Pada dasarnya inklusi keuangan adalah strategi untuk memastikan bahwa setiap lapisan
masyarakat memiliki akses yang setara dan terjangkau ke berbagai layanan keuangan, termasuk
perbankan, investasi, dan asuransi. Secara umum, inklusi keuangan digital menyajikan
kesempatan besar untuk memberikan layanan keuangan kepada mereka yang sebelumnya sulit
dijangkau. Terutama bagi individu di wilayah terpencil atau tanpa akses ke lembaga keuangan
konvensional, inklusi keuangan digital membuka pintu untuk mengatasi keterbatasan geografis
dan infrastruktur tradisional. Dalam era globalisasi yang semakin mengintensif, inklusi keuangan
digital menjadi topik yang meraih perhatian mendalam. Fenomena ini melibatkan penghadiran
layanan keuangan melalui platform digital sebagai upaya untuk memperluas akses masyarakat
terhadap sistem finansial. Sementara beberapa pihak melihatnya sebagai evolusi positif menuju
inklusi keuangan yang lebih luas, pertanyaan mendasar mengemuka seperti ‘Apakah inklusi
keuangan digital benar-benar membuka pintu akses yang lebih besar, atau justru mungkin
menjadi jerat finansial bagi sebagian masyarakat?’ menyelami lebih dalam, kita perlu memahami
bahwa inklusi keuangan digital tidak semata tentang ketersediaan layanan, tetapi juga tentang
dampak sosial, ekonomi, dan finansialnya pada masyarakat.
Sebagai penulis, pandangan saya pada inklusi keuangan digital memiliki dua dimensi
yang kompleks. Secara pribadi, saya melihat inklusi ini sebagai tonggak penting dalam
memberikan akses ke layanan keuangan yang sebelumnya sulit dijangkau, terutama bagi mereka
yang berada di wilayah terpencil atau tidak memiliki akses ke lembaga keuangan konvensional.
Namun, saya juga merasa perlu berhati-hati terhadap potensi risiko jerat finansial, terutama
dalam konteks perluasan akses tanpa pendekatan yang cermat. Dengan latar belakang pandangan
tersebut, mari kita ceritakan kisah di mana inklusi keuangan digital telah mengubah kehidupan
seseorang. Bayangkan seorang petani di desa terpencil yang sebelumnya kesulitan mengakses
layanan keuangan. Melalui inklusi keuangan digital, dia kini dapat dengan mudah mengelola
transaksi keuangan, mengakses kredit mikro, dan memperluas usahanya. Kisah seperti ini
menyoroti potensi positif inklusi keuangan digital dalam membuka pintu akses yang lebih besar.
Namun, di sisi lain, kita tidak boleh mengabaikan fakta bahwa dengan kemudahan akses ke
kredit digital, beberapa individu mungkin tergoda untuk mengambil risiko finansial yang tidak
terkendali. Ini dapat menciptakan lingkaran utang yang sulit dilepaskan, mengubah impian
positif inklusi keuangan menjadi jerat finansial yang mengkhawatirkan.
Dari penjelasan diatas, dapat kita kulik lebih dalam lagi yaitu dengan kisah yang
menggambarkan inklusi keuangan digital telah mengubah kehidupan seseorang, kita dapat
memandu pembahasan ke poin-poin kunci yang mencerminkan dinamika dan dampak dari
inklusi keuangan digital yakni:
1. Membuka Pintu Akses
Inklusi keuangan digital membawa perubahan revolusioner dalam cara masyarakat
mengakses layanan keuangan. Platform-platform daring, seperti perbankan online dan e-wallet,
menyediakan jalur akses baru tanpa terkendala oleh jarak geografis atau infrastruktur tradisional.
Sebagai contoh, di wilayah pedesaan di negara-negara berkembang, di mana kantor bank fisik
mungkin langka, inklusi keuangan digital memungkinkan individu untuk membuka rekening,
mentransfer uang, dan bahkan mendapatkan layanan kredit tanpa harus melakukan perjalanan
jauh. Kisah seorang petani didesa yang sebelumnya sulit mengakses layanan keuangan
konvensional menjadi gambaran konkret bagaimana inklusi keuangan digital membuka pintu
akses yang lebih luas.
Selain itu, layanan keuangan digital juga memberikan akses atau peluang kepada mereka
yang sebelumnya dianggap tidak memiliki riwayat kredit yang memadai. Melalui model
pembiayaan peer-to-peer (P2P), di mana individu dapat meminjam dan memberikan pinjaman
satu sama lain melalui platform online tanpa melibatkan lembaga keuangan tradisional. Dengan
menghapuskan kendala fisik dan memperluas akses ke layanan keuangan, inklusi keuangan
digital secara langsung mengurangi kesenjangan keuangan dan memberikan peluang ekonomi
kepada sektor-sektor masyarakat yang sebelumnya terpinggirkan. Namun, sementara inklusi ini
menjanjikan, perlu diperhatikan risiko dan tantangan yang mungkin timbul seiring dengan
pertumbuhannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa individu dapat terjebak
dalam jerat finansial karena ketergantungan pada layanan keuangan digital. Terutama, ada risiko
adanya penyalahgunaan layanan, seperti penggunaan kredit yang tidak terkelola dengan baik,
yang dapat membawa dampak negatif pada kestabilan finansial individu. Oleh karena itu,
pemahaman mendalam tentang dinamika keuangan digital ini menjadi krusial dalam
mengevaluasi dampaknya secara holistik.
Dari point-point tersebut maka yang terjadi, Peningkatan Akses atau Jebakan
Finansial?
Secara holistik, inklusi keuangan digital di Indonesia membawa perubahan signifikan
dengan memberikan akses yang lebih luas ke layanan keuangan, terutama bagi masyarakat yang
sebelumnya terpinggirkan. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengalami lonjakan
adopsi layanan keuangan digital, sebagaimana tercermin dalam Indonesia Digital 2019 dan
Laporan Findex Global 2017. Untuk menggambarkan adanya peningkatan inklusi keuangan
yaitu seperti gambar dibawah ini:
Gambar 1. Hasil Survey inklusi keuangan
Meskipun terdapat peningkatan akses, tantangan terkait risiko jerat finansial tidak dapat
diabaikan. Data Susenas 2022 dari BPS menunjukkan bahwa sementara sebagian besar
masyarakat telah mengakses layanan keuangan digital, masih ada kebutuhan mendesak untuk
meningkatkan literasi keuangan agar mereka dapat menggunakan layanan ini dengan bijak dan
menghindari risiko terjerat dalam utang yang tidak terkendali. Strategi Nasional Keuangan
Inklusif 2020-2024 yang diusung oleh OJK menyoroti komitmen pemerintah untuk memperluas
inklusi keuangan secara menyeluruh. Namun, tantangan terbesar adalah mencapai keseimbangan
antara memperluas akses dan melindungi konsumen dari risiko keuangan yang mungkin timbul.
Diperlukan upaya serius untuk meningkatkan literasi keuangan dan pendekatan preventif untuk
mengatasi risiko potensial yang diakibatkan oleh penggunaan yang tidak terkendali dari layanan
keuangan digital. Perlindungan konsumen dan privasi informasi menjadi isu penting dalam era
inklusi keuangan digital. Dengan meningkatnya keterlibatan teknologi dalam layanan keuangan
digital, risiko pelanggaran privasi dan keamanan data semakin meningkat. Oleh karena itu,
regulasi dan kebijakan yang efektif diperlukan untuk melindungi konsumen dari potensi
penyalahgunaan data dan transaksi keuangan. Contoh nyata adalah insiden pencurian data yang
dapat merugikan konsumen secara finansial dan merusak kepercayaan terhadap sistem keuangan
digital.
Dalam keseluruhan, sebagai sebuah fenomena ganda, P2P lending seperti pisau bermata
dua yang bisa memberikan manfaat atau membawa mudarat tergantung pada pemakainya. Oleh
karena itu, masyarakat perlu berpikir jangka panjang dalam menggunakan fasilitas keuangan
digital ini. Inklusi keuangan digital dapat membuka pintu akses yang positif jika dielola dengan
bijak dan mendukung pemahaman yang lebih baik mengenai literasi keuangan. sementara inklusi
keuangan digital membawa dampak positif, upaya serius dalam mengatasi risiko dan menangani
tantangan seperti utang berlebih, dan perlindungan konsumen dan privasi, adalah esensial untuk
memastikan bahwa perkembangan ini mendukung keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat
secara menyeluruh. Upaya kolaboratif antara regulator, lembaga keuangan, dan penyedia layanan
digital perlu diperkuat untuk menciptakan kerangka kerja yang mengedepankan keamanan dan
kesejahteraan konsumen. Dengan demikian, inklusi keuangan digital dapat menjadi kekuatan
positif yang mengubah lanskap keuangan global dengan memberikan manfaat yang nyata bagi
individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Refrensi
World Bank. (2018). "Laporan Findex Global 2017, Mengevaluasi Inklusi Keuangan dan
Revolusi Fintech."
https://translate.google.com/translate?u=https://openknowledge.worldbank.org/handle/
10986/29510&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2020). "Strategi Nasional Keuangan Inklusif 2020-2024:
Mendorong Percepatan dan Perluasan Keuangan Inklusif."
https://ojk.go.id/id/data-dan-statistik/laporan-tahunan/Pages/Laporan-Tahunan-OJK-2020.aspx
Badan Pusat Statistik (BPS). (2022). "Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Akses
dan Penggunaan Layanan Keuangan." https://www.bps.go.id/id
Laporan Keuangan Inklusif Indonesia (FII). (2022). "Mendorong Akses dan Penggunaan
Layanan Keuangan untuk Pemberdayaan Masyarakat."
Infografis hasil survey nasional literasi dan inklusi tahun 2022. https://ojk.go.id/id/berita-
dan-kegiatan/info-terkini/Pages/Infografis-Survei-Nasional-Literasi-dan-Inklusi-Keuangan-
Tahun-2022.aspx