Anda di halaman 1dari 7

IDENTIFIKASI PEWARNA RHODAMIN B DAN METANIL YELLOW PADA

JAJANAN TRADISIONAL YANG DIJUAL DI PASAR ANDUONOHU KOTA


KENDARI

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

ASARIAWATI

( P00341018054 )

Dosen Pengampuh Mata Kuliah :


Fitri Yanti SKM.,M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman modern sekarang ini terjadi perkembangan yang
begitu pesat di bidang industri makanan dan minuman yang
bertujuan untuk menarik perhatian para konsumen. Oleh karena itu,
produsen makanan dan minuman menambahkan zat tambahan
makanan atau yang sering disebut sebagai food additive dalam
produknya. Pada penambahan zat tambahan pada makanan sering
terjadi penyalahgunaan dengan menggunakan bahan tambahan yang
dilarang penggunaannya guna menambah daya tarik dari konsumen
(Wirasto, 2008).

Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan


pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami,
misalnya kunyit untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau dan
daun jambu untuk warna merah. Pewarna alami ini aman dikonsumsi
namun mempunyai kelemahan, yakni ketersediaannya terbatas dan
warnanya tidak homogen sehingga tidak cocok digunakan untuk
industri makanan dan minuman. Penggunaan bahan alami untuk
produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih
mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen
sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi
pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam
jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil
pada produk pangan. Dengan demikian produsen bisa menggunakan
lebih banyak pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen
(Afrianti, 2014).

Pewarna yang ditambahakan ke dalam bahan pangan dapat


berasal dari pigmen alami yang diekstrak atau pewarna sintetis.
Penggunaan pewarna ini harus mengikuti peraturan yang berlaku,
misalnya peraturan yang dikeluarkan oleh Food and Drug
Administration (FDA) atau Codex Alimentarius Commision (CAC). Di
Indinesia, peraturan tentang pewarna makanan dikeluarkan oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (Andarwulan et al,
2011).

Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan


(Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat warna
yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Jenis-jenis zat pewarna
yang dinyatakan sebagai zat berbahaya yaitu Auramine, Alkanet,
Butter, Black 7984, Burn Unber, Chrysoidine, Chrysoine S, Citrus Red
No. 2, Chocolate Brown FB, Fast Red E, Fast Yellow AB, Guinea Green
B, Indanthrene Blue, Magenta, Metanil Yellow, Oil Orange SS, Oil
Orange XO, Oil Yellow AB, Oil Yellow OB, Orange G, Orange GGN,
Orange RN, Orchid and Orcein Ponceau 3R, Ponceau SX, Ponceau
6R, Rhodamin B, Sudan I, Scarlet GN, Violet 6 B. Rodamin B dan
Metanyl Yellow termasuk dalam kategori zat pewarna yang
dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan
pada produk pangan. Namun demikian, penyalahgunaan Rodamin B
dan Metanyl Yellow untuk mewarnai bahan pangan masih sering
terjadi.

Penggunaan zat pewarna alami dan sintetis dapat dibedakan


berdasarkan ciri-cirinya. Penggunaan pewarna alami pada pangan
memiliki ciri- ciri warna yang lebih pucat, mudah dihinggapi lalat,
warna tidak mencolok dan varian warnanya sedikit. Sedangkan
jajanan yang menggunakan warna sintetis seperti Rhodamin B dan
Metanil Yellow memiliki warna yang mencolok, lebih mengkilap, tidak
mudah rusak, mudah dihinggapi lalat, varian warnaya banyak serta
lebih menarik (Zuraida, 2017).

Menurut WHO, Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan


manusia karena sifat kimia dan kandungan logam beratnya.
Rhodamin B mengandung senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin
merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika
tertelan, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kestabilan dalam
tubuh dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh. Hal inilah
yang bersifat racun bagi tubuh. Selain itu, Rhodamin B juga memiliki
senyawa pengalkalisasi (CH3-CH3) yang bersifat radikal sehingga
dapat berikatan dengan protein, lemak, dan DNA dalam tubuh (BPOM,
2014).

Metanil Yellow merupakan salah satu pewarna azo yang telah


dilarang digunakan dalam pangan. Senyawa ini bersifat iritan
sehingga jika tertelan dapat menyebabkan iritasi saluran cerna. Selain
itu, senyawa ini dapat pula menyebabkan mual, muntah, sakit perut,
diare, demam, lemah, dan hipotensi. Metanil yellow dan rhodamin B
merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai
pewarna tekstil. Kedua zat ini merupakan zat warna tambahan yang
dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Keduanya
bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang
dapat menyebabkan kanker (Dian et al, 2013).

