Anda di halaman 1dari 25

INTER RELATIONSHIP

Interpersonal relationship adalah hubungan antara diri sendiri dengan orang lain,
yang terjadi karena ada rasa timbal balik dan kesamaan. Seseorang pasti memiliki
motivasi dalam menjalin hubungan, seperti memiliki misi dan tujuan yang sama.

Contoh :

Hubungan di
Hubungan Hubungan
Lingkungan
Pertemanan Keluarga
Kerja
Dasar Terbentuknya Interpersonal Relationship
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari
proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk
menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan
nilai pihak yang lain. bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri.
Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan
sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori,
yaitu :
a) informasi demografis;
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek)
c) rencana yang akan dating
d) Kepribadian
e) perilaku pada masa lalu
f) orang lain
g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan
interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting
dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a) keakraban
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila
kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan.
b) control
Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai
pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang
menentukan, dan siapakah yang dominan.
c) respon yang tepat
Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan- pesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan
yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang
menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah
memberikan respon yang tidak tepat.
d) nada emosional yang tepat.
Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika
komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional
yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau
mengubah suasana emosi.
3. Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang
dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:

Kompetisi, Dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain.

Dominasi, Dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-
haknya dilanggar.

Kegagalan, Dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.

Provokasi, Dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.

Perbedaan nilai, Dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
Manfaat Interpersonal Relationship
Jika hubungan antarpribadi dalam suatu tim dapat dilakukan dengan baik, maka banyak sekali manfaat yang diperoleh
demi kemajuan tim, antara lain sebagai berikut:
Menumbuhkan saling pengertian antara pimpinan dengan anggota tim.
Terciptanya kerja sama yang serasi antaranggota tim.
Menciptakan rasa aman kepada anggota tim.
Menumbuhkan rasa loyalitas (kesetiaan) para anggota tim.
Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anggota tim.
Menciptakan rasa solidaritas antaranggota tim.
Memberikan kebanggaan kepada anggota tim.
Membangkitkan semangat anggota tim untuk terus bekerja dan berprestasi.
Mengembangkan karir para anggota tim.
Personal Skills

Vocational /
Social Skills
Occupational Skills

Environmental Skills

LIFE SKIL
A. PERSONAL SKILL
HARD SKILL SOFT SKILL

Pada dasarnya, hard skill adalah


kemampuan yang dibutuhkan Soft Skill adalah kepribadian,
untuk sebuah pekerjaan. Hard atribut personal, serta
skill bisa kita peroleh dari kemampuan komunikasi yang
edukasi formal seperti dibutuhkan untuk sukses dalam
perkuliahan, serta deretan sebuah pekerjaan. Soft skill
program lain seperti pelatihan, yang kita miliki memperlihatkan
magang, kelas singkat, kelas bagaimana kita berinteraksi
online, program sertifikasi, dan dengan lingkungan di sekitar.
juga training di perusahaan.

Jadi hard skill merupakan


sesuatu yang bisa diraih dan
dipelajari, soft skill
merupakan atribut ‘bawaan’
kita sebagai individu.
B. SOCIAL SKILLS

Social skills mencakup bentuk komunikasi verbal maupun nonverbal. Bentuk-bentuk komunikasi ini kerap menjadi alat bagi orang lain
dalam menentukan status manusia lainnya, mempertimbangkan apakah orang tersebut merupakan teman atau pasangan yang
potensial, dan dalam mempertimbangkan perekrutan kerja atau promosi di tempat kerja.
C. Vocational / Occupational Skills
Vocational (Occupational Skills) adalah keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di
masyarakat.
kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) Kecakapan dasar vokasional mencakup antara melakukan gerak
dasar, menggunakan alat sederhana diperlukan bagi semua orang yang menekuni pekerjaan manual (misalnya palu,
obeng dan tang), dan kecakapan membaca gambar sederhana.
kecakapan vokasional khusus (occupational skill) yang sudah terkait dengan bidang pekerjaan tertentu. Kecakapan
vokasional khusus, hanya diperlukan bagi mereka yang akan menekuni pekerjaan yang sesuai. Misalnya menservis mobil
bagi yang menekuni pekerjaan di bidang otomotif, meracik bumbu bagi yang menekuni pekerjaan di bidang tata boga,
dan sebagainya.

D. Environmental Skills
Environmental Skills yaitu kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab dan harapan-harapan dari lingkungan kerja,
termasuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
INTERPERSONAL SKILL
a) Teori Johari Window
Teori Johari window atau jendela Johari merupakan sebuah teori yang digunakan untuk membantu orang dalam memahami hubungan
antara dirinya sendiri dan orang lain. Teori ini digagas oleh dua orang psikolog Amerika, yaitu Joseph Luft dan Harrington Ingham pada
tahun 1955. Teori Johari window disebut juga teori kesadaran diri mengenai perilaku maupun pikiran yang ada di dalam diri sendiri
maupun di dalam diri orang lain. Teori jendela Johari berkaitan dengan Emotional Intelligence Theory yang berhubungan dengan
kesadaran dan perasaan manusia.

Pelatihan atau training dalam teori ini biasanya menggunakan 55 kata sifat yang akan diberikan kepada dua peserta yang berpasangan.
Masing-masing peserta akan diperintahkan untuk memilih lima atau enam kata sifat yang dapat mendeskripsikan kepribadiannya
masing-masing. Kemudian kata-kata yang sudah dipilih akan di petakan dalam sebuah jaringan.
Mengapa teori ini dinamakan Johari window atau jendela Johari?
Window atau jendela merupakan suatu hal yang menggambarkan bahwa teori ini memiliki empat bagian seperti jendela. Johari
merupakan singkatan dari dua orang yang menciptakan teori tersebut, yaitu “Jo” berarti Joseph dan “Hari” berarti Harrington.
Komunikasi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan dari komunikator kepada komunikan untuk mencapai makna yang
sama. Komunikasi membutuhkan umpan balik dari seseorang yang artinya bahwa komunikasi tersebut dapat berjalan dengan baik.
Komunikasi yang baik membutuhkan penerapan teori jendela Johari yang berfungsi untuk memahami perasaan, kesadaran, dan tingkah
laku lawan bicara agar terjalin komunikasi yang efektif.

Konsep
Konsep teori Johari window digunakan untuk menciptakan hubungan intrapersonal dan interpersonal, yaitu hubungan pada diri sendiri
dan hubungan antara diri sendiri dan orang lain. Konsep teori jendela Johari ini memiliki empat kamar atau empat perspektif yang
masing-masing memiliki istilah dan makna yang berbeda, dimana setiap makna mengandung pemahaman-pemahaman yang
mempengaruhi pandangan seseorang. Apakah perilaku, perasaan, dan kesadaran yang dimiliki hanya dapat dipahami oleh dirinya
sendiri, hanya dipahami oleh orang lain, atau keduanya dapat memahaminya.
Open self, atau wilayah terbuka merupakan suatu keadaan dimana seseorang saling terbuka terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Pada wilayah terbuka ini,
seseorang akan terbuka mengenai sifat, perasaan, kesadaran, perilaku, dan motivasi. Open self dalam ilmu psikologi digambarkan dengan sifat extrovert pada diri
Konsep Teori Johari Window
seseorang.
Orang yang berada pada wilayah terbuka lebih mudah menjalin komunikasi dengan siapapun. Hal ini berpengaruh terhadap interaksi antara individu atau kelompok
untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Seseorang yang berada dalam wilayah terbuka ini seperti ketika baru mengenal seseorang, ia lebih cenderung
melemparkan senyum, menyapa lebih awal, menjabat tangan, dan lebih banyak bercerita mengenai dirinya sendiri.

Hidden self, atau wilayah tersembunyi/ rahasia adalah keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan untuk menyembunyikan atau merahasiakan sebagian hal
yang dianggap tidak perlu untuk dipublikasikan kepada orang lain. Hal-hal yang dimaksud bisa berupa sifat, perilaku, motivasi, atau pemikiran. Misalnya, seseorang
yang sudah bersahabat lama belum tentu dapat terbuka sepenuhnya ketika menceritakan kisah hidupnya seperti masalah keluarga dan masalah cinta karena ada
beberapa orang yang merasa malu, takut, atau kecewa apabila menceritakan hal-hal tersebut kepada orang lain. Konsep ini terbagi menjadi dua, yaitu:
• Over disclosed, yaitu seseorang terlalu banyak menceritakan rahasianya, sehingga kemungkinan hidden self lebih kecil. Hal ini membuat seseorang berada di wilayah
terbuka.
• Under disclosed, yaitu seseorang sedikit menceritakan rahasianya, tetapi hanya pada bagian-bagian tertentu, sehingga seseorang cenderung berada di wilayah
rahasia.

Unknown self atau wilayah tak dikenal merupakan kondisi seseorang yang tidak dapat memahami dirinya sendiri bahkan orang lain pun tidak dapat
mengenalinya. Wilayah ini merupakan wilayah yang tidak dapat menciptakan interkasi dan komunikasi yang efektif karena keduanya sama-sama merasa tidak ada
pemahaman. Unknown self disebut juga sebagai konsep diri tertutup atau introvert, dimana seseorang tidak mau menerima masukan atau feedback dari orang lain.

Blind self, atau wilayah buta merupakan kondisi dimana orang lain dapat memahami sifat, perasaan, pikiran, dan motivasi seseorang, tetapi orang tersebut tidak
dapat memahami dirinya sendiri. Wilayah buta ini sering terjadi dalam interaksi manusia yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau permasalahan lainnya.
Seseorang yang berada dalam blind self cenderung tidak dapat menciptakan komunikasi efektif, sehingga timbul berbagai permasalahan. Misalnya, orang yang biasanya
bersikap ‘sok’ asik ketika bertemu dengan orang baru, padahal dirinya sendiri merupakan seorang yang pendiam. Ia tidak dapat menilai dirinya sendiri sebagaimana
sifat, perilaku, dan pikiran yang ia miliki, tetapi orang lain dapat menilainya. Hal ini sering disebut sebagai orang yang ‘munafik’.
b) Personal Skill

a) Mengenal Sifat, Karakter, Pribadi

Karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laku
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membangun Percaya Diri

Percaya diri adalah sikap yang timbul dari dalam diri kita yang membuat diri kita yakin untuk melakukan suatu hal
dengan pasti dan benar sesuai dengan tujuan tertentu. Percaya diri timbul bukan karena faktor orang lain, melainkan berasal
dari diri kita sendiri.
Percaya diri membuat kita berbeda. Percaya diri bukan masalah penampilan saja, namun percaya diri lebih kepada kepribadian.
Percaya diri akan meningkatkan harga diri, motivasi diri, dan yang lebih penting akan meningkatkan potensi diri kita.

Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan rasa percaya diri, diantaranya :
 Buat daftar kekuatan dan kelemahan diri terlebih dahulu
 Berpikir positif
 Ubah penampilan Anda jadi siapa pun yang Anda inginkan
 Beralih ke pola makan sehat dan berolahraga
 Fokus pada hal-hal yang disukai
 Coba tersenyum dan ramah pada orang lain
 Belajar memaafkan diri sendiri dan orang lain
3. Simpati dan Empati

SIMPATI: Saya tahu apa yg Kamu rasakan


EMPATI : Saya merasakan seperti yang Kamu Rasakan
SIMPATI: banyak menilai dan menghakimi
EMPATI : tidak menghakimi
SIMPATI: Memberikan nasihat tanpa diminta
EMPATI : pendengar yang baik
SIMPATI: Mengerti dari perspektif sendiri
EMPATI : Menempatkan diri pada kondisi yang sama
SIMPATI: mengungkap lewat kata kata
EMPATI : lebih memahami perasaan yang sedang dirasakan
SIMPATI: hanya melihat aspek yang nampak
EMPATI : melihat dari berbagai sudut pandang
SIMPATI: menekan perasaan diri dan juga orang lain
EMPATI : mengakui dan merasakan apa yang dirasakan orang lain
JADI…….
simpati menggambarkan perasan belas kasih dan
sayang atas kejadian yang menimpa seseorang,
sedangkan empati dapat menempatkan diri pada
posisi orang tersebut dan berbagi secara langsung
kesedihan mereka tersbut.
4. Berfikir Positif

Berpikir positif adalah cara berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi positifnya baik terhadap dirinya sendiri,
orang lain, maupun keadaan lingkungannya . Sehingga, ia tidak akan putus asa atas masalah yang dihadapinya dan mudah
dalam mencari jalan keluarnya.
Berpikir positif merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu :
1) Muatan Pikiran
Berpikir positif merupakan usaha mengisi pikiran dengan berbagai hal yang positif atau muatan yang positif. Menurut Ubaedy,
muatan positif untuk pikiran adalah berbagai bentuk pemikiran yang memiliki kriteria:
 Benar (tak melanggar nilai-nilai kebenaran),
 Baik ( bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan), dan
 Bermanfaat (menghasilkan sesuatu yang berguna).

2) Penggunaan Pikiran
Memasukkan muatan positif pada ruang pikiran merupakan tindakan positif namun, tindakan tersebut berada pada tingkatan
yang masih rendah jika muatan positif tersebut tidak diwujudkan dalam tindakan nyata. Oleh karena itu, isi muatan yang
positif tersebut perlu diaktualisasikan ke dalam tindakan agar ada dampak yang ditimbulkan.
3) Pengawasan Pikiran

Dimensi ketiga dari berpikir positif adalah pengawasan pikiran. Aktivitas ini mencakup usaha untuk mengetahui muatan apa
saja yang dimasukkan ke ruang pikiran dan bagaimana pikiran bekerja. Jika diketahui terdapat hal-hal yang negatif ikut masuk
ke ruang pikiran maka perlu dilakukan tindakan berupa mengeluarkan hal-hal yang negatif tersebut dengan menggantinya
dengan yang positif. Demikian pula jika ternyata teridentifikasi bahwa pikiran bekerja tidak semestinya maka dilakukan usaha
untuk memperbaiki kelemahan atau kesalahan tersebut.
Berpikir positif bukan merupakan tujuan melainkan suatu jalan untuk mencapai tujuan. Menjadikan berpikir positif sebagai
tujuan memang membawa manfaat tetapi manfaat tersebut belumlah seberapa jika dibandingkan dengan manfaat yang
didapat jika berpikir positif dijadikan sebagai suatu jalan. Bertolak belakang dengan optimisme, pandangan pesimisme akan
menganggap kegagalan dari sisi yang buruk. Umumnya seorang pesimis sering kali menyalahkan diri sendiri atas
kesengsaraannya. Ia menganggap bahwa kemalangan bersifat permanen dan hal itu terjadi karena sudah nasib, kebodohan,
ketidakmampuan, atau kejelekannya. Akibatnya, ia pasrah dan tidak mau berupaya.

Anda mungkin juga menyukai