Anda di halaman 1dari 26

EKOSISTEM PERKOTAAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keanekaragaman Ekosistem

DosenPengampu: Dr. Dwi Suheriyanto, S.Si, M.P.

Disusun oleh:

Nama: Sayyidatul Kholifah

NIM: 18620077

Kelas: Biologi C

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr.Wb.

Pujisyukurkehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkanrahmat, taufik, dan


hidayat, daninayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah keanekaragaman
ekosistem ini dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Keanekaragaman Ekosistem

Atas dukungan moral danmateri yang diberikan dalam penyusunan makalah


Keanekaragaman Ekosistem. Maka saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr.DwiSuheriyanto, S.Si, M.P. selaku dosen pengampu mata kuliah


keanekaragaman ekosistem Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Tim Dosen Pengampu mata kuliah keanekaragaman ekosistem
3. Kedua orang tuasaya yang menjadi motivasi utama dan paling banyak
mendukung saya secara moral maupun material.
4. Rekan-rekan semua yang telah memberikan dorongan semangat kepada saya
5. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu yang telah
juga ikut membantu saya atas arahan dan bimbingan yang bermanfaat hingga
terwujudnya makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan dalam penulisan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikumwr.wb
Malang, 20 Februari 2020
Mahasiswa
Sayyidatul Kholifah
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Ekosistem secara umum diketahui sebagai sIstem timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya .Menurut Wikipedia (2020) Ekosistem adalah suatu
sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap
unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan
lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu
dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai
sumber dari semua energi yang ada.

Pengertian ekosistem lainnya disampaikan oleh Odum. Ekosistem yaitu unit


fungsional dasar dalam ekologi yang didalamnya tercakup organisme dan
lingkungannya (Lingkungan biotik dan abiotik) dan diantara keduanya saling
mempengaruhi (Odum, 1993). Ekosistem adalah suatu unit fungsional antara
komunitas dengan lingkungannya. Komponen-komponen lingkungan yang bekerja
melalui toleransi, memilih macam-macam organisme yang dapat hidup di suatu
tempat tertentu. keadaan inilah yang dapat menyebabkan terbentuknya suatu
ekosistem.

Ekosistem disusun oleh komponen berupa biotik dan abiotik. Komponen biotik
Komponen abiotik merupakan komponen dalam ekosistem yang berasal dari benda
tidak hayati atau benda mati. Komponen tersebut ialah komponen fisik dan
komponen kimia nan dijadikan media sebagai tempat berlangsungnya hidup. Lebih
tepatnya komponen abiotik merupakan tematpat tinggal atau lingkungan dimana
komponen biotik hidup. Komponen abiotik sangat bervariasi dan beragam.
Komponen ini bisa berbentuk benda organik, senyawa anorganik, dan juga hal-hal
yang mempengaruhi pendistribusian organisme. Komponen biotik ekosistem terdiri
dari semuamakhluk hidup yang berada dalam suatu ekosistem, misalnya manusia,
hewan, tumbuhan,dan mikroorganisme (Bessy, 2016).

Ilmu yang mempelajari ekosistem dan perangkatnya disebut ekologi. Dalam


perkembangannya, ekosistem digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akibat semakin meningkatnya jumlah individu. Ekosistem yang berisi individu yang
saling bergantung dan tinggal di daerah perkotaan disebut ekosistem perkotaan.
Sundari (2009), mengatakan ekosistem kota merupakan ekosistem yang sepenuhnya
dibuat oleh manusia termasuk di dalamnya hubungan sosial budaya yang diciptakan
pada suatu lingkungan.

Lingkungan perkotaan mengalami perkembangan dan pembangunan yang sangat


cepat dan mudah berubah-ubah. Urbanisasi, pemukiman dan gedung-gedung yang
vertikal, ketersediaan makanan, sampah energi dan air bersih menjadi masalah yang
pelik di kota-kota besar. Tetapi, peningkatan jumlah penduduk di ekosistem
perkotaan diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi kawasan dan aset pembangunan
seperti infrastruktur kota, jaringan jalan,gedung-gedung perkantoran, apartemen, dan
lain-lain (Anonim,2020).

