Anda di halaman 1dari 10

(PUBLIC COMMUNICATION THEORY )

Oleh.
PROF. DR. HJ. NINA WINANGSIH SYAM.,Dra.,MS.
DR AMRI DUNAN, M.Si
PENGERTIAN KOMUNIKASI PUBLIK
( PUBLIC COMMUNICATION )

KOMUNIKASI PUBLIK (PUBLIC COMMUNICATION):


“Proses penyampaian pesan dalam bentuk pernyataan manusia dengan
menggunakan lambang-lambang yang berarti dari seorang komunikator
kepada publik sebagai sasaran atau penerima pesan, sehingga publik atau
sasaran mau merubah pendapat, sikap dan perilaku sesuai dengan
keinginan komunikator“.

KOMUNIKASI PUBLIK (PUBLIC COMMUNICATION ) ditinjau dari


behavioral perspective →“ Public Communication is the product of
behavioral inputs, actions, and outputs that are measured by audience
behavior in relationship to a communication goal“.
(Koehler, Anatol, & Applbaum 1978:14)

Dari definisi di atas, dapat dideskripsikan bahwa komunikasi publik adalah


produk dari suatu perilaku yang diperoleh melalui suatu inputs, kegiatan, & outputs
guna mengukur perilaku audiens dalam hubungannya dengan tujuan komunikasi.
Dalam kaitannya dengan pernyataan di atas, maka jika dikaji terdapat lima elemen
spesifik untuk dapat melihat tujuan komunikasi publik yakni : process, system, input,
action, and output.
2
KOMUNIKASI PUBLIK (PUBLIC COMMUNICATION ):

“ Jika satu orang yang ditunjuk sebagai pembicara dan yang lainnya sebagai
pendengar yang merupakan peranan pelengkap, atau khalayak pendengar.
Para peserta tetap bertatap muka dan tetap mengirim dan menerima
rangsangan komunikatif (Tubbs & Moss).

Salah satu faktor yang terlibat dalam komunikasi


publik adalah Cannon retorika yang diajukan oleh
ahli retorika Yunani & Romawi.

Model ini mengkaji bagaimana seorang pembicara


mengembangkan pesan-pesan persuasif, dengan
membagi-baginya menjadi penciptaan, gaya,
pengaturan, ingatan, & penyampaian.

Model ini memfokuskan pada komunikasi publik dari


sudut pandang pembicara dan memberikan pedoman-
pedoman preskriptif untuk pengalihan pesan yang
efektif.

3
KOMENTAR Tubbs & Moss:
Dalam berbicara di depan publik, seorang pembicara biasanya mempunyai sedikitnya
satu dari tiga tujuan berikut :
1. Memberi informasi  Jika tujuannya memberi informasi, perhatian utama pembicara adalah hasil perolehan
informasi.
2. Menghibur  Berbicara untuk menghibur diarahkan pada kesenangan.
3. Membujuk (meyakinkan) pendengar  hasil yang diharapkan adalah pengaruhnya terhadap sikap pendengar.

Pembicara mungkin mencoba menetapkan suatu sikap yang sebelumnya tidak dimiliki pendengar
atau memperkokoh dan mengubah sikap sebelumnya.

Pidato persuasif berusaha menghasilkan beberapa tindakan, kandidat politis akhirnya


menghendaki suara kita, tidak hanya persetujuan kita atas berbagai isu. Seorang penjual
menginginkan kita membeli produk yang ditawarkannya, bukan sekadar menyadari kelebihan
produk itu atas produk lain. Namun, perubahan sikap adalah tujuan antara yang harus dicapai
sebelum melahirkan tindakan.

3 (tiga) perspective dalam Komunikasi Publik:

1. Informational (scholarly, scientific);

2. Rhetorical (persuasive, argumentative);

3. Behavioral (combination & axtension of the


informational and rhetorical perspectives).

Sumber : Koehler, Anatol, Applbaum (1978: 10)

4
KOMUNIKASI PUBLIK (PUBLIC COMMUNICATION)

 Komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa
dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering disebut pidato, ceramah, atau kuliah (umum).

 Terjadi di tempat umum (publik), seperti auditorium, kelas, tempat ibadah, dan sejenisnya;
 Merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relatif informal
yang tidak terstruktur;
 Terdapat agenda;
 Beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan
pembicara, dan lainnya;
 Acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum atau dan sesudah ceramah disampaikan
pembicara;
 Bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk;
 Prosesnya bersifat linear, satu arah dari titik yang satu ke titik yang lain, dari komunikator ke
komunikan.

5
TEORI KOMUNIKASI PUBLIK

1. RETORIKA PLATO (RHETORIC OF PLATO )


Plato menganggap rhetorik dalam bentuk yang mendasar “belum memandangnya sebagai suatu seni”.

Plato menganggap retorik sebagai suatu “jurus”/keahlian khusus


sama halnya dengan keahlian memasak/bersolek, dimana keduanya bertujuan
untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik dari yang sesungguhnya.
Plato menilai idealnya suatu retorika dari pemahaman pembicara
terhadap para pendengar yang memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.

