Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS JUKNIS PROGRAM PLS

MAHASISWA S-1 PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN MASYARAKAT

DOSEN PENGAJAR

Siti Aminah Alfalathi,M.Pd

Di Susun Oleh :

Kelompok 6

Fariz Hadi Imaduddien 191102021299

Tazkia Aulia Novita 191102021301

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS IBN KHALDUN

BOGOR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Mahakuasa karena telah

memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas

rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Analisis Juknis Program PLS” dengan tepat waktu. Dengan disusunnya makalah

ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Perencanaan Program PLS yang diampu

oleh Ibu Siti Aminah Alfalathi,M.Pd .Selain itu, penulis juga berharap agar

makalah ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai Mekanisme petunjuk

dan Teknis Program non-formal (PLS).

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya Kepada Ibu Siti

Aminah Alfalathi,M.Pd .Semoga Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga

mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi

kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 11 November 202

Penulis

i
DAFTAR ISI

Catalog

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................................ii

BAB I..................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..............................................................................................................................3

BAB II................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.................................................................................................................................6

1. Lembaga Penyelenggara.................................................................................................................7

3. Kriteria Tutor dan Narasumber Teknis...........................................................................................7

4. Sarana dan Prasarana......................................................................................................................8

1. Tujuan Pedoman Penyelenggaraan.................................................................................................9

2. Dasar Hukum..................................................................................................................................9

3. Pengertian dan Tujuan Program...................................................................................................10

4. Tujuan Program............................................................................................................................10

5. Ruang Lingkup Program KWK....................................................................................................10

BAB III.............................................................................................................................................17

PENUTUP........................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Program PLS perlu dikembangkan secara sistematik sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan. Pengembangan program merupakan serangkaian

langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan program yang benar-benar

mampu memberikan manfaat yang optimal. Langkah-langkah dalam

pengembangan program meliputi analisis dan penentuan kebutuhan pendidikan,

akar masalah, isu strategis (dalam tulisan ini ketiga istilah tersebut dipandang

sama), penentuan strategi pengembangan; rencana implementasi dan penyusunan

rencana evaluasi. Berikut dipaparkan masing-masing langkah tersebut:

1. Penentuan Kebutuhan/Masalah Strategis

Analisis kebutuhan (needs assesment) secara umum didefinisikan sebagai

proses menentukan sesuatu yang penting atau berguna untuk memenuhi sebuah

kebutuhan yang dinyatakan (the process of determining the things that

arenecessary or useful for the fulfillment of a defensible purpose) demikian

menurut Stuffebeam, et al (1985). Analisis kebutuhan merupakan proses

pengumpulan dan penggunaan informasi bagi pembuatan keputusan tentang

petunjuk atau keberadaan program atau praktek. Pertanyaan yang terkandung

dalam proses ini mencakup: 1) Kinerja (performance), apa tujuan atau hasil

pendididikan yang diharapkan; apa kinerja dari orang, program, pelayanan pada

saat ini, 2) Aktivitas sekarang atau potensial, dengan cara apa dapat mencapai

tujuan yang diharapkan,dan 3) Keputusan, apa tindakan (alokasi sumberdaya,

3
intervensi, penentuan prioritas) yang dapat dilakukan?

Analisis kebutuhan memiliki dua fungsi, yaitu pertama, membantu dalam

penentuan kebutuhan yang ada dan bagaimana kebutuhan tersebut dapat

dinyatakan, dan ke dua, dapat menyediakan kriteria terhadap evaluasi manfaat

program, yaitu derajat kebutuhan manusia dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa analisis kebutuhan merupakan

langkah awal yang menentukan keberhasilan program diselenggarakan, karena

memberikan kejelasan dan arahan mengenai aspek program yang diubah dan

arahan bagaimana seharusnya perubahan tersebut dilakukan. Proses identifikasi

kebutuhan menekankan pada dicapainya kebutuhan obyektif untuk menentukan

keberadaan, dan keberlanjutan program.Kebutuhan diartikan perbedaan antara

kemampuan baru yang lebih tinggi sebagai dikehendaki oleh seseorang, lembaga

atau masyarakat dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang itu pada saat ini.

Kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk kepentingan dirinya,

lembaganya, atau masyarakatnya. An education need is the gap between their

present level of competencies and a higher level required for effective

performance as defined by themselves, their organization, or society(Knowless,

1980). Dengan kata lain, kebutuhan pendidikan adalah jarak antara keinginan

dengan kenyataan tentang tingkat kemampuan yang dimiliki seseorang dan/atau

kelompok. Kebutuhan pendidikan, masalah atau isu strategis sangat beragam

dalam kuantitas maupun kualitasnya. Para ahli menggolongkan beragam

kebutuhan atau masalah pendidikan. Knowles (1985) menyatakan tentang

kebutuhan pendidikan individu, kelompok dan masyarakat. Maslow (1970) dan

Sudjana (2000) menjelaskan bahwa terdapat hirarki kebutuhan manusia dari

kebutuhan paling rendah sampai tinggi yaitu kebutuhan fisiologis (physicological

4
need), rasa aman (safety need), sosial (sosial need), penghargaan (esteem need)

dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization need). Menurut Maslow,

pemenuhan kebutuhan yang paling rendah merupakan syarat untuk memenuhi

kebutuhan yang lebih tinggi, walau tidak selalu harus mengikuti tingkatan

kebutuhan tersebut. Pendapat lain dinyatakan oleh Howard McClucky (Getskow,

1997) bahwa kategori kebutuhan pendidikan dari orang dewasa sebagai berikut:

a) Keterampilan yang memungkinkan orang dewasa untuk mampu

bertahan.dengan beradaptasi terhadap perubahan kondisi sosial, meliputi

keterampilan dasar dalam menulis, membaca, menghitung dan peduli

kesehatan.

b) Kebutuhan untuk berpartisipasi dalam pengalaman menyenangkan misalnya

musik dan seni.

c) Kebutuhan untuk membantu untuk mengatasi masalah orang lain.

d) Kebutuhan untuk membuat sesuatu yang berbeda dalam dunia.

e) Kebutuhan untuk memahami lebih mendalam menganai makna hidup.

Pehamanan dan kemampuan mengenai berbagai kebutuhan/masalah

pendidikan menjadi penentu untuk memastikan tindakan pengembangan apa yang

sesuai untuk dilaksanakan. Kebutuhan pendidikan perlu diidentifikasi dengan

menggunakan berbagai metode dan teknik, yang menjamin dicapainya kebutuhan

obyektif dari individu, kelompok dan/atau masyarakat. Kebutuhan obyektif

diharapkan tergali secara baik sehingga dicapai hasil optimal bukan kebutuhan

yang subyektif, yaitu kebutuhan yang masih bersifat keinginan (wants) dan tidak

bersifat urgen untuk diatasi. Hal ini penting diketahui karena setiap masalah yang

muncul dengan ditandai adanya gejalanya harus ditemukan akar masalahnya.

5
B. Rumusan Masalah.

Adapun Rumusan Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme petunjuk dan teknis penyelenggaraan program

paket C?

2. Bagaimana mekanisme petunjuk dan teknis penyelenggaraan program

kursus wirausahawan kota?

3. Bagaimana mekanisme petunjuk dan teknis penyelenggaraan program

PAUD?

4. Bagaimana mekanisme petunjuk dan teknis penyelenggaraan program

Keaksaraan?

C. Tujuan Penulisan.

1. Untuk Mengetahui mekanisme petunjuk dan teknis penyelenggaraan

program paket C.

2. Untuk mengetahui mekanisme petunjuk dan teknis penyelenggaraan

program kursus wirausahawan kota.

3. Untuk Mengetahui mekanisme petunjuk dan teknis penyelenggaraan

program PAUD.

4. Untuk Mengetahui mekanisme petunjuk dan teknis penyelenggaraan

program Keaksaraan Dasar.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mekanisme Petunjuk dan Teknis Penyelenggaraan Program Paket C

Paket C (kejar paket C) adalah pelayanan pendidikan pada jenjang menengah

kejuruan melalui jalur non formal. Program paket C merupakan salah satu upaya

yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada

masyarakat usia sekolah dan usia dewasa yang karena berbagai sebab tidak

melanjutkan pendidikan.

Penduduk Indonesia penyandang buta aksara pada tahun 2014 usia 1559

tahun sebanyak 5.984.075 orang atau 3,70% (PDSP Kemdikbud, 2015). Dari

sejumlah penduduk yang belum melek aksara itu, tergolong pada usia produktif

antara 15-59 tahun, yang laiknya menjadi sumber daya yang bermutu. Untuk

meningkatkan sumber daya manusia tersebut tentunya perlu dilakukan bukan

hanya pendidikan keaksaraan yang sekadar mendidik masyarakat mampu

membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga pendidikan keaksaraan untuk

pengembangan kemampuan individu agar mampu mengatasi persoalan kehidupan

melalui keaksaraan. Sebagian besar mereka tinggal di daerah pedesaan termasuk

masyarakat tertinggal dan miskin, seperti petani kecil, buruh, nelayan dan

kelompok masyarakat miskin perkotaan yaitu buruh berpenghasilan rendah atau

penganggur.

