Anda di halaman 1dari 13

Bahaya Penggunaan Rhodamin B sebagai Pewarna Jajanan

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Ditujukan kepada :

Bapak M. Rizqi Romadhlon, S. Pd., M. Pd.

Disusun oleh :

Atika Fatwa Yukhabilla J500180045

PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

0
BAB I

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketika seseorang berada diluar rumah, mereka lebih memilih untuk membeli
makanan atau jajanan di jalan yang mereka temui. Namun, jajanan yang dibeli belum
tentu mengandung bahan yang 100% alami. Banyak jajanan yang mengandung bahan-
bahan tambahan yang dapat membahayakan bagi kesehatan tubuh.
Pengertian bahan tambahan makanan tercantum dalam Pasal 1 Angka 1 Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang
Bahan Tambahan Makanan:1 Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya
tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingredien khas
makanan, rnempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan
kedalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau
pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung
atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
Bahan tambahan makanan yang digunakan harusnya memperhatikan ukuran yang
diperbolehkan. Penggunaan yang berlebihan akan menimbulkan resiko terhadap
kesehatan manusia. Penggunaan bahan tambahan makanan dilakukan hanya bila benar-
benar diperlukan pada pengelolaan makanan yang bersangkutan. Manusia cenderung
memilih makanan dengan penampilan yang menarik. Untuk memperindah penampilan
makanan biasanya akan dipergunakan suatu bahan tambahan makanan yaitu bahan
pewarna. Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yaitu bahan
pewarna alami dan bahan pewarna buatan.
Telah terjadi penyalahgunaan pemakaian pewarna untuk bahan makanan.
Sekarang ini, pewarna untuk makanan menggunakan pewarna untuk tekstil. Banyak
produsen yang menggunakan pewarna tekstil untuk berbagai produk makanan.
Berkembangnya industi tekstil di Indonesia menyebabkan pewarna tekstil menjadi murah
dan mudah didapatkan yang akhirnya pewarna tekstil ini disalahgunakan pemanfaatannya
oleh kalangan produsen makanan. Pewarna tekstil yang banyak digunakan oleh produsen

1
makanan adalah Rhodamin B. Pewarna tekstil Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang
digunakan untuk membuat makanan berwarna merah terang.
Pihak sekolah dan orang tua diharapkan waspada terhadap jajanan yang
mengandung zat berbahaya dan pewarna bukan untuk makanan. Sekarang ini banyak
sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain dibuat dan diciptakan untuk
membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih efektif dan efisien. Tetapi di
samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Di
mana bahan kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan
dapat berakibat fatal. Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini
merupakan salah satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah
sampai membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan.
Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba membedah
apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal yang sangat penting.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan rhodamin B
pada pangan yang diproduksinya?
2. Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan rhodamin B pada proses
pembuatannya?
3. Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari rhodamin
B?
4. Apa akibat dari penggunaan rhodamin B pada produk pangan?
5. Bagaimana penanganan penggunaan rhodamin B pada produk pangan ini supaya
dapat dibasmi secara tuntas?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian rhodamin B.
2. Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan rhodamin B pada
proses pembuatannya.
3. Mengetahui dampak negatif dari penggunaan rhodamin B pada produk pangan.
4. Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan rhodamin pada
makanan.

2
BAB II
2. PEMBAHASAN
2.1. Pengetahuan akan Rhodamin B
Di Indonesia, penggunaan pewarna pada pangan diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP). Bahan
tambahan makanan tersebut baik yang mempunyai maupun yang tidak mempunyai nilai
gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan,
atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan
(langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan
tersebut. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang dalam proses pengolahannya
menggunakan bahan tambahan pangan (Food Additive) dan zat kimia yang
disalahgunakan pemakaiannya. Bahan tambahan makanan tersebut dapat berupa pemanis,
penyedap, pengawet, antioksidan, flavor/aroma, pengemulsi/pengental, zat gizi, pewarna
dan lain-lain. Saat ini penggunaan zat pewarna semakin banyak digunakan baik pada
industri pengolahan pangan maupun dalam pembuatan berbagai pangan jajanan. Hal ini
disebabkan karena warna yang menarik akan mempengaruhi konsumen dalam pemilihan
suatu produk makanan dan minuman.
Rhodamine B dengan rumus molekul C28H31N2O3Cl (no. indeks 45170 C.I.
Food red 10) merupakan pewarna merah sintetis, dibuat dari “dietilaminophenol” dan
“phatalic anchidria” yang sangat beracun dan berfluorensi bila terkena cahaya matahari,
berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan jika terlarut pada
konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B
dapat larut dalam air (kelarutan: 50 gr/L), dalam asam asetat (kelarutan “ 400 gr/L),
methanol atau etanol. Massa molekul relatif 479, 02 dan titik leleh Rhodamin B 210 –
211o C. Rhodamin B merupakan zat pewarna sintetik yang berbahaya.
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana
senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya.
Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat
digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan
xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida

3
menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi
ini akan menghasilkan rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi.
Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna
merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya
kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan
terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl yang ada sendiri
adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik
akan menyebabkan toksik dan karsinogen.
Beberapa sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila
terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit hampir mirip
dengan sifat dari Klorin yang seperti disebutkan di atas berikatan dalam struktur
Rhodamin B. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah
senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang
tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa
halogen), sifat halogen adalah mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi maka
dengan demikian senyawa tersebut karena merupakan senyawa yang radikal akan
berusaha mencapai kestabilan dalam tubuh dengan berikatan dengan senyawa-senyawa
dalam tubuh kita sehingga pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia.
Klorin sendiri pada suhu ruang berbentuk sebagai gas. Sifat dasar klorin sendiri
adalah gas beracun yang menimbulkan iritasi sistem pernafasan. Efek toksik klorin
berasal dari kekuatan mengoksidasinya. Bila klorin dihirup pada konsentrasi di atas
30ppm, klorin mulai bereaksi dengan air dan sel-sel yang berubah menjadi asam klorida
(HCl) dan asam hipoklorit (HClO). Ketika digunakan pada tingkat tertentu untuk
desinfeksi air, meskipun reaksi klorin dengan air sendiri tidak mewakili bahaya utama
bagi kesehatan manusia, bahan-bahan lain yang hadir dalam air dapat menghasilkan
disinfeksi produk sampingan yang dapat merusak kesehatan manusia. Klorit yang
digunakan sebagai bahan disinfektan yang digunakan dalam kolam renang pun
berbahaya, jika terkena akan mennyebabkan iritasi pada mata dan kulit manusia.

2.2. Jenis Pangan yang Menjadi Sasaran Penggunaan Rhodamin B pada Proses
Pembuatannya

4
Di beberapa daerah di Indonesia, penelitian tentang kandungan zat warna
Rhodamin B pada makanan telah banyak dilakukan. Hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa penggunaan Rhodamin B sangat menghawatirkan. Segi istimewanya zat pewarna
tersebut adalah harga yang murah, mudah larut dan menyebar serta memberi warna cerah
yang merata, hingga membuat warna makin lebih menarik, dan seperti warna asli pada
produk yang warnanya sudah luntur atau hilang atau berubah selama proses pengolahan.
Di Kota Madya Surakarta ditemukan 9,76% jajanan anak SD yang berupa minuman
mengandung Rhodamin B. Selain itu, beberapa jenis makanan ditemukan mengandung
rhodamin B di antaranya adalah kerupuk (58%), terasi (51%), dan makanan ringan (42%).
Zat ini juga banyak ditemukan pada kembang gula, sirup, manisan, dawet, bubur, ikan
asap, dan cendol.
Meskipun berbahaya, namun di pasaran masih banyak dijumpai makanan dengan
pewarna rhodamin b. Pada jajanan anak sekolah masih banyak dijumpai makanan yang
positif mengandung rhodamin B. Dari hasil pengawasan BPOM di wilayah Jawa Timur
didapatkan makanan yang biasa mengandung rhodamin B antara lain :
a. Es Sirup
b. Arum Manis
c. Kerupuk Merah
d. Terasi
Terasi yang menggunakan rhodamin b berwarna coklat
kemerahan (bahkan merah kecoklatan), dan bila dibelah terdapat bintik-
bintik merah kehitaman karena pewarnaan yang tidak merata.
Sejauh ini penggunaan rhodamin B sebagai zat tambahan makanan dikalangan
masyarakat masih cukup luas, karena harga rhodamin b masih relative lebih murah dan
warna yang dihasilkan pun lebih menarik dari pada pewarna pangan biasa sehingga
masyarakat masih menggunakan jenis pewarna ini . Adanya produsen yang
menggunakan rhodamin B sebagai bahan tambahan dalam makanan dapat disebabkan
oleh pengetahuan yang tidak memadai mengenai bahaya penggunaan bahan kimia
tersebut pada kesehatan dan juga karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih
rendah. Penggunaan rhodamin B dalam pangan tentunya berbahaya bagi
kesehatan. Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk, terasi, cabe

