Anda di halaman 1dari 17

MEMAHAMI PERAN URBAN DALAM

EKOSISTEM INDUSTRI

Disusun Oleh :
Dwi Saputra (1411180008)
Rico Octavian Jaya (1411180019)
Prasetio Dian s (1411180018)

Dosen Pengampu
Susanti Dhini Anggraini S.Si., M.Si.

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE
2021
Jalan Manunggal No. 61, Tuban, Jawa Timur 6238
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi rahmat, karunia, serta kasih sayang terbesar-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “MEMAHAMI PERAN URBAN DALAM
EKOSISTEM INDUSTRI”.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Pendukung Keputusan. Selain itu sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
dan memotivasi mahasiswa dalam menyusun karya tulis.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian demi memperbaiki makalah
ini dalam penulisan lain di kemudian hari.
Dan semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita semua.
Sekian dan terimakasih.

Tuban 16 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii


BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
2.1 Urban ................................................................................................................... 3
2.2 Ekosistem ............................................................................................................. 3
2.3 Hakikat Pembangunan ........................................................................................ 3
2.4 Kota dan Ekosistem Perkotaan (Urban ecosystem) ........................................... 4
2.5 Dampak Industriter hadap Pembangunan Daerah ............................................ 6
2.6 Konsep Perancangan Kota .................................................................................. 8
2.7 Jenis-Jenis ekosistem perkotaan ......................................................................... 9
BAB III ........................................................................................................................ 13
PENUTUP ................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah pekembangan kota menunjukkan bahwa pada awal tahun 1800
masyarakat yang hidup di ekosistem perkotaan diperkirakan hanya 1,7% dari
seluruh populasi dunia. Pada saat itu masyarakat hidup di pedesaan dengan
lingkungan hidup agraris. Hadirnya masyarakat industri pada akhir tahun 1800-an
memulai kecenderungan terjadinya urbanisasi secara global. Pada tahun 1950
populasi masyarakat kota meningkat menjadi 28%, pada tahun 1985 mencapai
42%, dan pada tahun 2000-an akibat pertumbuhan pesat dari penduduk kota
menyebabkan setengah penduduk dunia akan tinggal pada kota-kota besar.
Untuk menciptakan suatu ekosistem perkotaan yang sustainable dalam artian
dinamis, nyaman dan berbudaya (tertib dan teratur), maka pemahaman masyarakat
perkotaan (urban society) terhadap bagaimana sebuah kota bekerja sebagai sistem
ekologis. Pemahaman ini akan membawa masyarakat perkotaan dapat
mengendalikan titik singgung penting antara aksi manusia dengan kualitas
lingkungan hidup perkotaan.
Peningkatan jumlah penduduk di ekosistem perkotaan dimbangi dengan
pertumbuhan ekonomi kawasan dan aset pembangunan seperti infrastruktur kota,
jaringan jalan, gedung-gedung perkantoran, apartemen, dan lain-lain. Namun
demikian terjadi pula peningkatan perubahan bentang alam, konversi lahan,
peningkatan ketidakteraturan, berkurangnya kebersihan dan meningkatnya volume
sampah serta pencemaran udara, air dan organisme vektor penyakit yang
merupakan bagian dari masalah yang muncul pada ekosistem kota.
Untuk itu diperlukannya penanganan, seperti:
Pembuatan taman yang berfungsi sebagai keindahan dan estetika kota untuk
mengimbangi bentuk massif jalan, gedung-gedung dan rumah yang kaku serta
tandus. Taman dibuat oleh manusia yang menyebabkan vegetasi yang ada sebagai

1
habitat jenis burung, serangga, cecak, dan tupai. Didalamnya terjadi rantai makanan
dan siklus hara yang relative pendek. Hal ini wajar, mengingat jenis tumbuhan yang
ditanam tidak seragam. Dengan adanya vegetasi ditepi jalan dan tanah lapang
mengundang jenis burung untuk bersarang, mencari makan dan bertengger. Jenis
burung yang umumnya adalah burung gereja, pipit, jalak, kutilang, dan lainnya.
Dinding dan tembok pagar atau rumah dapat dihuni oleh tanaman dan
hewan. Tanaman yang sering di temui antara lain lumut daun, lumut kerak, paku-
pakuan, tanaman perayap. Hewan yang terlihat antara lain laba-laba, semut dan
cecak. Koloni organisme yang berada didinding dipengaruhi oleh tipe dan usia
material bagunan, tipe dan usia cat. Dinding dan tembok baru tidak langsung dihuni
organisme karena material bangunan masih bersifat racun dan tidak sesuai sebagai
makanan tumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ini rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pengendalian pencemaran udara melalui


pengelolahan ruang terbuka hijau dikota
2. Apa saja kendala dalam pengendalian pencemaran udara melalui
pengelolahan ruang terbuka hijau dikota
3. Jenis jenis ekosistem

