DETEKSI RHODAMIN B
DALAM SAUS DAN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN
PEDAGANG DI WARUNG BAKSO PASAR TRADISIONAL AJIBARANG
TAHUN 2022
Oleh:
EVI AGUSTIN
NIM : P1337433119038
Oleh:
EVI AGUSTIN
NIM : P1337433119038
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat
dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh kecuali air,
obat-obatan, dan substansi-substansi lain yang digunakan untuk pengobatan (Hari Purnama
dan Adiono, 2009). Untuk meningkatkan kualitas produk makanan agar dapat bersaing di
pasaran, maka perlu bahan tambahan pangan seperti pewarna, pengawet, penyedap rasa dan
Sering tidak kita sadari bahwa dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari ternyata
mengandung zat-zat kimia yang bersifat racun, baik itu sebagai pewarna, penyedap rasa dan
bahan campuran lain. Zat-zat kimia ini berpengaruh terhadap tubuh kita, sehingga kebanyakan
Penggunaan bahan kimia seperti pewarna dan pengawet untuk makanan ataupun bahan
makanan dilakukan oleh produsen agar produk olahannya menjadi lebih menarik, lebih tahan
lama, dan juga tentunya lebih ekonomis sehingga diharapkan dapat menghasilkan keuntungan
yang sebesar-besarnya. Namun, efek kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan bahan
makanan akut dan efek penumpukan bahan kimia karsinogenik adalah salah satu masalah
Bahan pelengkap makanan yang saat ini digemari masyarakat cukup banyak karena
mampu meningkatkan cita rasa pada makanan seperti saus. Saus sering ditemukan pada
beberapa makanan yang membutuhkan bahan tambahan makanan seperti Cilok,Bakso dll
yang dijual di lingkungan masyarakat, belum lengkap jika belum menggunakan saus.
1
2
Tetapi maraknya zat berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit saat ini marak terjadi,
Termasuk Rhodamin B yang merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai
pewarna tekstil, Harga menjadi salah satu alasan oleh produsen untuk menggunakan zat
pewarna tekstil ini untuk ditambahkan pada produk makanan dan minuman, dimana zat
pewarna tekstil ini relatif Iebih murah biasanya warnanya Iebih menarik dibanding dengan zat
pewarna untuk makanan. Pemberian zat pewarna berbahaya dalam bahan makanan dan
minuman juga disebabkan karena ketidaktahuan tentang zat pewarna apa saja yang
diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk tambahan pada makanan. Masyarakat
kurang mengetahui bahwa pewarna tekstil yang digunakan dalam makanan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan tubuh dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit
seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia (Judarwanto, 2009).
Rhodhamin B Chloride memiliki rumus kimia C28H31N2O3Cl yang memiliki berat molekul (BM)
79. Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbahaya yang dilarang digunakan dalam
pembuatan makanan dan minuman. Hal ini diatur dalam Peraturan Permenkes No.
Indonesia Nomor 033 tahun 2012 mengenai bahan tambahan makanan. Namun, Rhodamin B
masih banyak ditemukan pada makanan berwarna merah, seperti kerupuk, bumbu, jajanan
dan saus. Saus curah adalah bahan makanan yang populer karena menambah rasa pada
hidangan. Beberapa penjual menggunakan saus curah tanpa merk karena harga yang murah
dan isi yang banyak oleh karena itu, peneliti bermaksud menguji apakah ada bahan pewarna
berbahaya yang digunakan di warung bakso pasar tradisional dan apakah aman untuk
dikonsumsi manusia karena konsumsi saus yang cukup tinggi di masyarakat. Kemudian
Pasar Ajibarang merupakan salah satu pasar tradisional yang berada di bawah naungan
menghubungkan Jawa Tengah bagian utara (Bumiayu, Brebes, Kabupaten Tegal, dll) dan
Jawa Tengah Selatan (Cilacap, Kebumen, dll). Pasar Ajibarang tergolong pasar Tipe I (satu)
antara lain pasar sejenis seperti pasar upah Purwokerto, pasar Karanglewas dan pasar
merupakan bahan makanan yang berbahaya karena dapat menyebabkan kanker. Belakangan
ini, Rhodamin B semakin banyak ditemukan dalam makanan, seperti yang terjadi di pasar
Paringin dan pasar modern Adaro, Kabupaten Balangan. Pengujian sampel menggunakan
rapid test kit (Rhodamin B) pada 29 sampel makanan dan minuman. Dari hasil pengujian
ditemukan sampel tidak memuaskan (TMS) atau positif Rhodamin B. Beberapa orang juga
mengeluhkan warna kuah yang pucat dan rasa kuah yang sedikit pahit saat menggunakan
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan cara
deskriptif dengan pendekatan observasional pada sejumlah warung Bakso yang ada di sekitar
Pasar Tradisional Ajibarang dengan judul “Deteksi Rhodamin B dalam Saus dan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil survei menunjukan bahwa saus yang dibeli di salah satu warung bakso
berwarna merah mencolok dan penemuan zat pewarna makanan yang berbahaya saat
Apakah terdapat kandungan Rhodamin B pada saus yang dipakai di warung Bakso Pasar
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Apakah terdapat zat pewarna Rhodamin B pada saus yang ada pada
2. Tujuan khusus
a) Memeriksa ciri-ciri fisik pada saus di warung Bakso Pasar Ajibarang tahun 2022
tahun 2022
makanan.
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi bagi masyarakat dan sekitar untuk lebih berhati-hati dalam
Tradisional.
3. Bagi Pedagang
4. Bagi Almamater
5. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan
1. Pengertian
Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang mencakup semua
aspek alam dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia. Penyehatan makanan
dan minuman adalah upaya pengendalian faktor-faktor yang berkaitan dengan lokasi,
peralatan, penjamah makanan dan proses pengolahan makanan yang dapat atau dapat
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan memerlukan
pengolahan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh, karena makanan sangat
diperlukan untuk oleh tubuh. Depkes RI (2003). Makanan perlu diolah dengan baik, makanan
dapat menjadi sumber penularan penyakit jika terkontaminasi zat beracun, benda asing.
makanan juga memerlukan bahan tambahan seperti penyedap rasa atau zat lain. Makanan
yang beredar di pasaran sangat berbahaya bagi kesehatan karena penanganannya yang
2. Syarat Makanan
b. Bebas bahan berbahaya dan beracun, seperti Rhodamin B, Formalin, Borax dan
lainnya
6
7
c. Bebas dari perubahan fisik dan kimia yang tidak diinginkan, akibat pengaruh enzim,
(foodborne disease).
B. Saus
1. Pengertian Saus
Saus adalah salah satu bahan pelengkap makanan yang berbentuk cairan kental dan pada
umumnya berfungsi sebagai bahan penyedap dan penambah cita rasa masakan. Pengertian
lain saus ialah produk makanan berbentuk pasta yang terbuat dari bahan baku sayuran maupun
buah dan mempunyai aroma serta rasa yang enak. saus curah yaitu saus cabai,tomat maupun
campuran bahan lain yang dijual secara kiloan dan biasanya dengan harga yang murah. Namun
demikian, terdapat juga produsen yang memproduksi saus berjenis pepaya, akan tetapi biasanya
Saus curah dapat digunakan untuk melengkapi berbagai makanan, seperti bakso yang biasa
disantap oleh anak-anak dan orang dewasa. Tapi pada kenyataannya masih ada beberapa
produsen yang sengaja menambahkan pewarna Rhodamin B pada saus curah sebagai
pewarna merah dengan alasan dapat digunakan sebagai pewarna,mudah ditemukan dan murah
Sebagian besar produk ini tidak mencantumkan kode , label, merek, tip atau data lain yang
Standar Nasional Indonesia (SNI) No-01-2976 Tahun 2006, menyebutkan saus cabai atau
saus sambal adalah saus yang dibuat dengan bahan utama cabai (Capsicum Sp), yang bisa
diolah dengan penambahan bumbu-bumbu dan bahan makanan yang diizinkan, atau tanpa
Saus tomat adalah saus yang dibuat dengan campuran bubur tomat atau padatan tomat yang
didapat dari tomat yang sudah masak dan diolah dengan bumbu bumbu dengan atau tanpa
Syarat mutu saus telah diatur dalam Standar Nasional Indonesia nomor SNI 01-3546- 2004
yaitu :
a. Alat
1) Panci
2) kompor
9
3) blender
4) wadah plastik
6) botol plastik
7) botol gelas
9) pengaduk kayu
b. Bahan
2) Tepung maizena
3) Air
c. Cara Pembuatan
1) pemilahan / Sortasi Pemilahan ini wajib dilakukan untuk memisahkan bahan baku yang
akan digunakan untuk membuat saus cabe maupun tomat. Bahan baku yang dipilih
adalah yang mempunyai tingkat kematangan yang optimal di atas 60 %, dan tidak
busuk. Tangkai cabe dan bagian yang rusak harus dibuang. Sedangkan untuk tomat
2) Pencucian untuk membersihkan bahan baku dari kotoran, sisa-sisa residu pestisida
yang biasanya banyak mengandung residu pestisida, dan kontaminasi bahan baku,
4) Penyiapan bumbu Bumbu yang akan digunakan di dalam saus dihaluskan terlebih
5) Penggilingan : Bahan – bahan yang sudah dikukus digiling sampai halus dengan
blender.
maizena : air = 1:3. Bahan tersebut dicampurkan secara merata dengan cabe maupun
sambil dipanaskan dengan api yang tidak terlalu besar sampai mendidih dan mencapai
8) Penambahan bahan tambahan makanan dan pengatur keasaman Diberikan pada akhir
proses dan diaduk secara merata. Asam cuka yang ditambahkan kedalam bubur cabe
Pemasakan dihentikan apabila padatan terlarut saus mencapai minimal 20% b/b (20o
brix).
d. Pembotolan
Proses sterilsai botol kemasan. Botol yang dipergunakan sebelumnya sudah dibersihkan
dan disterilkan, cara pembersihan dan sterilisasi botol dapat mengikuti prosedur sebagai
berikut: Sebelum digunakan, botol harus dicuci terlebih dahulu dengan sabun dan dibilas
sampai bersih. Perlakuan sterilisasi dengan cara botol dan tutup direbus dalam air mendidih
selama 1 jam atau menggunakan sterilizer pada suhu 121oC selama 15 menit dengan posisi
tutup botol di bagian bawah. Pemasukan cabe ke dalam botol (filling). Dalam keadaan panas
saus dimasukkan dalam botol yang sudah disterilisasi sampai mencapai 1 – 1½ cm dibawah
mulut botol Mulut botol segera ditutup rapat dengan menggunakan alat penutup botol untuk
(exhausting) didalam air mendidih selama 30 menit atau dapat pula dikukus (pasteurisasi)
selama 15 menit. Angkat dan biarkan botol dalam keadaan terbalik selama 5 - 15 menit.
Pembalikan botol pada akhir proses harus dilihat benar. Jangan sampai ada gelembung
udara, agar nantinya saus yang dihasilkan tidak ditumbuhi jamur (kapang).
e. Pelabelan
Setelah dikemas, saus diberi label. Label ditempelkan pada bagian tengah badan gelas.
Menurut ketentuan PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pada label antara
11
lain tertera merek dagang produk, komposisi bahan yang digunakan, dan isi bersih saus,
f. Penyimpanan
Penyimpanan saus cukup dilakukan pada suhu kamar, memiliki sirkulasi udara yang baik,
suhu tidak melebihi 300C sehingga tidak lembab. Daya simpan saus cabe ini adalah satu
tahun jika dikemas dalam botol plastik. Selama proses pengolahan berlangsung,
sanitasi/kebersihan peralatan, pekerja dan lingkungan kerja harus dijaga dengan baik.
Setelah selesai proses, semua peralatan proses harus kembali dalam keadaan bersih dan
4. Ciri-ciri Saus
a. Krim semi cair (halus), saus dikatakan memenuhi syarat jika memiliki tingkat kelembutan
tertentu, tidak menggumpal, dan ketika panas masih bisa meleleh dan meninggalkan
c. Kaya rasa dan bebas minyak, saus memiliki cita rasa khas yang berasal dari bahan utama
berkualitas dan harus dapat meningkatkan atau melengkapi cita rasa hidangan utama.
5. Karakteristik Saus
Saus adalah cairan yang dikentalkan dengan salah satu pengental sehingga menjadi
setengah cair (semi-cair) dan digunakan bersama ikan, daging, dan kue dengan tujuan
b) Teksturnya lebih encer. Alhasil, ketika dituang akan langsung jatuh layaknya menuang
minyak
c) Ketika dituang cepat berbaur dengan makanan (tidak menggumpal terlalu lama)
Memberikan kelembapan pada makanan sehingga makanan yang sedikit kering bisa
menjadi sedikit basah, seperti ayam goreng dengan saus tartar atau sandwich dengan
mayones.
b. Meningkatkan aroma makanan, tetapi perlu diketahui bahwa menambahkan saus tidak
dan merangsang nafsu makan dan saus yang tepat yang berwarna-warni dan tidak
d. Mempertinggi nilai gizi, nilai gizi makanan dapat ditingkatkan dengan menambahkan saus,
misalnya sayuran dapat ditambahkan dengan mayones, yaitu ditambahkan protein dan
lemak makanan.
1. Pengertian
Menurut (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012
Tentang Bahan Tambahan Pangan), dalam peraturan tersebut Bahan Tambahan Pangan
yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
BTP yang digunakan dalam pangan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. BTP tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi secara langsung dan/atau tidak diperlakukan
b. BTP dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke
c. BTP tidak termasuk cemaran atau bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
c. Antioksidan (Antioxidant)
g.Humektan (Humectant)
i. Pemanis (Sweetner)
j. Pembawa (Carrier)
n.Pengawet (Preservative)
p.Pengelmusi (Emulsifier)
q.Pengental (Thickener)
u.Penstabil (Stabilizer)
w.Perisa (Flavouring)
a. Pewarna merupakan salah satu aspek penting dalam hal penerimaan konsumen
terhadap suatu produk pangan. Warna dalam bahan pangan dapat menjadi ukuran
terhadap mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau
(Colour) adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan pewarna sintetis,
yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan, maupun memberi atau
Pewarna alami (Natural Colour) adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstasi,
isolasi, atau derivatisasi (sintesis parsial) dari tumbuhan, hewan, mineral atau sumber
lain, termasuk pewarna identik alami. Contohnya Klorofil CI, Karamel I, Karamel III,
Pewarna sintetis (Synthetic Colour) adalah pewarna yang diperoleh secara sintetis
kimiawi. Contohnya Tartrazin CI, Kuning FCF CI, Karmoisin CI, Merah allura CI, Biru
Berbahaya yaitu:
Berberapa zat pewarna seperti Amaranth (merah), telah dilarang peredaranya di berberapa
negara seperti Amerika Serikat, Australia, dan negara negara lain karena diketahui dapat
menyebabkan tumor, reaksi alergi pada pernafasan. Berberapa zat pewarna sintesis juga
bisa menyebabkan kanker hati apabila digunakan terus menerus seperti pewarna Azorubine,
Briliant Black BN, Brown FK, dan Brown HT ( Permekes RI, 1988). Zat pewarna lain yang
sering disalah gunakan di Indonesia seperti Methanil Yellow yang digunakan untuk pewarna
pewarna tekstil mempunyai sifat kimia yang sangat toksik sehingga apabila dikonsumsi terus
menerus dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati (Cahyadi, 2006). Sedangkan dari zat
berbahaya diatas Beberapa pewarna yang sering terdapat pada makanan antara lain:
D. Rhodamin B
1. Pengertian
Rhodamin B adalah zat warna sintetik berupa serbuk kristal, berwarna ungu
kemerahan, tidak berbau dan berpendar dalam larutan berwarna merah terang.
Rhodamin B pada awalnya digunakan untuk aktivitas histologis dan saat ini sedang
kosmetik, seperti sirup, saus,lipstik, merah, dan sejenisnya. Pewarna ini terbuat dari
dietilaminofenol dan phatalic anchidria, dimana kedua bahan baku tersebut sangat
beracun bagi manusia. Biasanya pewarna ini digunakan untuk mewarnai kertas, wol
79.000. Sangat larut dalam air, memberikan warna merah-hijau dan memiliki
fluoresensi yang kuat. Rhodamin B juga larut dalam alkohol, HCl dan NaOH, selain
air. Di laboratorium digunakan sebagai reagen untuk penentuan Pb, Bi, Co, Au, Mg
Data toksisitas pada Rhodamin B menunjukan bahwa LD50 pada tikus secara
intravena sebesar 89,5 mg/kg, dan secara intraperitonial sebesar 112 mg/kg.
Sedangkan LD50 pada mencit secara oral sebesar 887 mg/kg, secara intraperitonial
sebesar 144 mg/kg dan secara subkutan sebesar 180 mg/kg (Sugiyatmi, 2006).
17
2. Penggunaan zat pewarna Rhodamin B pada makanan (Syah et al.2005), antara lain:
d. Untuk menutupi perubahan warna akibat paparan cahaya, udara, atau temperatur
e. Untuk menjaga rasa dan vitamin yang mungkin akan terpengaruh sinar matahari
bismut, tantalum, talium dan tungsten pewarna tekstil yang biasa digunakan untuk
mewarnai kapas, kertas, sutra, jerami, kulit, bambu dan gabus dari bahan utama
berwarna terang, sehingga banyak digunakan untuk kertas karbon dan pulpen, Cat,dan
tinta gambar.
menarik
bahwa sifat toksik rhodamin B tidak hanya disebabkan oleh senyawa organik tetapi
juga senyawa anorganik yang ada dalam rhodamin itu sendiri. Bahkan ketika
18
Kontaminasi rhodamin B oleh kedua elemen ini membuat pewarna ini berbahaya
iritasi mata, iritasi kulit, dan kemerahan pada kulit, sangat mirip dengan klorin yang
terikat pada struktur Rhodamin B. Alasan lain mengapa senyawa ini sangat
berbahaya jika dikonsumsi adalah karena merupakan senyawa induk yaitu Senyawa
radial yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin diketahui mengandung klorin
(senyawa halogen), sifat halogen adalah reaktif atau sangat reaktif, yang dapat
a. Efek akut
Apabila terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar, dalam waktu singkat akan terjadi
1) Jika tertelan melalui makanan, akan mengiritasi saluran cerna dan menyebabkan gejala
2) Jika terhirup, dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan dengan gejala seperti
3) Jika terkena kulit, iritasi kulit juga akan terjadi. Jika terkena mata juga akan
menyebabkan iritasi yang ditandai dengan kemerahan dan penumpukan cairan atau
b. Efek kronis
Bahaya serius bagi kesehatan dengan penggunaan jangka panjang (kronis) dapat
(Yuliarti, 2007).
19
E. Pengetahuan Pedagang
Penggunaan bahan tambahan makanan salah satunya yaitu pewarna yang aman
pada makanan telah diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No.33 Tahun 2012,
yang mengatur mengenai pewarna yang dilarang digunakan dalam makanan, pewarna
yang diizinkan serta batas penggunaannya, termasuk penggunaan bahan pewarna alami.
Akan tetapi peraturan-peraturan tersebut tidak dipatuhi sehingga banyak terjadi penyalah
gunaan dalam pemakaian zat pewarna yang dilarang bukan untuk makanan tetapi
digunakan untuk makanan. Hal ini disebabkan karena pengetahuan produsen yang tidak
memadai mengenai bahaya bahan kimia terlarang pada pangan atau juga karena tingkat
Pengetahuan adalah hasil dari tabu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Penjual Bakso telah mengetahui ciri-ciri Rhodamin B dan memahami dampaknya tapi
masih banyak yang tidak memperdulikan dan tetap menggunakan dan memilah saus
yang lebih murah yang bisa merugikan konsumen. Mereka pun harus lebih teliti lagi
2. Memahami (comprehension)
objek yang diketahui dan dapat menginterpresikan materi tersebut secara benar.
Pedagang bakso paham akan manfaat Rhodamin B dan saus yang mereka gunakan
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
Yaitu, pedagang tidak menggunakan Pewarna Rhodamin B pada saus yang mereka
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
Dalam hal ini pedagang sudah bisa membedakan antara saus yang mengandung
pewarna Rhodamin B dan tidak mengandung Rhodamin B dengan cara melihat ciri-ciri
fisik yang terlihat. Saus yang terdapat kandungan zat pewarna Rhodamin B
5. Sintesis (syntesis)
sesuai, sehingga warna yang dihasilkan serupa dengan saus yang menggunakan
pewarna alami dan konsumen tidak tahu serta tidak curiga bahwa terdapat keberadaan
Rhodamin B.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria - kriteria yang telah ada
kuisioner.
21
Karakteristi
F. Kerangka Teori k Saus
Baku mutu saus
PMM Saus
Bahan
tambahan
Makanan
Pewarna Makanan
Tidak
Diperbolehkan
Diperbolehka
n
Rhodamin B
pada
Saus
Ciri-Ciri Saus
Pengetahua
Pemeriksaa n Pedagang
-Berwarna merah mencolok
n tentang
-Ada rasa pahit Labolatoriu Rhodamin
m B
-Bau saus tidak alami
Positif Negatif
Rhodam Rhodami
in B nB
Gambar 2.1 Kerangka Teori
BAB III
BAHAN DAN METODE
A. Kerangka Konsep
1. Komponen Penyusun
a. Input
b. Proses
c. Output
1) Positif Rhodamin B
2) Negatif Rhodamin B
3) Pengetahuan Pedagang
22
23
3. Devinisi Operasional
2. Rhodamin B Salah satu zat pewarna Pemeriksaan Rappid test kit - Positif
sintesis berwarna merah kualitatif di Rhodamin B - Negatif
yang dilarang Laboratorium
penggunaannya
6. Pengetahuan Pengetahuan
Pedagang pedagang bakso Wawancara Kuisioner - Sangat
saus warung mengenai bahan - baik
bakso tambahan makanan - Baik
pada saus yaitu - Cukup
rhodamin B - Kurang
24
B. Bau
-Obat
-Saus Asli
C. Rasa
-Pahit
-Tidak pahit
B. Jenis Penelitian
cara wawancara yang bertujuan untuk mengetahui adanya Rhodamin B dalam saus
curah pada warung Bakso dan pengetahuan Pedagangnya di Pasar Ajibarang tahun
2022. Tahap pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara mengambil sampel pada
C. Ruang Lingkup
1. Waktu Penelitian
2. Lokasi
3. Materi
ada tidaknya bahan kimia Rhodamin B pada Saus Curah yang digunakan oleh
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah saus curah yaitu saus kemasan yang di sediakan di
warung bakso Pasar tradisional Ajibarang, dari penelitian ini diambil dari semua
warung bakso di sekitar pasar, yang menyajikan saus dengan merk berbeda. Masing-
masing 7 sampel dari 7 pedagang yang berada di sekitar pasar tradisional Ajibarang
E. Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data umum
Tradisional Ajibarang
b. Data khusus
Data Khusus, yaitu data mengenai ada tidaknya zat pewarna Rhodamin B,
2. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
kondisi umum lokasi penelitian, luas dan sebaran Wilayah Pasar Tradisional
Ajibarang.
pengetahuan pedagang.
F. Pengolahan Data
1. Editing
2. Coding
3. Tabulating
Suatu kegiatan memasukan data yang telah diseleksi kedalam table dan
4. Entry
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu
dengan interpretasi karena didasarkan pada keadaan yang sebenarnya tanpa ada
tambahan dari pihak penulis. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium
kemudian dijelaskan bahwa ada tidaknya kandungan Rhodamin B pada saus kemudian
Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan serta
H. Etika Penelitian
a. Lembar Persetujuan
dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data. Jika subyek menolak untuk diteliti, peneliti tidak akan
inisial sehingga tidak ada orang lain yang tahu identitas responden, kecuali peneliti
c. Kerahasiaan
A. Data umum
1. Lokasi Penelitian
Banyumas, dengan jumlah pedagang bakso yang menyediakan saus curah sebanyak 7
pedagang. Pasar ajibarang mempunyai luas Luas : 35.995.92 M2 dan merupakan Pasar kelas:
I (Satu), Pasar Ajibarang terletak pada kota kecamatan yang sangat strategis karena berada
di persimpangan jalur antar kota besar di Indonesia, yaitu pada persimpangan jalur lalu lintas
Ajibarang yaitu
Selatan:Kecamatan Wangon
2. Letak Geografi
sesuai namanya. Merupakan pasar dengan lokasi strategis yaitu berada di jalur
(Bumiayu, Brebes, Kab. Tegal dll) dan Jawa Tengah bagian selatan (Cilacap,
Kebumen, dll). Pasar ajibarang termasuk pasar dengan Kategori kelas I (Satu)
diantara pasar pasar lainnya yang serupa seperti Pasar Wage Purwokerto, Pasar
3. Pengambilan Sampel
Sampel penelitian ini diambil dari semua warung bakso di sekitar pasar, yang
menyajikan saus curah. Masing- masing 7 sampel dari 7 pedagang yang berada di
sekitar pasar tradisional Ajibarang baik di dalam gedung pasar maupun di trotoar
3 WC/Latori 3 Orang -
terbagi menjadi Los dan Kios dengan tambahan WC/Latori di dalamnya. terdapat
kios 394 pedagang dengan jenis dagangan antara lain konveksi, sembako, sayur
mayur, warung makan, perbankan, alat rumah tangga, kacamata, alat perkakas /
pertanian, makanan / snack. Terdapat pula Los 768 pedagang dengan jenis
dagangan sembako, sayur mayur, pecah belah, warung makan, alat rumah tangga,
koncveksi, alat pertanian / perkakas, makanan / snack. Ada juga beberapa warung
makan kaki lima maupun dalam pasar sendiri seperti bakso,mie ayam,soto dll
Beberapa warung bakso juga menyediakan pelengkap makanan seperti saus dan
31
kecap yang wajib ada pada warung bakso
KEPALA UPTD
CAHYONO,S.E
KASUBBAG TU
B. Data Khusus
1. Pemeriksaan Organoleptik Rhodamin B
terdiri dari Tekstur,bau, warna, dan rasa. Uji organoleptik dilakukan oleh 7
Organoleptik pada saus yang di jual oleh pedagang yang ada di Pasar
Tabel 4.10. Hasil modus uji organoleptik pada saus oleh seluruh
panelis
yang diperiksa oleh 7 orang panelis disimpulkan bahwa saus curah yang
Tekstur,bau,warna dan rasa menunjukan secara fisik bahwa ada satu sampel
33
yang diduga terindikasi mengandung Rhodamin B karena warnanya yang
terlihat lebih mencolok daripada sampel yang lain, tetapi untuk rasanya juga
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 7 sampel yang dibawa dan
3. Pengetahuan Pedagang
Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti terhadap 7 pedagang pada saat
Namun ada beberapa yang masih tidak tahu bahwa warna merah pada saus yang
masyarakat di pasar ajibarang ada yang belum pernah ikut penyuluhan tentang
bahaya pewarna pada makanan dan minuman. dapat dilihat bahwa tingkat
pengetahuan yang baik tentang pewarna makanan dan didapatkan hasil lebih dari
40 – 55 %
35
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian yang berjudul “Deteksi Rhodamin B dalam Saus dan Pengukuran Tingkat
Pengetahuan Pedagang di Warung Bakso Pasar Tradisional Ajibarang Tahun 2022” telah
dilakukan pada tanggal 3 Maret 2022 dengan cara mengambil sampel saus curah pada
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk menilai mutu produk yang sudah
mengalami proses pengolahan (Indonesia, 2006). Hal ini bertujuan untuk memudahkan
peneliti dalam mengidentifikasi ciri – ciri saus secara fisik yang mengandung rhodamin B
Bedasarkan hasil uji organoleptik yang dilakukan oleh penelis bahwa saus curah
Tekstur,bau,warna dan rasa menunjukan secara fisik bahwa ada 1 dari 7 sampel yang
daripada sampel yang lain, untuk rasanya didapatkan hasil terasa sedikit pahit tetapi
masih ada rasa pedas saus. Pemeriksaan uji organoleptik dilakukan oleh seorang panelis
yang sudah memiliki pengetahuan tentang uji organoleptik untuk mengetahui mutu saus.
Panelis memberikan penilaian mutu saus menggunakan checklist yang telah disiapkan.
Dalam hal ini panelis mengamati serta memberikan penilaian terhadap ciri fisik.
Hal ini berkaitan dengan Peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan
dan yang dilarang untuk pangan diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Akan tetapi, sering kali terjadi penyalahgunaan pemakaian zat pewarna untuk
sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk
mewarnai bahan pangan. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya
residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan zat pewarna
tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna
untuk pangan, dan juga karena harga zat pewarna untuk industri relatif jauh lebih murah
Ciri-ciri makanan yang diberi Rhodamin B adalah warna makanan merah terang
mencolok dan cenderung berpendar, berasa agak pahit, namun banyak memberikan
titik-titik warna karena tidak homogen misalnya pada kerupuk dan es puter. (Soeseno,
2003).
penggunaan pewarna sintetis lebih dominan dipakai sebagai pewarna makanan. Agar
terhindar dari makanan yang mengandung pewarna berbahaya kita harus mencermati
setiap produk yang dibeli dengan cara membaca jenis dan jumlah pewarna yang
digunakan dalam produk tersebut, pastikan label tercantum izin dari BPOM dan pilih
Penyehatan makanan adalah suatu upaya yang menitik beratkan kegiatan dan
tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya-
bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan
penjualan sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk
Sampel yang telah di peroleh dari pedagang kemudian diperiksa pada tanggal 4
Maret 2022 dengan metode Test Kit diambil sampel untuk masing-masing saus curah
dari 7 pedagang kemudian dilakukan pemberian label pada setiap sampelnya, Sebanyak
sampel yang akan diteliti dilakukan untuk mempermudah dalam proses identifikasi.
Setelah Kode diberikan kemudian melakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur yang
berlaku yang pertama memasukan 25 gr sampel yang akan diuji kedalam 50 ml aquadest
lalu saus diaduk sampai larut terlebih dahulu (ini tidak berlaku untuk minuman yang sudah
cair). Siapkan tabung reaksi, masukan 1-3 ml sampel seeta tambahkan 1 tetes reagent
Rhodamin -1 lalu diaduk, tambahkan 3 tetes Rhodamin – 2 dan kemudian sampel akan
berubah warna ungu jika positif Rhodamin B, jika tidak ada perubahan warna maka
Banyumas (LABKESDA) Hasil pemeriksaan dengan metode Test Kit tersebut untuk
sehingga dapat diketahui bahwa zat pewarna yang digunakan 100% tidak mengandung
Rhodamin B atau aman untuk digunakan namun dengan jumlah dosis yang ditentukan.
Rhodamin B tidak hanya disebabkan oleh senyawa organik, tetapi dapat disebabkan
oleh senyawa anorganik yang terdapat pada rhodamin B. Rhodamin B bila terkontaminasi
oleh senyawa anorganik seperti timbal dan arsen menjadikan pewarna ini berbahaya bila
dikonsumsi. Rhodamin B bersifat senyawa halogen yang berasal dari struktur rhodamin
B yaitu klorin (Cl), dimana sifat halogen yaitu mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas
yang tinggi. Rhodamin B akan mencapai kestabilan didalam tubuh dengan cara berikatan
dengan senyawa-senyawa yang ada didalam tubuh sehingga pada akhirnya memicu
kanker pada manusia. Ion klorin (Cl) pada suhu kamar akan membentuk gas beracun
yang tanpa sengaja terhirup oleh manusia akan menyebabkan kanker. Rhodamin B
memiliki senyawa CH3-CH3 yang bersifat radikal bebas sehingga didalam tubuh akan
berikatan dengan dengan protein, lemak dan DNA didalam tubuh manusia. Keberadaan
rhodamin B
38
pada makanan dapat menimbulkan efek kronis apabila dikonsumsi dalam jangka
Penggunaan pewarna makanan dan minuman yang aman telah diatur melalui
Permenkes No.33 Tahun 2012 tentang bahan tambahan makanan, yang mengatur
mengenai pewarna yang dilarang digunakan dalam makanan, pewarna yang diizinkan
serta batas penggunaan termasuk penggunaan bahan alami. Peraturan yang dibuat
dengan tujuan agar bahan tambahan makanan yang beredar terutama pewarna makanan
yang digunakan memenuhi persyaratan mutu kesehatan. Meskipun sudah ada peraturan
yang mengikat mengenai penggunaan pewarna makanan, akan tetapi masih banyak
produsen makanan terutama industri kecil atau industri rumah tangga yang menggunakan
bahan- bahan pewarna yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan, misalnya
penggunaan Rhodamin B yang masih sering digunakan untuk pewarna makanan. Banyak
produsen yang menggunakan zat pewarna tersebut karena warnanya lebih cerah, lebih
stabil, harganya yang murah, tidak ada penjelasan dalam label produk, lemahnya
tidak mengerti tentang bahan bahaya kimia terlarang pada pangan dan tingkat kesadaran
Dengan demikian walaupun di pasar Ajibarang saus curah yang dijual tidak
mengandung Rhodamin B akan tetapi Dinas kesehatan maupun pengelola pasar tetap
B secara rutin.
Berdasarkan hasil yang didapatkan yang tercantum pada tabel 4.2 mendapatkan
hasil Pedagang A,B,D Dan F mempunyai pengetahuan yang baik tentang pewarna
hasil yang cukup yaitu berkisar antara 40 – 55 %. Hal ini sudah cukup baik namun masih
ada beberapa pedagang yang belum mengetahui banyak tentang pewarna makanan
seperti ciri fisik yang ada pada saus, mereka masih bingng saat ditanya tentang dampak
dari Rhodamin B, hal ini juga berkaitan dengan lingkungan pasar yang jarang melakukan
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan perlu ditingkatkan agar saus curah yang
Oleh karena itu pemerintah khususnya kesehatan seperti Dinas Kesehatan atau
Minuman bukan hanya tentang pewarna saja, pengawet, dan pemanis pun perlu
minuman yang mereka jual tidak berdampak buruk dan terjamin kesehatannya.
(1980) dalam Notoatmojo (2003), ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku diantaranya
penerimaan pengetahuan yang baik dan dianggap sudah memiliki pengetahuan yang
cukup, dapat membedakan antara perilaku baik dan perilaku yang tidak baik untuk
dilakukan, meskipun dalam praktiknya tidak selalu dapat melakukan perilaku baik
(Notoatmojo, 2003).
Pedagang juga perlu berhati-hati memilih pewarna yang akan digunakan dalam
makanan karena bila menggunakan pewarna yang dilarang untuk makanan dapat
dikenakan sanksi hukum. Agar terhindar dari bahan pewarna makanan berbahaya maka
pedagang tidak hanya memilih produk yang murah saja perlu perhatikan label pastikan
BAB VI
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dengan judul Deteksi Rhodamin B dalam Saus dan
1. Hasil uji Organoleptik dari ke tujuh sampel yang diperiksa melalui indera manusia
seperti Tekstur,bau,warna dan rasa menunjukan secara fisik bahwa ada 1 dari 7
2. Berdasarkan dari hasil deteksi Rhodamin B dalam saus dapat disimpulkan bahwa
B. Saran
1. Disarankan kepada masyarakat agar lebih selektif dalam memilih makanan dan
minuman yang hendak dikonsumsi salah satunya dengan tidak mudah tertarik pada
untuk mendapatkan informasi terbaru tentang bahan tambahan pangan dengan peran aktif
3. Para pedagang bakso juga harus memilih saus yang sesuai, jangan hanya melihat
harga yang murah saja tetapi juga Mengenali kode registrasi produk seperti produk
makanan yang sudah terdaftar di Badan POM atau untuk pangan industri rumah tangga
4. Disarankan kepada pedagang agar tidak memperjualbelikan saus yang tidak layak
dikonsumsi masyarakat.
identifikasi pewarna sintetis lainnya yang dilarang oleh pemerintah yang beredar di
masyarakat.
42
DAFTAR PUSTAKA
Amelia rizky,Zairinayati (2020). Analisis keberadaan Rhodamin B pada saus tomat yang
beredar di pasar kota Palembang : Stikes Muhamadiyah Palembang.
Fadilah, R. (2017). Bahan Tambahan Makanan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 722/Menkes/Per/Ix/88, 9–28.
Fatimah Siti, Dian Wuri.2015. Analisis Kualitatif Rhodamin B Pada Kue ku yang Beredar di Pasar
Tradisional Kabupaten Sleman,Yogyakarta. STIKes Guna Bangsa Yogyakarta
Indonesia, Departemen Kesehatan, 2012, Permenkes No.33 Tahun 2012, Jakarta : Depkes RI.
Indonesia, Depkes RI, 1994 Vol. 16 ISSN 0216-1109 Tentang Zat Warna Tertentu Yang
Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya, Jakarta: Yayasan Bakti Sejahtera.
Ivon,Identifikasi rhodamin pada saus tomat labilatorium balai riset dan industri. 2014 th. Manado.
Shonia M N, Grachia (2020). Analisa Rhodamin B pada Saus Tanpa Merk yang diperjualbelikan
di Pasar Tradisional. Medan : Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Teknologi
Labolatorium Medis.
SNI 01-0222-1995
Sunarti D, Arnold Turang. 2018 Teknologi Pengolahan saus cabai berkualitas. Provinsi
Jambi : Balai litbang kementrian pertanian.
Wardhany, F. E. (2018). Analisis Kualitatif Zat Pewarna Rhodamin B pada Saus Tomat
yang Berada di Warung Makan Kelurahan Anduonohu Kota Kendari. 1–36.
Widierani, eka cahya. 2018. Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B Makanan Jajanan di Sekitar
Lingkungan Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas Tahun
2018 KTI. Purwokerto: Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
43
LAMPIRAN
Lampiran 5
A. Identitas
Responden Nama
Alamat :
Umur :
Jenis Kelamin:
Pendidikan :
B.Wawancara diajukan kepada penjamah makanan, kemudian pilih jawaban Betul atau Salah
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
51
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda tahu jika saus bisa saja menggunakan pewarna makanan?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
12. Apakah pernah ada penyuluhan dari puskesmas atau dinas kesehatan
a. Ya
52
b. Tidak
13. Apakah anda pernah mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh puskesmas atau
dinas kesehatan ?
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah ada pengawasa rutin yang dilakukan oleh puskesmas atau dinas
a. Ya
b. Tidak
Penilaian
Pengkategorian menurut Suharsini Ari Kunto (1991, h.246)
Baik : 56 – 75%
Cukup : 40 – 55%
Kurang : < 39
53
DETEKSI RHODAMIN B PADA SAUS BAKSO DI PASAR TRADISIONAL AJIBARANG TAHUN 2022
1. Mengamati Saus
Kegiatan yang dilakukan peneliti dengan cara mengamati curah saus yang dijual
oleh pedagang di Pasar Tradisional Ajibarang Banyumas yang berwarna merah dengan
rasa pedas (sebagai sampel).
Panelis
No. Kode Sampel Spesifikasi
1 2 3 4 5 6 7
Tekstur
1.) Kental
2.) Agak cair
Rasa
1.) Tidak pahit
1. A 2.) Sedikit Pahit
Bau
1.)Saus
2.)Obat
Warna
1.)Tidak Mencolok
2.)Mencolok
Tekstur
1.) Kental
2.) Agak Cair
Rasa
1.) Tidak pahit
2. B 2.) Sedikit Pahit
Bau
1.)Saus
2.)Obat
Warna
1.)Tidak Mencolok
2.)Mencolok
Tekstur
1.) Kental
2.) Agak cair
Rasa
1.) Tidak pahit
2.) Sedikit Pahit
55
Bau
3. C
1.)Saus
2.)Obat
Warna
1.)Tidak Mencolok
2.)Mencolok
Tekstur
1.) Kental
2.) Agak cair
Rasa
1.) Tidak pahit
2.) Sedikit Pahit
Bau
4. D 1.)Saus
2.)Obat
Warna
1.)Tidak Mencolok
2.)Mencolok
Tekstur
1.) Kental
2.) Agak cair
Rasa
1.) Tidak pahit
5. E 2.) Sedikit Pahit
Bau
1.)Saus
2.)Obat
Warna
1.)Tidak Mencolok
2.)Mencolok
Tekstur
1.) Kental
2.) Agak cair
56
Rasa
1.) Tidak pahit
6. F 2.) Sedikit Pahit
Bau
1.)Saus
2.)Obat
Warna
1.)Tidak Mencolok
2.)Mencolok
Tekstur
1.) Kental
2.) Agak Cair
7.
7 G Rasa
1.) Tidak pahit
2.) Sedikit Pahit
Bau
1.)Saus
2.)Obat
Warna
1.)Tidak Mencolok
2.)Mencolok
57
Lampiran 8
a. Beaker glass
c. Pipet ukur
d. Pengaduk
a. Rhodamin B
b. Aquadest
Lampiran . Dokumentasi
DETEKSI RHODAMIN B
DALAM SAUS DAN PENGUKURAN TINGKAT PENGETAHUAN PEDAGANG DI WARUNG BAKSO PASAR
TRADISIONAL AJIBARANG TAHUN 2022
DOKUMENTASI PENELITIAN
Persetujuan Responden
Uji Organoleptik