Anda di halaman 1dari 3

Penerapan First principles thinking Pada Pembiayaan Mikro

First principles thinking pertama dikemukakan oleh Aristoteles, dia mengajak semua
orang untuk mencari hal sampai ke dasar sampai batas pemikiran dan tidak bisa dipecahkan
lagi. Prinsip First principles thinking dapat diterapkan dalam segala bidang, termasuk dalam hal
pembiayaan keuangan.

Peningkatan sektor jasa keuangan 5 tahun terakhir mengalami ekspansi yang semakin
meluas, hal ini mengindikasikan bahwa layanan keuangan menjadi satu hal terpenting dalam
upaya perbaikan kesejahteraan bagi masyarakat menengah yang belum terbiasa dengan akses
perbankan (unbanked)

Lembaga keuangan semakin kompetitif melakukan inovasi terhadap produk yang


mereka tawarkan kepada para nasabah. Tantangan teberat pihak perbankan dalam
memasarkan produk Pembiayaan mikro yaitu masih tingginya unbankable people disebabkan
karena kemiskinan, suku bunga kredit mikro tinggi, kemampuan manajemen UMKM lemah,
monopoli bank pada sektor mikro, dan terbatasnya distribusi jasa keuangan. Inilah yang
menjadi alasan urgennya penerapan Financial Inclusion dalam menghadapi tantangan tersebut.
Financial Inclusion sesuai dengan kaidah First principles thinking.

Financial Inclusion didefinisikan sebagai upaya mengurangi segala bentuk hambatan


yang bersifat harga maupun non harga, terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan
layanan jasa keuangan. Financial Inclusion merupakan sebagai bentuk strategi Keuangan
Inklusif yaitu hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan
secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan tejangkau biayanya, dengan penghormatan penuh
kepada harkat dan martabat.

Strategi dan kendala pembiayaan mikro


sesuai dengan First principles thinking
Keterangan:

1. Branchless BankingAgents adalah mekanisme penyelenggaraan layanan perbankan


tanpa keberadaan kantor cabang bank secara fisik dengan melibatkan peran serta
agen selaku perantara yang melaksanakan pelayanan jasa perbankan dan
berhubungan langsung dengan para pengguna layanan baik nasabah maupun non
nasabah bank.
2. Microfinance Institution
Menurut Asian Development Bank (ADB), Macrofinance Institution adalah lembaga
yang menyediakan jasa penyimpanan (Deposits), Kredit (Loans), pembyaran berbagai
transaksi jasa (Payment Services) serta Money Transfer yang ditujukan bagi masyarakat
miskin dan pengusaha kecil.

3. Financial Technology Companies


Financial technology (Fintech) merupakan pemanfaatan teknologi secara maksimal
dalam meningkatkan layanan jasa keuangan. Konsep Fintech yaitu menggunakan
software, internet, dan komunikasi zaman sekarang.
4. Banks &Telecommunications Service Provider
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya yang dalam rangka meningatkan taraf hidup rakyat
banyak. Keterlibatan antara bank dan telecommunication service provider adalah
dapat memberikan layanan yang mudah dipergunakan oleh masyarakat.

5. Layanan Keuangan Tanpa Kantor


Layanan Keuangan Tanpa Kantor, yaitu program penyedia layanan perbankan atau
layanan keuangan lainnya melalui kerjasama dengan pihak lain (agen bank) dan
didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi.

6. Linkage Program
Linkage program merupakan program pembiayaan yang bersifat kemitraan, dalam
program ini Lembaga Keuangan mengeluarkan pembiayaan ke sektor UKM secara
tidak langsung.

7. Credit Scoring
Credit scoring metode yang digunakan untuk memprediksi peluang calon nasabah tidak
sanggup bayar, ataupun bagi nasabah kredit yang sudah terdaftar berpeluang menjadi
nasabah yang pembayaran pinjamannya menungggak. Penggunaan metode credit
scoring ini dapat membantu pihak yang memberi pinjaman menentukan apakah
pengajuan kredit seorang pinjaman dapat disetujui.
8. Mobile Banking
Mobile banking, layanan perbankan yang memungkinkan nasabah untuk bertransaksi
dengan bank via telepon. Mobile banking memiliki manfaat untuk informasi produk
bank, informasi saldo, Customer Service, untuk transaksi pemindah bukuan antar
rekening, pembayaran, transfer antar bank.

9. Accessibility
Accessibility konsep yang menghubungkan atau mengkombinasikan sistem tata guna
lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya,
dimana perubahan tata guna lahan yang menimbulkan zona dan jarak geografis suatu
wilayah atau kota, akan muda dihubungkan oleh penyedia sarana angkutan.

10. Asymmetric Information


Asymmetric information merupakan suatu kondisi dimana ada satu pihak memiliki
informasi yang lebih baik dari pada pihak lain. Asymmetric information ini merupakan
akibat bahwa pasar keuangan atau kredit tidak memiliki informasi yang sempurna. Di lain
pihak, bank membutuhkan banyak informasi terutama mengenai debitur selama
pinjaman belum dilunasi.

11. Slow Credit Disbursement


LIPI Press menyatakan, terdapat dua alasan kredit usaha rakyat tidak merata, ketiadaan
cabang bank pelaksana dan ketiadaan lembaga penjamin KUR. Saat ini, kredit usaha
rakyat didominasi oleh perdagangan.

Anda mungkin juga menyukai