Perkembangan kawasan perkotaan secara struktur telah mengalami perubahan


dari tahun ke tahun seiring bertambahnya penduduk. Banyak dampak positif dan
negatif yang ditimbulkan akibat perubahan ekosistem perkotaan. Dalam makalah ini
akan dijelaskan secara umum tentang ekosistem perkotaan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui komponen ekosistem perkotaan
1.3 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui apa saja komponen
dari ekosistem perkotaan seperti karakteristik, ciri, pengelolaaan dan kelanjutan
ekosistem perkotaan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kota/Perkotaan

Kota sebagai lingkungan yang berkembang secara ekonomis, namun menurun


dalam ekologis. Sedangkan menurut Amos Rapoport mendefinisikan kota sebagai
suatu pemukiman yang relatif besar, padat, dan permanen yang terdiri dari kelompok
individu-individu yang heterogen dari segi-segi sosial (Sundari,2019).

Pendapat lain dari Odum, kota merupakan ekosistem heterotropik yang


bergantung pada aliran energi dari lingkungan luar. Di dalam kota terdapat banyak
pepohonan, area substansial rumput dan semak, terdapat danau dan telaga sehingga
ekosistem kota juga memiliki komponen autotrof. Jadi ekosistem perkotaan adalah
penduduk kota dan interaksi lingkungan mereka serta pembentukan suatu kesatuan
yang utuh tetapi juga adaptasi manusia terhadap lingkungan alam, pengolahan,
transformasi, dan membangun sebuah ekosistem buatan khusus (Odum,1975).

Kota merupakan suatu hasil perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh


unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat pada suatu
daerah dan memiliki hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain
(Bintarto, 1984)

Ditinjau dari segi demografi kota dapat diklasifikasikan menjadi kota


metropolitan, kota besar, kota sedang, dan kota kecil. Demografi adalah ilmu statistik
dan matematika yang mempelajari ukuran, komposisi, dan persebaran penduduk.
Serta perubahan pada waktu tertentu yang meliputi fertilitas, mortalitas, perkawinan,
migrasi (Boque, 1969).
Pendapat lain mengatakan Demografi adalah studi tentang interaksi tingkat
perkembangan dari 3 komponen (kelahiran, kematian dan migrasi) dan studi tentang
dampak dan perubahan komposisi dan perkembangan dari penduduk. Dapat
disimpulkan demografi adalah ilmu yang mempelajari penduduk di suatu wilayah
terutama mengenai jumlah, struktur dan perkembangan (Hawthorn, 1970).

Struktur area metropolitan dan pinggirannya terdiri dari berbagai komponen,


mulai dari ke lingkungan yang dibangun hingga alami atau seminatural. Area dalam
teks perkotaan adalah yang tidak dikelola secara intensif oleh masyarakat misal
daerah berhutan di taman kota, danau, kolam, aliran. Studi ekologis tentang efek
urbanisasi dapat fokus pada wilayah metropolitan sebagai keutuhan atau di daerah
alami di dalam wilayah kota. Studi metropolis sebagai ekosistem, termasuk penduduk
dan institusi manusianya, akan menjadi eksplan radikal ekologi (McDonnell, 1990).

Kota menurut klasifikasi non-numerik yaitu melihat fungsi kota secara


mayoritas dan kekuasaan, digolongkan menjadi (Anonim, 2020):

a. Kota Pusat Produksi


Merupakan kota-kota penghasil bahan mentah dan kota-kota yang mengubah
bahan mentah menjadi barang-barang jadi.
b. Kota Pusat Perdagangan
Merupakan kota-kota penyalur kebutuhan sehari-hari warga kota. Ada yang
disebut entrepot yaitu perantara perdagangan internasional dan nasional.
c. Kota Pusat Pemerintahan
Sebagai pusat politik atau pusat-pusat pemerintahan.
d. Kota pusat kebudayaan dan agama
e. Kota Pusat Kesehatan
2.2 Ciri Kehidupan Kota

Kehidupan kota tidak dapat terlepas dari pembangunan dan arus urbanisasi.
Kota terdiri atas perumahan (40%), taman (15%), institusi (10%), transportasi (20%),
dan daerah komersial-industri (15%) (Odum ,1975),

Ciri- ciri kota dapat dikelompokkan berdasarkan fisik dan ciri masyarakatnya
yaitu (Anonim,2020)

Ciri Fisik Kota:

 Terdapat gedung- gedung perkantoran, gedung-gedung hiburan


 Terdapat gedung-gedung pemerintahan
 Terdapat alun-alun
 Terdapat tempat-tempat parkir kendaraan
 Terdapat sarana olahraga
 Terdapat open space (daerah terbuka untuk paru-paru kota)
 Terdapat kompleks perumahan penduduk yang terdiri atas slums
area,pemukiman masyarakat ekonomi lemah (RSS), pemukiman masyarakat
ekonomi sedang, dan daerah pemukiman elite

Ciri Masyarakat Kota:

 Ada Heterogenitas sosial. Artinya masyarakat yang bertempat tinggal di


daerah perkotaan sangat beraneka ragam
 Sikap hidup penduduk individualis dan bersifat egois. Artinya kebanyakan
penduduk kota cenderung memikirkan diri sendiri tanpa mempedulikan
anggota masyarakat lainnya. Sikap individualis itu terjadi akibat persaingan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari antara sesama anggota
masyarakat kota sangat tinggi
 Hubungan sosial bersifat gesselchaft. Artinya hubungan sesama anggota
masyarakat kota sangat terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Hubungan
sosial itu tidak didasarkan pada sifat kekeluargaan atau gotong royong, tetapi
lebih didasarkan pada hubungan fungsional.
 Ada segresi keuangan. Segresi adalah pemisahan yang dapat menimbulkan
kelompok-kelompok atau kompleks tertentu
 Norma-norma kemasyarakatan tidak begitu ketat. Artinya masyarakat kota
kurang memperhatikan norma-norma kemasyarakatan
 Pandangan hidup masyarakat kota lebih rasional dibandingkan masyarakat
desa. Hal itu karena masyarakat kota lebih terbuka dalam menerima budaya
baru. Selain itu, laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah
perkotaan lebih cepat diterima masyarakat.

Ciri perkotaan juga telah diatur oleh peraturan pemerintah (PP). Wilayah
perkotaan merupakan pusat-pusat permukiman yang berperan di dalam suatu wilayah
pengembangan dan atau wilayah nasional sebagai simpul jasa atau suatu bentuk ciri
kehidupan kota. Kota adalah wilayah perkotaan yang berstatus daerah otonom (PP,
2002).

Kota metropolitan mempunyai struktur perekonomian yang lebih baik, dengan


pembangunan industri dan pusat perbelanjaan sebagai sarana untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di dalamnya. Tingkat urbanisasi di perkotaan termasuk tinggi.
Arus urbanisasi berasal dari daerah non-metropolitan yang rata-rata mencari
penghasilan. Masyarakat kota banyak yang berprofesi sebagai pekerja kantoran atau
industri (Razin,1996).

2.3 Karakteristik Ekosistem Perkotaan

Karakteristik ekosistem perkotaan dapat dilihat dari bentuk fisiknya. Secara


garis besar terdapat 2 macam bentuk fisik kota metropolitan yaitu bentuk metropolis
menyebar (dispersed) dan bentuk metropolis memusat (Concentrated). Untuk
metropolis menyebar terdiri atas metropolis menyebar dan metropolis cincin
(Jayadinata, 1986).

