Anda di halaman 1dari 8

Identifikasi dan Penetapan Kadar Rhodamin B pada Terasi yang Dijual

di Pasar Ciawitali Kabupaten Garut

Mamay 1, Acep Gunawan 2

Abstrak

Beberapa zat pewarna sintesis semakin banyak digunakan masyarakat seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Rhodamin B merupakan salah satu zat
pewarna sintesis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas. Akan tetapi, zat pewarna
ini sering disalahgunakan penggunaanya dalam pangan. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan
Nomor 33 Tahun 2012 menyatakan bahwa Rhodamin B merupakan Bahan Tambahan Pangan
(BTP) yang dilarang. Terasi merupakan bahan pangan yang terbuat dari udang yang sering
ditemukan dipasaran dengan memakai bahan tambahan pangan pewarna warna merah.
Kehawatiran penggunaan Rhodamin B yang digunakan pada terasi yang dijual di Pasar
Ciawitali Kabupaten Garut menjadi latar belakang penelitian ini. Oleh karena itu dilakukan
identifikasi dan penetapan kadar Rhodamin B pada terasi yang dijual di pasar tersebut. Metode
deskriptif laboratorik digunakan dalam penelitian ini, yang memaparkan gambaran keberadaan
dan kadar Rhodamin B dalam sampel terasi. Untuk mengidentifikasi keberadaan Rhodamin B
yang terkandung dalam terasi dilakukan uji kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis
(KLT). Untuk menetukan kadar Rhodamin B dalam terasi dilakukan uji kuantitatif
mengunakan Spektrofometri UV-Vis dengan panjang gelombang 554 nm. Dari hasil penelitian
diperoleh dari lima sampel terasi ditemukan empat sampel terasi berwarna merah mengandung
Rhodamin B. Nilai kadar Rhodamin B pada sampel 1 sampai 4 masing-masing sebanyak 222,5
mg/kg ; 201,9 mg/kg ; 57,55 mg/kg dan 72,6 mg/kg. Berdasarkan hasil penelitian ini, terasi
berwarna merah dijual di pasar Ciawitali mengandung Rhodhamin B dengan kadar bervariasi
dan disarankan kepada masyarakat harus berhati-hati dalam membeli terasi yang berwarna
merah tersebut.
Kata kunci : KLT, rhodamin B, terasi, spektrofotometri UV-Vis

Abstract

Some synthetic dyes increasingly used by public along with the development of science
and technology. Rhodamin B is one of synthetic dyes commonly used in textile and paper
industry. However, the dye is often misused in food use. According to the Regulation of Minister
of Health No. 33 of 2012 states that Rhodamin B is a prohibited Food Additives. Terasi is a
food wich made from shrimp that is often found in the market by using red food color additives.
The worries of using Rhodamine B used in terasi wich sold in Ciawitali Market of Garut
Regency are the background of this research. Therefore, identification and determination of
Rhodamine B on terasi wich sold in those markets. A laboratory descriptive method was used
in this study, which illustrated the presence and Rhodamine B content in the terasi samples. To
identify the presence of Rhodamin B contained in terasi, a qualitative test was used thin layer
chromatography (TLC) method. To determine concentration of Rhodamin B in terasi, a
quantitative test used UV-Vis Spectrophotometry with wavelength 554 nm. From the research
results obtained from five samples of terasi found four samples of red terasi contain Rhodamin
B. The value of Rhodamine B in samples 1 to 4 each as much as 222.5 mg / kg; 201.9 mg / kg;
57.55 mg / kg and 72.6 mg / kg. Based on the results of this study, red terasi wich sold on the
market Ciawitali contain Rhodhamin B with various levels and suggested to the public should
be careful to buy the red terasi.
Keywords: TLC, rhodamin B, terasi, UV-Vis spectrophotometry

108
PENDAHULUAN
Beberapa zat pewarna sintesis penggunaanya dalam pangan (Cahyadi,
semakin banyak digunakan masyarakat 2008). Penggunaan Rhodamin B dalam
seiring dengan perkembangan ilmu produk pangan dilarang karena bersifat
pengetahuan dan teknologi. Saat ini ada karsinogenik kuat, dapat mengakibatkan
kurang lebih 90% zat warna buatan gangguan fungsi hati hingga kanker hati
digunakan untuk industri makanan maupun (Mamoto dan Citraningtyas, 2013).
dalam laboratorium. Pengunaan pewarna Hasil penelitian Budiarso dkk (1983)
sistesis memberikan warna yang stabil pada menunjukkan bahwa Rhodamin B bersifat
produk pangan meskipun dalam jumlah toksik, dengan bukti bahwa Rhodamin B
sedikit. Jenis makanan yang terlihat dapat menghambat pertumbuhan hewan
menarik dalam hal rupa dan warna percobaan (mencit dan tikus), menyebabkan
(Abdurahmansyah dkk, 2017). Oleh karena diare, bahkan menyebabkan kematin,
itu, produsen berlomba menggunakan meskipun dengan dosis cukup rendah yaitu
pilihan warna lebih banyak untuk menarik 0,117 mg per kg berat badan (Muchtadi dan
perhatian konsumen. Nienaber, 1997). Penyebab dari senyawa ini
Pewarna sintesis untuk bahan begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah
tambahan pangan yang dibuat secara kimia senyawa tersebut adalah senyawa yang
oleh pabrik industri kimia bahan pewarna radikal. Senyawa radikal adalah senyawa
ini dijual di pasaran dengan tanda khusus yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin
pada label atau kemasannya, yaitu tulisan B diketahui mengandung klorin (senyawa
FD&C (food, drugs, cosmetic). Peraturan halogen), sifat halogen mudah bereaksi atau
Mentri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 memiliki reaktivitas yang tinggi maka
menyatakan bahwa Bahan Tambahan dengan demikian senyawa tersebut karena
Pangan (BTP) merupakan bahan yang merupakan senyawa yang radikal akan
ditambahkan dalam pangan untuk berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. dengan berikatan dengan senyawa-senyawa
Peraturan tersebut juga menyakan bahwa dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya
Rhodamin B merupakan bahan tambahan akan memicu penyakit kanker pada
pangan yang dilarang penggunaanya dalam manusia (LaIfu, 2016).
makanan (Kumalasari, 2015). Makanan khas sunda tidak terlepas
Rhodamin B merupakan salah satu zat dari sambal dengan penambahan terasi.
pewarna sintesis yang biasa digunakan pada Terasi atau blacan adalah salah bahan
industri tekstil dan kertas. Akan tetapi, zat pangan yang berasal dari hasil fermentasi
pewarna ini sering disalahgunakan ikan atau udang. Warna dari terasi ini
109
adalah hitam kecoklatan dan memiliki 1, Spektrofotometer UV-Vis, neraca
tekstur seperti pasta kering yang agak analitik, tabung reaksi, gelas ukur, lempeng
kasar. Namun, beberapa produk terasi KLT (silica gel 254).
ditemukan dengan warna merah kegelapan. Adapun untuk pengambilan sampel
Hal tersebut menimbulkan kehawatiran dilakukan di berbagai lokasi di Pasar
penggunaan penggunaan Rhodamin B yang Ciawitali Kabupaten Garut Provinsi Jawa
digunakan pada terasi yang dijual di pasaran Barat pada 30 pedagang. Penentuan sampel
seperti di Pasar Ciawitali Garut. pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Adapun kriteria
METODE PENELITIAN sampel pada penelitian ini yaitu tidak boleh
Penelitian menggunakan metode menggunakan merek yang sama dan
deskriptif laboratorik. Untuk mengetahui adanya perbedaan warna pada terasi tanpa
gambaran keberadaan Rhodamin B merk yang dijual pedagang. Untuk
dilakukan dengan uji kualitatif dengan Preparasi Sampel dilakukan dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) prosedur sampel terasi ditimbang 0,5 gram
(Utami dan Suhendi, 2009). Untuk dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
mengetahui gambaran jumlah kadar kemudian direndam dalam 10ml larutan
Rhodamin B pada terasi dilakukan uji ammonia 2%, selama 30 menit; larutan
kuantitatif dengan menggunakan metode disaring filtratnya menggunakan kertas
Spektrofotometri UV-Vis. Pengujian saring kemudian larutan dipindahkan
dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik kedalam beaker glass dan dipanaskan di
dan Terapan Progam Sudi DIII Analis atas hotplate; residu dari penguapan
Kesehatan STIKes Karsa Husada Garut. dilarutkan dalam 6 ml air yang mengandung
Bahan-bahan yang digunakan dalam asam; larutan asam dibuat dengan
penelitian ini adalah sampel terasi, asam mencampurkan 4 ml air:2 ml asam asetat
asetat p . a , butanol p.a, etil asetat p.a, 10%; benang wool dengan panjang 15 cm,
amoniak p.a, etanol p.a, standar/baku sebanyak 2 garam dimasukkan ke dalam
pembanding Rhodamin B. larutan asam dan didihkan hingga 20 menit,
Alat-alat yang digunakan dalam pewarna akan mewarnai benang wool;
penelitian ini adalah gelas kimia, cawan kemudian benang wool diangkat dan dicuci
penguap, batang pengaduk, pipet dengan air lalu dimasukkan ke dalam
volumetrik, bulf, hot plate, benang wool larutan basa yaitu 10 ml ammonia 10%;
bebas lemak, bejana kromatografi didihkan di atas pemanas hotplate, benang
(chamber, developing tank), tip putih, wool akan melepaskan pewarna, pewarna
mikropipet 1-5 uL, kertas whatman nomor akan masuk ke dalam larutan basa; larutan
110
basa yang didapat selanjutnya dipekatkan dibuat larutan standar Rhodamin B 1
sehingga pelarutnya menguap; sampel ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm dan 5 ppm
dilarukan dengan aquades lalu akan konsentrasi berbeda menggunakan
digunakan sebagai cuplikan sampel pada uji pelarut air dengan volume 25 ml.
kualitatif dengan kromatografi lapis tipis 3. Larutan blanko dengan menggunakan
dan uji kuantitatif dengan spektrofotometri aquades.
UV-Vis. 4. Larutan sampel mengandung Rhodamin
Uji kualitatif Rhodamin B dengan pada terasi dilarutkan dengan aquades
metode KLT (Yamlean, 2011) dilakukan hingga 25 ml.
dengan cara 1-5 uL sample ditotolkan pada 5. Larutan standar dan sampel diukur
plat KLT dengan menggunakan tip putih absorbansinya menggunakan alat
pada mikropipet pada jarak 1 cm dari bagian spektrofotometer UV-Vis
bawah plat; kemudian dibiarkan beberapa
saat hingga mongering; plat KLT yang telah HASIL DAN PEMBAHASAN
mengandung cuplikan dimasukkan Penelitian ini dilakukan untuk
dimasukkan ke dalam chamber yang mengindentifikasi dan menetapkan kadar
terlebih dahulu telah dijenuhkan dengan Rhodamin B pada sampel terasi yang dijual
fase gerak berupa (N – butanol : etil asetat : di pasar Ciawitali Garut Sampel ditemukan
ammonia 10 : 4 : 5, N – butanol : asam asetat sebanyak 5 jenis. Identifikasi keberadaan
: air = 40 :10 : 50 ); dibiarkan hingga rhodamin b dalam sampel terasi
lempeng terelusi sempurna, kemudian plat menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
KLT diangkat dan dikeringkan; diamati (KLT) yang merupakan salah satu teknik
warna secara visual jika terdapat bercak pemisahan senyawa dengan prinsip
berwarna hampir sama dan nilai Rf yang adsorpsi dan koefisien partisi.
hampir mendekati maka sampel dikatakan Pelarut yang digunakan pada
positif mengandung Rhodamin B. Untuk penelitian ini yaitu N – butanol : etil asetat
pengukuran zat pewarna sintetik pada : ammonia dengan perrbandingan 10 : 4 : 5
analisa kuantitatif menggunakan metode yang dibiarkan jenuh sebelum digunakan
Spektrofotometri UV-Vis dengan urutan dalam analisis. Penampakan bercak dari
langkah sebagai berikut : sampel terasi berwarna merah muda maka
sampel mengandung zat warna Rhodamin
1. Pembuatan larutan baku B. Pengukuran nilai Rf sampel terasi dan
ditimbang 0.01 gram padatan rhodamin standar. Hasil uji kualitatif Rhodamin B
B, dilarutakan dalam 100 ml air aquades pada terasi dapat dilihat pada Tabel 1.
2. Pembuatan larutan standar
111
Tabel 1 Distribusi Identifikasi Rhodamin B dengan KLT
Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5

