PENDIDIKAN MASYARAKAT
DOSEN PENGAJAR
BOGOR
2021
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
Catalog
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................1
C. TUJUAN........................................................................................................................................2
BAB II................................................................................................................................................3
KAJIAN TEORI...............................................................................................................................3
A. ILMU DEMOGRAFI / KEPENDUDUKAN................................................................................3
B. Lingkungan Hidup.........................................................................................................................6
1. Pengertian Lingkungan Hidup........................................................................................................6
2. Teori Lingkungan Hidup................................................................................................................6
C. Pendidikan Luar Sekolah...............................................................................................................9
1. Definisi PLS...................................................................................................................................9
2. Peran Pendidikan Luar Sekolah....................................................................................................10
BAB III............................................................................................................................................12
KESIMPULAN...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita manusia hidup di planet yang bernama bumi. Di mana bumi
merupakan planet yang sangat cocok untuk ditempati oleh makhluk hidup,
karena kadar oksigen yang pas, air yang melimpah dan atmosfer bumi yang
menjaga bumi ini tetap aman. Sehingga di bumi tumbuh suburlah tumbuhan
tumbuhan yang tidak lain sebagai penunjang kehidupan kita semua. Oleh
karenanya manusia tidak bisa dilepaskan dari itu semua.
Segala yang ada di bumi atau di sekitar manusia adalah lingkungan. Maka
tanpa lingkungan ini kita manusia tidak akan pernah hidup. Karena kita butuh
itu semua.
Tapi lingkungan sebagai sumber kita hidup juga mempunyai batas. Maka
bumi ini pun terbatas dalam memberikan setiap kebutuhan manusia. Sehingga
apabila manusia terus bertambah, maka akan lebih terbatas lagi persediaan
yang disediakan oleh lingkungan kita. Ditambah lagi pengeksploitasian yang
terjadi bertambah memperparah keadaan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dari ilmu demografi atau kepedudukan?
2. Apa itu lingkungan dan apa saja teori lingkungan?
1
3. Apa peran pendidikan luar sekolah terhadap kependudukan dan
lingkungan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui mengenai konsep ilmu demografi atau kependudukan
2. Untuk mengetahui mengenai Apa itu lingkungan dan apa saja teori
lingkungan.
3. Untuk mengetahui Apa peran pendidikan luar sekolah terhadap
kependudukan dan lingkungan.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. ILMU DEMOGRAFI / KEPENDUDUKAN
Persebaran atau distribusi penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di suatu
wilayah atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak.
Kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam
mendukung kehidupan penduduknya. Daya dukung lingkungan dari berbagai
daerah di Indonesia tidak sama. Daya dukung lingkungan pulau Jawa lebih tinggi
dibandingkan dengan pulau-pulau lain, sehingga setiap satuan luas di Pulau Jawa
dapat mendukung kehidupan yang lebih tinggi dibandingkan dengan, misalnya di
Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan Sumatra.
Manusia, sejak permulaan keberadaannya di bumi, sudah hidup dari dan dengan
lingkungannya. Semasih segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan
memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya, dan semasih bumi mampu
memproses secara alamiah buangan/sisa yang diperlukan manusia, tidak ada
masalah yang perlu dikhawatirkan pada lingkungan. Namun, sejalan dengan
peningkatan kebutuhan dan perkembangan teknologi manusia, tampak masalah
lingkungan menjadi semakin memprihatinkan. Masalah lingkungan bukanlah
sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sangat erat hubungannya dengan masalah
kependudukan dalam konteks penduduk dan pembangunan (Ananta, 1992;
3
Mantra,2001; Moertopo, 1992). Dalam hal ini, kerusakan lingkungan tidak hanya
sebagai akibat dari bertambahnya penduduk serta meningkatnya kebutuhan hidup.
Terdapat proses lain yang menyertai yang menyebabkan menipisnya sumber daya
alam menjadi jauh lebih parah.
Masalah lingkungan adalah persoalan yang timbul sebagai akibat dari berbagai
gejala alam. Dalam arti ini masalah lingkungan adalah sesuatu yang melekat pada
lingkungan itu sendiri, dan sudah ada sejak alam semesta ini, khususnya bumi dan
segala isinya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Kependudukan atau demografi berasal dari Bahasa Yunani, demos yang berarti
rakyat dan grafein yang berarti menulis, demografi adalah tulisan-tulisan tentang
rakyat/penduduk. Ilmu kependudukan menurut Donald J Boque adalah ilmu yang
mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan
distribusi penduduk beserta perubahannya sepanjang masa, melalui bekerjanya
lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),
perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Sedangakan menurut Hawthorn (1970)
demografi adalah studi tentang interaksi tingkat perkembangan dari 3 komponen
(kelahiran, kematian dan migrasi) dan studi tentang dampak dari perubahan
komposisi dan perkembangan dari penduduk.
4
Faqih, Achmad. 2010. Kependudukan: Teori, Fakta dan Masalah.
Yogyakarta: Deepublish.
Lingkungan hidup terdiri atas dua unsur atau komponen yaitu unsur atau
komponen makhluk hidup (biotic) dan unsur atau komponen makhluk tak hidup
(abiotic). Di antara unsur-unsur tersebut terjalin suatu hubungan timbal balik,
saling memengaruhi dan ada ketergantungan satu sama lain. Ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik tersebut dinamakan ekologi.
5
B. Lingkungan Hidup
Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya. Semua
komponen-komponen lingkungan hidup yang berhimpun dalam satu wadah
yang menjadi tempat berkumpulnya komponen itu disebut ruang.
Pada ruang ini berlangsung ekosistem, yaitu suatu susunan organisme
hidup dimana diantara lingkungan abiotik dan organisme tersebut terjalin
interaksi yang harmonis dan stabil, saling memberi dan menerima kehidupan.
Interaksi antara berbagai komponen tersebut ada kalanya bersifat positif
positif dan tidak jarang pula yang bersifat negatif. Keadaan yang bersifat
positif dapat terjadi apa bila terjadi keadaan yang mendorong dan membantu
kelancaran berlangsungnya proses kehidupan lingkungan.
Cara mengambil hasil hutan agar tetap terjaga kelestariannya misalnya
dengan sistem tebang pilih yaitu pohon yang ditebang hanya pohon yang
besar dan tua, agar pohon-pohon kecil yang sebelumnya yang terlindungi oleh
pohon besar, akan cepat menjadi besar menggantikan pohon yang ditebang
tersebut.
a) Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang
manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan
kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan
ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam,
baik secara langsung atau tidak langung.
6
Nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya. Hanya
manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala sesuatu
yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian
sejauh menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam
pun hanya dilihat sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan
kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian
tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri.
b) Biosentrisme
Teori Biosentrisme mengagungkan nilai kehidupan yang ada pada
ciptaan, sehingga komunitas moral tidak lagi dapat dibatasi hanya pada
ruang lingkup manusia. Mencakup alam sebagai ciptaan sebagai satu
kesatuan komunitas hidup (biotic community).
Inti pemikiran biosentrisme adalah bahwa setiap ciptaan
mempunyai nilai intrinsik dan keberadaannya memiliki relevansi moral.
Setiap ciptaan (makhluk hidup) pantas mendapatkan keprihatinan dan
tanggung jawab moral karena kehidupan merupakan inti pokok dari
konsern moral. Prinsip moral yang berlaku adalah “mempertahankan
serta memlihara kehidupan adalah baik secara moral, sedangkan merusak
dan menghancurkan kehidupan adalah jahat secara moral” (Light, 2003:
109). Biosentrisme memiliki tiga varian, yakni, the life centered theory
(hidup sebagai pusat), yang dikemukakan oleh Albert Schweizer dan Paul
Taylor, land ethic (etika bumi), dikemukakan oleh Aldo Leopold, dan
equal treatment (perlakuan setara), dikemukakan oleh Peter Singer dan
James Rachel.
c) Ekosentrisme
Ekosentrisme Berkaitan dengan etika lingkungan yang lebih luas.
Berbeda dengan biosentrisme yang hanya memusatkan pada etika pada
biosentrisme, pada kehidupan seluruhnya, ekosentrisme justru
memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup
maupun tidak. Karena secara ekologis, makhluk hidup dan benda-benda
abiotis lainnya saling terkait satu sama lain. Oleh karenanya, kewajiban
7
dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup.
Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku terhadap
semua realitas ekologis.
8
C. Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah sebenarnya sudah ada sebelum pendidikan
formal lahir. Pendidikan luar sekolah (PLS) sesungguhnya bukan
merupakan hal yang baru dalam kehidupan manusia (Faure, 1981: 2).
Pendidikan luar sekolah berjalan sesuai dengan peradaban manusia yang
diwujudkan melalui berbagai kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalam pelaksanaan, masyarakat melakukannya
melalui upacara-upacara tradisional, keagamaan, kebudayaan, dan
kegiatan belajar membelajarkan dalam bentuk magang oleh orang tua
kepada anaknya atau orang yang sudah tahu kepada orang yang ingin tahu
secara tradisional.
1. Definisi PLS
9
diri berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, dan aspirasi yang
bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, lembaga, bangsa, dan
negara.
10
yang tidak terangkut setiap hari sehingga menimbulkan polusi udara dan
mengganggu kebersihan dan kesehatan lingkungan. Sampah menjadi
persoalan yang sangat besar. Sampah dapat menimbulkan masalah lain
yakni banjir.
Menurut Arne Naess (2012) krisis lingkungan dewasa ini hanya bisa
diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap
alam secara fundamental dan radikal. Yang dibutuhkan adalah, sebuah pola hidup
atau gaya hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang per orang, tetapi juga
budaya masyarakat secara keseluruhan. Artinya, dibutuhkan etika lingkungan
hidup yang menuntun manusia untuk berinteraksi secara baru dalam alam
semesta.
11
Oleh karenanya PLS mempunyai peran besar dalam menyadarkan
masyarakat betapa pentingnya kita untuk menjaga lingkungan hidup ini. Karena
pendidikan formal tidak bisa menjangkau seluruh komponen masyarakat. Maka
dibutuhkan begitu banyak program untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat untuk seluruh kalangan. Tidak lain itu dilakukan agar kita menjaga
lingkungan ini tetap baik, sehingga bisa memberikan dan memenuhi kebutuhan
hidup kita.
BAB III
KESIMPULAN
Penduduk terus bertambah, sehingga bisa membuat kepadatan di bumi ini.
Hal ini juga berdampak kepada kebutuhan kita terhadap lingkungan yang
menyediakan kebutuhan manusia.
12
objek yang pasif, karena suatu saat nanti perlakuan yang tidak ramah lingkungan
itu berbalik kepada penduduk yang berakibat merugikan manusia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsi I. 2010. Pendidikan Luar Sekolah Sebagai Pemberdaya Masyarakat.
Diklus, Volume 14, Nomor 1.
13