1.3 Tujuan
Berikut ini tujuan dari makalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pengelolahan ruang terbuka hijau dikota


2. Kendala pengelolahan ruang terbuka hijau dikota
3. Mengetahui macam macam ekosistem

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Urban
Sejarah pekembangan kota menunjukkan bahwa pada awal tahun 1800
masyarakat yang hidup di ekosistem perkotaan diperkirakan hanya 1,7% dari
seluruh populasi dunia. Pada saat itu masyarakat hidup di pedesaan dengan
lingkungan hidup agraris. Hadirnya masyarakat industri pada akhir tahun 1800-an
memulai kecenderungan terjadinya urbanisasi secara global. Pada tahun 1950
populasi masyarakat kota meningkat menjadi 28%, pada tahun 1985 mencapai
42%, dan pada tahun 2000-an akibat pertumbuhan pesat dari penduduk kota
menyebabkan setengah penduduk dunia akan tinggal pada kota-kota besar.
Untuk menciptakan suatu ekosistem perkotaan yang sustainable dalam artian
dinamis, nyaman dan berbudaya (tertib dan teratur), maka pemahaman masyarakat
perkotaan (urban society) terhadap bagaimana sebuah kota bekerja sebagai sistem
ekologis. Pemahaman ini akan membawa masyarakat perkotaan dapat
mengendalikan titik singgung penting antara aksi manusia dengan kualitas
lingkungan hidup perkotaan.
2.2 Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa
dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.

2.3 Hakikat Pembangunan


Hakikat pembangunan adalah membangun insani(manusia). Manusia
adalah bagian dari komunitas biologi yang termasuk di dalam suatu ekosistem
(Clapham1981).Oleh karena itu, manusia menjadi faktor utama, baik sebagai
subyek maupun obyek, sebab pada dasarnya manusia adalah faktor ekologik utama
(Soetaryono 1985:101). Pada dasarnya pembangunan menekankan pada aspek

3
nilai-nilai kemanusiaan, seperti; menunjang kelangsungan hidup atau kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup, harga diri atau adanya perasaan yang layak
menghormati diri sendiri dan tidak menjadi alat orang lain, kebebasan atau
kemerdekaan dari penjajahan dan perbudakan. Selain itu, arti pembangunan yang
paling dalam adalah kemampuan orang untuk memengaruhi masa depannya, yang
mencakup; kapasitas, keadilan, penumbuhan kuasa dan wewenang, dan saling
ketergantungan (Todaro 2000). W.W Rostow seorang ahli sejarah melihat
pembangunan sebagai proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari
masyarakat terbelakang ke masyarakat maju (Todaro 1994:64). Proses
pembangunan dibagi dalam lima tahap, yaitu:

a.Tahapan tradisional, dengan pendapatan perkapita yang rendah dan


kegiatan ekonomi yang stagnan

b.Tahapan transisional, di mana tahap prakondisi bagi pertumbuhan


dipersiapkan

c.Tahapan lepas landas (ini merupakan permulaan bagi adanya proses


pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan)

d.Tahapan awal menuju kematangan ekonomie.Tahapan produksi dan


konsumsi massal yang bersifat industri (tahapan pembangunan atau
development stage)

2.4 Kota dan Ekosistem Perkotaan (Urban ecosystem)


Menurut Haughton, G & C. Hunter(1994), kota adalah suatu wilayah di
mana di dalamnya terdapat orang-orang dan kegiatannya yang secara terus-menerus
meningkatkan alam, lingkungan buatan dan lingkungan sosial di wilayah mereka
dari skala wilayah yang kecil sampai dengan skala regional, dan selalu mendukung
tujuan dari pembangunan berkelanjutan secara global. Rogers (2004) memberikan
beragam makna bagi kota berdasarkan aspek pelayanan, sebagai berikut:

a.Suatu kota yang adil adalah suatu kota yang mendapat keadilan akan makanan,
tempat perlindungan, pendidikan, kesehatan dan harapan, serta semua orang
berpartisipasi dalam kegiatan kota.