5
merah giling, agar-agar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis, sirup, minuman, dan
lain-lain.

2.3. Ciri Makanan Mengandung Rhodamin B


Agar lebih waspada, penting untuk mengetahui ciri makanan dan minuman
dengan pewarna berbahaya. Tanda makanan dan minuman dengan pewarna berbahaya
dapat dilihat dengan ciri-ciri :
a. Warna makanan atau minuman terlihat cerah mengkilap dan lebih mencolok serta
cenderung berpendar.
b. Terkadang warna terlihat tidak homogen atau rata. bila dilihat dengan teliti akan
terlihat gumpalan warna pada makanan atau minuman.
c. Bila dikonsumsi, makanan atau minuman akan terasa lebih pahit.
d. Tenggorokan terasa gatal atau tidak nyaman usai mengonsumsi makanan dengan
pewarna tersebut.
e. Biasanya produk pangan yang mengandung rhodamin B tidak mencantumkan
kode, label, merek, atau identitas lengkap lainnya. Namun, ada beberapa oknum
yang mencoba memalsukan kode produk dari BPOM. Untuk mengetahui
kebenaran suatu izin produk, Anda dapat mengeceknya melalui laman
cekbpom.pom.go.id.
f. Selain dalam jajanan rhodamin B juga sering ditemukan dalam kerupuk, terasi,
dan jajanan pasar yang berwarna mencolok. Pada produk kosmetik rhodamin B
biasanya ditemukan pada lipstik yang berwarna merah mencolok, lipstik yang
water proof (tahan air), blush on (pemerah pipi), dll. Walaupun hanya digunakan
di luar tubuh pemakaian rhodamin juga dapat menimbulkan bahaya. Rhodamin B
dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kerusakan hati.
Cara mencegah konsumsi makanan dengan pewarna berbahaya, dan untuk
mencegah efek jangka panjang dari rhodamin B akibat tertelansecara tidak sengaja, maka
lebih baik dilakukan tindakan pencegahan dalam memilih pangan, dengan cara :
a. Lebih teliti dalam membeli produk pangan, misalnya dengan menghindari jajanan
yang berwarna terlalu menyolok, terutama jajanan yang dijual di pinggir jalan.

6
b. Mengenali kode registrasi produk, misalnya produk pangan sudah terdaftar di
Badan POM atau untuk pangan industri rumah tangga sudah terdaftar di Dinas
Kesehatan setempat.
c. Tidak membeli produk yang tidak mencantumkan informasi kandungannya pada
labelnya.

