahan Tambahan Pangan.
Yogyakarta.Kanisius.
15. Sastrohamidjojo, Hardjono.
1991. Kromatografi.
Yogyakarta: Liberty. 16.
Soebagio. 2003. Kimia Analitik
II. Malang: Jurusan Kimia
FMIPA
Universitas
Negeri Malang.
17. Winarno, F. G. 2004. Kimia
Pangan dan Gizi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
18. Yazid, E. 2005.Kimia Fisika
untuk Paramedis. Andi Yog:
Yogyakarta.

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 112
Volume 6. No. 1 – April 2020

Anda mungkin juga menyukai