Leslie Baxter dan Barbara Montgomery adalah figurutama dari para sarjana
komunikasi yang mempelajari bagaimana komunikasi membentuk hubungan dekat yang terus
berubah. Baxter memimpin program penelitian di universitas Iowa, dan Montgomery adalah
wakil presiden dari hubungan akademik di Colorado State University-Pueblo. Sejak
penelitian pertamanya pada hubungan personal seseorang, baxter menjelaskan dia tidak
menemukan hukum ilmiah yang mengatur hubungan seseorang, menurutnya tak ada daya
tarik untuk memprediksi ketertarikan intrapersonal, dan tak ada koefisien dari perselisihan
yang dapat menjelaskan konflik manusia.
Yang dia temukan adalah bahwa seseorang berusaha untuk menginterpretasi beragam
pesan tentang hubungan mereka yang mereka ucap dan dengar. Penelitian independen yang
Montgomery lakukan juga menemukan hasil yang sama. Berdasarkan analisa tersebut maka
keduanya memfokuskan karya dan buku mereka dengan premis bahwa hubungan personal
adalah proses yang tak tentu dari aliran yang berjalan. relational dialetics menyoroti
ketegangan, perjuangan, dan kekacauan umum dari hubungan dekat personal. Merupakan
sebuah simpul dinamis dari kontradiksi dalam hubungan pribadi; sebuah keterikatan yang
terus menerus diantara tendensi yang berkebalikan atau berlawanan.
Meskipin kita menganggap ideal tradisional dari closeness, certainty, dan openess
dalam hubungan kita, namun komunikasi kita dengan keluarga, pertemanan, dan percintaan
jarang mengikuti jalur lurus pada tujuan itu. Baxter dan Montgomery mempercayainya
karena ktia juga bergerak pada arah berlawananya yaitu autonomy, novelty, dan privacy.
Penelitian Baxter dan Montgomerys berfokus pada tiga poin relational dialetics yang
mempengaruhi hampir semua hubungan dekat: integrationseparation, stabilitychange, dan
expressionnonexpression.
Kolom Internal Dialectic menjelaskan tiga dialektika sebagaimana merkea berperan dalam
hubungan. Kolom External Dialetics menjelaskan tarikan sejenis yang menyebabkan tensi
diantara pasangan dan komunitas mereka
Menurut Baxter teori seperti hubungan dan tidak stagnan, terus berubah dan berkembang
sepanjang waktu. Baxter sekarang mendasari bahasa dari kontradiksi dan dialektika, yang dia
sebut sebagai generasi kedua teorinya yaitu RDT 2.0, setelah dari relational dialetics. Dalam
buku barunya Voicing Relationships: A Dialogic Perspective, dia berfokus pada implikasi
relasional dari konsep dialog Mikhail Bakhtin. Dimana kata voice dalam judulnya adalah
menjelaskan bahwa hubungan mendapat makna melalui keterikatan aktif dari banyak
diskursus berlawanan atau suara RDT 2.0 menjelaskan 5 untaian dialog dari pemikiran
Bakhtin:
Bakhtin dan Baxter menjelaskan bahwa kehidupan sosial adalaj produk dari kesatuan
terkontradiksi dan penuh tensi dari dua keinginan yang berlawanan karena hubungan
dibuat berdasarkan dialog yang terus mengalir, Baxter menjelaskan bahwa kontruksi
pergerakanya selalu berantakan, dan kontradiksi yang tak beraturan ini menyanggah
bahwa komunikasi adalah rute satu arah pada kedekatan intrapersonal, makna yang
terbagi, atau peningkatan kejelasan. Baxter dan Montgomery mengindentifikasikan
dua strategi kontrovesial untuk merespon relational dialetics:
1. Spiraling inversion adalah bergerak maju mundur dalam dua suara yang
kontras, merespon pertama pada tarikan satu orang, kemudian yang lain.
2. Segmentation adalah menggolongkan taktik dimana pasangan mengisolasi
aspek yang berbeda dari hubungan mereka.
Sense kelima dari dialog adalah sesibilitas kritis, sebuah obligasi untuk mengkritisi
suara dominan, terutama yang menekan sudut pandang berlawanan; sebuah tanggung
jawab untuk mengadvokasi mereka yang di diamkan/bungkam. Dalam praktek
relasional, Baxter kritis pada mereka yang melihat pasanganya hanya sebagai objek
pengaruhnya. Dimana hubungan hanyalah dominasi yang mengolok atau
membungkam sudut pandang yang berlawananya.
Sissela Bok menjelaskan bahwa dia menolak larangan absolut untuk berbohong, dia percaya
setidaknya ada beberapa keadaan yang dapat membenarkan kebohongan, ketika nyawa
taruhanya dan hanya dengan berbohong dapat menghidarkan bahayanya. Dia juga meolak
etika konsensualis yang menilai tindakan berdasarkan apa yang kita pikir merugikan atau
menguntungkan. Bok tidak menilai kebohongan sebagai netral, dia percaya semua
kebohongan memiliki beban negatif dalam penilaian etika. Prinsip kejujuranya (principle of
veracity) menjelaskan bahwa pernyataan jujur lebih diutamakan dibandingkan kebohongan
di absensi dari konsiderasi spesial
Menurut Baxter dan Montgomery relational dialetics dipertanyakan apakah dapat disebut
teori atau tidak, karena kurang intrisik struktural dari teori formal atas prediksi dan
penjelasan; tidak memberikan berbagai hirarkis yang luas dari argumen aksiomatik atau
proposisional; tidak mewakili pernyataan tunggal dari prediksi tergeneralisasi. Menurut
mereka tujuan tradisi dari teori ilmiah tersebut bukanlah yang ingin mereka capai, karena
tujuan tersebut tidak bisa digunakan ketika menteorikan hubungan. Mereka menjelaskan
relational dialetics sebagai sensitizing theory, yang dapat dinilai berdasarkan kegunaanya
untuk membantu kita melihat hubungan dekat.
Berdasarkan pernayataan tersebut Griffin memberikan kritik yang tepat pada teori mereka
harus diterapkan pada standar untuk mengevaluasi interpretive theory,dia menjelaskanya
dalam 5 kriteria sebagai berikut: