Oleh.
PROF. DR. HJ. NINA WINANGSIH SYAM.,Dra.,MS.
DR AMRI DUNAN, M.Si
PENGERTIAN KOMUNIKASI PUBLIK
( PUBLIC COMMUNICATION )
“ Jika satu orang yang ditunjuk sebagai pembicara dan yang lainnya sebagai
pendengar yang merupakan peranan pelengkap, atau khalayak pendengar.
Para peserta tetap bertatap muka dan tetap mengirim dan menerima
rangsangan komunikatif (Tubbs & Moss).
3
KOMENTAR Tubbs & Moss:
Dalam berbicara di depan publik, seorang pembicara biasanya mempunyai sedikitnya
satu dari tiga tujuan berikut :
1. Memberi informasi Jika tujuannya memberi informasi, perhatian utama pembicara adalah hasil perolehan
informasi.
2. Menghibur Berbicara untuk menghibur diarahkan pada kesenangan.
3. Membujuk (meyakinkan) pendengar hasil yang diharapkan adalah pengaruhnya terhadap sikap pendengar.
Pembicara mungkin mencoba menetapkan suatu sikap yang sebelumnya tidak dimiliki pendengar
atau memperkokoh dan mengubah sikap sebelumnya.
4
KOMUNIKASI PUBLIK (PUBLIC COMMUNICATION)
Komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak), yang tidak bisa
dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering disebut pidato, ceramah, atau kuliah (umum).
Terjadi di tempat umum (publik), seperti auditorium, kelas, tempat ibadah, dan sejenisnya;
Merupakan peristiwa sosial yang biasanya telah direncanakan alih-alih peristiwa relatif informal
yang tidak terstruktur;
Terdapat agenda;
Beberapa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi-fungsi khusus, seperti memperkenalkan
pembicara, dan lainnya;
Acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum atau dan sesudah ceramah disampaikan
pembicara;
Bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk;
Prosesnya bersifat linear, satu arah dari titik yang satu ke titik yang lain, dari komunikator ke
komunikan.
5
TEORI KOMUNIKASI PUBLIK
Diskursus ideal dari Plato merupakan suatu bentuk elit dari dialog
yang lebih diperuntukkan bagi konsumsi pribadi daripada konsumsi publik.
Cara komunikasi ini disebut DIALEKTIK Cara berbicara yang fokus
terhadap kebenaran hakiki di dalam suatu latar.
1. LOGOS (LOGICAL)
Logos datang dari sejauhmana kredibilitas argumentasi dalam pidato.
Aristoteles berfokus pada dua (2) bentuk logika yaitu, enthymeme & example.
An enthymeme is merely an incomplete version of a formal dective syllogism.
6
2. ETHOS (ETHICAL)
Bagaimana karakter yang dimiliki oleh sumber (komunikator) yang nampak dalam
menyampaikan pesannya. Komunikator harus menampakkan kredibilitas.
Dalam Retorik, Aristoteles membagi tiga (3) kualitas yang harus dibangun dalam
bentuk kredibilitas sumber (komunikator). Yakni, perceived intelligence,
Virtuous Character & Goodwill.
3. PATHOS (EMOTIONAL)
Bagaimana perasaan komunikator yang tergambarkan dalam audience.
Dalam emotional ini perlu diperhatikan faktor-faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi proses retorika.
7
4. MODEL DRAMATISTIK BURKE (BURK’S DRAMATIC MODEL)
BURKE mwnggunakan analogi drama un tuk menganalisis bagaimana orang berusaha untuk
memahami realitas sosial.
Ada lima (5) faktor bahwa individu menggunakan tanda untuk memahami kegiatan sosial.
Kelima dramatic disebut sebagai “pentad” (kelompok yang terdiri dari 5 orang).
MATERIALISTIS percaya bahwa situasi sebagai sebab utama dari kegiatan manusia; kondisi lingkungan
membantu menentukan mengapa orang tersebut berperilaku.
IDEALITAS Berkonsentrasi pada agen, yang meyakini bahwa penjelasan kegiatan manusia berbeda dalam
dunia nyata dengan apa yang diperankan; penentu perilaku di sini adalah tujuan personal dan motivasinya.
PRAGMATIS Berfokus pada agency, berarti cara/alat yang aktor gunakan untuk mencapai suatu tujuan.
MISTICS Berkeyakinan bahwa orang diperintah oleh kekuatan & tujuan di luar kontrolnya, kegiatan
manusia merupakan hasil dari suatu tujuan.
REALISTIS Mengkonsentrasikan pada bentuk atau pola-pola kegiatan. Konsep realistis ini berdasar pada
apa yang penting dan mana yang ‘real
‘real’’ yang dapat diamati oleh kegiatan manusia dan pola-pola perilaku.
8
5. PARADIGMA NARATIF DARI WALTER FISHER (NARATIVE PARADIGM)
NARASI PARADIGMA
(NARRATION) (PARADIGM)