Mereka tertinggal dalam hal pengetahuan, keterampilan serta sikap

mental pembaharuan dan pembangunan, sehingga akses terhadap informasi dan

komunikasi untuk membuka cakrawala dunia terbatas karena mereka belum

7
memiliki kemampuan keaksaraan yang memadai. Untuk mengentaskan penduduk

dari buta aksara, pemerintah telah memberikan layanan program pendidikan

keaksaraan dasar.

Angka penduduk buta aksara yang telah mengalami penurunan cukup

signifikan, harus kita pelihara agar mereka tidak buta aksara kembali. Untuk itu,

penduduk yang telah melek aksara dan mencapai kompetensi keaksaraan dasar

tersebut memerlukan program keaksaraan lanjutan untuk memelihara

keberaksaraan mereka. Salah satunya adalah program pendidikan Keaksaraan

Usaha Mandiri (KUM). Diharapkan dengan program keaksaraan usaha mandiri,

para peserta didik mampu mengembangkan kompetensi mereka dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

Mekanisme Petunjuk dan Teknis Penyelenggaraan Program Paket C:

1. Lembaga Penyelenggara

Lembaga penyelenggara program Pendidikan Kesetaraan Paket C adalah

lembaga/organisasi atau satuan pendidikan nonformal yang memiliki kemampuan

dalam menyelenggarakan program Pendidikan Kesetaraan Paket C seperti: pusat

kegiatan belajar masyarakat (PKBM), sanggar kegiatan belajar (SKB), lembaga

kursus dan pelatihan, kelompok belajar, rumah pintar, dan satuan pendidikan

nonformal sejenis lainnya yang yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Administratif:

1) memiliki legalitas, berupa akte notaris pendirian lembaga, dan/atau ijin

operasional lembaga dari instansi berwenang;

2) memiliki rekening bank atas nama lembaga;

3) memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama lembaga;

8
4) memperoleh rekomendasi dari dinas pendidikan kabupaten/kota

setempat.

b. Substantif:

1) memiliki sekretariat lembaga dengan alamat yang jelas;

2) memiliki susunan pengurus yang dilengkapi dengan uraian tugas;

3) mampu menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran/Pelatihan.

4) dapat menyediakan tutor/narasumber yang kompeten sesuai bidang studi

atau mata pelajaran yang dibelajarkan.

5) sanggup melaksanakan proses pembelajaran dan pelatihan bagi warga

belajar sesuai standar kompetensi yang ditentukan sampai dengan akhir

program.

2. Sasaran Program (Warga Belajar)

Sasaran program Pendidikan Kesetaraan Paket C adalah warga negara

Indonesia yang ingin memperoleh pendidikan setara SMA/MA, yaitu:

a. putus sekolah di kelas X, XI, dan XII di tingkat SMA/SMK/MA, dibuktikan

dengan raport terakhir;

b. tamatan Paket B/SMP/MTs, prioritas bagi anak usia sekolah (< 21 tahun);

c. bersedia mengikuti proses pembelajaran dan pelatihan sampai akhir program.

3. Kriteria Tutor dan Narasumber Teknis

Adapun kriteria tutor atau narasumber teknis adalah:

a. memiliki kualifi kasi/kompetensi akademik sesuai bidang studi atau mata

pelajaran yang dibelajarkan.

b. sehat jasmani dan rohani.

c. memiliki pengalaman dan kompetensi pembelajaran orang dewasa.

9
d. bersedia membelajarkan warga belajar sampai akhir program.

e. diprioritaskan bagi yang telah mengikuti pelatihan tutor pendidikan

kesetaraan.

4. Sarana dan Prasarana

Untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan program Pendidikan

Kesetaraan Paket C dan hasil yang ingin dicapai, lembaga penyelenggara program

wajib menyediakan sarana dan prasarana, yaitu:

a. ruangan untuk proses pembelajaran dan pelatihan beserta kelengkapannya.

b. alat dan bahan pembelajaran seperti: whiteboard/papan tulis, spidol/kapur,

meja dan kursi tutor, meja/kursi warga belajar, lemari buku, buku-buku

pelajaran, dan lain-lain.

c. media pembelajaran dan pendukung lainnya.

