Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/354604628

Penanganan Krisis Komunikasi di Era Digital: Analisis Isi Penanganan Kasus


Pizza Hut dan Marugame Udon di Media Sosial Twitter

Chapter · January 2019

CITATIONS READS

0 464

1 author:

Inadia Aristyavani
PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance)
16 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Issue & Crisis Handling Management in Social Media Twitter View project

All content following this page was uploaded by Inadia Aristyavani on 15 September 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Penanganan Krisis Komunikasi di Era Digital: Analisis Isi Penanganan Kasus Pizza Hut
dan Marugame Udon di Media Sosial Twitter

Inadia Aristyavani
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta, Indonesia
nadivani@gmail.com

ABSTRAK. Pizza Hut dan Marugame Udon telah dilaporkan menggunakan bahan baku yang telah
kedaluwarsa. Berita ini pertama kali diangkat oleh Majalah Tempo pada awal September 2016 dan
kemudian menyebar (viral) di media sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
strategi penanganan krisis yang dilakukan oleh Humas Pizza Hut dan Marugame Udon dengan
menggunakan media sosial (Twitter), dan bagaimana warga media sosial (netizen) melihat krisis. Teori
yang digunakan adalah Situational Crisis Communication Theory (SCCT). Teori ini umumnya berbicara
tentang strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menangani krisis komunikasi. Menurut
Coomb (2007), ada 7 strategi untuk menangani krisis, yaitu (1) menyerang penuduh (menyerang pihak yang
mengatakan krisis terjadi termasuk ancaman seperti pengadilan, (2) penolakan mengklaim tidak ada krisis,
 (3) alasan meminimalkan tanggung jawab organisasi untuk krisis akibat kecelakaan dan di luar batas
kemampuan organisasi, (4) pembenaran (meminimalkan kerusakan pribadi yang disebabkan oleh krisis,
(5) ingratiation (mengingatkan para pemangku kepentingan atas perbuatan baik organisasi di masa lalu,
(6) tindakan korektif (untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh krisis, atau bahkan mencegah
terulangnya krisis, (7) permintaan maaf penuh (bertanggung jawab penuh atas krisis dan meminta maaf
kepada para pemangku kepentingan termasuk kompensasi). Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis isi.  Analisis konten dilakukan untuk akun twitter resmi Pizza Hut (Pizza_HutID),
Marugame Udon (MarugameUdonID), dan akun warga media sosial (netizen) yang membahas masalah
ini.  Total tweet yang dianalisis adalah 711 tweet (antara 3-9 September 2016).  Hasilnya menunjukkan,
mayoritas tweet melihat jenis krisis dalam kategori krisis korban, di mana krisis tidak dilihat sebagai
kesalahan perusahaan.  Hasilnya juga menunjukkan strategi penolakan (mengklaim tidak ada krisis), yang
paling banyak digunakan sebagai strategi respons dalam menangani kasus.  Tidak ada perbedaan antara
tweet resmi Pizza Hut dan akun resmi dan netter Marugame Udon.  Kesamaan yang membuat krisis ini
bisa cepat berakhir.  Studi ini membahas mengapa strategi penolakan yang paling umum muncul sebagai
pilihan strategi untuk menangani krisis komunikasi dengan konteks penyebaran informasi di era digital.

Kata kunci : komunikasi krisis, media sosial, twitter, teori komunikasi krisis situasional (SCCT), konten
analisis.

ABSTRACT. Pizza Hut and Marugame Udon have been reported using raw materials that have expired. This
news was first appointed by Tempo Magazine in early September 2016 and then spread (viral) in social media.
The purpose of this research is to describe the strategy of crisis handling conducted by Public relations of
Pizza Hut and Marugame Udon by using social media (Twitter), and how social media citizens (netizens) see
the crisis. The theory used is Situational Crisis Communication Theory (SCCT). This theory generally speaks
about strategies that can be used by companies in handling communication crises. According to Coomb (2007),
there are 7 strategies for handling the crisis, namely (1) attack the accuser (attacking parties who said the crisis
occurred including threats like the court, (2) denial claiming no crisis, (3) excuse (minimizes organizational

JURNAL HUMAS INDONESIA Vol. 2, No. 1, Mei 2018 33


responsibility for crisis due to accident and beyond the limits of organizational capability, (4) justification
(minimizing the personalized damage caused by the crisis, (5) ingratiation (reminding stakeholders of the good
deeds of the organization in the past); (6) corrective action (to repair the damage caused by the crisis, or even
prevent the recurrence of the crisis, (7) full apology (fully responsible for crisis and apologize to stakeholders
including compensation). The method used in this research is content analysis. The content analysis conducted
for official twitter accounts of Pizza Hut (Pizza_HutID), Marugame Udon (MarugameUdonID) and accounts of
social media citizens (netizens) who discuss the issue. Total tweets have been analyzed are 711 tweets (between
September 3-9, 2016). The results show, the majority of tweets see the type of crisis in the category of victim
crisis, where the crisis is not seen as a corporate fault. The results also show a denial strategy (claiming no
crisis), most widely used as a response strategy in dealing with cases. There is no difference between the official
tweets of Pizza Hut and Marugame Udon’s official accounts and netizens. The similarities that make this crisis
can be quickly over. The study discusses why the most common denial strategy emerges as a strategy choice for
handling communication crises with the context of information dissemination in the digital age.

Keywords: communication crisis, social media, twitter, Situational Crisis Communication Theory (SCCT),
content analysis