World health organization (WHO) mencatat jutaan orang jatuh


sakit, bahkan banyak yang meninggal akibat mengkonsumsi pangan
yang tidak aman. Diperkirakan lebih dari 200 jenis penyakit yang
disebabkan oleh makanan yang tercemar. Pada tahun 2014, data
kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan yang dihimpun Badan
POM RI menunjukkan ada 47 kasus sedangkan pada tahun 2013
sebanyak 84 kasus. Data KLB yang terlaporkan jauh menurun
dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya yaitu 115 kejadian
(2010), 163 kejadian (2011), 128 kejadian (2012). Adapun urutan
jenis makanan yang diduga menyebabkan keracunan pangan adalah
17 kejadian (36%), masakan rumah tangga 13 kejadian (28%),
pangan jasa boga 12 kejadian (26%), jajanan pangan 5 kejadian
(11%). Umumnya pangan jajanan dan pangan jasa boga dihasilkan
oleh industri pangan siap saji (BPOM, 2015).

Permatasari et Al (2013) melakukan Identifikasi Zat Pewarna


Rhodamin B dalam jajanan yang dipasarkan di pasar tradisional Kota
Bandar Lampung dan menemukan sebanyak 15 dari 30 sampel
jajanan pasar positif mengandung Rhodamin B. Murtiyanti et Al
(2013) melakukan penelitian tentang Identifikasi Penggunaan Zat
Pewarna Pada Pembuatan Kerupuk Dan Faktor Perilaku Produsen di
Desa Ngaluran Kecamatan Karangan- yar Kabupaten Demak. Dimana
dari 16 produsen kerupuk ditemukan 17 sampel kerupuk yang
menggunakan pewarna berbahaya yaitu Rhodamin B 39%, Methanyl
Yellow 22%.

Di pasar-pasar umumnya banyak diperjual belikan jajanan


pangan, diantaranya adalah jajanan tradisional. Namun, jajanan
tradisional yang dijual di pasar tidak diketahui apakah menggunakan
zat pewarna alami atau pewarna sintetis yang dilarang. Salah satu
pasar tradisional yang banyak menjual jajanan tradisional adalah
pasar Mandonga Kota Kendari. Oleh kerena penggunaan Rhodamin B
dan Metanil yellow sangat bernahaya bagi manusia maka perlu
adanya penelitian tentang ada tidaknya Rhodamin B Dan Metanyl
Yellow Pada Jajanan Tradisional Yang Di Jual Di Pasar Mandonga Kota
Kendari untuk menjamin kualitas makanan yang dikonsumsi
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah
terdapat Pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow pada jajanan
tradisional yang di jual di Pasar Mandonga Kota Kendari?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Pewarna Rhodamin B dan Metanyl
Yellow pada jajanan tradisional yang dijual di Pasar Mandonga
Kendari.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi Pewarna Rhodamin B pada jajanan
tradisional khususnya jajanan berwarna merah yang dijual
di Pasar Mandonga Kota Kendari.
b. Untuk mengidentifikasi Pewarna Metanyl Yellow pada
jajanan tradisional khususnya berwarna kuning Yang diJual
di Pasar Mandonga Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memberikan tambahan ilmu tentang Rhodamin B
dan Metanil Yellow pada jajanan tradisional yang dijual di
Pasar Mandonga Kendari.

b. Sebagai informasi untuk masyarakat tentang bahaya


Rhodamin B dan Metanil Yellow bagi kesehatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi
Sebagai masukan bagi institusi sebagai pengembangan
ilmu dan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan
untuk melakukan penelitian selanjutnya.

b. Bagi Peneliti Lain


Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya.
c. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan Untuk menambah pengetahuan
tentang bahaya yang disebabkan oleh Rhodamin B dan
Metanil Yellow bagi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, L.,H. 2014. Teknologi Pengawetan Pangan. Bandung: alfabeta

Andarwulan N, Kusnandar F, Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta :Dian


Rakyat.

BPOM. 2014. Bahaya Rhodamin B Sebagai Pewarna Pangan.


http://ik.pom.go.id/ artikel/Bahaya-Rhodamin-B-sebagai Pewarna-
pada-Makanan.pdf. (diakses tanggal 28 desember 2018).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Permenkes Nomor


239/Menkes/Per/V/1985. Tentang Zat Warna Tertentu yang
Dinyatakan sebagai Bahan Berbahaya . Jakarta.

Dian Pertiwi, Saifuddin S, dan Ulfah N. 2013. Analisis Kandungan Zat Pewarna
Sintetik Rhodamin B Dan Methanyl Yellow pada Jajanan Anak di SDN
Kompleks Mangkura Kota Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Makasar.

Wirasto. 2008. Analisis Rhodamin B dan Methanyl Yelow dalam Minuman


Jajanan Anak SD di KecamatanLaweyan Kotamadya Surakarta dengan
Metode Kromatografi Lapis Tips. Fakultas farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Zuraida, Oktadoni Saputra, Zamahsjari Sahli, dan Ayu Aprilia. 2017. Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Pedagang Jajanan Anak Sekolah Dasar
terhadap Penggunaan Pewarna Metanil Yellow diKecamatan
Sukarame Bandar Lampung Tahun 2015. Jagromed Unila,

Anda mungkin juga menyukai