Anda di halaman 1dari 2

Review Bahan Tambahan Pangan (Pewarna : Rhodamin B)

Judul Jurnal 1 : Analisis Zat Pewarna Rhodamin B Pada Saus Cabai Yang Beredar
Di Kampus Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Judul Jurnal 2 : Analisis Kadar Rhodamin B Pada Bumbu Jajanan Tahu Yang
Beredar Di kota Manado

Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)


No. 239/Menkes/Per/V/1985 menetapkan 30 zat pewarna berbahaya. Rhodamin B
termasuk salah satu zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan pada produk
pangan.

Pada Jurnal 1 setelah dilakukan analisis terhadap 7 pedagang yang


menggunakan saus cabai di sekitar kampus Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang selama 3 hari tidak ditemukan adanya pewarna sintesis Rhodamin B.

Hal ini berarti sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor


722/Menkes/Per/IX/88 yang melarang penggunaan Rhodamin b sebagai pewarna
makanan dan minuman.

Hasil ini menunjukkan pula bahwa pewarna sintetis yang terdapat pada
sebagian besar sampel yang dijual di sekitar kampus Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembang merupakan pewarna yang diizinkan penggunaannya untuk
makanan dan minuman menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88
diantaranya adalah ponceau 4R dan amarant. Pewarna ponceau 4R dan amaran
termasuk pewarna sintetis yang aman dan diizinkan penggunaannya tetapi memiliki
batas maksimum penggunaannya 200 mg/kg.

Pada Jurnal 2 setelah dilakukan analisis terhadap 6 sampel bumbu jajanan


tahu yang beredar di Manado ditemukan adanya kandungan pewarna sintesis
Rhodamin B dalam jumlah kadar yang berbeda-beda. Indikator tertinggi kadar
pewarna sintesis Rhodamin B pada bumbu jajanan tahu tersebut adalah
0.046μm/ml, sedangkan indicator terendah adalah 0.025μg/ml.

Rhodamin B merupakan bubuk kristal hijau atau ungu kemerahan, tidak


berbau, dan mudah larut dalam larutan merah terang. Rhodamin B adalah pewarna
sintesis yang tidak diperbolehkan oleh pemerintah untuk digunakan dalam industri
pangan. Karena terdapat beberapa bahaya akibat mengonsumsi Rhodamin B jika
zat warna ini dikonsumsi dalam jangka panjang. Tetapi, perlu diketahui pula bahwa
Rhodamin B juga dapat menimbulkan efek akut jika tertelan sebanyak 500 mg/kg
BB, yang merupakan dosis toksiknya. Efek toksik yang mungkin terjadi adalah
iritasi saluran pencernaan (Badan POM RI, 2015).

Sehingga penggunaan Rhodamin B dalam makanan merupakan bentuk


pelanggaran yang dilakukan oleh penjual, untuk menanggulangi hal tersebut maka
diperlukannya sosialisasi bahaya Rhodamin B terhadap para penjual khususnya
penjual makanan dan minuman selain itu juga diperlukan adanya kesadaran diri
oleh penjual agar tidak mengmbil keuntungan semata dan mempedulikan kesehatan
konsumen. Sedangkan untuk pemerintah hendaknya lebih intensif lagi dalam
pengawasan distribusi dan penggunaan zat pewarna sintesis khusunya Rhodamin-
B.

Anda mungkin juga menyukai