PENDAHULUAN informasi tersebut. Kehadiran internet membuat


Praktisi public relations menghadapi khalayak yang semula pasif (sebagai penerima),
tantangan baru, terutama terkait dengan kehadiran menjadi aktif.Dengan sumber informasi yang
media sosial. Menurut Flew (2016:77), kehadiran beragam (blog, media sosial, media daring, dan
media sosial berdampak terutama pada penyebaran sebagainya), khalayak mencari informasi yang
pesan. Pada era lama, distribusi isi media dalam sesuai dengan kebutuhan dan tidak tergantung pada
skala besar dari satu ke banyak. Sementara itu, di versi kecelakaan pesawat yang disediakan oleh
era media sosial, penyebaran pesan berasal dari media. Internet juga mengubah pola pengiriman
banyak ke banyak. Pada era media lama, pesan pesan dari yang semula satu arah menjadi dua
disampaikan oleh media besar, baru dari media arah (interaktif).Khalayak bisa mengirimkan
tersebut diterima oleh khalayak, sementara di berita, ikut terlibat dan berpartisipasi (menambah,
era media sosial, setiap orang pada dasarnya bisa mengurangi, mencipta ulang, dan sebagainya).
menjadi penyebar pesan. Informasi perusahaan Budaya partisipatori ini, menurut Rheingold
atau organisasi tidak hanya datang dari media, (2008), berkembang karena ada perangkat
tetapi juga dari individu yang menggunakan teknologi yang memungkinkan individu
media sosial.Itu menjadi tantangan tersendiri bagi memproduksi dan mendiseminasi konten secara
praktisi public relations. Hal itu karena public mudah dan bebas. Konten media yang sebelumnya
relations berhadapan dengan banyak channel berada hanya pada kontrol pemilik, saat ini
media sosial. bergeser ke khalayak. Lewat telepon genggam,
Selain jumlah penyebar pesan yang banyak, misalnya, khalayak saat ini dapat memilih berita,
era media sosial juga memberi tantangan memberikan penilaian pada berita, mengubah dan
karena khalayak yang aktif dan partisipatif. Di mencipta ulang (misalnya memberi komentar,
era internet dan digital, khalayak tidak hanya membuat meme dari berita), dan kemudian
memilih, tetapi juga berpartisipasi dengan jalan menyebarkannya lewat media sosial.Postingan
mengubah, menciptakan ulang, dan menyebarkan pengguna mengenai suatu informasi di media
suatu informasi.Pada era lama, kontrol informasi sosial kerap kali juga menjadi sumber media
berada di pihak pengirim. Pengelola media dalam meliput peristiwa.Jika dikaitkan dengan
yang akan menyaring dan menyajikan informasi kasus krisis komunikasi, munculnya budaya
kepada khalayak, dan khalayak tinggal menerima partisipatori ini menjadi tantangan bagi praktisi

34 Vol. 2, No. 1, Mei 2018 JURNAL HUMAS INDONESIA


public relations. Khalayak tidak hanya menerima dan Muragame menyangkal dugaan perpanjangan
informasi, tetapi di era internet dapat mengubah masa simpan tidak sah tersebut.Ketika pemberitaan
informasi yang diberikan, misalnya dalam bentuk mulai menyebar dan masuk ke berbagai media
meme. Perusahaan yang terkena kasus dapat sosial, Pizza Hut dan Marugame Udon melakukan
menjadi sumber kritik netizens lewat media sosial. beberapa langkah public relations, di antaranya
Penelitian ini mengkaji bagaimana Standby Statement, Press Conference di Hotel
penanganan krisis komunikasi di era digital. Kasus Sultan pada Minggu, 4 September 2016, serta
yang diteliti adalah dugaan penggunaan bahan media visit di pabrik Pizza Hut.
baku kedaluarsa yang dilakukan oleh restoran Penelitian ini mengkaji bagaimana public
cepat saji, Pizza Hut dan Marugame Udon. Kasus relations perusahaan (Pizza Hut dan Marugame
ini bermula dari laporan investigasi yang dibuat Udon) menggunakan media sosial, dalam hal ini
oleh BBC Indonesia dan majalah Tempo.Kedua Twitter, untuk menangani krisis. Penelitian juga
media itu melakukan investigasi secara bersama- ingin melihat bagaimana tanggapan warga media
sama. Tim investigasi gabungan BBC dan Tempo sosial (netizens) atas krisis dan langkah-langkah
memperoleh sejumlah dokumen, surel, dan foto- yang dilakukan oleh Pizza Hut dan Marugame
foto seorang mantan petinggi di PT Sriboga Food Udon.Lebih spesifik, penelitian ini ditujukan
Group yang menunjukkan praktik penggunaan untuk menjawab dua tujuan. Pertama, melihat
bahan makanan yang melampaui masa kedaluwarsa bagaimana krisis dilihat oleh perusahaan dan
di jaringan Pizza Hut dan Marugame Udon. netizens. Kedua, bagaimana strategi respon dalam
Laporan investigasi tersebut dimuat dalam situs menangani krisis yang dilakukan oleh perusahaan
BBC dan laporan utama majalah Tempo dengan dan pandangan netizens.
judul “Ada Apa dengan Pizza”.1 Pihak Pizza Hut
LANDASAN TEORI
Penelitian ini menggunakan teori Situational
1
Hasil investigasi BBC dan majalah Tempo tersebut Crisis Communication Theory (SCCT). Teori
dapat dibaca, antara lain di tautan http://www.bbc.com/ SCCT berbicara mengenai apa yang dilakukan
indonesia/berita_indonesia/2016/09/160905_indonesia_
oleh organisasi ketika organisasi (perusahaan atau
update_pizza; http://www.bbc.com/indonesia/berita_
indonesia/2016/09/160904_pizzahut_marugame_expired
lembaga) sedang menghadapi krisis. Teori ini
terdiri atas tiga bagian.Bagian pertama berbicara
http://www.bbc.com/indonesia/berita_
indonesia/2016/09/160907_indonesia_respon_pizzahut
mengenai tipe krisis dan ancaman krisis terhadap
reputasi (Coombs, 2007). Tipe krisis dibagi tiga
https://investigasi.Tempo.co/pizza-hut-marugame-udon-
kluster, masing-masing klaster menggambarkan
kedaluarsa/