2.4. Akibat dari Penggunaan Rhodamin B pada Produk Pangan


Berikut adalah beberapa bahaya Rodhamin B pada makanan :
a. Iritasi saluran pernapasan
Akibat ini akan ditampak dengan hanya menghirup Rodhamine B. Dalam
keadaan yang demikian, menjauhlah dari lokasi kejadian dan gunakan masker
berkatup atau mintalah napas buatan. Iritasi pada pernafasan bisa menjadi
berbahaya hingga menjadi infeksi paru-paru dan penyebab batuk berdarah.
b. Bibir pecah, kering, terkelupas, gatal dan iritasi kulit
Gangguan-gangguan kulit ini tampak setelah kulit atau bibir mengalami
kontak dengan Rodhamin B. Jika terjadi iritasi kulit semacam ini, cucilah kulit
dengan air dan sabun hingga bersih selama kurang lebih 15 hingga 20 menit.
Jangan lupa, tanggalkan juga pakaian yang menempel dan terciprat Rodhamin
B.
c. Iritasi mata
Rodhamine B yang sampai di mata dapat mengakibatkan iritasi mata, mata
merah dan timbulnya udem pada kelopak mata. Jika gejala ini terjadi, bilas
mata dengan air atau larutan garam fisiologis sambil mengedip-ngedipkan
mata.
d. Keracunan
Keracunan makanan dapat terjadi ketika Rhodamin B tertelan melewati batas
minimal efek toksiknya, yakni 500 mg/kg BB. Berkumur bisa menjadi solusi
awal atas gejala yang biasanya dimulai dengan mual, sakit perut dan air seni
yang berwarna merah muda atau merah. Namun demikian ketika terjadi
muntah, pastikan posisi kepala lebih rendah dari pinggul agar material
muntahan tidak masuk ke jalur pernapasan. Jika tidak sadarkan diri, baringkan
dan miringkan kepala korban ke satu sisi. Zat Rodhamine B sifatnya keras

7
sehingga kontak-kontak kecil dengan zat tersebut saja sudah dapat
mengakibatkan beberapa hal di atas. Karena itu, mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat tersebut tentu dapat mengakibatkan dampak yang lebih
buruk lagi. Apalagi, kandungan berbahaya dalam Rodhamine B juga langsung
menyasar sistem pencernaan berdasarkan penelitian pada seekor tikus yang
menunjukkan bahwa konsumsi makanan ber-Rodhamine B diketahui
memunculkan gangguan pada fungsi hati.
e. Komplikasi Akibat Rhodamin B
Umumnya, konsumsi terus-menerus terhadap makanan yang mengandung
Rhodamin B bersifat toksik akumulatif sehingga efek negatifnya tidak
langsung terasa. Rhodamin B sebenarnya memiliki toksisitas yang rendah
akan tetapi jika dikonsumsi berulang-ulang dalam waktu yang juga lama,
efeknya tidak bisa diremehkan. Apalagi, efek konsumsi makanan yang
mengandung zat ini akan terasa beberapa tahun kemudian. Inilah yang
menyebabkan akibat yang parah dan seringkali komplikatif karena tidak
segera mendapatkan penanganan yang semestinya.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :
 Gangguan konsentrasi
 Gangguan tidur
 Gangguan emosi
 Hiperaktif
 Iritasi saluran pencernaan
 Memperparah Autisme
 Tekanan darah rendah
 Gangguan fungsi hati
 Gangguan kandung kemih
 Kanker hati

2.5. Peranan Pemerintah dalam Memberantas Penggunaan Rhodamin B pada


Makanan
Rhodamin B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal berwarna
kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan

8
berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Pemerintah telah melarang penggunaan
rhodamin B untuk makanan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 239/ Menkes/ Per/ V/ 1985 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai
bahan berbahaya. Pelarangan tersebut tentunya berkaitan dengan dampaknya yang
merugikan kesehatan manusia. Pengkonsumsian rhodamin B dapat membahayakan
kesehatan manusia. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan Pasal 21
huruf c menyatakan bahwa makanan yang mengandung bahan yang dilarang seperti
pewarna tekstil Rhodamin B yang dipergunakan dalam kegiatan atau proses produksi
makanan dilarang. Namun pada kenyataannya masih banyak makanan yang mengandung
pewarna tekstil Rhodamin B beredar di masyarakat. Tiga pilar stakeholders penanggung
jawab keamanan pangan yaitu Pemerintah (Government), Konsumen (Consumer), dan
Pelaku Usaha (Industry/Trade).
Pemerintah dalam Pasal 29 dan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan mengenai Pembinaan dan Pengawasan
mengenai Perlindungan Konsumen. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Nganjuk
Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
Nganjuk, disebutkan bahwa kedudukan Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana
otonomi daerah di bidang kesehatan. Dalam upaya mewujudkan perlindungan hukum
bagi konsumen seperti yang tercantum dalam Pasal 29 dan Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka Dinas Kesehatan
Kabupaten membentuk seksi Farmasi Makanan Minuman di lingkup Bidang Pelayanan
Kesehatan.

