Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FILSAFAT LINGKUNGAN DAN TEKNOLOGI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat

Dosen Pengampu:

Ari Rohmawati, M.phil.

Disusun Oleh:

Kelompok 11

Aulia anisa fitri (191260012)


Siti nurfuaddiyah (191260098)

FAKULTAS TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF (IAIM) NU

METRO-LAMPUNG

TP. 2019/2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufiq, hidayah, serta inayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini untuk tugas mata kuliah FILSAFAT. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW yang karena jerih payahnya sehingga kita dapat
meneguk manisnya iman dan islam.

Dalam makalah ini penulis menyertakan judul FILSAFAT LINGKUNGAN DAN


TEKNOLOGI yang telah dimandatkan oleh dosen pengampu mata kuliah FILSAFAT Ibu Ari
Rohmawati,M.Phil. penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Sehingga
tentu saja masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan yang penulis miliki.

Metro, Mei 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Masalah..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Ekofenimisme................................................................................................2
B. ekiteologi........................................................................................................3
C. Teknologi perspektif filsafat..........................................................................5

BAB III PENUTUP

Kesimpulan................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
Lingkungan berarti suatu tatnaan ruang yang melingkupi makhluk hidup. Jumlah penduduk sekitar
6.525.170.264 jiwa, bumi saat ini sedang menghadapi berbagai masalah lingkungan yang serius. Enam
masalah lingkungan utama tersebut adalah ledakan jumlah penduduk, menipisnya sumber daya alam
(SDA), perubahan iklim global kepenuhan Flora dan Fauna, kerusakan habitat alam serta peningkatan
polusi dan kemiskinan. Dengan banyaknya jumlah penduduk dengan keterbatasan Sumber Daya Alam
yang tersedia di alam maka akan membuat Manusia sadar bahwa kebutuhan yang dibutuhkan semkin
bnyak. Maka dari itu akan memicu kegiatan manusia dalam pembangunan keberlanjutan.

Oleh karena itu Paper ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan Ilmu Teknologi dan
Pengetahuan Lingkungan yang akan di bahas dalam beberapa Sub Pembahasan antara lain:
keberlanjutan pembangunan, mutu lingkungan hidup dengan resiko, kesadaran lingkungan, hubungan
lingkungan dengan pembangunan dan pencemaran serta perusakan lingkungan hidup oleh proses
pembangunan.

B.Rumusan Masalah

1. Ekofenimisme
2. Ekiteologi
3. Teknologi perspektif filsafat

C.Tujuan

1. Untuk mengetahui ekofenimisme


2. Untuk Mengetahui ekiteologi
3. Untuk Mengetahui taknologi perspektif filsafat

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ekofenimisme

Intelektualitas manusia sering kali dipakai sebagai instrumen belaka, berdampak pada pemisahan tegas
memandang manusia dan alam. Apa yang dalam masyarakat tradisional disebut sebagai kesatuan
manusia dengan alamnya, terlepaskan dengan mudahnya dari paradigma manusia yang telah terkurung
dalam figura ilmu pengetahuan, dengan hanya berpusat pada satu tujuan yaitu kepuasan. Karenanya
nilai-nilai yang terkandung dalam aturan-aturan masyarakat tradisional, yang sangat mengedepankan
kesatuan manusia dengan alamnya mulai digeser.

Ketika ilmu pengetahuan dan pembangunan merangsek masuk dalam segala aspek kehidupan, alam
yang dalam masyarakat tradisional dianggap mempunyai jiwa, sekarang sudah tidak dianggap berjiwa
lagi. Dengan kata lain hilangnya penghayatan pada manusia bahwa alam dengan manusia merupakan
kesatuan yang utuh sebagai bagian hidup utama. Karenanya tidak ada bagian yang harus dikorbankan
dari keutuhan itu. Semuanya mempunyai keterikatan satu sama lain. Namun jika ada bagian dari alam
yang dikorbankan, maka mencacati keutuhan itu.

Pada konteks tersebut, akibatnya alam cenderung dijadikan sebagai sasaran eksploitasi intelektualitas
manusia. Manusia selalu merasa dialah yang paling berkuasa atas semua hal lain di luar dirinya,
termasuk di dalamnya alam dam perempuan.

Hutan, tanah, air dan udara dan semua spesies yang ada di dalamnya perlahan-lahan berjalan menuju
kematian. Hutan-hutan tropik yang merupakan mencipta iklim dunia, tempat asal mula kekayaan
vegetasi dunia terus dirusak, dibakar, ditebang habis atau ditenggelamkan. Rusaknya hutan, tanah, dan
air, berarti kehilangan sistem penopang kehidupan manusia.[1]

Krisis ekologi yang terjadi adalah dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan modern yang cepat,
yang membentuk paradigma pembangunan dalam diri manusia, yang lebih mengutamakan
pertumbuhan pada sektor ekonomi. Pembangunan sangat tidak jelas batas tujuannya. Jika kemakmuran
menjadi ukuran dari sebuah proses pembangunan, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan
pembangunan itu relatif sifatnya. Nilai-nilai tradisional akan menjadi relatif juga bagi sebuah proses
pembangunan. Dengan kata lain pembangunan tidak akan mentolerir nilai-nilai tradisional apabila hal
itu hanya berlaku bagi suatu komunitas saja, walaupun dalam jangka panjang nilai-nilai tradisional itu
universal gunanya. Dengan kata lain berlaku bagi orang banyak dalam suatu tatanan masyrakat
tradisional dan masyarakat di luarnya juga.

Manusia dengan teknologi malahan menciptakan kebutuhan yang semakin lama semakin panjang
daftarnya: sandang, pangan, papan, transportasi, olahraga, rekreasi, dan seterusnya, terus bertumbuh
dalam cabang-cabangnya yang tidak pernah ada hentinya. Tidak heran kalau umat manusia diseluruh
dunia menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai maskot pembangunan, Inilah krisis ekologi saat ini.
B. Memahami ekiteologi

Sebagai sebuah istilah, ekologi (dalam bahasa Inggris ecology) diambil dari

bahasa Yunani dari kata oikos dan logos. Oikos berarti tempat tinggal sedangkan

logos artinya ilmu. Sebagai sebuah disiplin ilmu, ekologi yang merupakan cabang

dari biologi ini adalah sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara

organisme-organisme dan hubungan antara organisme-organisme itu dengan

lingkungannya. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli biologi Jerman,

Ernst Haeckel pada tahun 1866.12

Dalam pengertian yang lebih luas, oikos tidak dipahami hanya sekedar

tempat tinggal manusia. Oikos juga dipahami sebagai keseluruhan alam semesta

dan seluruh interaksi saling pengaruh yang terjalin di dalamnya diantara makhluk

hidup dengan makhluk hidup lainnya dan dengan keseluruhan ekosistem atau

habitat. Dengan demikian, oikos bermakna rumah bagi semua makhluk hidup yang

sekaligus menggambarkan interaksi keadaan seluruhnya yang berlangsung di

dalamnya.13

Menurut Santoso (1999) mutu lingkungan diartikan sebagai kondisi lingkungan dalam
hubungannya dengan mutu hidup. Makin tinggi derajat mutu hidup dalam suatu lingkungan tertentu,
makin tinggi pula derajat mutu lingkungan tersebut dan sebaliknya. Lingkungan hidup pada dasarnya
merupakan suatu sistem komplek yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan organisme. Pembangunan, mutu lingkungan hidup serta pertumbuhan manusia memiliki
keterkaitan. Mutu lingkungan hidup mempengaruhi kelangsungan hidup individu. Semakin baik mutu
lingkungan hidup, semakin baik pula kelangsungan hidup manusia. Namun, pembangunan yang dapat
dilakukan manusia pun mempengaruhi mutu lingkungan hidup, sehingga pembangunan yang dilakukan
manusia tidak boleh mengakibatkan turunnya mutu lingkungan hidup.

Kualitas lingkungan diartikan sebagai keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung
yang optimal bagi kelangsungan hidup disuatu wilayah. Dalam menjaga kualitas lingkungan tentu
dibutuhkan suatu standar penilaian mutu lingkungan, agar dampak dari suatu pembangunan
(penggunaan materi/energi juga pengolahan limbah hasil dari produksi) tidak menyebabkan
kemerosotan kualitas hidup. Maka dibuatlah Baku mutu lingkungan hidup juga Nilai ambang batas.
Nilai ambang batas adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai pedoman
pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu . Dalam kata lain, nilai ambang batas juga diidentikkan sebagai kadar maksimum zat yang
manusia mampu meneriamanya.

Ada banyak jenis NAB, mulai dari bahan kimia, unsur kimia diudara, unsur kimia di zat, hingga
batasan zat radioaktif. Baku Mutu Lingkungan (BML) berbeda dengan Nilai Ambang Batas (NAB). Setiap
ukuran pada Baku Mutu Lingkungan merupakan KEWAJIBAN, dan Nilai Ambang Batas hanya bersifat
anjuran. Tidak selamanya, Nilai Ambang Batas (NAB) merupakan BML (kecuali ditetapkan dalam
penetapan BML). Namun setiap nilai pada Baku Mutu Lingkungan termasuk dalam NAB. Baku Mutu
Lingkungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, bertujuan meminimalis pencemaran dan perusakan
yang diakibatkan oleh kegiatan produksi dan proses pembangunan. Meskipun penetapan BML tidak
menjamin suksesnya pelesatarian lingkungan, namun memberikan batasan dan aturan main bagi
perusahaan- perusahaan juga masyarakat, meskipun mungkin ada yang bisa bermain curang. Masalah
lingkungan hidup merupakan suatu fenomena besar yang memerlukan perhatian khusus dari kita
semua. Setiap orang diharapkan dapat berpartisipasi dan bertanggung jawab untuk mengatasinya.

Secara sederhana, dengan memandang sekitar kita, maka terlihat banyak¬nya sampah yang
dibiarkan berserakan di sepanjang jalan, di halaman rumah, di parit, di pasar- pasar atau tempat-
tem¬pat kosong sekitar permukiman. Tumpukan sampah tersebut akan menjadi tempat bersarangnya
lalat, nyamuk dan binatang lain, mengeluarkan bau tidak enak, dan menjadi sumber penyebaran
penyakit. Beberapa daerah di perdesaan, terlihat semakin kritis dan gersangnya tanah serta perbukitan
akibat penggundulan hutan dan semakin keruhnya air sungai karena erosi tanah. Rendahnya kesadaran
masyarakat tentang lingkungan hidup menyebabkan banyaknya kejadian yang merugikan kita sendiri
baik secara langsung mau¬pun tidak langsung. Penggundulan bukit dan pembabatan hutan telah
mengakibatkan banjir pada musim hujan, tanah longsor, rusaknya panen, kebakaran hutan pada saat
musim terjadinya kemarau serta kekeringan yang berkepanjangan.

Melihat kenyataan dewasa ini, dimana banyak fenomena alam yang sangat memilukan seperti
tanah longsor, banjir, gempa dan sebagainya di beberapa daerah di Indonesia. Menurut Darsono (1992)
ada beberapa hal yang seyogianya mendapat perhatian serius, antara lain: Rendahnya kesadaran
masyarakat akan lingkungan, tidak tegasnya pemerintah melaksanakan peraturan atau belum
lengkpanya perangkat perundangan dan peningktan kesadaran lingkungan.

C. Teknologi perspektif filsafat

Penelitian yang berjudul "Determinisme teknologi dalam perspektif filsafat teknologi Jean Francois
Lyotard" menggambarkan perkembangan teknologi pada abad ke- 21 yang telah menimbulkan banyak
perdebatan akibat dampak yang dihasilkannya. Perkembangan teknologi yang begitu pesat dan
mendeterminasi kehidupan manusia telah berdampak kepada semakin tergerusnya nilai-nilai
kemanusiaan.

Jean Francois Lyotard adalah salah seorang filsuf teknologi yang turut serta dalam memberikan gagasan
terkait perkembangan teknologi tersebut. Determinisme teknologi dalam pandangan filsafat teknologi
Lyotard merupakan hal yang ingin dijelaskan oleh peneliti. Metode penelitian hermeneutika digunakan
dengan unsur-unsur metodis yaitu deskriptif, kesinambungan historis, analitis-sintesis, dan refleksi kritis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinisme teknologi telah mengubah pola kehidupan sosial
masyarakat secara luas dan mengarahkan manusia untuk hidup dalam suatu lingkungan masyakat yang
serba teknologis. Kecerdasan buatan sebagai basis utama pengembangan teknologi semakin mendorong
teknologi untuk mendeterminasi kehidupan manusia. Determinisme teknologi memberikan gambaran
kepada manusia bahwa sikap yang tidak bijaksana atas penggunaan teknologi akan menghilangkan nilai-
nilai kemanusiaan yang luhur.

Televisi merupakan salah satu produk teknologi modern yang dikembangkan untuk mempermudah
transmisi infiormasi. Dalam perkembangannya, televisi memainkan pengaruh yang cukup besar dalam
kehidupan manusia. Akibatnya, banyak terjadi perubahan perilaku, termasuk pandangan terhadap
dunia, bagi orangorang yang terlibat di dalamnya. Penelitian ini merupkaan studi kepustakaan yang
menggunakan sumber-sumber data berupa tulisan, baik yang berupa buku, jurnal maupun dalam format
PDF menggunakan metode deskriptif analitis interpretatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi hakikat televisi menggunakan sudut pandang filsafat teknologi Martin Heidegger.
Heidegger berpendapat bahwa berfilsafat adalah bermetafisika, sehingga metode yang digunakannya
adalah fenomenologi yang mencari hakikat Ada di balik yang ontis, di balik argumen instrumental
maupun antropologis. Dia menyebutnya sebagai ontologi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa esensi
teknologi televisi jika dipandang menggunakan sudut pandang filsafat teknologi Heidegger merupakan
bentuk pembingkaian yang memaksa manusia untuk melihat dunia dan manusia lain sebagai objek,
sehingga dunia dan manusia terancam tereksploitasi melalui televisi. Dunia sebagai benda mati tidak
memiliki pengaruh langsung ketika tereksploitasi melalui televisi, namun ketika manusia yang menyadari
keberadaannya di dunia sebagai salah satu anggota masyarakat dijadikan objek bagi orang lain melalui
televisi, maka yang terjadi adalah krisis ekstensial. Sebagai salah satu bangsa modern, masyarakat
Indonesia turut pula terancam eksistensinya melalui televisi. Agar bisa keluar dari krisis ini, seseorang
harus mencemaskan eksistensinya dengan mendengar suara hatinya. Autentitas eksistensi hanya bisa
didapatkan kembali jika orang bisa merasakan kecemasan ketika tersesat dalam das man disebabkan
televisi.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ilmu pengetahuan, teknologi, kemiskinan adalah sesuatu yang bertentangan. Teknologi


diciptakan oleh manusia demi kesejahteraan umat manusia dan untuk memenuhi kebutuhan manusia
dengan arti menciptakan, mencari kesenangan manusia, melindungi dari malapetaka, kelaparan,
melindungi dari bahaya kekejaman alam serta memenuhi kebutuhan pokok manusia.

Ilmu pengetahuan, teknologi serta kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas, sebab bagi
siapa saja yang dapat menguasai IPTEK maka ia akan berkembang mengikuti era globalisasi yang sudah
modern ini. Bagi siapa saja yang tidak menguasai IPTEK maka ia akan tertinggal jauh oleh pesatnya
perkembangan teknologi di zaman ini. Bila di zaman yang modern ini masih ada masyarakat yang
tertinggal dan tidak menguasai IPTEK maka mungkin saja masyarakat masih terpuruk dalam kemiskinan
karena mereka masih menggunakan cara lama yang sudah tertinggal dan tidak efektif dan efisien lagi di
zaman ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://falsafahkita.wordpress.com › ...

download.garuda.ristekdikti.go.id › .

http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/115264

http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/47266

Anda mungkin juga menyukai