4
b.Suatu kota yang indah adalah suatu kota terdapat seni, arsitektur dan percikan
imajinasi pemandangan.

c.Suatu kota yang kreatif adalah kota terbuka bagi siapa saja dan mengerahkan
semua potensi sumber daya manusianya serta mengijinkan suatu perubahan yang
cepat.

d.Suatu kota yang ekologis adalah suatu kota yang memperkecil dampak
ekologisnya, di mana pemandangan dan format area terbangun bangunan-bangunan
dan sarana penunjangnya seimbang, aman dan hemat enerji.

e.Suatu kota yang easy contactdan mobilitas adalah suatu kota di mana pertukaran
informasi dapat terjadi secara cepat (face-to-face) dan secara elektronik.

f.Suatu kota yang ringkas dan banyak pusat kota adalah suatu kota yang
melindungi area pinggiran kota, memiliki pusat-pusat yang dapat mengumpulkan
atau menyatukan masyarakat di dalam skala lingkungannya dan dapat
memaksimalkan jarak tempuhnya.Namun, menurut Daldjoeni (1997) kota dapat
diartikan sebagai berikut:

a.Suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan


penduduk yang tinggi dan diwarnai oleh strata sosial-ekonomi yang heterogen
dengan corak yang materialistis

b.Suatu benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami
dengan gejala-gejala pemusatan daerah belakangnya (hinterland).

c.Sebagaitempat bermukim warga kota, tempat bekerja, tempat hidup dan tempat
berekreasi dan apabila dilihat dari udara, kota akan nampak berupa susunan
bangunan yang dikelilingi atau dibatasi oleh jalur-jalur jalan atau sungai-sungai
yang diselingi oleh pepohonan besar-kecil.

Menurut Riemer dalamDaldjoeni (1997) , kota tanpa konstruksi materi


maka tidak akan dipermasalahkan bagaimana dan di mana sesuatu harus dibangun.
Jika tanpa relasi sosial maka konstruksi kota itu tak akan menarik bagi sosiolog.
Jadi kota ituselain mewujudkan suatu konstruksi materi, juga suatu jaringan relasi

5
antara para penghuninya. Konstruksi kota sekaligus terjalin dalam sistem
transportasi kota yang berfungsi melayani kebutuhan penduduk kota seperti
bekerja, berbelanja dan berekreasi. Kelestarian kota antara lain bergantung pada
transportasi intra urbannya.

Apabila sistem ini macet, karena sesuatu maka relasi sosial juga akan
mendertia kerugian. Jika terhenti total karena bencana alam atau peperangan,
dapatlah dibuktikan bahwa terjadi disorganisasi bahkan ancaman maut, karena
pelayanan kesehatan dan pangan terhenti. Sedangkan menurut Jerman Hofmeister
(1969) dalamDaldjoeni (1997) bahwa kota merupakan suatu pemusatan ruang
(spatial) dari tempat tinggal dan tempat kerja manusia yang kegiatan umumnya di
sekitor ekonomi sekunder dan tersier, dengan pembagian kerja ke dalam dan arus
lalulintas yang beraneka, antara bagian-bagiannya dan pusatnya, yang
pertumbuhannya sebagian besar disebabkan oleh bertambahnya kaum pendatang
yang mampu melayani kebutuhan-kebutuhan barang serta jasa bagi wilayah yang
jauh letaknya.

Jika ditinjau secara biologis kota bukanlah sekedar berwujud materi (seperti
gurun dari beton, aspal, besi dan kayu), tetapi mencakup pula manusia penghuninya
dengan segala kegiatannya sambil beradaptasi secara spatial dan ekologis. Menurut
Daldjoeni (1997), bahwa kota merupakan suatu bentuk dan simbol dari suatu
hubungan sosial yang terpadu, sehingga ditinjau secara biologis kota merupakan
tempat manusia beradaptasi secara “keruangan” dan ekologis. Karena itu, kota
dibangun untuk manusia, dan kota ikut menentukan eksistensi manusia, masyarakat
dan negara. Sehingga kota dibuat berdasarkan “apa yang masyarakatnya inginkan”
demikian pernyataan Girardet dalamSatterwaite (2001).