Karakteristik lain dari ekosistem perkotaan adalah penduduknya. Penduduk


kota kebanyakan berasal dari pedesaan yang mengalami urbanisasi ke kota untuk
mencari mata pencaharian. Peningkatan jumlah penduduk di ekosistem perkotaan
diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi kawasan dan asset pembangunan seperti
infrastruktur kota, jaringan jalan, gedung-gedung perkantoran, apartemen, dan lain-
lain.

Kota metropolitan juga memiliki berbagai aliran energi seperti danau dan
taman. Aliran energi di dalam kota tidak terlepas dari ekosistem alami misalnya
danau. aliran energy dalam perumahan di ekosistem kota umumnya terdiri dari
tanaman berakar yang terlihat mencolok. Daerah industri di kota merupakan
pengonsumsi energy tertinggi yang berada di pusat kota. Hasil dari aliran energi akan
dimanfaatkan oleh manusia dalam hal transportasi,pangan,sandang,bahan bakar dan
lain sebagainya. Penggunaan bahan bakar pada area transportasi dan industri
berakibat pembakaran yang tidak sempurna menghasilkan gas-gas beracun di udara.
Gas-gas tersebut contohnya CO2 dapat diserap oleh tumbuhan yang ada pad ataman
kota dapat dimanfaatkan untuk diproses kembali menjadi udara bersih.

Ekosistem tumbuhan yang mendominasi pada ekosistem kota adalah taman


dan hutan kota yang dibuat seperti aslinya. Umumnya taman kota dipergunakan
untuk olah raga, bersantai, bermain, dan sebagainya. Oleh karena itu, diupayakan
adanya penghijauan perkotaan agar terjadi keseimbangan ekosistem di dalamnya
(Irwan,1992).

\
2.4 Pengelolaan Ekosistem Perkotaan

Sebuah lingkungan memerlukan pengelolaan untuk mengatur komponennya


agar manusia dapat memanfaatkannya dengan maksimal. Pengaturan lingkungan
perkotaan tak lepas dari campur tangan manusia. Banyaknya bangunan seperti
gedung perkantoran, rumah, infrastruktur masyarakat, pabrik industri, dan lainnya
mengakibatkan berkurangnya lahan untuk ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan.

Penghijauan perkotaan yaitu menanam tumbuh-tumbuhan sebanyak-


banyaknya di halaman rumah atau dilingkungan sekitar rumah maupun dipinggir
jalan seperti pohon, semak, perdu, rumput, atau penutup tanah lainnya. RTH (Ruang
Terbuka Hijau) sangat penting mengingat tumbuh-tumbuhan mempunyai peranan
penting dalam alam yang dapat dikategorikan menadi fungsi sosial dan fisik, ekologi,
dan fungsi keindahan (Irwan, 2005).

Taman kota dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat


sebagai tempat rekreasi, sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi
tanah dan air, dan habitat berbagai flora maupun fauna, penangkal angina, dan
penyaring cahaya matahari. Pembangunan taman kota di beberapa lokasi akan
menciptakan kondisi kota yang indah, sejuk, dan nyaman serta menunjukkan citra
kota yang baik. Beberapa karakteristik taman kota, antara lain vegetasi pad ataman
kota umumnya beragam, mulai dari rumput, semak, perdu, dan pohon, mudah
dijangkau oleh penduduk kota dan dapat memenuhi fungsi perlindungan dan
regulatifnya. Ekosistem yang berada pad ataman kota dipengaruhi oleh beberapa
faktor abiotik antara lain suhu, intensitas cahaya, air, tanah, ketinggian, angin, dan
garis lintang. Taman kota hanya sedikit komunitas biotik, umumnya hanya berupa
serangga yang memakan daun tumbuhan (Anonim,2020).

Selain taman kota, juga terdapat drainase. Drainase merupakan salah satu
komponen yang tidak terpisahkan dalam rancangan perencanaan pembangunan.
Komponen ini telah menjadi prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat
khususnya diperkotaan dalam rangka menuju kehidupan kota yang nyaman, bersih,
dan sehat. Drainase sendiri berarti mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air. Jadi, drainase ini pada umumnya berfungsi sebagai pengendali
kebutuhan air permukaan untuk memperbaiki dan mengurangi daerah becek,
genangan air, dan banjir.Teknik yang ada dalam sistem drainase ini adalah dengan
pemasangan pipa yang digunakan untuk mengairi dan mengalirkan air bersih dari
satu sumber menuju ke berbagai tempat tujuan. Selain air bersih, drainase ini juga
mengalirkan air limbah menuju ke tempat pembuangan yang tepat sesuai dengan
fungsinya. Di daerah perkotaan, drainase dibuat untuk mengalirkan air yang berasal
dari hujan maupun air buangan agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada
suatu kawasan tertentu. Drainase yang ada di perkotaan ini saling terkait dalam suatu
jaringan drainase dan membentuk satu sistem drainase perkotaan. Hal ini dikarenakan
suatu kota terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan yang saling berhubungan
(Anonim,2020)

Sistem drainase adalah rangkaian kegiatan yang membentuk upaya pengaliran


air, baik air permukaan (limpasan/run off), maupun air tanah (underground water)
dari suatu daerah atau kawasan.Sistem drainase merupakan bagian penting pada suatu
kawasan perumahan.Suatu kawasan perumahan yang tertata dengan baik haruslah
juga diikuti dengan penataan sistem drainase yang berfungsi untuk mengurangi atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan sehingga tidak menimbulkan
genangan air yang dapat menganggu aktivitas masyarakat dan bahkan dapat
menimbulkan kerugian sosial ekonomi terutama yang menyangkut aspekaspek
kesehatan lingkungan permukiman (Farizi,2015).

Taman kota dan sistem drainase adalah contoh upaya pemerintah untuk
meminimalisir kerusakan kota. Akibat dari tidak adanya salah satu ekosistem buatan
misalnya banjir, longsor, kekeringan. Jika ekosistem buatan terus dikelola dan dijaga,
keseimbangan kehidupan kota akan mengalir dengan lancar. Tentu saja hal ini harus
diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan lingkungan sekitarnya.

2.5 Permasalahan Ekosistem Perkotaan

Permasalahan ekosistem perkotaan tidak lepas dari pengaruh urbanisasi.


Adanya urbanisasi yang berlebih ini telah menimbulkan berbagai masalah di
Indonesia. Tidak hanya menimbulkan masalah di kota yang dituju namun juga
menimbulkan masalah di desa yang ditinggalkan. Masalah yang terjadi kota antara
lain yaitu meningkatnya angka kemiskinan sehingga pemukiman kumuhnya juga
meningkat, peningkatan urban crime dan masih banyak masalah lain. Di desa juga
akan timbul masalah diantaranya yakni berkurangnya sumber daya manusia karena
penduduknya telah pergi ke kota, desa akhirnya tidak mengalami perkembangan yang
nyata (Harahap, 2013).

Selain masalah ekonomi, ekosistem di dalamnya juga menjadi berubah. Arus


urbanisasi yang terjadi terus menerus tidak diimbangi dengan pembaharuan
ekosistem alami. Akibatnya, lahan untuk hutan dibabat dan dijadikan perumahan.
Seiring dengan pengalih fungsian ekosistem hutan menjadi kota, satu persatu masalah
timbul. Penyebab utamanya tentu dari masyarakat sendiri.

Kondisi wilayah perkotaan per-tahun 2017 menurut Wahyuningsih (2017),


akses sanitasi dasar bagi masyarakat miskin menurun. Terjadi kondisi state air
dengan kandungan CN, PH, NH2, Mn, Fluoride, Fe, Sulfat, Nitrat, serta Cu. Udara
perkotaan mulai terkontaminasi dengan kandungan SO2. Status lahan dan hutan
didominasi oleh pembangunan perumahan.
Dengan penambahan penduduk juga, maka kebutuhan akan papan atau
perumahan juga semakin meningkat. Setiap sudut tanah dan setiap lahan kosong yang
seharusnya ditanami pepohonan untuk menyerap air akhirnya dijadikan komplek
perumahan. Hal ini tentu saja membuat kapasitas penyerapan air tanah berkurang.
Sehingga penduduk yang kebanyakan menggunakan sumur sebagai sumber air bersih
semakin sedikit air bersih yang dihasilkan. Hal ini tentu saja membuat ketersediaan
air bersih semakin berkurang (Anonim,2020).

Dampak yang ditimbulkan atas pengalihan fungsi lahan ekosistem alami


ataupun buatan akan langsungdirasakan penduduk.Kualitas hidup penduduk dapat
mengalami penurunan, antara lainkarena adanya tekanan penduduk akibat
ketidakseimbangan antara kuantitas penduduk dengan sumber daya alam yang
tersedia khususnya penduduk yang hidup di daerah agraris. Penduduk di wilayah
agraris yang umumnya menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian, akan
mengalami tekanan penduduk jika pertumbuhan penduduk di wilayah agraris yang
akan mempengaruhi pertumbuhan angkatan kerja tidak mampu diserap oleh lahan
pertanian yang tersedia (Marhaeni,2018)

Ruang terbuka hijau (RTH) juga sangat penting keberadaannya bagi


ekosistem kota. Sayangnya banyak kota metropolitan yang membangun sistem RTH
tidak sesuai ketentuan. Luas area ruang terbuka hijau sendiri idealnya mencapai 30%
dari wilayah luas suatu kotaseperti yang dimuat pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang
penataan ruang. Namun, kenyataan yangterjadi di Indonesia saat ini, tidak semua kota
di Indonesia memiliki ruang terbuka hijau yang mencapai30% dari luas
wilayahnya. Dari segi masalah lingkungan,kurangnya ruang terbuka hijau dapat
menyebabkan pencemaran udara, meningkatnya suhu suatuwilayah, serta kutang tersedianya
cadangan air tanah. Sedangkan dari segi kesehatan masyarakat,kurangnya area ini dapat
menimbulkan penyakit pada masyarakat baik secara fisik dan psikis (Anonim,2020).
2.6 Keberlanjutan Ekosistem Perkotaan

Dalam “Our Common Future”, (Brundtland, 1987) disebutkan bahwa pada


pergantian abad ke 21, hampir setengah dunia akan tinggal di daerah perkotaan - dari
kota-kota kecil ke besar kota-kota besar, sistem ekonomi dunia semakin satu urban,
dengan tumpang tindih jaringan komunikasi, produksi, dan perdagang. sistem,
dengan arus informasi, energi, modal, perdagangan, dan orang-orang, menyediakan
tulang punggung bagi pembangunan nasional. Prospek sebuah kota sangat
bergantung pada lokasinya dalam sistem perkotaan, nasional dan internasional.
Demikian pula dengan posisi hinterland pedalaman dengan pertaniannya; kehutanan,
dan pertambangan, di mana sistem perkotaan bergantung. Sehingga pembangunan
kawasan perkotaan sangat perlu ditinjau kembali agar dapat bersinergi secara
optimum dengan lingkungan dan dengan demikian mampu menciptakan ekosistem
perkotaan berlanjut.

Brundtland (1987) menyatakan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan


menyiratkan batas – batas, yang bersifat tidak mutlak namun keterbatasan tersebut
ditetapkan oleh kondisi sekarang teknologi dan organisasi sosial pada lingkungan dan
sumber daya oleh kemampuan biosfer untuk menyerap efek dari aktivitas manusia.
Namun demikian, teknologi dan organisasi sosial dapat dikelola dan ditingkatkan
untuk membuat jalan bagi era baru pertumbuhan ekonomi. Dalam laporan
Brundtland, dipercayai bahwa kemiskinan yang meluas tidak dapat dihindari.
Kemiskinan tidak hanya merupakan kejahatan dalam dirinya sendiri, tetapi juga
pembangunan berkelanjutan memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar dari semua
serta untuk semua kesempatan guna memenuhi aspirasi mereka untuk kehidupan
yang lebih baik. Sebuah dunia di mana kemiskinan endemik akan selalu rentan
terhadap bencana ekologi dan lainnya.
Batas pembangunan Indonesia, khususnya dengan keunikan alam Indonesia
sebagaimana telah dibahas di depan, adalah fakta bahwa teknologi yang muncul
sekarang dalam rangka pembangunan ekonomi, maupun perkotaan dan pedesaan
beserta kawasan lain sebagai living space, tidak cukup untuk memitigasi efek dari
dampak lingkungan akibat ulah manusia. Hal ini ditunjukkan oleh Hilman (2010)
melalui identifikasi permasalahan terkait perubahan iklim di Indonesia karena
karakteristik geografis dan geologisnya yang sangat rentan terhadap perubahan iklim,
yaitu sebagai negara kepulauan (memiliki 17.500 pulau kecil), memiliki garis pantai
yang panjang (81.000 km), memiliki daerah pantai yang luas dan besarnya jumlah
penduduk yang tinggal di daerah pesisir, memiliki hutan yang luas namun sekaligus
menghadapi ancaman kerusakan hutan, rentan terhadap bencana alam dan cuaca
ekstrim, memiliki tingkat pencemaran yang tinggi di daerah urban, memiliki
ekosistem yang rapuh seperti area pegununan dan lahan gambut, melakukan kegiatan
ekonomi yang sangat tergantung pada bahan bakar fosil dan produk hutan, serta
memiliki kesulitan untuk alih bahan bakar ke bahan bakar alternatif.

Hal ini kemudian dipastikan melalui data bencana yang dikeluarkan oleh
Bappenas dan Bakornas Penanggulangan Bencana (2006) di mana, dalam rentang
pengamatan 2003-2005 terjadi 1429 bencana, dan sekitar 53% memiliki sebab
hidrometeorologis dengan dominasi banjir sebagai bencana yang paling sering terjadi
(34%), diikuti oleh longsor (16%). Perubahan iklim juga akan menimbulkan
kekeringan dan curah hujan ekstrim, yang pada gilirannya akan menimbulkan resiko
bencana iklim yang lebih besar (2007; Indonesia Country Report, 2007). Laporan
United Nations Office of Coordination of Humanitarian Affairs mengindikasikan
bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap bencana terkait
dengan iklim (OCHA, 2011). Dengan demikian dapat dilihat dengan jelas bahwa
dengan kerentanan ekosistem harus diperhatikan demi kelangsungan proses
perkembangan berkelanjutan di Indonesia
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah kota merupakan pusat arus urbanisasi
terbesar. Ciri kehidupan kota berupa penduduk yang kian tahun bertambah,
banyaknya bangunan industri dan infrastruktur negara, dan semakin bertambahnya
luas lahan perumahan. Ekosistem kota memiliki ruang terbuka hijau atau danau untuk
aliran energi, sehingga gas buangan berupa CO2 akan terserap oleh tumbuhan dan

dapat memberi pasukan O2 di udara. Pembangunan taman kota dapat digunakan


sebagai sarana edukasi maupun sosial, di dalamnya juga terdapat jalinan ekosistem
yang didominasi serangga. Selain taman kota juga terdapat drainase. Namun, sampai
sekarang pembangunan RTH hanya direalisasikan kurang dari 30% lahan kota. Itu
merupakan dampak dari pengalihan fungsi lahan akibat arus urbanisasi yang tinggi.
Dengan demikian harus diperhatikan kerentanan ekosistem demi keberlanjutan
kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

OCHA. 2011. Indonesia: natural Hazard Risks. OCHA Regional Office Asia Pacific:
Jakarta

Mukaryanti, A,M. Zain, dan N. Suwedi. 2006. Keberlanjutan Fungsi Ekologis


Sebagai Basis Penataan Ruang Kota Berkelanjutan Jurnal Teknolohi
Lingkungan P3TL-BPPT. Vol. 7. (1) : 7-15.