JURNAL HUMAS INDONESIA Vol. 2, No. 1, Mei 2018 35


beban tanggung jawab dari organisasi. challenges, kesalahan teknis (technical error,
Pertama, victim crisis cluster. Tipe krisis technical error product harm). Challenges dalam
ini didefinisikan sebagai kondisi krisis dengan hal ini berarti stakeholder mengklaim bahwa
organisasi atau perusahaan yang menjadi korban. organisasi melakukan pekerjaannya dengan cara
Krisis terjadi bukan karena kesalahan atau yang tidak tepat (Coombs, 2007). Berbeda dengan
kelalaian perusahaan, tetapi sebab eksternal victim crisis cluster, krisis accidental terjadi
yang tidak berada di luar jangkauan organisasi. karena kesalahan perusahaan atau organisasi,
Termasuk dalam tipe krisis ini adalah kerusakan tetapi kesalahan tersebut diakibatkan oleh
alam (natural disaster),berita tidak benar kecelakaan atau ketidaksengajaan.
(rumors),kecelakaan di tempat kerja (worksplace Ketiga, intentional crisis cluster. Tipe krisis
violence),dan adanya perusahaan atau pihak ini paling besar. Krisis dilihat sebagai kesalahan
lain yang mengancam perusahaan (malevolence perusahaan atau organiasi.Karena kesalahan
toward the organization). Pada tipe krisis ini, dan kesengajaan perusahaan, organisasi harus
tanggung jawab perusahaan atau organisasi relatif bertanggung jawab, seperti human error, human
ringan karena krisis terjadi bukan akibat kesalahan error product harm, organizational misdeed with
organisasi, melainkan sumber dari luar. no injuries, organizational misdeed management
Kedua, accidental crisis cluster. Tipe krisis misconduct, organizational misdeed with injuries
ini didefinisikan sebagai krisis yang terjadi karena (Coombs, 2007:168). Tabel 1 menyajikan tipe-tipe
kecelakaan yang tidak disengaja oleh organisasi. krisis.Tipe krisis menentukan bentuk tanggung
Termasuk dalam tipe krisis ini adalah adanya jawab yang harus diambil oleh organisasi.

Tabel 1. Tipe Krisis

ATRIBUSI TANGGUNG JAWAB RENDAH


ATRIBUSI TANGGUNG JAWAB KUAT ATAS KRISIS
ATAS KRISIS

Klaster Korban Krisis Klaster Krisis Aksidental (Accidental Crisis


Klaster Krisis Disengaja (Intentional Crisis Cluster)
(Victim Crisis Cluster) Cluster)
Challenges: Beberapa pemangku
Natural disaster: Bencana alam kepentingan mengklaim organisasi Human error accidents: Kecelakaan industri disebabkan
yang dapat merusak organisasi atau bertindak dengan cara tidak pantas atau oleh kesalahan manusia. Seorang pekerja menyebabkan
mengganggu operasi, seperti badai, tidak bertanggung jawab. Tantangan kecelakaan karena kesalahan prosedur dan cara bekerja
gempa, banjir dsb. publik didasarkan pada alasan moral atau yang tidak tepat.
etika, bukan masalah hukum.
Human error product harm: Produk cacat atau rusak karena
Technical error accidents: Kecelakaan
Rumors: Informasi palsu dan berbahaya kesalahan manusia. Kinerja karyawan yang tidak semestinya
industri disebabkan oleh kegagalan
yang beredar mengenai organisasi. menyebabkan cacat dan produk yang rusak menimbulkan
teknologi atau peralatan.
ancaman bagi konsumen
Organizational misdeed: Manajemen secara sadar
Technical error product harm:
Workplace violence: Adanya pekerja (saat melanggar hukum atau peraturan atau secara sengaja
Produk diproduksi secara tidak benar
ini atau sebelumnya) yang melakukan menempatkan para pemangku kepentingan yang berisiko.
melalui kegagalan teknologi atau
kekerasan dan membahayakan pekerja Ini termasuk menjual produk secara sadar yang berbahaya
peralatan. Produk yang rusak kemudian
lain saat ini di tempat kerja. atau terlibat dalam perilaku berisiko yang dapat merugikan
menimbulkan ancaman bagi konsumen.
pemangku kepentingan dalam beberapa cara.
Product tampering /malevolence: Aktor
eksternal dengan sengaja merusak
organisasi dengan tindakan, seperti
gangguan produk atau peretasan computer

36 Vol. 2, No. 1, Mei 2018 JURNAL HUMAS INDONESIA


Sumber: Coombs (2013) denial (mengklaim tidak terjadi krisis); (2)
Bagian kedua dari teori ini berbicara mengenai attack the accuser (menyerang pihak-pihak yang
persepsi stakeholder terhadap krisis, yaitu sejarah mengatakan krisis terjadi, termasuk ancaman
krisis organisasi dan reputasi negatif yang pernah seperti pengadilan); (3) scapegoat (mencari
dimiliki sebelumnya (Coombs, 2007). Apakah kambing hitam penyebab krisis, yang bukan
krisis yang sama pernah terjadi sebelumnya, dan berasal dari organisasi); (4) excuse (meminimalkan
kalau pernah terjadi bagaimana persepsi stake- tanggung jawab organisasi terhadap krisis karena
holder terhadap penanganan organisasi atas krisis ketidaksengajaan dan di luar batas kemampuan
ini. Bagian pertama (tipe krisis) dan bagian kedua organisasi); (5) justification (meminimalkan
(sejarah perusahaan terkait krisis dan persepsi kerusakan akibat krisis yang dirasakan organisasi
stakeholder) menentukan bagian ketiga teori, yak- secara personal); (6) compensation (memberi
ni strategi respon apa yang seharusnya dilakukan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan; dan (7)
oleh organisasi yang sedang menghadapi krisis. full apology (bertanggung jawab sepenuhnya
Menurut Coomb (2007), strategi komunikasi kri- terhadap krisis dan meminta maaf kepada
sis memiliki tiga tujuan terkait perlindungan rep- stakeholder). Selain ketujuh strategi tersebut,
utasi, yaitu (1) membentuk atribut krisis, (2) men- Coomb juga mengindentifikasi strategi tambahan
gubah persepsi organisasi tentang krisis, dan (3) yang dapat dilakukan oleh organisasi, yakni (a)
mengurangi efek negatif yang ditimbulkan krisis. reminders (mengingatkan stakeholder tentang
Coomb (2010:159) menawarkan tujuh perbuatan baik organisasi pada masa lampau);
kategori strategi komunikasi krisis yang (b) ingratiation (mengucapkan terima kasih
kemudian diurutkan dari yang bersifat defensif atas dukungan stakeholder), dan (c) victimage
(denial) menuju akomodatif (rebuild). Ketujuh (menyebut atau menyalahkan pihak lain sebagai
strategi komunikasi krisis tersebut adalah (1) penyebab krisis) (lihat Tabel 2).

Tabel 2. Strategi Respon Krisis

DENIAL REBUILD
Strategi Tanggap Krisis Pengelakan Strategi Tanggap Krisis Penolakan Strategi Tanggap Krisis Membangun
(Denial Crisis Response Strategies) (Deminish Crisis Response Strategies) Kembali
(Rebuild Crisis Response Strategies)
• Denial: Manajer mengkalim tidak • Excuse:Manajer meminimalisasi • Compensation: Manajer memberi
ada krisis yang terjadi. tanggug jawab organisasi atas ganti rugi (uang) kepada pihak
krisis dengan cara mengatakan yang dirugikan
bahwa krisis terjadi karena keti-
daksengajaan dan di luar batas
kemampuan organisasi
• Attack the accuser: Manajer • Justification:Manajer memini- • Apology: Manajer bertanggung
menyerang orang atau kelompok malisasi kerusakan akibat krisis jawab sepenuhnya terhadap krisis
yang mengatakan organisasi bera- yang dirasakan organisasi secara dan meminta maaf kepada pe-
da dalam krisis. personal mangku kepentinga (stakeholders)
• Scapegoat: Menajer mencari
kambing hitam, menyalahkan
orang atau kelompok di luar or-
ganisasi sebagai penyebab krisis.
STRATEGI TAMBAHAN (SUPLEMEN)
• Reminder: Manajer mengingatkan stakeholder tentang perbuatan baik organisasi pada masa lampau
• Ingratiation: Manajer mengucapkan terima kasih atas dukungan stakeholder selama krisis
• Victimage: Menajer menyebut atau menyalahkan pihak lain sebagai penyebab krisis

Sumber: Coombs (2013)

JURNAL HUMAS INDONESIA Vol. 2, No. 1, Mei 2018 37


Menurut Coombs (2010:104), penggunaan perbincangan di media sosial seminggu setelahnya
strategi respon krisis harus disesuaikan dengan (8 September).Akun Twitter yang dianalisis
tipe krisis dan sejarah perusahaan terkait krisis. adalah akun Twitter resmi Pizza HUT (Pizza_
Tabel 3 menggambarkan bagaimana sebaiknya HutID), Marugame Udon (MarugameUdonID)
manajer krisis menyelaraskan tipe krisis yang dan akun warga media sosial (netizens) yang
dihadapinya dengan strategi komunikasi yang akan memperbincangkan isu ini.
digunakannya dengan mempertimbangkan sejarah Proses penelitian adalah sebagai berikut.
krisis organisasi. Setiap krisis menimbulkan Penulis pertama kali melakukan crawling tweet
level tanggung jawab yang berbeda-beda bagi mengenai kasus Pizza HUT dan Marugame Udon
organisasi. Subtipe krisis yang berbeda dalam tipe tanggal 3-8 September 2016. Tweet yang telah
krisis yang sama dapat melahirkan rekomendasi didapat dari crawling disaring terlebih dahulu
strategi yang berbeda. dengan persyaratan sebagai berikut. Pertama,

Tabel 3. Rekomendasi Respon (tanggap) Krisis sesuai dengan Tipe Krisis

Tipe krisis Subtipe krisis Sejarah krisis organisasi Rekomendasi Strategi


Victimcluster
Ada krisis serupa dan memiliki reputasi buruk Strategi diminish
(Responsibilitas
rendah) Rumor Strategi denial
Tidak ada krisis serupa dan tidak memiliki Strategi diminish
reputasi buruk
Accident cluster Ada krisis serupa dan memiliki reputasi buruk Strategi rebuild
(Responsibilitas
Challenge dirasa tidak pantas Strategi denial
sedang)
Challenge Stakeholder menganggap organisasi pantas Strategi rebuild kemudian
menerima challenge corrective action
Preventable cluster
(Responsibilitas tinggi) Strategi rebuild

Sumber: Adaptasi dari Coombs (2010:103-104)

METODE PENELITIAN hanya menyertakan tweet, tidak menyertakan


retweet. Kedua, tweet relevan dengan kasus.
Penelitian ini menggunakan metode analisis
Ketiga, bukan tweet yang berasal dari bot.
isi kuantitatif. Analisis isi adalah suatu teknik
Lewat tahapan ini, didapat 711 tweet, dengan
penelitian yang dilakukan secara objektif,
perincian 320 tweet mengenai Pizza HUT, 80
sistematis, dan deskripsi kuantitatif dari isi
tweet mengenai Marugame Udon, dan 311 tweet
komunikasi yang tampak atau manifest (Riffe,
mengenai Pizza HUT sekaligus Marugame Udon.
Lacy and Fico, 1998:20; Neuendorf, 2002:12).
Total tweet tersebut menyertakan tweet dari akun
Objek penelitian adalah postingan di Twitter
resmi (Pizza_HutID dan MarugameUdonID) dan
(tweet) mengenai kasus Pizza HUT dan Marugame
dari warga media sosial (netizen). Ada dua aspek
Udon, baik yang dibuat oleh perusahaan maupun
yang diteliti, yakni penyebab kasus, penyelesaian
warga media sosial (netizens).Periode tweet yang
kasus (primer), penyelesaian kasus (suplemen),
dianalisis adalah tweet tanggal 3--8 September
dan tone tweet (lihat Tabel 4).
2016.Alasan mengambil periode waktu ini karena
kasus ini mulai diperbincangkan di media sosial
pada tanggal 3 September, dan mulai turun dari

38 Vol. 2, No. 1, Mei 2018 JURNAL HUMAS INDONESIA


Tabel 4. Kategori Analisis Isi

ASPEK KATEGORI
Penyebab Kasus Victim Crisis 1. Natural disaster
2. Rumors
3. Workplace violence
4. Product tampering /malevolence
Accidental Crisis 5. Challenges
6. Technical error accidents
7. Technical error product harm
Intentional Crisis 8. Human error accidents
9. Human error product harm
10. Organizational misdeed
Penyelesaian Kasus Denial Crisis Response Strategies 1. Denial
2. Attack the accuser
3. Scapegoat
Deminish Crisis Response Strategies 4. Excuse
5. Justification
Rebuild Crisis Response Strategies 6. Compensation
7. Apology
Supplemental 1. Reminder
2. Ingratiation
3. Victimage
2. Negatif
3. Tidak ada

Reliabilitas yang dipakai menggunakan


Holsti. Reliabilitas ditunjukkan dalam persentase
persetujuan, berapa besar persentase persamaan
antarkoder ketika membaca sebuah tweet. Rumus
untuk menghitung reliabilitas adalah 2M ÷
(N1+N2); M adalah jumlah koding yang sama
(disetujui oleh masing‐masing koder), N1 adalah
jumlah koding yang dibuat oleh koder 1, dan N2
adalah jumlah koding yang dibuat oleh koder 2
(Neuendorf, 2002). Realibilitas untuk penyebab
kasus sebesar 0.82; penyelesaian kasus (primer)
sebesar 0.80; penyelesaian kasus (suplemen)
Gambar 1. Jumlah Tweet mengenai Kasus Pizza Hut dan
sebesar 0.91, dan tone sebesar 0.78. Reliabilitas Marugame Udon (3-9 September 2016)
untuk semua variabel yang diteliti di atas 0.75
sehingga hasil penelitian ini bisa dipakai.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menyertakan 711 tweet, dengan
perincian 128 tweet (18%) berasal dari akun resmi
perusahaan (Pizza_HutID &MarugameUdonID)
dan 583 tweet (82%) adalah posting atau tweet
dari pengguna Twitter (Lihat Gambar 1).

JURNAL HUMAS INDONESIA Vol. 2, No. 1, Mei 2018 39


&MarugameUdonID mencapai jumlah tinggi,
justru ada tren perbincangan mengenai kasus ini di
media sosial (terutama Twitter) sedang mengalami
penurunan.Kasus ini ramai diperbicangkan pada
tanggal 3 dan 4 September, dan kemudian makin
menurun.
Akun resmi (Pizza_HutID
&MarugameUdonID) melihat kasus dugaan
penggunaan bahan baku kedaluarsa sebagai
victim crisis. Sebanyak 93.8% tweet Pizza_
HutID &MarugameUdonID melihat kasus ini
terjadi bukan karena kesalahan perusahaan. Yang
menarik, postingan/tweet dari pengguna Twitter
Gambar 2. Jumlah Tweet, 3-9 September 2016
juga mayoritas (81%) melihat kasus dugaan
penggunaan bahan baku kedaluarsa sebagai victim
Gambar 2 menyajikan jumlah tweet mengenai
crisis (lihat Gambar 3). Sementara itu, sebanyak
kasus tanggal 3 hingga 9 September 2016.
13.7% tweet melihat kasus ini sebagai kesalahan
Pembicaraan mengenai kasus mulai muncul saat
perusahaan berupa kesengajaan perusahaan untuk
akun Tempo News Room (@Temponewsroom)
melakukan penghematan yang membahayakan
dengan jumlah pegikut 709 ribu orang, pada tanggal
konsumen. Sisanya (4.1%) tweet menempatkan
3 September membuat serangkaian tweet mengenai
kasus ini sebagai kecelakaan kealpaan petugas
laporan majalah Tempo mengenai kasus dugaan
atau pegawai dalam melakukan pengawasan.
penggunaan bahan baku kedaluarsa oleh Pizza Hut
dan Marugame Udon. Tweet tersebut kemudian
banyak diperbincangkan oleh pengguna media
sosial. Pada hari yang sama, akun resmi perusahaan
(Pizza_HutID &MarugameUdonID) membuat
press release yang di-posting di Twitter mengenai
bantahan perusahaan telah menggunakan bahan
baku kedaluarsa. Jumlah tweet akun resmi (Pizza_
HutID &MarugameUdonID) tidak sebanding
dengan banyak tweet mengenai kasus ini di media
sosial, terutama Twitter. Kecilnya posting/tweet ini
karena awalnya petinggi Pizza Hut dan Marugame
Udon hanya memberikan klarifikasi atau bantahan
Gambar 3. Tipe Krisis dalam Posting/Tweet
lewat press release. Tanggapan Pizza Hut dan
Marugame Udon baru tinggi pada tanggal 6
Meskipun mempunyai persamaan dalam
dan 7 September. Marugame Udon membuat
melihat tipe krisis, jika diperinci lebih dalam,
konferensi pers dengan mengundang media untuk
terdapat perbedaan kategori tipe krisis antara
menjelaskan kasus yang sebenarnya terjadi.Pizza
tweet dari akun resmi (Pizza_HutID &
Hut pada tanggal 7 September mengundang
MarugameUdonID) dan pemgguna Twitter
sejumlah wartawan dan petugas Dinas Kesehatan
(lihat dalam Tabel 5). Sebanyak 93.8% tweet
untuk datang langsung melihat dapur dan gerai
dari akun resmi secara seragam melihat kasus
Pizza Hut. Jumlah tweet akun resmi perusahaan
dugaan penggunaan bahan kedaluarsa sebagai
(Pizza_HutID &MarugameUdonID) mencapai
berita yang tidak benar (rumors). Kedua akun
puncak tertinggi tanggal 6 dan 7 September.
resmi itu melakukan bantahan bahwa berita
Yang menarik, ketika jumlah tweet Pizza_HutID
yang beredar mengenai penggunaan bahan baku

40 Vol. 2, No. 1, Mei 2018 JURNAL HUMAS INDONESIA


kedaluarsa tidak sesuai dengan fakta. Sementara antara akun resmi perusahaan (Pizza_HutID &
itu, tweet pengguna Twitter terbagi dua kategori MarugameUdonID) dan pengguna twitter dalam
besar. Pertama, sebanyak 48.7% melihat kasus melihat tipe krisis.
ini sebagai rumor, dugaan yang belum terbukti
kebenarannya.Kedua, sebanyak 32.2% postingan
(tweet) menilai kasus ini muncul akibat pihak luar,
seperti adanya persaingan bisnis dan sebagainya.
Kasus itu muncul bukan karena kesalahan dari
perusahaan (Pizza Hut dan Marugame Udon).
Yang menarik, hanya sedikit tweet dari pengguna
twitter yang melihat kasus ini sebagai kesalahan
pegawai (6.5%) atau kesalahan manajemen
perusahaan (7.2%).
Gambar 4 memperlihatkan perubahan tweet
mengenai tipe krisis dari tanggal 3 hingga 9
September 2016. Tweet dari akun resmi perusahaan
(Pizza_HutID & MarugameUdonID) secara
konsisten dari tanggal 3 hingga 9 September Gambar 4. Kategori Tipe Krisis dalam Posting/Tweet, 3-9
menggambarkan kasus dugaan penggunaan September 2016
bahan baku kedaluarsa ini sebagai victim crisis.
Sementara itu, untuk tweet dari pengguna twitter, Bagaimana dengan respon atas krisis? Gambar
terjadi perubahan. Jumlah tweet yang melihat 5 memperlihatkan kategori respon atas krisis
kasus ini sebagai victim crisis mengalami dari posting atau tweet mengenai dugaan kasus
kenaikan, dari 70.4% pada 3 September menjadi penggunaan bahan baku kedaluarsa. Dari 128 tweet
92.2% pada 9 September. Sebaliknya, isi tweet akun resmi (Pizza_HutID & MarugameUdonID),
yang menempatkan kasus ini sebagai intentional sebanyak 58% menggunakan strategi penolakan
crisis mengalami penurunan dari 20.1% pada 3 (denial). Isi tweet membantah dugaan penggunaan
September menjadi 2.4% pada 9 September. Data bahan bakar. Sebanyak 36.7% isi tweet
ini memperlihatkan bahwa terjadi kesamaan suara menggunakan strategi supplemental, terutama