2.5 Dampak Industriter hadap Pembangunan Daerah


Perkembangan industri sering dikaitkan dengan perkembangan suatu
wilayah. Hal ini disebabkan oleh adanya efek multiplier dan inovasi yang
ditimbulkan oleh kegiatan industri berinteraksi dengan potensi dan kendala.
Pertumbuhan industri di suatu wilayah, dalam kenyataannya belum tentu dapat
dirasakan dampak positifnya oleh masyarakat di daerah tersebut, bila dalam

6
kenyataannya pertumbuhan industri tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan
sektor ekonomi lokal, seperti yang dinyatakan oleh Irawan dan Suparmoko (1992)
didalam Utama (2002) yang terjadi di Pakanbaru dan Dumai dimana terdapat
kegiatan yang padat modal seperti tambang minyak. Apa yang dihasilkan oleh
perusahaan tersebut hanya semata-mata untuk ekspor dan hubungannya dengan
dalam negeri hanya dalam bentuk pembayaran upah-upah buruh. Tidak adanya
keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lokal, sehingga menyebabkan daerah tersebut
merupakan daerah kantong cacing (the foreign enclave). Perkembangan sektor
pertanian di Indonesia sampai saat ini cukup menggembirakan, namun tingkat
pendapatan masyarakat dari usaha pertanian belum meningkat seperti yang
diharapkan. Karena itu Pemerintah mencanangkan sasaran pembangunan di
Indonesia harus mengacu kepada Lima Pilar Utama, yaitu:

1) pembangunan ekonomi berbasiskan kerakyatan;

2) pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia;

3) pembangunan kesehatan/olahraga;

4) pembangunan/kegiatan seni budaya; dan

5) pembangunan dalam rangka meningkatkan iman dan taqwa.

Pembangunan ekonomi kerakyatan difokuskan kepada pemberdayaan


petani terutama di pedesaan, nelayan, perajin, dan pengusaha industri kecil.

1)Dampak positif pembangunan industri:

a.menambah penhasilan penduduk

b.menghasilkan aneka barang

c.memperluas lapangan pekerjaan

d.mengurangi ketergantungan dengan Negara laine.memperbesar kegunaan


bahan mentah

f.bertambahnya devisa Negara

7
2)Dampak negatif pembangunan industri:

a.terjadinya arus urbanisasi

b.terjadinya pencemaran lingkungan

c.adanya sifat konsumerismed.lahan pertanian semakin kurang

e.cara hidup masyarakat berubah

f.limbah industri menyebabkan polusi tanah

g.terjadinya peralihan mata pencaharian

2.6 Konsep Perancangan Kota


Konsep perancangan kota-kota saat ini, didasari oleh Piagam Athena
(declaration of Athens) yang dicetuskan dalam kongress keempat CIAM (Congrès
internationaux d’Architecture moderne) pada tahun 1933. Piagam Athena (Charte
d’Athènes), yang dikenal juga sebagai Piagam Tata Kota (Town Planning Chart).
Gagasan dasar dari gerakan ini adalah modernité(modernitas) yang terutama erat
berkaitan dengan dua bidang: industri dan seni garda depan (yang dipelopori oleh
Picasso, Mondriaan, Kandinsky) (Khudori 2004). Hal ini diungkapkan melalui
standardisasi, penyeragaman, bahan-bahan bangunan industrial (beton, baja, kaca),
blok-blok apartemen raksasa, bentuk-bentuk geometris, jalan-jalan lurus,
konsentrasi kegiatan dan penduduk secara vertikal alam rangka mendapatkan
ruang-ruang hijau terbuka, dan sebagainya. Dalam Piagam Athena, yang di bawah
pengaruh gaya arsitektur Le Corbusier, menganggap bahwa: “kota adalah mesin
untuk hidup (city is a machine for living).” Dengan demikian, kotaharus efisien dan
efektif untuk melayani manusia (Heryanto 2003). Kota dianggap sebagai susunan
fungsional, di mana hunian, pekerjaan, perbelanjaan, dan jasa terpisah ketat, serta
wilayah pinggiran kota dianggap sebagai tempat rekreasi yang makin lama
dimanfaatkan untuk perumahan tambahan (Frick & Mulyani 2006: 127). Konsep
ini menekankan pembagian suatu kota dalam beberapa kawasan berdasarkan
fungsinya sebagai suatu ruang kehidupan manusia, yaitu wisma, karya, marga,
cipta, dan rekreasi (Gambar 4). Namun, hingga saat ini, penerapan konsep Piagam

8
Athena menghasilkan pengrusakan lingkungan sekitar kota, serta pertumbuhan kota
menghasilkan masalah kemacetan lalulintas yang sangat parah (Frick & Mulyani
2006: 127). Menurut Frick dan Mulyani, bahwa penerapan piagam athena tidak
hanya merusak lingkungan sekitar kota, tetapi juga mengakibatkan masalah sosial.
Di mana anggota keluarga yang bekerja, tidak lagi memiliki waktu untuk berbagi
cerita dengan anggota keluarga lainnya.