B. Mekanisme Petunjuk dan Teknis Penyelenggaraan Program

Kewirausahawan Kota

Pengangguran dan kemiskinan hingga saat ini merupakan masalah besar

Bangsa Indonesia yang belum bisa terpecahkan. Menurut data bulan Februari

2009, jumlah penganggur terbuka tercatat sebanyak 9.258.964 juta orang (8,48%)

dari total angkatan kerja sekitar 113.744.408 juta orang. Dari jumlah 9,39 juta

orang penganggur tersebut sebagian besar berada di pedesaan. Jika dilihat dari

latar belakang pendidikan para penganggur tersebut, 27,09% berpendidikan SD ke

bawah, 22,62% berpendidikan SLTP, 25,29% berpendidikan SMA, 15,37%

berpendidikan SMK dan 9,63% berpendidikan Diploma sampai Sarjana.

Pengangguran dan kemiskinan menimbulkan kerawanan sosial atau kriminalitas

10
seperti pencurian, perampokan, penganiayaan, pemerasan, perdagangan dan

pemakaian narkoba serta pembunuhan dan teroris. Sejumlah kasus bunuh diri juga

diketahui punya motif karena tak kuat menanggung beban hidup yang semakin

sulit. Kemiskinan itu sendiri kian disadari akibat dampak

semakin meningkatnya angka pengangguran. Memang, antara

kriminalitas, kemiskinan dan pengangguran sangat terkait erat, tak dapat

dipisahkan.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran di perkotaan,

diantaranya: Pertama, jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja

yang tersedia (kesenjangan antara supply and demand). Kedua, kesenjangan

antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar

kerja (mis-match), Ketiga, masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak

melanjutkan yang tidak dapat

berusaha secara mandiri karena tidak memiliki keterampilan yang

memadai (unskill labour), Keempat, terjadinya pemutusan hubungann kerja

(PHK) karena krisis global, dan Kelima, terbatasnya sumber daya alam dan

terbatasnya kemampuan warga masyarakat perkotaan untuk mengolah sumber

daya alam yang terbatas menjadi sumber mata pencaharian.

Sehingga untuk memecahkan masalah pengangguran dan kemiskinan

diperkotaan diperlukan suatu program kursus dan pelatihan yang dititikberatkan

pada keterampilan jasa, untuk mendukung suatu usaha ekonomi yang kreatif dan

produktif. Mengingat data kemiskinan dan pengangguran di perkotaan diperlukan

upaya-upaya untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan, maka Direktorat

Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal

dan Informal Departemen Pendidikan Nasional meluncurkan program Kursus

11
Wirausaha Kota (KWK). Agar mempermudah penyelenggaraan Kursus

Wirausaha Kota (KWK), maka dibuat petunjuk teknis pelaksanaan

penyelenggaraan program Kursus Wirausaha Kota (KWK) sebagai acuan bagi

lembaga penyelenggara Kursus Wirausaha.

1. Tujuan Pedoman Penyelenggaraan

Tujuan pedoman penyelenggaraan adalah untuk memberikan acuan,

panduan dan arah yang jelas bagi penyelenggara program KWK, dalam proses

perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pelaporan.

2. Dasar Hukum

a) Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

b) Peraturan Pemerintah Nomor : 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

c) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 31 tahun 2007 tentang

struktur organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal

dan Informal.

d) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 70 Tahun 2008 tentang Uji

Kompetensi Peserta didik kursus dan pelatihan dari satuan Pendidikan

Nonformal

e) Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal tahun

2009.

3. Pengertian dan Tujuan Program

12
KWK adalah program Pendidikan Kecakapan Hidup yang

diselenggarakan untuk memberikan kesempatan belajar bagi masyarakat di bidang

usaha yang berspektrum perkotaan guna memperoleh pengetahuan, keterampilan,

menumbuhkembangkan sikap mental berwirausaha, dalam mengelola diri dan

lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja dan berusaha.

4. Tujuan Program

Memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental berwirausaha

bagi peserta didik agar mampu mengelola usaha mandiri dan bekerja di perkotaan,

sehingga mengurangi pengangguran, menciptakan lapangan kerja, dan

mengurangi masalah sosial di perkotaan.

5. Ruang Lingkup Program KWK

a) Peserta Didik

Kriteria sasaran (peserta didik) program Kursus Wirausaha Kota adalah:

1) Penduduk usia produktif (diutamakan usia 18-35 th)

2) Menganngur.