Warna Sampel Me rah Me rah Me rah Me rah Coklat


Jarak noda sampel (cm) 4,8 5,3 4,6 4,5 -
Jarak noda standar (cm) 4,8 5,2 4,6 4,5 4,5
Jarak fase gerak (cm) 7 7 7 7 7
Nilai Rf Sampel 0,68 0,75 0,65 0,64 Tidak ditemukan
Nilai Rf standar 0,68 0,74 0,65 0,64 0,64
Kandungan Rhodamin B Posi tif Posi tif Posi tif Posi tif Negatif

Berdasarkan data hasil penelitian Penetapan kadar Rhodamin B dalam


pada Tabel 1, dari 5 (lima) sampel terasi sampel terasi meggunakan uji kuantitatif
ternyata 4 sampel terasi positif dengan metode spektrofotometer UV-Vis.
mengandung rhodamin B dikarnakan Persiapan pengukuran kadar dengan
harga Rf yang hampir sama. Sampel terasi Spektrofotometer UV-Vis dimulai dengan
1 memiliki Rf yang sama dengan standar pembuatan larutan baku Rhodamin B
Rhodamin B yaitu 0,68 begitu juga dengan dengan konsentrasi 100 ppm. Dari larutan
sampel 3 dan 4 dengan harga Rf sampel baku tersebut dibuat deret larutan baku
0,65 dan 0,64. Untuk sampel 2 harga Rf Rhodamin B dengan konsentrasi 1 ppm; 2
nya berbeda dengan Rf sampel dengan ppm; 3 ppm; 4 ppm; 5 ppm; dengan pelarut
selisih 0,01. aquadest. Pada konsentrasi larutan baku
Hal tersebut dikarenakan ketebalan Rhodamin B 1 ppm, dengan
dan kerataan pada saat penotolan sampel spektrofotometer UV-Vis ditentukan
juga mempengaruhi gerakan noda dalam panjang gelombang maksimum, yaitu pada
kromatografi lapis tipis yang akan panjang gelombang 554 nm.
memberikan hasil Rf yang berbeda pula Penentuan panjang gelombang
(Abdurahmansyah dkk, 2017). Hasil maksimum dilakukan untuk mengetahui
sampel 1, 2, 3 dan 4 dinyatakan positif ketika absorpsi mencapai maksimum
mengandung Rhodamin B karena harga sehingga meningkatkan proses absorpsi
jarak warna bercak (Rf) antara sampel larutan terhadap sinar (Putri, 2009).
terasi dengan pembanding (larutan baku Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran
Rhodamin B standar) adalah sama atau absorbansi deret larutan standar Rhodamin
saling mendekati. Sampel terasi 5 tidak B pada panjang gelombang 554 nm,
ditemukan noda sesuai dengan noda diperoleh persamaan garis antara
standar rhodamin B. Oleh karena itu absorbansi pada berbagai deret konsentrasi
sampel 5 tidak mengandung rhodamin B. standar dengan persamaan garis y =
112
0,2362 x dengan koefisien regresi (R2 = Dari hasil penelitian yang dilakukan
0,9956), seperti tampak pada Gambar 1. terhadap lima sampel terasi yang dibeli di
Gambar 1 Kurva kalibrasi larutan standar Pasar Ciawitali Kabupaten Garut terdapat
Rhodamin B
empat sampel yang mengandung rhodamin
Kurva Standar Rhodamin B
b dan satu sampel tidak mengandung
1,5
y = 0,2362x rhodamin B. Pada sampel yang positif
R² = 0,9956
Absorbansi