9
BAB III
3. PENUTUP
3.1. Simpulan
Dapat disimpulkan bahwasanya, Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna
sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas. Zat tersebut ditetapkan
sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan
(Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamin B dalam
makanan masih banyak dilakukan oleh masyarakat. Meskipun berbahaya, namun di
pasaran masih banyak dijumpai makanan dengan pewarna Rhodamin B. Agar lebih
waspada, penting untuk mengetahui ciri makanan dan minuman dengan pewarna
berbahaya. Karena mengkonsumsi makanan yang mengandung Rhodamin B dapat
menimbulkan berbagai efek samping berupa penyakit. Rhodamin B sebenarnya memiliki
toksisitas yang rendah akan tetapi jika dikonsumsi berulang-ulang dalam waktu yang juga
lama, efeknya tidak bisa diremehkan. Meskipun pemerintahan sudah mengambil tindakan
tegas atas pemakaian Rhodamin B sebagai pewarna makanan yang dilarang masih banyak
produsen yang menggunakan Rhodamin B sebagai bahan pewarna pada produk mereka
untuk menarik konsumen. Mereka enggan menggunakan bahan pewarna yang selayaknya
digunakan pada makanan dan kosmetik karena harganya yang mahal.
Hal ini yang harus menjadi perhatian karena konsumen terbesar yang
mengkonsumsi makanan mengandung Rhodamin B adalah anak sekolah. Mereka masih
belum bisa memilih makanan yang aman dan sehat untuk dikonsumsi. Para pedagang
menjajakan jajanan tersebut karena anak-anak akan tertarik membeli makanan yang
berwarna dan karena harganya yang murah, sehingga dapat mendapatkan keuntungan
yang lumayan.

3.2. Implikasi
Diperlukan berbagai upaya untuk menghindari penggunaan Rhodamin B sebagai zat
pewarna diantaranya :
a. Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai Rhodamin B,
pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai fungsinya.

10
b. Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas,
seperti mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu
dan membuat undang-undang mengenai Rhodamin B.
c. Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila
sepertinya mengandung bahan Rhodamin B.
d. Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan
penggunaan Rhodamin B pada bahan makanan. Seperti melaporkan kepada yang
berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan Rhodamin B
pada makanan yang dijualnya, dan juga tidak secara sembarangan menjual
Rhodamin B, tanpa mengetahui latar belakang pembeliannya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, S. 2016. Alat Pendeteksi dan Pengukuran Kadar Rhodamin B sebagai
Pewarna Berbahaya pada Makanan dengan Basis LED RGB. Biochemical
Journal DOI: 10.21009/SPEKTRA.012.05
Abdurrahmansyah, Aini F, Chrislia D. 2017. Analisis Zat Pewarna Rhodamin B pada
Saus Cabai yang Beredar di Kampus Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang. Jurnal Biota Vol. 3 No. 1 Edisi Januari 2017
BPOM RI. 2008. Informasi Pengamanan Bahan Berbahaya Rhodamine B. Direktorat
Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Deputi Bidang Pengawasan
Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas Obat dan Makanan
R.I. ISBN 978-979-1269-18-6 http://www.pom.go.id/files/rodamin.pdf
Praja, D. 2015. Zat Aditif Makanan Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta. Penerbit :
Garudhawaca
Sendari, A. 2019. Ciri Makanan Menggunakan Pewarna Tekstil Waspada Bahayanya.
https://hot.liputan6.com/read/3979846/ciri-makanan-menggunakan-pewarna-tekstil-
waspada-bahayanya

12

Anda mungkin juga menyukai