Tabel 5. Rincian Kategori Tipe Krisis


Akun sosial media
 Tipe krisis resmi (Pizza_HutID & Netizens
N MarugameUdonID)
% N N %
Victim Crisis Natural disaster 0 0.0% 0 0.0%
Rumors 120 93.8% 284 48.7%
Workplace violence 0 0.0% 0 0.0%
Product tampering /malevolence 0 0.0% 188 32.2%
Accidental Crisis Challenges 0 0.0% 24 4.1%
Technical error accidents 0 0.0% 0 0.0%
Technical error product harm 0 0.0% 0 0.0%
Intentional Crisis Human error accidents 0 0.0% 0 0.0%
Human error product harm 0 0.0% 38 6.5%
Organizational misdeed 0 0.0% 42 7.2%
Tidak jelas tidak bisa dikategorikan 8 6.3% 7 1.2%
Total 128 100.0% 583 100.0%

JURNAL HUMAS INDONESIA Vol. 2, No. 1, Mei 2018 41


mengingatkan komitmen perusahaan Pizza Hut munculnya kasus ini.Netizens mempertanyakan
dan Marugame Udon terhadap kebersihan dan mengapa kedua kasus itu muncul dan mengapa
kesehatan, sejarah perusahaan yang tidak pernah pada waktu tersebut kasus muncul ke publik.
ternoda dengan kasus, dan sebagainya. Sisanya Gambar 6 memperlihatkan tren perubahan
(4.7%), isi tweet tidak dapat dikategorikan dalam strategi respon atas krisis dari 3 hingga 9 September
empat kategori strategi respon krisis.Untuk isi 2016. Dari grafik itu terlihat ada perubahan respon
tweet dari pengguna Twitter, mayoritas isinya terhadap krisis. Untuk akun media sosial resmi
tidak menimpakan kesalahan pada perusahaan (Pizza_HutID & MarugameUdonID), awalnya
(Pizza Hut dan Marugame Udon).Karena itu, strategi yang paling banyak dipergunakan (62.4%)
respon yang diberikan oleh pengguna Twitter adalah denials, yakni menolak atau membantah
(netizens), sejumlah kecil (2.1%) meminta kabar penggunaan bahan baku kedaluarsa. Pada
perusahaan meminta maaf atau mengatasi krisis. hari-hari selanjutnya, strategi itu dikombinasikan
Mayoritas isi tweet (81.8%) justru tidak melihat dengan supplemental, yakni berupa ucapan terima
ada krisis, sehingga tidak perlu ada respon khusus kasih atas dukungan konsumen dan stakeholder.
dari perusahaan. Sementara itu, untuk posting (tweet) dari netizens,
juga terjadi perubahan. Jumlah tweet yang
menempatkan pihak perusahaan (Pizza Hut dan
Marugame Udon) tidak bersalah makin tinggi,
dari 70.4% pada 3 September menjadi 82.2% pada
9 September.

Gambar 5. Respon atas Krisis dalam Posting/Tweet



Tabel 6 memerinci lebih detail kategori
respon krisis dari posting (tweet) akun resmi
dan netizens. Untuk tweet dari akun resmi
(Pizza_HutID & MarugameUdonID) sebanyak
58.6% menggunakan strategi denial, mengelak
krisis. Sebanyak 25% isi tweet menggunakan Gambar 6: Kategori Respon Krisis dalam Posting/Tweet,
strategi penanganan krisis dengan menggunakan 3-9 September 2016
reminder, yakni mengingatkan publik mengenai
nama baik perusahaan dan komitmen perusahaan Kasus dugaan penggunaan bahan baku
pada makanan yang sehat. Sisanya (11.7%) isi kedaluarsa yang menimpa Pizza Hut dan
tweet menggunakan strategi ingratiation, yaitu Marugame Udon berpotensi menimbulkan krisis
perusahaan mengucapkan terima kasih atas yang merugikan perusahaan. Dugaan penggunaan
dukungan dari konsumen dan stakeholder (media, bahan baku kedaluarsa merupakan kasus yang
kepolisian, dan kementerian kesehatan). Sementara sensitif karena terkait dengan keamanan dan
itu, untuk tweet dari pengguna media sosial kesehatan makanan yang disajikan oleh restoran
(netizen), mayoritas (51.1%) menyerang kelompok cepat saji. Bisnis restoran cepat saji sensitif dengan
atau pihak lain. Isi tweet berisi tentang persaingan isu seperti ini karena konsumen dapat beralih ke
dan media yang mempunyai kepentingan di balik produk dari perusahaan lain.

42 Vol. 2, No. 1, Mei 2018 JURNAL HUMAS INDONESIA


Tabel 6. Rincian Kategori Respon atas Krisis

Akun sosial media


Strategi Respon Krisis resmi(Pizza_HutID &
N MarugameUdonID) Netizens
% N %
Denial Denial 75 58.6% 163 28.0%
Attack the accuser 0 0.0% 298 51.1%
Scapegoat 0 0.0% 16 2.7%
Deminish Excuse 0 0.0% 14 2.4%
Justification 0 0.0% 16 2.7%
Rebuild Compensation 0 0.0% 0 0.0%
Apology 0 0.0% 12 2.1%
Supplemental Reminder 32 25.0% 14 2.4%
Ingratiation 15 11.7% 0 0.0%
Victimage 0 0.0% 42 7.2%
Tidak jelas tidak bisa dikategorikan 6 4.7% 8 1.4%
 Total 128 100.0% 583 100.0%

Seperti yang telah disajikan di bagian hasil September. Meskipun demikian, public relations
penelitian, krisis ini dapat ditangani dengan baik. perusahaan (diwakili oleh akun resmi Pizza_
Ada dua indikator penting. Pertama, pembicaraan HutID & MarugameUdonID) berhasil menyajikan
mengenai kasus ini praktis hanya terjadi selama kampanye yang konsisten. Sejak 3 September
lima hari (3--7 September 2016). Sesudah tanggal 2016, akun resmi perusahaan menggunakan tagar
tersebut, kasus itu tidak lagi menjadi bahan (hastag) #UngkapDenganFakta. Penggunaan
pembicaraan publik. Kedua, sisi pembicaraan di tagar (hastagh) itu untuk mengimbangi tagar
media sosial, seperti telah ditunjukkan di bagian (hastag) lain yakni #AdaApaDenganPizza
hasil penelitian, menguntungkan perusahaan yang dibuat oleh Majalah Tempo.
(Pizza Hut dan Marugame Udon).Tweet dari Hastag#UngkapDenganFakta digunakan secara
netizens melihat kasus ini sebagai victim crisis, bersamaan oleh akun Pizza Hut dan Marugame
bukan kesalahan perusahaan. Tweet netizens Udon. Lewat tagar tersebut, perusahaan ingin
juga menempatkan perusahaan sebagai korban meyakinkan publik bahwa kasus dugaan
sehingga tidak perlu bertanggung jawab atas penggunaan bahan baku kedaluarsa tidak sesuai
terjadinya kasus. Pandangan semacam ini dengan fakta. Dengan membuat hastag secara
membantu perusahaan mengatasi krisis dengan bersamaan oleh Pizza Hut dan Marugame
cepat. Udon, perusahaan ini meyakinkan bahwa kedua
Menurut penulis, ada dua faktor mengapa perusahaan menghadapi masalah yang sama,
krisis ini dapat diatasi dengan cepat.Pertama, faktor yakni rumor yang tidak sesuai dengan fakta.
internal.Faktor ini terkait dengan keberhasilan Kampanye dan posting di media sosial dilakukan
public relations perusahaan dalam menangani secara konsisten sehingga tidak membingungkan
krisis perusahaan (Pizza Hut dan Marugame konsuman dan pengguna media sosial.
Udon) yang memang agak terlambat dalam Untuk mengimbangi hastag
merespon kasus ini.Kegiatan-kegiatan public #AdaApaDenganPizza (dari Majalah
relations (seperti konferensi pers, kunjungan Tempo), perusahaan memopulerkan hastag
media, kunjungan ke dapur perusahaan) baru #UngkapDenganFakta. Perusahaan ingin
aktif dilakukan pada 6 dan 7 September, padahal mengimbangi rasa penasaran publik akibat hastag
kasus itu sudah banyak diperbicangkan pada 3 #AdaApaDenganPizza, dengan menyajikan

JURNAL HUMAS INDONESIA Vol. 2, No. 1, Mei 2018 43


bantahan lewat hastag #UngkapDenganFakta.2
Keberhasilan faktor internal ini juga didukung
oleh sejarah perusahaan yang baik.Tidak pernah
terjadi kasus mengenai kesehatan konsumen
yang melibatkan Pizza Hut dan Marugame Udon.
Sejarah perusahaan yang baik ini ditambah dengan
saat kasus dugaan penggunaan bahan kedaluarsa
ini muncul juga tidak ada kasus keracunan
makanan atau gangguan kesehatan.Aspek-aspek
itu membantu public relations perusahaan dalam
meyakinkan publik bahwa dugaan tersebut tidak
benar.

Selain faktor internal, keberhasilan perusahaan


dalam menangani krisis juga disebabkan oleh
faktor eksternal.Faktor eksternal berupa citra
majalah Tempo yang meliput kasus tersebut.
Kasus dugaan penggunaan bahan baku kedaluarsa
ini bersamaan dengan kampanye Pilkada DKI
Jakarta. Banyak pengguna media sosial (netizens),
terutama pendukung pasangan Basuki Tjahaja
2 Penulis menduga agar hastag #UngkapDenganFakta populer, Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, yang
perusahaan menggunakan jasa buzzer.Dugaan ini perlu diteliti menempatkan majalah Tempo sebagai pihak yang
lebih lanjut.Dugaan penulis ini didasarkan pada fakta adanya berseberangan. Hal itu karena majalah Tempo
beberapa akun media sosial yang baru dibuat pada 3 September aktif meliput dan melaporkan dugaan keterlibatan
2016, dan secara aktif mem-posting tweet yang membela Pizza
Basuki Tjahaja Purnama dalam proyek reklamasi
Hut dan Marugame Udon.Sebagai contoh, akun Andhika PWRi
(@andhikapwri).Akun ini baru dibuat 5 September 2016 dan pantai utara Jakarta.Pengguna media sosial
men-tweet sebanyak 55 tweet, dan seluruhnya terkait dengan (terutama pendukung Basuki Tjahaja Purnama
kasus Pizza Hut dan Marugame Udon.Contoh lain, akun Aysel dan Djarot Saiful Hidayat) tidak percaya dengan
Pillow Shop (@adhe_Nov). Akun ini membuat tweet sebanyak laporan Tempo soal Pizza Hut dan Marugame
858 tweet yang seluruhnya soal Pizza dan Marugame Udon.