1 mengandung rhodamin B didapatkan kadar


rhodamin B per berat terasi masing-masing
0,5
222,6 mg/kg; 201,9 mg/kg; 57,55 mg/kg,
0 dan 72,6 mg/kg.
0 2 4 6
Konsentrasi Rhodamin B (ppm) Produsen terasi secara sengaja
Dari hasil tersebut dapat dikatakan mencampurkan pewarna dengan bahan
bahwa terdapat korelasi yang positif antara pangan yang diproduksinya untuk
kadar dan serapan. Artinya dengan memperoleh warna yang diinginkan
meningkatkan konsentrasi maka absorbansi sehingga menghasilkan penampilan terasi
juga akan meningkat.. Kadar Rhodamin B yang menarik. Pemakaian bahan pewarna
(%) dalam sampel terasi diperoleh dengan sintetis dalam pangan walaupun
memasukan harga absorbansi sampel mempunyai dampak positif bagi produsen
kedalam persamaan linear kurva standar dan konsumen, diantaranya dapat membuat
rhodamin B dengan persamaan y=mx suatu pangan lebih menarik, meratakan
kemudian dibandingan dengan berat sampel warna pangan, dan mengembalikan warna
terasi yang digunakan dalam penelitian ini. dari bahan dasar yang hilang atau berubah
Hasil uji kualiitatif kadar Rhodamin B selama pengolahan, ternyata dapat pula
dengan metode spektromfometer UV-Vis menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan
seperti berikut. dan bahkan mungkin memberi dampak
Tabel 2 Kadar Rhodamin B pada sampel negatif terhadap kesehatan manusia.
terasi
Samp Absor Kon Berat Kadar (Abdurahmansyah dkk, 2017).
el bansi sen Rhodha Rhoda
Pada zat pewarna sintetis maupun
rata- trasi min B min B
rata larutan (mg) pada alami yang digunakan dalam industri
sampel dalam terasi
makanan harus memenuhi standar pangan
(ppm) 0,5 g (mg/kg)
1 1,052 4,452 0,1113 222,5 nasional dan internasional. Penyalahgunaan
2 0,954 4,038 0,10095 201,9
3 0,272 1,151 0,028775 57,55
atau penggunaan secara ilegal zat pewarna
4 0,431 1,824 0,0363 72,6 yang dilarang digunakan dapat
mempengaruhi kesehatan konsumen.
Rhodamin B merupakan zat pewarna yang
113
dilarang karena sangat berbahaya bagi ditemukannya bahaya yang sama antara
kesehatan. Rhodamin B dan klorin membuat adanya
Hasil penelitian Budiarso (1983) kesimpulan bahwa atom klorin yang ada
menunjukkan bahwa Rhodamin B bersifat pada Rhodamin B yang menyebabkan
toksik, dengan bukti bahwa Rhodamin B terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam
dapat menghambat pertumbuhan hewan tubuh manusia. Atom Cl yang merupakan
percobaan (mencit dan tikus), menyebabkan unsur golongan halogen, dan sifat halogen
diare, bahkan menyebabkan kematin, yang berada dalam senyawa organik akan
sekalipun dosis yang digunakan cukup menyebabkan toksik dan karsinogen (LaIfu,
rendah yaitu 0,117 mg per kg berat badan. 2016).
Di samping itu Rhodamin B juga
menyebabkan kanker hati pada mencit KESIMPULAN DAN SARAN
(16,6%), kanker limfa pada tikus (8,3%) Dari hasil penelitian disimpulkan
dan dilatasi kantung air seni pada tikus bahwa dari 5 sampel terasi yang diuji
(11,1%). Selain itu, pada konsentras terdapat 4 sampel terasi berwarna merah
Rhodamin B 0,134 mg (diberikan pada yang mengandung Rhodamin B. Dari ke
mencit) dan 0,340 mg (diberikan pada empat sampel yang mengandung rhodamin
tikus) masing-masing selama 3 minggu B didapatkan nilai kadar rhodamin B
telah menyebabkan timbulnya kelainan hati masing-masing 222,6 mg/kg; 201,9 mg/kg;
(Muchtadi dan Nienaber, 1997). 57,55 mg/kg, dan 72,6 mg/kg.
Gambar 2 Struktur Rhodamin B Berdasarkan hasil-hasil penelitian
dapat disarankan pada masyarakat harus
berhati hati dalam membeli terasi yang
berwarna merah karena mengandung
Rhodamin B yang bahaya untuk kesehatan.
Selain itu, diharapkan produsen
Dalam struktur Rhodamin B (Gambar menggunakan pewarna dari ekstrakk alami,
2) sendiri terdapat ikatan dengan klorin (Cl)
sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan
yangmana senyawa klorin ini merupakan masyarakat.
senyawa anorganik yang reaktif dan juga
1. Dosen Prodi DIII Analis Kesehatan
berbahaya. Selain ikatan Rhodamin B STIKes Karsa Husada Garut
2. Mahasiswa Prodi DIII Analis
dengan klorin juga terdapat ikatan
Kesehatan STIKes Karsa Husada
konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin Garut
Email : meyyothful@gmail.com
B inilah yang menyebabkan Rhodamin B
terlihat bewarna merah. Karena

114
DAFTAR PUSTAKA Ilmiah Farmasi UNSTRAT Vol.2
Abdurrahmansyah, Aini F, Chrislia D. No. 02
(2017). Analisis Zat Pewarna Muchtadi, D & N.L.P. Nienaber.
Rhodamin B pada Saus Cabai yang (1997). Toksisitas Bahan
Beredar di Kampus Universitas Terlarang Untuk digunakan
Islam Negeri Raden Fatah Dalam Makanan dan Minuman.
Palembang. Jurnal Biota Vol. 3 Makalah disampaikan pada Temu
No. 1 Edisi Januari 2017 Karya Penggunaan Bahan
Cahyadi, W. (2008). Analisis dan aspek Tambahan Makanan (BTM) oleh
kesehatan Bahan Tambahan Industri pangan. 25 Februari.
Pangan. Jakarta: Bumi Aksara Jakarta: Kerjasama Kantor
Kementrian Kesehatan. (2012). Peraturan Menteri Negara Urusan Pangan
Mentri Kesehatan No 33 Tahun dengan Jurusan Teknologi Pangan
2012 tentang Bahan Tambahan dan Gizi. FATETA-IPB.
Pangan. Jakarta: Kementrian Putri, W.K.A. (2009). Pemeriksaan
Kesehatan Republik Indonesia Penyalahgunaan Rhodamin B
Kumalasari, E. (2015). Identifikasi dan sebagai Pewarna pada Sediaan
penetapan kadar Rhodamin B Lipstik yang beredar di Pusat Kota
dalam Kerupuk Berwarna Merah Medan.. Medan: Universitas
yang Beredar di Pasar Antasari Sumatera Utara
Kota Banjarmasin. Journal Ilmiah Utami, W dan Suhendi, A. (2009). Analisis
Mauntung, 1 (I), 85-89, 2015 Rhodamin B dalam Jajanan Pasar
LaIfu, A. (2016). Analisis kandungan zat dengan Metode Kromatografi
pewarna sintesis Rhodamin B pada Lapis Tipis. Penelitian Sain
sambal botol yang diperdagangkan &Teknologi, Jurnal Vol. 10 no 2
di pasar modern kota kendari. hal. 148-155
[Skripsi]. Universitas Halu Oleo. Yamlean,Y,V. (2011). Identifiksi dan
Mamoto, L.V. dan Citraningtyas. (2013). penetapan kadar Rhodamin B
Analisis Rhodamin B pada Lipstik pada jajanan kue berwarna merah
yang bereddar di Pasar Kota muda yang beredar di kota
Manado. Pharmacon Jurnal manado. [Skripsi].Manado:
Universitas Sam Ratulangi.

115

Anda mungkin juga menyukai