Tuheteru, FD dan Mahfudz. 2012. Ekologi, Manfaat & Rehabilitasi, Hutan Pantai
Indonesia. Balai Penelitian Kehutanan Manado. Manado,

Brundtland Report. 1987, Our Common Future. Oxford University Press: New York:

BNPB. 2006. Bencana Alam di Indonesia. Jakarta: BNPB

Anonim,2020.https://www.academia.edu/34659283/BERBAGAI_DAMPAK_BURU
K_AKIBAT_KURANGNYA_RUANG_TERBUKA_HIJAU. Diakses 21
Februari 2020.

Marhaeni, 2018. Pertumbuhan Penduduk, Konversi Lahan, dan Ketahanan Pangan di


Kabupaten Badung. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan Vol. 11 (1): 1-7

Anonim,2020.https://www.kompasiana.com/monic1234/572acce0ae7a612405998bcd
/pengaruh-kepadatan-penduduk-terhadap-keseimbangan-lingkungan-dan-
kelestarian-alam?page=all. . Diakses 21 Februari 2020.

Wahyuningsih, Hapsari. 2017. Status Lingkungan Hidup Berkelanjutan Di Surabaya.


Proceeding Architecture. Vol.1(1): 1-6

Harahap, Fitri Ramdhani. 2013. Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di


Indonesia. Jurnal Society. Vol. I(1): 1-11

Fairizi, Damitri. 2015. Analisis Dan Evaluasi Saluran Drainase Pada Kawasan
Perumnas Talang Kelapa Di Subdas Lambidaro Kota Palembang. Jurnal
Teknik Sipil dan Lingkungan. Vol. 3 (1): 1-11

Anonim,2020. https://perencanaankota.blogspot.com/2014/06/pola-perkembangan-
dan-bentuk-kota.html?m=1. Diakses 21 Februari 2020.
Anonim,2020. https://anekaadhilogam.com/artikel/apa-itu-sistem-drainase-
perkotaan/. Diakses 21 Februari 2020.

Irwan, Zoer’aini Djamal. 2005.Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Irwan, Zoer’aini Djamal. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem,


Komunitas, dan Lingkungan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Odum. 1975. Ecology. London:A Holt International Edition.

Sundari, Eva S. 2009.Studi Untuk Menetukan Fungsi Hutan Kota dalam Masalah
Lingkungan Perkotaan. Bandung:UNISBA

Anonim, 2020. http://layangga.blogspot.com/p/blog-page_7622.html. Diakses 20


Februari 2020

Razin, Eran. 1996. Metropolitan Characteristics and Entrepreneurship among


Immigrants and Ethnic Groups in Canada. International Migration Review.
Vol. xxx (3):1-25

Anonim, 2020. https://www.inirumahpintar.com/2016/10/pengertian-ciri-kota-dan-


ciri-masyarakat-kota.html?m=1. Diakses 20 Februari 2020

Hawthorn, (1970) Definisi Kependudukan atau Demografis, Diambil dari:


http://www.academia.edu/34455669/Definisi_kependudukan: Alivia, Siska.

Bintarto, R. 1986. Urbanisasi dan Permasalahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta

Jayadinata J.T, 1986. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan
Wilayah. Bandung. ITB.

Bessy, Emmy. 2016. Penerapan Metoda Pembelajaran Diskusi Dalam Upaya


Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Dengan Materi Pokok Ekosistem
Dan Komponen Pendukungnya Bagi Siswa Kelas X Semester Ii Sma
Negeri 5 Kota Ternate Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan.
Vol. 14 (1):1-8

Anonim,2020. https://kolom.tempo.co/read/1162550/urbanisasi-dan-keberlanjutan-
kota. Diakses 20 Februari 2020

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi


Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Bogue. (1969). Principle of Demography. New York: John Wiley and Son, Inc

Anonim, 2020. https://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem. Diakses 20 Februari 2020


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai