Anda di halaman 1dari 10

Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume I No.

1 , Mei 2016, Hal 11 - 20

Analisis Rhodamin B Cabai Giling di Pasar Segiri dengan metode Kromatografi


Lapis Tipis

Azhari

Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Kaltim, Jl. Kurnia Makmur No.64

Abstract

One thing that can be done is to improve and maintain the quality of the food that produces a
more attractive, both from the texture, color and appearance of food is by using a food additive one
dye. But now there are manufacturers that use dyes that are not allowed are Rhodamine B in Chilli
rollers. Chili milling using Rhodamine B will have an attractive color for fresh chilli color will fade
after processing. The aim of research to find out the dye rhodamine B minced chili sold in markets
Segiri Samarinda. This research is a descriptive survey with the population of all traders in the Market
Chili Milled Samarinda Segiri the 16 merchants and sample all the chili is sold in the market Milled
Segiri Samarinda with total sampling technique. Data collected in the form of primary data. Data
analysis and presentation of data in which the last dipersentasekan results presented in tabular form.
The results showed that of the 16 samples of ground chili 100% in Market Segiri negative Samarinda
using rhodamine B. For the relevant government agencies in order to remain able to conduct
surveillance and periodic inspections to determine and monitor their ingredients food additives are
banned.

Keywords: Rhodamine B, Chili Milled

Abstrak

Peningkatan kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas pangan yang
dikonsumsi. Salah satunya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan dan mempertahankan
mutu yang menghasilkan suatu makanan yang lebih menarik, baik dari tekstur, warna dan penampilan
makanan yaitu dengan menggunakan bahan tambahan makanan salah satunya pewarna. Namun
sekarang ada saja produsen yang menggunakan bahan pewarna yang tidak diperbolehkan yaitu
Rhodamin B pada Cabai giling. Cabai giling yang menggunakan Rhodamin B akan memiliki warna
yang menarik karena warna cabai segar yang akan memudar setelah proses pengolahan. Tujuan
penelitian untuk mengetahui adanya pewarna rhodamin B Cabai giling yang di jual di Pasar Segiri
Samarinda. Jenis penelitian ini bersifat survei deskriptif dengan populasi semua pedagang Cabai Giling
di Pasar Segiri Samarinda yang berjumlah 16 pedangang dan sampel adalah semua Cabai Giling yang
dijual di Pasar Segiri Samarinda dengan teknik Total Sampling. Data yang dikumpulkan berupa data
primer. Analisis data dan penyajian data dimana hasil dipersentasekan lalu disajikan dalam bentuk
tabel. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 16 sampel cabai giling 100% di Pasar Segiri Samarinda
negative menggunakan rhodamin B. Bagi instansi pemerintah terkait agar tetap dapat melakukan
pengawasan dan pemeriksaan berkala untuk mengetahui serta memantau adanya bahan-bahan
tambahan pangan yang dilarang.

Kata Kunci : Rhodamin B, Cabai Giling

11
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume I No.1 , Mei 2016, Hal 11 - 20

PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup diizinkan serta batas penggunaannya,
membutuhkan makanan. Tanpa termasuk penggunaan bahan makanan
makanan, makhluk hidup akan sulit alami seperti Karamel, Beta Karotein,
dalam mengerjakan aktivitasnya sehari Korofil, Kurkumin, dan sebagainya
- hari. Makanan yang dibutuhkan (Winamo, 2004).
manusia dapat berasal dari hewan atau Menurut Permenkkes
tumbuhan. Teknologi pengolahan No.722/Menkes/Per/IX/88 ada
makanan dewasa ini berkembang beberapa pewama yang dilarang dan
cukup pesat termasuk di lndonesia. berbahaya yang digunakan sebagai
Walaupun teknik pengolahan makanan bahan tambahan pangan (Winarno,
telah berkembang pesat, namun 2004).
keamanan makanan harus tetap dijaga. Salah satu jenis pewarna yang
Makanan yang akan didistribusikan digunakan yaitu Rhodamin B.
harus memenuhi persyaratan kualitas, Rhodamin B (C28H31N2O3Cl) adalah
penampilan, dan cita rasa. Untuk pewarna sintetis yang digunakan pada
memperoleh produk makanan olahan industri tekstil dan kertas. Rhodamin B
yang bercita rasa lezat, berpenampilan dilarang digunakan sebagai pewarna
menarik, tahan lama maka digunakan makanan karena berbahaya bagi
bebagai bahan pendukung yang lazim kesehatan serta bersifat toksik dan
disebut bahan tambahan makanan. karsinogenik. Rhodamin B berbentuk
Warna merupakan salah satu serbuk Kristal merah keunguan dan
kriteria dasar untuk menentukan dalam larutan akan berwarna merah
kualitas makanan antara lain; warna terang terpendar. Rhodamin B sangat
dapat rnemberi petunjuk mengenai berbahaya jika terhirup, mengenai
perubahan kimia dalam makanan. Oleh kulit, mengenai mata dan tertelan.
karena itu, warna menimbulkan Dampak yang terjadi dapat berupa
banyak pengaruh terhadap konsumen iritasi pada saluran pernafasan, iritasi
dalam memilih suatu produk makanan pada kulit, iritasi pada mata, iritasi
dan minuman sehingga produsen saluran pencernaan dan bahaya kanker
makanan sering menarnbahkan hati (Cahyadi, 2006).
pewarna dalam produknya. Pada Dari hasil data Balai Besar POM
awalnya, makanan diwarnai dengan Samarinda terhadap jajanan pada tahun
zat warna alami yang diperoleh dari 2005 terdapat 19 sampel dari 139
tumbuhan, hewan atau mineral. Akan sampel yang mengandung pewarna
tetapi zat warna tersebut tidak stabil Rhodamin B, sedangkan pada tahun
oleh panas dan cahaya serta harganya 2006 terdapat 57 sampel dari 685 yang
mahal (Azizahwati, dkk., 2OO7). mengandurtg pewarna sintetik ini
Menurut peraturan Menteri sampel makanan yang tidak memenuhi
Kesehatan Rl syarat terdapat 34 sampel yang
No.722/Menkes/Per/1K88, yang mengandung zat pewarna seperti
mengatur mengenai pewarna yang Rhodamin B (BPOM, 2006).

12
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume I No.1 , Mei 2016, Hal 11 - 20

Dari hasil data Balai Besar POM yang digunakan dalam industri tekstil
Samarinda tahun 2010 produk pangan dan pembuatan kertas untuk
yang tidak memenuhi persyaratan menghasilkan warna cerah mencolok
mutu yang tidak boleh terdapat dalam sehingga menggoda konsumen.
produk pangan seperti borak terdapat 5 Bentuknya tak beda dengan kristal dan
sampel yang mengandung borak, berwarna hijau atau merah keunguan
pewarna yang tidak diperbolehkan serta mudah larut dalam air. Jika
dalam pangan seperti Rhodamin B terlarut dalam konsentrasi tinggi, zat
terdapat 48 sampel dan formalin 15 ini akan membuat cairan merah
sampel dari 638 sampel uji (BPOM, keunguan sedangkan dalam
2010). konsentrasi rendah, Rodhamin B akan
Dari hasil data Balai Besar POM membuat cairan berwarna merah
Samarinda tahun 2013, dan 213 menyala. Salah satu cara mengenali zat
sampel yang di uji terdapat 19 sampel ini adalah warna yang menebarkan
makanan yang tidak memenuhi syarat cahaya cerah mencolok (bahkan tidak
yaitu mengandung Rhodamln B. pudar oleh cahaya matahari) dan
Sedangkan saat dilakukan pemeriksaan berpendar serta tidak meratanya
dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan taburan warna.
Timur, Samarinda menempati urutan Cabai dapat digolongkan sebagai
pertama penggunaan pewarna yang sayuran maupun bumbu, tergantung
Rhodamin B selanjutnya Kutai bagaimana digunakan. Sebagai bumbu,
Kartanegara dan Berau (BPOM, 2013). buah cabai yang pedas sangat populer
Bahaya Rodhamin B bagi di Asia Tenggara sebagai penguat rasa
kesehatan disebabkan oleh kandungan makanan. Cabai salah satu jenis
klorin (Cl) yang dimilikinya. sayuran yang memilki nilai ekonomi
Kandungan tersebut merupakan yang tinggi. Cabai mengandung
senyawa holagen yang tidak hanya berbagai macam senyawa yang
berbahaya, akan tetapi juga reaktif. berguna bagi kesehatan manusia. Sun
Begitu tertelan tubuh, klorin akan et al. (2007) melaporkan cabai
berusaha mendapat kestabilan dalam mengandung antioksidan yang
tubuh meski harus dengan, mengikat berfungsi untuk menjaga tubuh dari
senyawa lain yang dimiliki tubuh serangan radikal bebas (Anonim,
sehingga kehadirannya menjadi racun 2009).
bagi tubuh. Senyawa-senyawa lain Cabai yang biasa digunakan
yang diikat tersebut tidak lagi untuk pembuatan cabai giling adalah
berfungsi dengan baik sehingga kinerja cabai keriting dan cabai merah besar
tubuh tidak lagi optimal. Tak hanya kedua jenis cabai ini memiliki warna
itu, Rodhamin B juga memiliki merah sehingga apabila digunakan
senyawa pengalkilasi yang radikal dan untuk mengolah makanan akan lebih
sifatnya tak stabil sehingga, dapat menarik. Pembuatan cabai giling yang
berikatan dengan DNA, lemak bahkan dijual di pasaran di olah dari cabai
protein dalam tubuh. Rhodamin B merah, bawang dan penyedap rasa,
pada dasarnya merupakan zat pewarna dari penambahan bahan ini tentu akan

13
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume I No.1 , Mei 2016, Hal 11 - 20

mempengaruhi warna dari cabai giling menjadi populasi adalah keseluruhan


tersebut. Warna cabai yang tadinya produsen cabai giling di pasar Segiri
merah setelah diolah akan memudar Samarinda yang berjumlah 16
warna merah dari cabai. Sedangkan, produsen. Pada penelitian ini teknik
para konsumen masih banyak yang pengambilan sampel yang digunakan
berpendapat bahwa bahan makanan adalah total sampling atau sampling
yang dijual berkualitas baik apabila jenuh, yaitu teknik pengambilan
tampilan warna terlihat menarik. sampel dengan menjadi semua elemen
Sehingga, para produsen atau penjual populasi menjadi elemen sampel
akan memberikan bahan pewarna (Nohe, 2014). Pengambilan sampel
tambahan (BTP) agar olahan mereka dengan teknik total sampling ini
terlihat menarik dan segar. dikarenakan jumlah populasi yang
Dengan demikian, maka penulis relatif kecil atau kurang dari 100
tertarik untuk meneliti "Analisis (Sugiyono, 2010).
Rhodamin B pada Gabal Gillng di Besar sampel pada penelitian ini
Pasar Segiri Samarinda Dengan adalah 16 sampel cabai giling, yang
Metode Kromatografi Lapis Tipis". diambil dari masing-masing produsen
cabai giling di Pasar Segiri Samarinda
METODE
Jenis penelitian ini bersifat F
survei deskriptif, yaitu suatu metode P= x100%
peneltian yang dilakukan dengan N
tujuan utama untuk membuat Data primer yang didapatkan
gambaran atau deskriptif tentang suatu dari hasil penelitian yang dilakukan
keadaan secara objektif, dimana dicatat dan dikumpulkan, setelah itu
metode ini digunakan untuk akan diolah secara manual, data akan
memecahkan atau menjawab dibandingkan dengan standar baku
permasalahan yang dihadapi pada mutu yang ditentukan sesuai dengan
situasi sekarang (Notoatmodjo S, Peraturan Menteri Kesehatan
2010). Republik Indonesia Nomor
Pada penelitian ini 722/MENKES/PER/IX/1988 tentang
menggambarkan penggunaan bahan tambahan pangan.Analisa data
rhodamin B pada cabai giling yang di untuk penelitian ini adalah analisis
jual di Pasar Segiri Samarinda dengan univariate, yaitu mendeskripsikan
menggunakan metode kromatografi karakteristik setiap variable penelitian
lapis tipis. dengan melihat distribuso frekuensi
Lokasi pengambilan sampel dalam bentuk tabel dengan
dilakukan di Pasar Segiri Samarinda menggunakan rumus presentase
dan penelitian ini dilakukan di UPTD. berikut :
Laboratorium Kesehatan Provinsi Penyajian hasil yang digunakan
Kalimantan Timur. Waktu penelitian dalam penelitian ini yaitu dalam
ini dilakukan pada tanggal 17 - 24 bentuk tabel dan narasi.
April 2013. Dalam penelitian ini yang

14
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume I No.1 , Mei 2016, Hal 11 - 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Kromatografi Lapis Tipis”.


Dari hasil penelitian yang Penelitian ini mengambil 16 sampel
dilakukan pada tanggal 17-24 April cabai giling dari 16 produsen cabai
2015, yang bertempatan di UPTD. giling di Pasar Segiri Samarinda.
Laboratorium kesehatan Provinsi Berdasarkan hasil penelitian
Kalimantan Timur tentang “Analisis pemeriksaan rhodamin b pada cabai
Rhodamin B Pada Cabai Giling di giling di Pasar Segiri Samarinda
Pasar Segiri Samarinda dengan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 7. Tempat Penggilingan dan Penjualan Cabai Giling di Pasar


Segiri Samarinda
Jumla Persentase
No. Giling dan Jual h (%)
(N)
1
Ada 16 100 %
.
2
Tidak ada 0 0%
.

Jumlah 16 100 %
Sumber: (Data Primer, 2015)
Berdasarkan tabel diatas, semua produsen cabai giling di Pasar Segiri Samarinda
menggiling dan menjual sendiri olahan cabai giling yang mereka buat.

Tabel 8. Produsen Cabai Giling yang Menggunakan Pewarna


No. Pewarna Jumlah Persentase
(N) (%)
Ada
1. 16 100 %
Tidak Ada
2. 0 0%

Jumlah
16 100 %
Sumber: (Data Primer, 2015)
Berdasarkan tabel diatas semua produsen atau 100 % cabai giling di Pasar Segiri
Samarinda dalam pengolahan cabai giling menggunakan pewarna dalam olahan cabai
giling yang mereka jual.

15
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume I No.1 , Mei 2016, Hal 11 - 20

Tabel 9. Penyuluhan Penggunaan Pewarna Pada Produsen Cabai Giling di Pasar


Segiri Samarinda
No. Penyuluhan Jumlah Persentase
(N) (%)
1
Pernah 0 0%
.
2
Tidak pernah 16 100 %
.

Jumlah 16 100 %
Sumber: (Data Primer, 2015)
Berdasarkan tabel diatas terhadap semua produsen cabai giling di Pasar Segiri
Samarinda tidak pernah atau 100 % tidak ada penyuluhan tentang penggunaan
pewarna.
Tabel 10. Penggunaan Rhodamin B Pada Cabai Giling di Pasar Segiri Samarinda
No. Rhodamin B Jumlah Persentase
(N) (%)
1
Positif 0 0%
.
2
Negatif 16 100 %
.

Jumlah 16 100 %
Sumber: (Data Primer, 2015)
Berdasarkan tabel diatas data tabel 9 yang merupakan hasil
terhadap 16 sampel cabai giling di wawancara di Pasar Segiri Samarinda
Pasar Segiri Samarinda 100 % tidak terhadap produsen cabai giling selama
menggunakan/negatif rhodamin B. mereka berdagang tidak pernah ada
Dari data tabel 7 yang merupakan penyuluhan tentang penggunaan
observasi lapangan di Pasar Segiri pewarna dari pihak manapun. Dari
Samarinda, semua produsen cabai tabel 10 yang merupakan hasil
giling yang berjumlah 16 produsen penelitian penggunaan rhodamin B
mengolah dan menjual sendiri olahan pada cabai giling di Pasar Segiri
cabai giling yang dibuat. Dari data Samarinda dengan menggunakan
tabel 8 yang merupakan hasil metode kromatografi lapis tipis dapat
wawancara di Pasar Segiri Samarinda diketahui semua sampel olahan cabai
terhadap produsen cabai giling dalam giling tidak menggunakan rhodamin B.
pengolahan cabai giling yang dijual Sampel yang diambil dari 16
semuanya atau 100 % menambahkan produsen yang berbeda di Pasar Segiri
pewarna dalam olahan tersebut. Dari Samarinda. Masing – masing

15
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume I No.1 , Mei 2016, Hal 11 - 20

dimasukkan kedalam plastik dan diberi nilai Rf dibaca pada kromatografi


kode sampel. Hal ini dilakukan karena scanner dan dilihat pada sinar uv.
tidak ada penanganan khusus terhadap Sampel cabai giling yang
sampel untuk mendeteksi zat warna. diambil dari pasar Segiri Samarinda
Pemeriksaan sampel dilakukan sebanyak 16 sampel setelah dilakukan
dengan metode kromatografi lapis pemeriksaan dengan metode
tipis, dimana metode ini merupakan kromatografi lapis tipis tidak
metode analisis kualitatif untuk mengandung pewarna rhodamin B.
mendeteksi pewarna tambahan.dengan Tetapi, hal ini belum dapat menjadi
metode ini sampel akan dipisahkan jaminan bahwa semua cabai giling
dengan pelarut yang digunakan. yang dijual di Pasar Segiri Samarinda
Metode ini menggunakan plat sebagai aman dari bahan tambahan makanan
fase diam dan fase gerak yang yang berbahaya, karena bisa saja
digunakan disesuaikan dengan jenis pedangang-pedagang tersebut
sampel yang akan dipisahkan. menggunakan bahan-bahan selain
Dalam pemeriksaan rhodamin B rhodamin B, misalnya seperti
pada cabai giling, peneliti penggunaan pengawet dan adanya
menggunakan Eluen II (iso-butanol : bakteri pada cabai giling juga perlu
etanol : air) sebagai fase gerak dimana diwaspadai.
penggunaan ini berdasarkan percobaan Rubianty Ningsih (2009) dalam
yang telah dilakukan oleh peneliti karya tulis ilmiahnya yang berjudul "
sebelumnya terhadap sampel terasi, Analisa Kandungan Rhodamin B pada
eluen ini lebih polar terhadap sampel. Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri
Untuk preparasi sampel, peneliti 003 & 004 Jl. Pelita Samarinda “,
memasukkan cabai giling kedalam menyebutkan dari sepuluh sampel
sampel yang berlemak dimana jajanan yang diperiksa, terdapat dua
pengolahan cabai giling itu sendiri sampel jajanan yang mengandung
sebelum dijual, sampel digoreng Rhodamin B. Dari 2 sampel yang
terlebih dahulu menggunakan minyak positif menggandung rhodamin B
goreng sehingga lebih tahan lama. secara makroskopis memiliki warna
Sehingga sebelum dilakukan merah yang sangat terang.
pemeriksaan kandungan lemak pada Julia Rizky Nuriman (2010)
cabai giling harus dihilangkan dalam karya tulis ilmiahnya yang
menggunakan petroleum benzen. berjudul " Pemeriksaan Pewarna
Sampel cabai giling yang telah Rhodamin B Pada Terasi Yang Dijual
dihilangkan kandungan lemaknya, Di Pasar Gayam Kabupaten Berau ",
kemudian dilakukan penarikkan zat menyebutkan dari delapan sampel
warna dengan benang wol. Totolkan terasi yang dibuat secara industri
zat warna dari benang wol dan zat rumahan yang diperiksa terdapat satu
warna pembanding pada plat. sampel terasi yang mengandung
Dilakukan pemisahan didalam bejana Rhodamin B. Sampel terasi yang
yang telah bersi elusi jenuh. Kemudian positif secara makroskopis memiliki

17
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume I No.1 , Mei 2016, Hal 11 - 20

warna merah yang lebih terang dan karena banyaknya produsen sehingga
warnanya tidak rata. penyuluhan yang diberikan BPOM
Paramitha Erlin Budianto (2013) maupun Pemerintah tidak terjangkau
dalam Skripsinya yang berjudul semua, sehingga mengakibatkan
"Analisis Rhodamin B Dalam Saos beberapa produsen tidak menyadari
dan Cabai Giling di Pasar Kecamatan apa dampak yang akan ditimbulkan
Laweyan Kotamadya Surakarta dari penggunaan pewarna makanan
dengan Metode Kromatografi Lapis yang berbahaya seperti rhodamin B
Tipis” menyebutkan dari 10 sampel tersebut. Mungkin saja produsen masih
saos terdapat 3 sampel positif dan dari tergiur dengan harganya yang murah
14 sampel cabai giling 5 sampel positif serta jika pewarna ini ditambahkan
rhodamin B yang secara makroskopis kedalam makanan akan membuat
memiliki warna merah lebih terang. makanan lebih menarik sehingga minat
Nama dagang rhodamin B di konsumen untuk membelinya lebih
pasaran, antara lain : Tetra Ethyl, tinggi.
Rheonine B, Rheonine C dan Rheonine
D Red No. 19, Cl Basic Violet 10 dan SIMPULAN
Cl No. 45179. Adapun ciri-ciri Hasil penelitian menunjukan
makanan yang menggunakan bahwa dari 16 sampel cabai giling
rhodamin B, yaitu (Didienkaem, 2007) 100% di Pasar Segiri Samarinda
:Berwarna merah menyala bila produk negative menggunakan rhodamin B.
pangan dalam bentuk larutan berwarna Bagi instansi pemerintah terkait agar
merah berpendar, dalam pengolahan tetap dapat melakukan pengawasan
tahan terhadap pemanasan, ada sedikit dan pemeriksaan berkala untuk
rasa pahit (terutama pada sirup atau mengetahui serta memantau adanya
limun), muncul rasa gatal bahan-bahan tambahan pangan yang
ditenggorokan setelah dilarang.
mengkonsumsinya dan baunya tidak
alami sesuai makanannya. UCAPAN TERIMAKASIH
Lokasi penelitian hanya terbatas Terima kasih saya ucapkan
di Pasar Segiri Samarinda, sehingga untuk semua anggota ti yang telah
tidak menutup kemungkinan membantu keterlaksanaan penelitian
penggunaan rhodamin B pada cabai ini.
giling di pasar-pasar lainnya di
wilayah Samarinda. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan data BPOM tahun
Azizahwati, Kurniadi, Hidayat.2007.
2013 menunjukkan Samarinda
Analisis Zat Warna Sintetik
menempati urutan pertama
Terlarang untuk Makanan yang
penggunaan pewarna rhodamin B dari
Berada di Pasaran. Departemen
14 kota/kabupaten yang ada di
farmasi FMIPA-Universitas
Kalimantan Timur. Samarinda
Indonesia Depok.
merupakan kota besar dan padat
penduduknya dan mungkin ini terjadi

18
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume I No.1 , Mei 2016, Hal 11 - 20

Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi


Kesehatan Bahan Tambahan Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Pangan Edisi I. Jakarta : Bumi Rineka Cipta.
Aksara.
Nuriman,J.R. 2010. Karya Tulis Ilmiah
Cahyadi, W. 2009. Analisis dan Aspek :Pemeriksaan Rhodamin B Pada
Kesehatan Bahan Tambahan Terasi Yang Dijual Di Pasar
Pangan Edisi II. Jakarta : Bumi Gayam Kabupaten Berau. Analis
Aksara. Kesehatan-Poltekkes Kaltim.
Didienkaem, J.M. 2007. Pengetahuan Kepala BPOM RI. 2013. Peraturan
Keamanan Tentang Pewarna. Kepala BPOM RI No.
Diunduh pada tanggal 25 Januari HK.00/05.1.2569 tentang
2015 dari Kriteria dan Tata Laksana
http://www.mumtaaz/bina penilaian Produk Pangan.
muslim/ttg pewarna.htm Jakarta : BPOM
Laporan tahunan 2013. Samarinda : Kepala BPOM RI. 2013. Peraturan
Balai Besar Pengawas Obat dan Kepala BPOM RI No. 29 tahun
Makanan. 2013 Rencana Strategi Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Menteri Kesehatan RI. 1989. Tahun 2010-2014. Jakarta :
Peraturan Menteri Kesehatan RI BPOM
No. 722/MENKES/PER/IX/88
tentang Bahan Tambahan Prajnanta, F. 2003. Agribisnis Cabai
Pangan. Jakarta : Menkes RI Hibrida. Jakarta : PT Penebar
Swadaya.
Menteri Kesehatan RI. 2012.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Setiadi. 2008. Bertanam cabai. Jakarta
No. 33 Tahun 2012 tentang : PT Penerba Swadaya.
Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta : Menkes RI. Standar Nasional Indonesia 01-2894-
1992. 1992. Cara Uji Pewarna
Ningsih, R. 2008. Karya Tulis Ilmiah : Tambahan Makanan. Pusat
Analisa Rhodamin B Jajanan Standarisasi Industri :
Anak Sekolah Dasar Negeri 003 Departemen Perindustrian.
& 004 Jl. Pelita Samarinda.
Analis Kesehatan-Poltekkes Sugiyono. 2010. Statistik Untuk
Kaltim. Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Nohe, D.A. 2014. Biostatistik 1. Winarno, F.G. & Rahayu, T.S. 1994.
Jakarta Barat : Halaman Moeka. Bahan Tambahan untuk
Makanan dan Kontaminasi.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

19
Mahakam Medical Laboratory Technology Journal Volume I No.1 , Mei 2016, Hal 11 - 20

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan


Jilid I. Bogor : M-BRIO PRESS.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan
Jilid II. Bogor : M-BRIO
PRESS.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan
dan Gizi. Bogor : M-BRIO
PRESS.

20

Anda mungkin juga menyukai