2.7 Jenis-Jenis ekosistem perkotaan


1. Ekosistem Air
- Ekosistem air tawar.
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak mencolok, penetrasi
cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang
terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji.
- Ekosistem air laut.
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion
CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan
penguapan besar.
- Ekosistem estuari.
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering
dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Ekosistem
estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi. Komunitas
tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton.
- Ekosistem pantai.

9
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah
tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan
angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
- Ekosistem sungai.
Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan.
Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Ekosistem
sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan
lumba-lumba.
- Ekosistem terumbu karang.
Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai.Berbagai invertebrata,
mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora seperti
siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan
karnivora. Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki
pasir putih.
2. Ekosistem Darat
- Hutan hujan tropis.
Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya adalah curah
hujan 200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda
antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Dalam hutan hujan
tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek sebagai
epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung
hantu.
- Padang rumput.
Ciri-ciri padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan
turun tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air)
cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang
keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa,
anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular.
- Gurun.
Ciri-ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun).
Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Di gurun dijumpai tumbuhan

10
berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang
serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara
lain rodentia, semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan beberapa hewan
nokturnal lain.
- Hutan gugur.
Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki emapt musim, ciri-
cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Jenis pohon sedikit (10 s/d 20)
dan tidak terlalu rapat. Hewan yang terdapat di hutam gugur antara lain rusa,
beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakun (sebangsa luwak).
- Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik, ciri-
cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang
tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan
tumbuhan basah sedikit sekali, sedangkan hewannya antara lain moose, beruang
hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
- Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan
terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini
hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah sphagnum, liken, tumbuhan
biji semusim, tumbuhan perdu, dan rumput alang-alang. Pada umumnya,
tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
- Karst (batu gamping /gua).
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Kawasan
karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya
kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat
rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan
didominasi oleh pori-pori mikro. Ekosistem karst mengalami keunikan tersendiri,
dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem lain.

3. Ekosistem Buatan

11
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman
atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki
keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:
- Bendungan
- hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
- agroekosistem berupa sawah tadah hujan
- sawah irigasi
- perkebunan sawit
- ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
- ekosistem ruang angkasa.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pekembangan kota menunjukkan bahwa pada awal tahun 1800 masyarakat
yang hidup di ekosistem perkotaan diperkirakan hanya 1,7% dari seluruh populasi
dunia. Pada saat itu masyarakat hidup di pedesaan dengan lingkungan hidup agraris.
Hadirnya masyarakat industri pada akhir tahun 1800-an memulai kecenderungan
terjadinya urbanisasi secara global. Pada tahun 1950 populasi masyarakat kota
meningkat menjadi 28%, pada tahun 1985 mencapai 42%, dan pada tahun 2000-an
akibat pertumbuhan pesat dari penduduk kota menyebabkan setengah penduduk
dunia akan tinggal pada kota-kota besar.
Untuk menciptakan suatu ekosistem perkotaan yang sustainable dalam artian
dinamis, nyaman dan berbudaya (tertib dan teratur), maka pemahaman masyarakat
perkotaan (urban society) terhadap bagaimana sebuah kota bekerja sebagai sistem
ekologis. Pemahaman ini akan membawa masyarakat perkotaan dapat
mengendalikan titik singgung penting antara aksi manusia dengan kualitas
lingkungan hidup perkotaan.
Peningkatan jumlah penduduk di ekosistem perkotaan dimbangi dengan
pertumbuhan ekonomi kawasan dan aset pembangunan seperti infrastruktur kota,
jaringan jalan, gedung-gedung perkantoran, apartemen, dan lain-lain. Namun
demikian terjadi pula peningkatan perubahan bentang alam, konversi lahan,
peningkatan ketidakteraturan, berkurangnya kebersihan dan meningkatnya volume
sampah serta pencemaran udara, air dan organisme vektor penyakit yang
merupakan bagian dari masalah yang muncul pada ekosistem kota.

13
DAFTAR PUSTAKA

E. Maryani.1998. Geografi Ekonomi. Bandung: Jurusan Geografi UPI


http://www.bunghatta.info/content.php?article.212
http://businessenvironment.wordpress.com/2007/04/30/kewajiban-perusahaan-
memenuhi-tuntutan-sosial/http://id.wikipedia.org/wiki/Industri

14

Anda mungkin juga menyukai