Diskursus ideal dari Plato merupakan suatu bentuk elit dari dialog
yang lebih diperuntukkan bagi konsumsi pribadi daripada konsumsi publik.
Cara komunikasi ini disebut DIALEKTIK  Cara berbicara yang fokus
terhadap kebenaran hakiki di dalam suatu latar.

2. RETORIKA ARISTOTELES (THE RHETORIC OF ARISTOTLE )


Dalam Retorika yang dikemukakan Aristoteles, menggunakan persuasi sebagai dasar.
Dalam persuasi, terdapat tiga (3) hal yang mendasarinya :

1. LOGOS (LOGICAL)
Logos datang dari sejauhmana kredibilitas argumentasi dalam pidato.
Aristoteles berfokus pada dua (2) bentuk logika yaitu, enthymeme & example.
An enthymeme is merely an incomplete version of a formal dective syllogism.
6
2. ETHOS (ETHICAL)
Bagaimana karakter yang dimiliki oleh sumber (komunikator) yang nampak dalam
menyampaikan pesannya. Komunikator harus menampakkan kredibilitas.
Dalam Retorik, Aristoteles membagi tiga (3) kualitas yang harus dibangun dalam
bentuk kredibilitas sumber (komunikator). Yakni, perceived intelligence,
Virtuous Character & Goodwill.

3. PATHOS (EMOTIONAL)
Bagaimana perasaan komunikator yang tergambarkan dalam audience.
Dalam emotional ini perlu diperhatikan faktor-faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi proses retorika.

3. THE YALE ATTITUDE MODEL


Model Yale meneguhkan bahwa suatu stimulus persuasif dapat menggeneralisasikan
beberapa respon. Setelah mendengar pidato publik, para pendengar mungkin merubah
persepsi, emosi atau perilakunya. Di samping itu, sikap opininya bisa berubah.

Menurut HOVLAND, JANIS, & KELLEY


OPINI adalah jawaban verbal yang diberikan individu untuk
membangkitkan struktur situasi dalam beberapa pertanyaan yang muncul.
Dalam suatu stimulus persuasif untuk berhasil di dalam perubahan
sikap & opini.
Ada tiga (3) respon internal yang harus terjadi dalam penerima adalah
attention, comprehension, & acceptance.

7
4. MODEL DRAMATISTIK BURKE (BURK’S DRAMATIC MODEL)
BURKE mwnggunakan analogi drama un tuk menganalisis bagaimana orang berusaha untuk
memahami realitas sosial.
Ada lima (5) faktor bahwa individu menggunakan tanda untuk memahami kegiatan sosial.
Kelima dramatic disebut sebagai “pentad” (kelompok yang terdiri dari 5 orang).

 MATERIALISTIS  percaya bahwa situasi sebagai sebab utama dari kegiatan manusia; kondisi lingkungan
membantu menentukan mengapa orang tersebut berperilaku.

 IDEALITAS  Berkonsentrasi pada agen, yang meyakini bahwa penjelasan kegiatan manusia berbeda dalam
dunia nyata dengan apa yang diperankan; penentu perilaku di sini adalah tujuan personal dan motivasinya.

 PRAGMATIS  Berfokus pada agency, berarti cara/alat yang aktor gunakan untuk mencapai suatu tujuan.

 MISTICS  Berkeyakinan bahwa orang diperintah oleh kekuatan & tujuan di luar kontrolnya, kegiatan
manusia merupakan hasil dari suatu tujuan.

 REALISTIS  Mengkonsentrasikan pada bentuk atau pola-pola kegiatan. Konsep realistis ini berdasar pada
apa yang penting dan mana yang ‘real
‘real’’ yang dapat diamati oleh kegiatan manusia dan pola-pola perilaku.

8
5. PARADIGMA NARATIF DARI WALTER FISHER (NARATIVE PARADIGM)

FISHER menyatakan bahwa akan lebih baik apabila


kita memandang semua bentuk komunikasi sebagai suatu
kisah yang dibentuk oleh sejarah, budaya, dan karakter.

NARASI PARADIGMA
(NARRATION) (PARADIGM)

Suatu kata-kata simbolik dan atau


perbuatan yang memiliki rangkaian MANUSIA DALAM PARADIGMA FISHER :
dan dapat diinterpretasi oleh orang
lain sehingga mereka bisa  Manusia pada dasarnya merupakan penutur kisah;
memakainya.  Kita memutuskan sesuatu berdasarkan pemikiran;
Di dalam narasi, perbedaan pembacaan  Pemikiran terdiri atas pengetahuan terhadap biografi,
kisah dongeng dengan narasi terletak sejarah, budaya, dan karakteristik suatu individu/
pada koherensi dan kebenaran kisah khalayak;
tersebut.  Rasional tidaknya suatu kisah, ditentukan oleh
Di dalam komunikasi, narasi yang koherensi dan kebenaran kisah tersebut;
terpakai adalah narasi yang  Dunia ialah kisah yang dipilih, yang akan merubah
memiliki koherensi & kebenaran hidup kita.
yang dapat diujikan kebenarannya.

Anda mungkin juga menyukai