3) Pendidikan minimal SMP atau sederajat

b) Penyelenggara/Pengelola

Lembaga penyelenggara Kursus Wirausaha Kota (KWK) adalah

Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), serta penyelenggara PNF lainnya dengan

kriteria/persyaratan sebagai berikut: (a) lembaga berbadan hukum dan memiliki

ijin operasional, (b) memiliki pendidik, sarana prasarana dan program pelatihan

yang relevan, (c) memiliki mitra usaha .

c) Instruktur

13
Instruktur yang berfungsi sebagai pengajar, pelatih dan pembimbing,

yang memiliki kriteria:

1) memiliki kompetensi

2) mampu merancang program pembelajaran, dan

3) menguasai strategi pembelajaran sesuai jenis keterampilan yang

diajarkan.

Instruktur, yang bertugas membelajarkan kewirausahaan. Instruktur dapat

berasal dari praktisi, dinas/instansi, akademisi, dan pakar di bidang

kewirausahaan.

d) Penguji

Penguji bertugas menguji dan menilai kompetensi peserta didik, dengan

kriteria; (1) memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai penguji, (2) jujur dan

objektif. Dalam hal ini penguji pada KWK dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi

Kompetensi (LSK),adapun vokasi yang dapat diuji kompetensinya melalui

mekanisme LSK adalah:

1. Akuntansi

2. Bahasa Inggris

3. Komputer (Microsoft Office)

Untuk jenis keterampilan yang belum ada LSK uji kompetensi dapat

dilakukan oleh praktisi yang kompeten.

e) Dana Belajar

Biaya penyelenggaraan program KWK dapat bersumber dari:

1) Dunia usaha dan dunia industri,

14
2) Pemerintah pusat dan daerah,

3) Peserta didik.

f) Jaringan Kerja

Penyelenggara KWK perlu menjalin kerjasama dengan dengan berbagai

pihak dalam hal pembelajaran, permagangan,pemasaran, pengadaan sarana

prasarana, permodalan, pemasaran, perencanaan dan pelaksanaan serta

pendampingan usaha mandiri untuk mendukung keberhasilan program.Kerjasama

tersebut dijalin dengan pihak-pihak diantaranya:

Lembaga Kursus dan Pelatihan, Lembaga Sertifikasi

Kompetensi/Lembaga Sertifikasi Profesi, Dunia usaha, dunia industri,

Dinas/instansi,Perguruan Tinggi,Lembaga Keuangan, dan Asosiasi pemasaran

produksi.

C.Mekanisme Petunjuk dan Teknis Penyelenggaraan Program PAUD

Usia dini merupakan masa emas perkembangan. Pada masa itu terjadi

lonjakan luar biasa pada perkembangan anak yang tidak terjadi pada periode

berikutnya. Para ahli menyebutnya sebagai usia emas perkembangan (golden age).

Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut, setiap anak membutuhkan

asupan gizi seimbang, perlindungan kesehatan, asuhan penuh kasih sayang, dan

rangsangan pendidikaN yang sesuai dengan tahap perkembangan dan kemampuan

masingmasing anak. Pemberian rangsangan pendidikan dapat dilakukan sejak

lahir, bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Rangsangan pendidikan ini

hendaknya dilakukan secara bertahap, berulang konsisten, dan tuntas, sehingga

memiliki daya ubah (manfaat) bagi anak.

15
1. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas).

2. Satuan PAUD Sejenis adalah bentuk-bentuk Satuan PAUD selain Taman

Kanak-kanak, Kelompok Bermain, dan Taman Penitipan Anak yang

penyelenggaraannya dapat diintegrasikan dengan berbagai program layanan anak

usia dini yang telah ada di masyarakat seperti Posyandu, Bina Keluarga Balita,

Taman Pendidikan Al-Qur’an, Pelayanan Anak Kristen, Bina Iman Anak, atau

layanan terkait lainnya.

3. Pos PAUD adalah bentuk layanan PAUD yang penyelenggaraannya dapat

diintegrasikan dengan layanan Bina Keluarga Balita (BKB) dan Posyandu yang

pengelolaannya di bawah pembinaan pemerintah desa/kelurahan.

4. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD adalah acuan minimal dalam

penyelenggaraan Pos PAUD.

1. Tujuan Program

a) Memberikan layanan PAUD yang pengelolaannya berbasis masyarakat di

bawah pembinaan pemerintah desa/kelurahan.

b) Memberikan layanan PAUD yang dapat menjangkau masyarakat

luashingga ke pelosok pedesaan.

c) Menggerakkan orangtua dan keluarga untuk melakukan pola asuh positif

di rumah.

2. Lingkup Petunjuk Teknis

16
Petunjuk Teknis ini hanya mengatur penyelenggaraan pendidikan untuk

anak usia dini yang diselenggarakan dalam bentuk Pos PAUD dan hubungannya

dengan program layanan terkait, terutama Bina Keluarga Balita dan Posyandu..

3. Prinsip Penyelenggaraan Pos PAUD

a) Berbasis Masyarakat

Pos PAUD dikelola dengan prinsip “dari, oleh, dan untuk

masyarakat”. Pos PAUD dibentuk atas kesepakatan masyarakat dan dikelola

berdasarkan azas gotong-royong, kerelaan, dan kebersamaan.Pembinaan Pos

PAUD di tingkat desa/kelurahan dilakukan oleh Tim Pembina Tingkat

Desa/Keluarahan (TPD/K) yang beranggotakan unsurunsur perangkat

desa/kelurahan, dewan perwakilan desa/kelurahan, tokoh masyarakat/agama,

dan Tim Penggerak PKK.

4. Pengelolaan

Pos PAUD dikelola oleh masyarakat setempat dengan dukungan dari

tokoh masyarakat, tokoh agama, dan aparat Desa/Kelurahan sebagai pembina.

a) TPD/K sekurang-kurangnya beranggotakan 5 orang dari unsur

Kades/Lurah (Ketua Tim Pembina), Sesdes/Kel (Sekretaris Tim

Pembina), Dewan Perwakilan Desa/Dewan Keluarahan, Tokoh

Masyarakat/Agama, dan PKK.

b) TPD/K sekurang-kurangnya melakukan rapat pembinaan setiap 6 bulan

sekali untuk mendengarkan laporan Tim Pemantau guna melakukan

pembinaan lebih lanjut.

c) Tim Pemantau sekurang-kurangnya beranggotakan 2 orang yang dipilih

oleh TPD/K.

17
d) Tim Pemantau melakukan pemantauan kegiatan Pos PAUDsekurang-

kurang sebulan sekali.

e) Tim Pemantau sekurang-kurangnya melakukan evaluasi hasil

pemantauan setiap enam bulan sekali untuk dilaporkan ke TPD/K dalam

forum rapat.

f) Pos PAUD sekurang-kurangnya dikelola oleh 3 orang yang terdiri dari

Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.

5. Tempat

Tempat penyelenggaraan Pos PAUD dapat memanfaatkan bangunan atau

fasilitas umum yang tersedia di lingkungan seperti Balai Desa, sekolah, prasarana

ibadah, atau tempat lain yang tersedia dan terjangkau oleh masyarakat.

6. Kesederhanaan Pakaian

Peserta didik, pendidik, dan pengelola Pos PAUD tidak diwajibkan

berseragam, yang penting bersih, sopan, dan layak pakai.Apabila orangtua

menghendaki adanya pakaian seragam bagi anakanak, harus dimusyawarahkan

secara bijak dengan seluruh orangtua agar tidak memberatkan. Pakaian seragam

yang dianjurkan berupa kaos atau bahan lain yang nyaman digunakan.

7. Teknis Pembentukan Pos PAUD

a) Pemilihan Posyandu

Kriteria Posyandu yang dipilih untuk diintegrasikan dengan Pos

PAUD adalah Posyandu yang aktif, dengan jumlah anak minimal 25 anak dan

kader 4 orang.

b) Identifikasi Dukungan LingkunganMemiliki dukungan lingkungan yang

dapat menjamin keberlangsungan Pos PAUD, antara lain:

18
i. Terdapat anak usia 0-6 tahun yang belum terlayani PAUD minimal

25anak.

ii. Tersedia calon pengelola dan kader Pos PAUD minimal 5 orang.

iii. Memperoleh dukungan dari orangtua, masyarakat, tokoh masyarakat,

tokoh agama, dan pamong desa/kelurahan.

iv. Tersedia tempat yang layak untuk kegiatan Pos PAUD.

v. Memiliki sumber pembiayaan yang tetap (iuran orangtua, donatur,

dana desa).

8. Penyiapan APE

APE digunakan untuk mendukung kegiatan main anak. APE disesuaikan

dengan usia anak dan rencana kegiatan belajar yang sudah disusun. APE tidak

harus yang sudah jadi tetapi dapat dibuat oleh kader bersama orangtua.

Penggunaan APE baik yang sudah jadi maupun yang

dikembangkan sendiri agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Menggunakan bahan yang aman bagi anak (tidak runcing, tajam, atau

tidak mengandung zat yang membahayakan kesehatan anak).

2. Menarik minat anak untuk memainkannya.

3. Dapat dimainkan oleh anak dengan berbagai cara.

4. Bahannya mudah didapatkan di lingkungan sekitar.

5. Mendukung tahapan perkembangan anak.

Untuk mempermudah pengelolaan APE yang dimiliki Pos PAUD, APE dikemas

dalam tempat atau wadah/keranjang yang mudah dipindah dan disimpan. APE

dalam kemasan tersebut dinamakan ”Keranjang PAUD”.Apabila tempat kegiatan

Pos PAUD bersifat permanen (tidak menumpang), APE dapat disimpan di rak-rak

mainan yang bersifat menetap. Penempatan APE harus dapat terjangkau oleh anak

saat mau memainkannya.

19
F. Penyiapan Buku Administrasi

Buku-buku administrasi diperlukan untuk menunjang kelancaran

penyelenggaraan Pos PAUD. Buku-buku administrasi di bawah ini

merupakan kelengkapan kegiatan Pos PAUD, sedangkan buku

administrasi kegiatan Posyandu dan BKB tetap mengikuti ketentuan yang

berlaku.

Buku-buku administrasi yang perlu dipersiapkan antara lain:

1. Buku Induk Anak.

2. Buku Data Pengelola dan Kader.

3. Daftar Hadir Pengelola dan Kader.

4. Buku Rencana Kegiatan.

5. Daftar Hadir Anak per Kelompok.

6. Buku Catatan Perkembangan Anak.

7. Buku/kartu Penerimaan Iuran Anak.

8. Buku Inventaris.

9. Buku Kas.

10. Buku Tamu.

G. Pelaporan dan Perijinan

Setiap pendirian Pos PAUD wajib dilaporkan ke UPTD Dinas

Pendidikan Kecamatan setempat guna memperoleh pembinaan dan bantuan proses

20
perijinannya. Tujuan perijinan adalah untuk keperluan pembinaan dalam rangka

memberikan pelayanan terbaik serta perlindungan kepada masyarakat.

UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan wajib memfasilitasi proses perijinan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam proses perijinan tidak dibenarkan

ada pungutan biaya apapun, kecuali ada aturan resmi dari Pemerintah

Kabupaten/kota.

Apabila masih terdapat persyaratan yang belum terpenuhi, maka

dilakukan pembinaan serta diberitahukan kekurangannya. Bagi Pos PAUD yang

telah melapor tetapi belum memenuhi persyaratan, dapat diberikan surat ijin

sementara untuk jangka waktu satu tahun. Surat ijin sementara dapat diperpanjang

sebanyak-banyaknya dua kali. Apabila setelah berakhirnya perpanjangan kedua

yang bersangkutan belum mampu memenuhi persyaratan, agar diupayakan untuk

dibantu. Apabila tidak memungkinkan, dapat disarankan untuk bergabung dengan

Pos PAUD terdekat yang memenuhi syarat.

Persyaratan perijinan Pos PAUD antara lain mencakup:

a) Memiliki kepengurusan sekurang-kurangnya terdiri dari unsurpembina

(Tim Pembina Tingkat Desa/Kelurahan), unsur pemantau (Tim

Pemantau), dan unsur pengelola.

b) Memiliki kader sekurang-kurangnya 4 orang (termasuk pengelola yang

merangkap sebagai kader).

c) Sekurang-kurangnya 50% kader berpendidikan SLTA.

d) Sekurang-kurangnya 50% kader telah dilatih.

e) Memiliki tempat yang tetap dan layak untuk kegiatan anak, baik

kepunyaan sendiri, sewa, maupun pinjam pakai (melampirkan foto

tempat kegiatan dan bukti kepemilikan/sewa/pinjam pakai).

21
f) Tersedia air bersih dan kakus untuk keperluan MCK.

g) Memiliki halaman untuk bermain bebas.

h) Memiliki APE untuk mendukung kegiatan anak di masing-masing

kelompok.

i) Memiliki administrasi pencatatan kegiatan.

j) Memiliki buku-buku panduan/pedoman kegiatan.

k) Memiliki sumber pembiayaan kegiatan.

l) Memiliki surat ijin lokasi dari Kepala Desa/Lurah setempat.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Program PLS perlu dikembangkan secara sistematik sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan. Pengembangan program merupakan

serangkaian langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan program yang

benar-benar mampu memberikan manfaat yang optimal.

Paket C (kejar paket C) adalah pelayanan pendidikan pada jenjang

menengah kejuruan melalui jalur non formal. Program paket C merupakan

salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberikan

kesempatan kepada masyarakat usia sekolah dan usia dewasa yang karena

berbagai sebab tidak melanjutkan pendidikan.

Mekanisme Petunjuk dan Teknis Penyelenggaraan Program Paket C:

1. Lembaga Penyelenggara

2. Sasaran Program (Warga Belajar)

3. Kriteria tutor dan narasumber teknis

4. Sarana dan Prasarana

5. Materi Pembelajaran dan Pelatihan (Struktur Kurikulum)

Mekanisme Petunjuk dan Teknis Penyelenggaraan Program Kewirausahawan

Kota.Pengangguran dan kemiskinan hingga saat ini merupakan masalah besar

Bangsa Indonesia yang belum bisa terpecahkan. Menurut data bulan Februari

23
2009, jumlah penganggur terbuka tercatat sebanyak 9.258.964 juta orang (8,48%)

dari total angkatan kerja sekitar 113.744.408 juta orang. Sehingga untuk

memecahkan masalah pengangguran dan kemiskinan diperkotaan diperlukan

suatu program kursus dan pelatihan yang dititikberatkan pada keterampilan jasa,

untuk mendukung suatu usaha ekonomi yang kreatif dan produktif. Mengingat

data kemiskinan dan pengangguran di perkotaan diperlukan upaya-upaya untuk

mengurangi pengangguran dan kemiskinan, maka Direktorat Pembinaan Kursus

dan Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal

Departemen Pendidikan Nasional meluncurkan program Kursus Wirausaha Kota

(KWK). Agar mempermudah penyelenggaraan Kursus Wirausaha Kota (KWK),

maka dibuat petunjuk teknis pelaksanaan penyelenggaraan program Kursus

Wirausaha Kota (KWK) sebagai acuan bagi lembaga penyelenggara Kursus

Wirausaha.

Teknis Pembentukan Pos PAUD

a.Pemilihan Posyandu

Kriteria Posyandu yang dipilih untuk diintegrasikan dengan Pos PAUD adalah

Posyandu yang aktif, dengan jumlah anak minimal 25 anak dan kader 4 orang.

b. Identifikasi Dukungan Lingkungan

Memiliki dukungan lingkungan yang dapat menjamin keberlangsungan Pos

PAUD

c. Penentuan Tempat Kegiatan

d. Menyiapkan Alat APE

e. Peresmian Pos Paud

f. Penyiapan buku Administrasi

g. Pelaporan dan Perijinan

24
Bantuan Pendidikan Keaksaraan Dasar, yang selanjutnya disebut

“bantuan” adalah mata anggaran bantuan sosial yang disalurkan dalam bentuk

jasa pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Dasar.

-Tujuan pemberian bantuan adalah:

1. meningkatkan kemampuan keaksaraan penduduk tuna aksara usia 15

tahun ke atas, dengan prioritas usia 15-59 tahun;

2. memperluas akses penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan bagi

orang dewasa.

-Pemberi Bantuan

Pemberi bantuan adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ditjen PAUDNI dengan DIPA

nomor SP/023.05.1. 666866/ AG/2013 tanggal 5 Desember 2012.

-Sasaran

1. Penerima Bantuan

Penerima bantuan keaksaraan dasar adalah PKBM/Satuan PNF

sejenis/lembaga kemasyarakatan, perguruan tinggi, dan UPTDSKB yang

menyelengarakan kegiatan PAUDNI dan berpengalaman

melaksanakan pendidikan keaksaraan sekurang-kurangnya 3 tahun.

2. Penerima Manfaat

Penerima manfaat adalah penduduk tuna aksara usia 15-59 tahun

yang menjadi peserta didik pendidikan keaksaraan dasar.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, D. (2017). Pengelolaan pembelajaran berbasis kewirausahaan masyarakat

program kejar paket C. Journal of Nonformal Education, 3(1), 1-10.

Wijayanto, A., & Prasetyo, I. (2018). Evaluasi program pendidikan kewirausahaan

masyarakat. JPPM (Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat),

5(2), 96-107.

Lalupanda, E. M. (2019). Evaluasi implementasi program bantuan operasional

penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. JMSP (Jurnal Manajemen dan

Supervisi Pendidikan), 3(2), 56-62.

Wulandari, A. (2018). Evaluasi Pendidik Keaksaraan Dasar sebagai Agen Perubahan

Sosial. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 27, 11-21.

26

Anda mungkin juga menyukai