OLEH
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyusun Makalah yang berjudul “Efek Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica val.) Sebagai Larvasida Aedes Aegypati Vektor
Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Di Kota Banjar Baru” dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Besar Farmakologi Bahan
Alam. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini. Oleh
karena itu, Saran dari Berbagai pihak sangat diharapakan. Semoga Makalah ini
dapat bermanfaat bagi banyak Orang dan dapat menjadi sarana Pembelajaran.
i
Daftar Isi
COVER
BAB II PEMBAHASAN
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue ...................................... 3
Tanaman Kunyit ..................................................................................... 3
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti sebagai vektor utama (WHO, 2012). Sampai saat ini, penyakit
DBD masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Data pada tahun 2013 menunjukkan telah terjadi peningkatan kasus DBD di
Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 112.511 kasus dan jumlah kematian
sebanyak 871 kasus (Kemenkes RI, 2014: 149). Data dari Kemenkes RI
(2015) juga menunjukkan bahwa pada tahun 2014 tercatat penderita DBD di
Provinsi Jawa Tengah sebanyak 11.075 kasus dengan jumlah kematian
sebanyak 159 kasus, sementara itu pada tahun 2015 jumlah kasus DBD di
Provinsi Jawa Tengah sebesar 16.377 kasus (Dinkes Provinsi Jateng, 2015:
37).
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang hampir terdapat di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan air laut. Secara umum 2,5 sampai 3 milyar
orang berisiko terserang penyakit DBD dan dapat terjadi pada semua golongan
umur. Jumlah kasus diperkirakan 50 sampai 100 juta per tahun, dan 90%
menyerang anak-anak di bawah 15 tahun dengan rata-rata Case Fatality Rate
(CFR) mencapai 5%. Secara epidemiologi DBD bersifat siklis, yaitu terulang
pada jangka waktu tertentu. Tahun 2007 telah terjadi kasus DBD sebanyak
139.695 kasus dengan 1.397 orang meninggal di seluruh Indonesia. Ini artinya
kurang lebih 10% dari pasien DBD meninggal dunia. Angka Insident Rate
yang terjadi di Kalimantan Selatan pada tahun 2007 sebesar 35,59/100.000
penduduk, tahun 2008 sebesar 14,44/100.000 penduduk, dan tahun 2009
(periode Januari -September ) sebesar 11,26/100.000. Sedangkan, di kota
Banjarbaru angka Insident Rate yang terjadi pada tahun 2007 sebesar
45,10/100.000 penduduk, tahun 2008 sebesar 34,30/100.000 penduduk dan
tahun 2009 (periode Januari –September) sebesar 52,09/100.000 penduduk.
Case Fatality Rate (CFR) di kota Banjarbaru 1,9% (2006), 1,8%. (2007),
0,00% (2008) dan 4,88% (Jan-Sept 2009).
Belum adanya vaksin untuk pencegahan penyakit DBD dan obat –
obatan khusus untuk penyembuhannya sehingga pengendalianpenyakit DBD
masih bergantung padapemberantasan vektor. Salah satu cara pemberantasan
larva Ae.aegypti yaitu dengan menggunakan insektisida kimia. Saat ini
larvasida yang paling luas digunakan untuk mengendalikan larva Ae.aegypti
adalah temefos 1% (abate 1SG). Apabila penggunaan insektisida kimia
dilakukan secara terus-menerus, maka akan menimbulkan dampak negatif
terhadap organisme hidup maupun lingkungan sekitar. Kandungan bahan aktif
dari temephos seperti Tetramethyil Thiodi . P - Phenylene, Phasphorothioate
1% dan inert ingredient 99% merupakan bahan kimia yang jika digunakan
terlalu lama dapat bersifat toksik. Menurut WHO, kurang lebih 20.000 orang
mati per tahun akibat keracunan insektisida. Selain itu, penggunaan insektisida
kimia dapat mengganggu kualitas dan keseimbangan lingkungan hidup akibat
adanya residu serta timbulnya resistensi pada hewan sasaran. Oleh karena itu,
diperlukan alternatif lainpembunuh larva Ae.aegypti yang bersifat alami untuk
mengurangi penggunaan insektisida kimia.
Tanaman asli Indonesia yang juga memiliki kandungan minyak atsiri
adalah kunyit. Minyak atsiri yang merupakan salah satu komponen aktifdalam
rimpang kunyit (selain curcumin, tannnin, volatile oil (turmerone, atlantore,
zingiberone), gula, resin, protein, vitamin (vitamin C) dan mineral), diketahui
bermanfaat sebagai antiseptik, antibakteri dan antijamur pada luka bernanah
sehingga berpotensi digunakan sebagai alternatif pembunuh larva yang mudah
didapat, murah dan berkhasiat tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue?
2. Apakah Rimpang kunyit dapat digunakan sebagai Larvasida?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah
Dengue
2. Untuk mengetahui apakah Tanaman Rimpang Kunyit dapat digunakan
sebagai Larvasida.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk dan cabang rimpang. Rimpang
utama pada kunyit berbentuk bulat panjang, seperti telur ayam yang
merupakan rimpang induk (bulb) yang biasa disebut dengan empu.
Rimpang induk kunyit rasanya agak pahit dan getir, sedangkan cabang
rimpang kunyit rasanya agak manis dan berbau aromatis. Rimpang kunyit
mengandung senyawa bioaktif berupa minyak atsiri yang berkisar antara
3-5% yang terdiri dari 60% senyawa keton seskuiterpen berupa arturmeron
(Stahl, 1985). Minyak atsiri yang berasal dari bagian rimpang kunyit pada
umumnya dipanen ketika tanaman berumur 7-10 bulan (Sulistiyani, 2015:
26). Menurut Diaz dkk (2012), minyak atsiri pada rimpang kunyit dapat
berperan sebagai repellent, larvasida, dan dapat merusak telur nyamuk
Aedes aegypti. Menurut Purba (2013), terdapat kandungan senyawa
minyak atsiri pada rimpang induk kunyit sebesar 4,33% dan pada cabang
rimpang kunyit sebesar 3,32%. Berdasarkan hasil analisis dengan GC-MS
(Gas Chromatography-Mass Spectrometry) terdapat senyawa utama dalam
minyak atisiri rimpang induk dan cabang rimpang kunyit yaitu ar-
turmerone. Kandungan senyawa ar-turmerone dalam minyak atsiri
rimpang induk kunyit sebesar 25,63% dan pada cabang rimpang kunyit
sebesar 15,98%
Menurut pakar pengobatan alami Wijayakusuma (2010), kunyit
dapat digunakan sebagai penyegar tubuh dan meningkatkan imunitas, serta
stamina tubuh agar tidak mudah lelah. Rimpang kunyit juga bermanfaat
sebagai analgetika, antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antitumor,
pencegah kanker, dan dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar lemak
darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah (Olivia dkk, 2006),
disamping itu senyawa minyak atsiri yang terkandung di dalam rimpang
kunyit juga dapat dimanfaatkan sebagai repellent maupun sebagai
larvasida (Diaz dkk, 2012). Rimpang kunyit juga mengandung senyawa
bioaktif lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai larvasida, seperti
senyawa flavonoid dan tanin. Alternatif pembunuh larva yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tanaman asli Indonesia seperti kunyit yang
mudah didapat, murah dan berkhasiat tinggi dan tumbuhan ini
diformulasikan dalam bentuk ekstrak kunyit. Hal ini dikarenakan kunyit
mengandung minyak atsiri, yang mana telah diketahui bahwa minyak atsiri
dapat menjadi larvasida bagi Ae.aegypti.
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang hampir terdapat di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan air laut. DBD merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama (WHO, 2012).
2. Rimpang Kunyit dapat digunakan sebagai Larvasida, hal ini dikarenakan
minyak atsiri pada rimpang kunyit dapat berperan sebagai repellent,
larvasida, dan dapat merusak telur nyamuk Aedes aegypti. Menurut Purba
(2013), terdapat kandungan senyawa minyak atsiri pada rimpang induk
kunyit sebesar 4,33% dan pada cabang rimpang kunyit sebesar 3,32%.
5
Daftar Pustaka
Diaz, M.C., Palomo, S.E., Perez, C.M.S., 2012, Volatile Components and
KeyOdorants Of Fennel (Foeniculum Vulgar Mill) and Thyme (Thymus
Vulgaris) Oil Extracts Obtained by Simultaneus Distillation-Extraction
and Supercritical Fluid Extraction, Journal Agric Food Chem.
Hapsoh dan Hasanah, Y., 2011, Budidaya Tanaman Obat dan Rempah, Medan:
Universitas Sumatera Utara Press.
Herms, W., 2006. Medical Entomology, United States of America: The Macmillan
Company.
Ishartadiati, K., 2012, Aedes aegypti Sebagai Vektor Demam Berdarah Dengue
Olivia F., Alam S., Hadibroto I., 2006, Seluk Beluk Food Supplement, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 166.
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, Bandung:
Institut Pertanian Bogor
Sulina, Parida S., 2012, Hubungan Keberadaan Jentik Aedes aegypti dan
Pelaksanaan 3M Plus dengan Kejadian Penyakit DBD di Lingkungan
XVIII Kelurahan Binjai Kota Medan Tahun 2012, Skripsi, Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
6
Sulistiyani, Asih, 2015, Efektivitas ekstrak ethanol rimpang kunyit (Curcuma
domestica Val) sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti instar III,
Skripsi, Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.