Disusun oleh :
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………... 11
B. Saran ………………………………………………………………………………….. 11
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan nikmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH”. Makalah ini mempunyai
tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan strategi implementasi manajemen
berbasis sekolah, menjelaskan tahapan implementasi manajemen berbasis sekolah,
menjelaskan cara meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan implementasi manajemen
berbasis sekolah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen
Sekolah, Drs. H. Dedi Supriadi, M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam penyusunan
makalah ini, serta teman-teman yang telah memberi saran dan dukungan. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki dan
menyempurnakan tugas yang akan datang.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi
guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian,
berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti. Sebagian
sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan mutu pendidikan yang cukup
menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Dari berbagai
pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan
tidak mengalami peningkatan secara merata.
Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan
pendekatan education function atau input-output analisys yang tidak dilaksanakan secara
konsekuen.
Faktor kedua, penyelenggaran pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik
sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang
kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat.
Faktor ketiga, peran serta warga sekolah khususnya guru dan pranserta masyarakat
khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, tentu saja perlu dilakukan upaya-
upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan,
yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah.
Lahirnya UU. No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, serta UU. No. 25 tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah yang membawa konsekuensi terhadap bidang-
bidang kewenangan daerah sehingga lebih otonom termasuk dalam bidang pendidikan.
Sehingga penyelenggaraan yang bersifat terpusat atau sentralis berganti ke arah
desentralisasi. Pengelolaan pendidikan yang diarahkan pada desentralisasi menuntut
partisipasi masyarakat secara aktif untuk merealisasikan otonomi daerah. Karena itu
memerlukan kesiapan sekolah sebagai ujung tombak operasional pendidikan pada level
bawah. Pendidikan yang selama ini dikelola terpusat (sentral) harus diubah sesuai dengan
perkembangan sistem yang ada yaitu sistem desentraliasi.
4
Otonomi daerah sebagai kebijakan politik makro akan memberi imbas terhadap
otonomi sekolah sebagai sub sistem pendidikan. Dengan adanya kebijakan tersebut maka
pengelolaan pendidikan dilakukan secara otonom yaitu dengan model manajemen berbasis
sekolah atau school based management. Manajemen berbasis sekolah sendiri merupakan
suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah
dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat
mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara
sekolah, masyarakat dan pemerintah.
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian implementasi manajemen berbasis sekolah.
2. Mengetahui dan menjelaskan strategi implementasi manajemen berbasis sekolah.
3. Mengetahui dan menjelaskan tahapan implementasi manajemen berbasis sekolah.
4. Mengetahui dan menjelaskan cara meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan
implementasi manajemen berbasis sekolah.
D. Manfaat Penulisan
1. Mampu menerapkan implementasi manajemen berbasis sekolah.
2. Memudahkan sekolah dalam meningkatkan mutu dan prestasi.
3. Memudahkan sekolah dalam mengatur dan memanajemen segala komponen sekolah.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
1. Kebijaksanaan dan kewengan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta
didik, orang tua, dan guru.
2. Bertujuan bagaimana memanfatkan budaya local.
3. Efektif dalam melakukan pembinaan peeserta didik seperti kehadiran, hasil belajar,
tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, dan iklim sekolah.
4. adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,
manajemen sekolah, rancang ulang sekolah dan perubahan perencanaan (Fattah
dalam E. Mulyasa, 2002:24-25).
C. Mutu Pendidikan
Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau
jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau
yang tersirat. Mutu pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam upaya pengembangan
sumber daya manusia yang sangat penting maknanya bagi pembangunan nasional.
Pendidikan yang berkualitas hanya dapat diwujudkan melalui lembaga pendidikan yang
bermutu. Karena itu upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan upaya yang strategis
dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan
pembangunan bangsa. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses,
dan output pendidikan.
· Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak
serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses.
· Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu
yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil
proses disebut output.
· Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari
kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya dan moral kerjanya.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
(3) Menetapkan visi dan misi berdasarkan analisis potensi dan lingkungan sebagai
acuan dalam pengelolaan satuan pendidikan;
(4) Menetapkan strategi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja sekolah dalam
mencapai visi dan misi sekolah.
Dapat disimpulkan bahwasanya implementasi manajemen berbasis sekolah strategik
pada intinya adalah memilih alternatif strategik yang terbaik bagi organisasi sekolah dalam
segala hal untuk mendukung gerak usaha organisasi sekolah dan organisasi sekolah harus
melaksanakan manajemen berbasis sekolah strategik secara terus menerus dan harus fleksibel
sesuai dengan tuntutan kondisi di lapangan. Dengan begitu maka akan mengarah ke
perbaikan kualitas pendidikan di sekolah.
9
c. Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga
proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning).
d. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang efektif
Tenaga kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah hanyalah
merupakan wadah. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari
kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga
sampai pada imbal jasa, merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah.
e. Sekolah memiliki Budaya Mutu
Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku
selalu didasari oleh profesionalisme.
f. Sekolah memiliki “Teamwork” yang kompak, Cerdas, dan Dinamis
Kebersaman (teamwork) merupakan karateristik yang dituntut oleh MBS,
karena output pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil
individual.
g. Sekolah memiliki Kewenangan (kemandirian)
Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya,
sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak selalu
menggantungkan pada atasan.
h. Sekolah memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen
Keterbukaan/transparansi ini ditunjukan dalam pengambilan keputusan, perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagai alat kontrol.
i. Sekolah memiliki Kemauan untuk Berubah (psikologis dan pisik)
Tentu saja yang dimaksud perubahan adalah peningkatan, baik bersifat fisik maupun
psikologis
j. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan.
Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat daya
serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana
memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan meyempurnakan
proses belajar mengajar di sekolah.
k. Memiliki Komunikasi yang baik
Sekolah yang efektif umumnya memiliki komunikasi yang baik terutama antar warga
sekolah, dan juga sekolah-masyarakat sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
masing-masing warga sekolah dapat diketahui.
l. Sekolah memiliki Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bentuk pertanggung jawaban yang harus dilakukan sekolah
terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini
berbentuk laporan prestsi yang dicapaikan dan dilaporkan kepada pemerintah, orang tua
siswa, dan masyarakat.
m. Sekolah memiliki Kemampuan Manajemen Sustainabilitas
Sekolah yang efektif juga memiliki kemampuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya
(sustainabilitasnya) baik dalam program maupun pendanaannya.
10
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implementasi manajemen berbasis sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan
strategi yang tepat dan sesuai dengan sekolah. Tahap-tahap yang dilaksanakan ada 3 yaitu
tahap sosialisasi, tahap piloting, tahap diseminasi. Ketiga tahap ini harus dilaksanakan secara
urut dan sesuai. Didukung dengan semua komponen sekolah, mutu pendidikan dalam suatu
sekolah akan tercapai dengan hasil yang memuaskan.
B. Saran
Sebaiknya tahap-tahap implementasi manajemen berbasis sekolah dilaksanakan secara urut
dan tidak hanya beberapa komponen yang melaksanakan, tetapi seluruh komponen sekolah
harus terlibat agar kerja sama dalam memanajemen sekolah kompak dan seluruh kegiatan
terkomunikasikan dengan baik.
Daftar Pustaka
11