PENDAHULUAN
luas oleh masyarakat Indonesia sebagai upaya menjaga kesehatan dan ketahanan
konsumsi jamu pada masyarakat Indonesia menurut Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) dalam Perkasa (2016), secara nasional ialah sebanyak
59,12%. Selain itu, data Kementerian Kesehatan pada tahun 2010 dalam artikel
paling banyak dikonsumsi adalah berbentuk jamu cair 55,16%, bubuk 43,99%,
jamu seduh 20,43% dan jamu yang dikemas secara modern dalam bentuk
kapsul/pil/tablet 11,58%.
Jamu tradisional yang dijual di masyarakat terdiri dari jamu berlabel dagang
dan jamu tidak berlabel dagang. Jamu berlabel memiliki label dagang dan biasanya
dijual di toko jamu, supermarket dan dijual secara online. Sedangkan jamu tidak
berlabel yakni jamu yang tidak memiliki label dagang, dijual oleh penjual jamu
masing, mulai dari khasiat, cita rasa hingga pengemasan produk. Beberapa jenis
jamu tradisional yang biasa dijajakan menurut Wulandari (2014) yaitu jamu beras
kencur, sinom, kunyit luntas, cabe puyang, kudu laos, kunyit asam, kunci sirih,
2
pahitan, uyup-uyup, temulawak dan sari rapet. Beberapa yang cukup menjadi
primadona dikalangan masyarakat adalah jamu kunyit asam, jamu kunyit luntas,
Pada dasarnya jamu terbuat dari bahan-bahan alami yang memiliki khasiat
penggunaan bahan dasar untuk membuat makanan atau minuman seperti jamu,
pengolahan makanan dan minuman dapat ditambah dengan zat kimia tertentu untuk
gizi, menjaga makanan agar tahan lama serta tidak cepat busuk (Wijaya,2011).
Selain itu bertujuan untuk mempercepat dan mempertajam khasiat atau efek
positif bagi tubuh, namun akan menjadi negatif apabila ditambahkan zat kimia
berbahaya didalamnya.
Saat ini marak ditemukan adanya kandungan zat kimia dan bahan tambahan
memenuhi standar penggunaan dalam makanan dan minuman, salah satunya adalah
Methanil Yellow. Methanil Yellow adalah salah satu zat pewarna sintetis berwarna
kuning yang digunakan pada industri cat dan tekstil. Penelitian yang dilakukan oleh
Yellow pada es lilin yang dijual di Kecamatan Ambulu, Jember pada tahun 2013.
3
Penggunaan zat pewarna sintetis Methanil Yellow dalam produk pangan sangat
sintetis juga sering ditemukan dan acapkali melebihi batas penggunaan maksimum
dalam makanan dan minuman seperti Sakarin. Sakarin adalah salah satu pemanis
sintetis, yang memiliki rasa manis 300 kali lipat lebih manis dibandingkan gula
biasa. Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2017), jamu kunyit asam yang dijual
setelah diberikan asupan pemanis Sakarin yang cukup banyak dan terus menerus.
kualitas pangan yang dapat dikonsumsi diantaranya yaitu aman, mutu bergizi dan
penggunaan bahan tambahan pangan yang dilarang telah diatur dalam Permenkes
bahan berbahaya dan pewarna sintetis yang diizinkan telah diatur dalam Permenkes
RI No. 033 Tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan. Akan tetapi pemakaian
sintetis dan tingkat pengetahuan yang kurang tentang efek negatif bahan tambahan
kandungan nutrisi yang terdapat didalamnya hingga zat tambahan pangan yang
sumber belajar sebagai alat penunjang suatu pembelajaran agar materi yang
diterima siswa dapat diterima dengan baik. Sumber belajar menurut Abdullah
(2012) merupakan sumber seperti pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar yang
dimanfaatkan peserta didik sebagai sumber untuk kegiatan belajar dan dapat
harus memiliki syarat-syarat antara lain (1) Kejelasan potensinya; (2) Kejelasan
sasarannya; (3) Kesesuaian dengan tujuan belajar; (4) Kejelasan informasi yang
dapat diungkap; (5) Kejelasan pedoman eksplorasinya; dan (6) Kejelasan hasil yang
diharapkan.
Saat ini, belum ada penelitian yang membahas kandungan pewarna dan
pemanis sintetis pada jamu berlabel dagang dan tidak berlabel dagang sehingga
pewarna Methanil Yellow dan pemanis Sakarin pada berbagai produk jamu di kota
4. Apakah hasil uji kualitatif kandungan pewarna Methanil Yellow pada berbagai
5. Apakah hasil uji kuantitatif kadar pemanis Sakarin pada berbagai produk jamu
sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM RI No. 4 Tahun 2014 tentang batas
berbahaya
jamu dengan Peraturan Kepala BPOM RI No. 4 Tahun 2014 tentang batas
pemanis Sakarin pada berbagai produk jamu sebagai sumber belajar Biologi.
diantaranya:
1. Secara Teoretis:
Masyarakat
7
2. Secara Praktis:
penelitian
untuk menghemat waktu dan biaya penelitian. Adapun batasan penelitian ini yaitu:
1. Sampel yang digunakan terdiri dari jamu tradisional berlabel dagang dan tidak
berlabel dagang yang terdiri dari empat jenis jamu yang berwarna kuning
diantaranya jamu kunyit asam, jamu kunyit luntas, jamu beras kencur dan jamu
sinom. Masing-masing jenis jamu terdiri dari dua sampel jamu tidak berlabel
dan dua sampel jamu berlabel dagang. Sehingga total sampel penelitian yaitu 16
sampel.
2. Jamu tidak berlabel dagang yang dijadikan sebagai sampel penelitian adalah
jamu yang diambil di pasar-pasar besar yang terdapat di lima kecamatan di kota
Malang yaitu Kecamatan Klojen (Pasar Besar Kota Malang dan Pasar Klojen),
3. Jamu Berlabel dagang yang diambil sebagai sampel penelitian merupakan label
dagang jamu lokal Malang yang terdiri dari Jamu Kunyit Asam (label dagang
8
Jamune #24 dan Jamu Kusapa), Jamu Kunyit Luntas (Jamumu Id dan Jamu Gle-
gek), Jamu Beras Kencur (Jamu Lipursarie dan Jamu Mbak Iti), dan Jamu Sinom
4. Pewarna sintetis yang diteliti adalah Methanil Yellow dan pemanis sintetis yang
tipis.
6. Indikator yang digunakan untuk uji pemanis Sakarin pada berbagai produk jamu
menggunakan spektrofotometer.
Beberapa istilah yang perlu didefinikan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Methanil Yellow merupakan zat pewarna sintetis kuning yang digunakan pada
industri cat dan tekstil. Pewarna sintetis ini sangat berbahaya apabila terhirup,
2. Sakarin merupakan salah satu pemanis sintetis yang secara luas telah digunakan
sebagai pengganti gula karena mempunyai sifat yang stabil, nilai kalori rendah,
dan harganya relatif murah jika dibandingkan dengan pemanis sintetis yang
3. Jamu merupakan sebutan orang jawa terhadap obat hasil ramuan tumbuh-
tumbuhan asli dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai zat
4. Pasar merupakan area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari
satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan,
mall, plasa, pusat perdagangan ataupun sebutan lainnya (Peraturan Presiden No.
5. Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom serta merupakan kota besar
kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya yang memiliki 5 kecamatan yaitu
6. Sumber Belajar merupakan segala apa saja yang dapat digunakan serta