44 Vol. 2, No. 1, Mei 2018 JURNAL HUMAS INDONESIA


Udon. Menurut mereka, laporan investigasi Marugame Udon. Dalam tweet-tweet-nya, @
Tempo tidak dapat dipercaya, sama dengan kurawa mengatakan laporan dugaan penggunaaan
laporan Tempo soal Basuki Tjahaja Purnama yang bahan baku kedaluarsa yang dibuat oleh Tempo
tidak dapat dipercaya. Pendukung Basuki Tjahaja tidak dapat dipercaya karena dilakukan dengan
Purnama ini menilai bahwa Tempo mempunyai kualitas investigasi yang buruk. Akun tersebut
kepentingan tertentu dengan mengangkat kasus menunjukkan kesalahan-kesalahan fakta yang
Pizza Hut dan Marugame Udon.Public relation disajikan dalam laporan majalah Tempo.
perusahaan dalam posisi ini “diuntungkan” dengan
perpecahan netizens. Banyaknya kritik terhadap
Tempo membantu perusahaan dalam meyakinkan
publik.
Ada banyak posting (tweet) yang mengkritik
laporan majalah Tempo mengenai Pizza Hut dan
Marugame Udon, di antaranya tweet yang dibuat
oleh Handoko Gani (@LieDetectorID), dengan
follower 9.447 orang. Pengguna media sosial ini
banyak mengkritik laporan majalah Tempo (lihat
Gambar). Akun ini membuat seri tweet (kultwit)
mengenai kejanggalan laporan Tempo. Tweet
lain mencurigai kepentingan perusahaan lain di
balik laporan Tempo. Ada pihak atau perusahaan
yang diuntungkan oleh laporan mengenai Pizza
Hut dan Marugame Udon.Dengan kata lain,
tweet ini mencurigai kesalahan bukan pada pihak Akun @kurawa dikenal sebagai pendukung
perusahaan (Pizza Hut dan Marugame Udon), Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada DKI
melainkan perusahan lain saingan Pizza Hut Jakarta. Saat majalah Tempo mengangkat kasus
dan Marugame Udon, yang menggunakan kasus Basuki Tjahaja Purnama, @kurawa membuat
dugaan penggunaan bahan baku kedaluarsa. tweet yang mengkritik Tempo. Menurut @kurawa,
majalah Tempo menghadapi masalah kesulitan
keuangan. Liputan Tempo mengenai Basuki
Tjahaja Purnama merupakan upaya Tempo agar
mendapatkan pembaca dan iklan yang makin
menurun.Tweet-tweet dari @kurawa ini dibaca
dan disebar ke ratusan ribu orang (lihat Gambar).
Ketidaksukaan terhadap majalah Tempo ini juga

Akun lain yang mengkritik laporan


majalah Tempo adalah Rudi Valinka #HOKI (@
kurawa), yang mempunyai follower 297 ribu
orang. Akun @kurawa ini mempunyai banyak
pengikut (follower) dan secara aktif mengkritik
laporan Tempo mengenai kasus Pizza Hut dan

JURNAL HUMAS INDONESIA Vol. 2, No. 1, Mei 2018 45


diekspresikan oleh @kurawa ketika muncul kasus DAFTAR PUSTAKA
Pizza Hut dan Marugame Udon.Akun @kurawa Coombs, W. T. (2006). The Protective Powers of Crisis
tidak percaya dengan liputan Tempo, dan menduga Response Strategies: Managing Reputational
ada kepentingan ekonomi di balik keputusan Assets During a Crisis. Journal of Promotion
Tempo dalam mengangkat kasus Pizza Hut dan Management, 12(3-4), 241-260.
Marugame Udon.
Coombs, W. T. (2007). Protecting Organization
Banyaknya kritik terhadap majalah Tempo
Reputations During a Crisis:The Development and
(terkiat dengan Pilkada DKI Jakarta) sedikit
Application of Situational Crisis Communication
banyak menguntungkan perusahaan (Pizza Hut
Theory. CorporateReputationReview, 10 (3),
dan Marugame Udon). Upaya mengatasi krisis
163-176.
menjadi lebih mudah.Mengapa menguntungkan?
Pertama, suara netizens terbelah antara meminta Coombs, W. T. (2010). Crisis Management: A
Pizza Hut dan Marugame Udon membuktikan Communicative Approach.Dalam Botan C. &
bahwa makanan hiegenis dan dugaan kepentingan Hazleton V. (Eds). Public relations Theory II
persaingan bisnis di balik kasus. Kedua, Pizza (pp. 171-197). Mahaw, New Jersey: Lawrence
Hut dan Marugame Udon oleh sebagian netizens Erlbaum Associates.
bahkan dipandang sebagai korban persaingan Coombs, W. T.,& Holladay, S. J. (2007). The Negative
bisnis yang menggunakan kasus ini untuk Communication Dynamic: Exploring the Impact
keuntungan bisnis kompetitor. of Stakeholder Affect on Behavioral Intentions.
Journal of Communication Management, 11
KESIMPULAN (4),300–312.
Penelitian ini mengkaji kasus dugaan Coombs, W. T. & Holladay, S.J. (2010). The Handbook
penggunaan bahan baku kedaluarasa oleh Pizza of Crisis Communication. Malden, MA: Wiley-
Hut dan Marugame Udon dengan menggunakan Blackwell.
teori Situational Crisis Communication Theory
Coombs, W. T., & Holladay, S. J. (Eds.). (2011). The
(SCCT) di media sosial, dalam hal ini posting tweet
Handbook of Crisis Communication (Vol. 22).
di Twitter. Hasil penelitian ini memperlihatkan
UK: John Wiley & Sons.
bahwa mayoritas tweet melihat tipe krisis dalam
kategori victim crisis, artinya krisis tidak dilihat Commbs, W.T. (2013). Situational Theory of Crisis:
sebagai kesalahan perusahaan. Hasil penelitian Situational Crisis Communication Theory and
juga memperlihatkan strategi denials paling Corporate Reputation. In Carroll, C.E (ed), The
banyak dipakai sebagai strategi respon dalam Handbook of Communication and Corporate
menghadapi kasus. Tidak ada perbedaan antara isi Reputation (pp. 262-278). New York: Blackwell.
tweet akun resmi Pizza Hut dan Marugame Udon Flew, T, (2016).New Media.Third Edition. Oxford:
dan netizens.Kesamaan ini yang membuat krisis Oxford University Press.
bisa cepat berakhir.Mengapa ada kesamaan antara
isi tweet akun resmi dan netizens?Kesamaan Neuendorf, K. A. (2002). The Content Analysis
ini tidak hanya bersumber dari aspek internal Guidebook. Thousand Oaks: Sage Publications.
(keberhasilan public relations perusahaan), tetapi Riffe, D, Lacy, S. & Fico, F.G (1998). Analyzing Media
juga didukung oleh penyebab eksternal, yakni Messages:Using Quantitative Content Analysis
kritik netizens terhadap majalah Tempo sebagai in Research. London: Lawrence Erlbaum
media yang mengangkat kasus ini. Associates Publishers.
Rheingold, H. (2008). Using Participatory Media and
Public Voice to Encourage Civic Engagement.
In W. Lance Bennet (ed), Civic Life Online (pp.
97-118). Cambridge, MA; MIT Press.

46 Vol. 2, No. 1, Mei 2018 JURNAL HUMAS INDONESIA

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai