Anda di halaman 1dari 4

UJPH 2 (1) (2013)

Unnes Journal of Public Health


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

IDENTIFIKASI PENGGUNAAN ZAT PEWARNA PADA PEMBUATAN


KERUPUK DAN FAKTOR PERILAKU PRODUSEN

Madya Feni Murtiyanti , Irwan Budiono, Eko Farida

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia.

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel:
Diterima September 2012 Produsen kerupuk menggunakan zat pewarna makanan dalam proses produksi
Disetujui Oktober 2012 kerupuk. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi penggunaan zat pewarna dan
Dipublikasikan Januari 2013 faktor perilaku pada produsen kerupuk di Desa Ngaluran Kecamatan Karangan-
yar Kabupaten Demak. Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan
Keywords: desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 16 produsen kerupuk
Behavioral Factors dengan pengambilan sampel total sampling. Instrumen menggunakan kuesioner.
Cacaron
Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat (uji Chi-Square dengan α 0,05).
Dangerous Additive
Color Ingredient
Hasil penelitian dari 17 sampel kerupuk yang menggunakan pewarna berbahaya
yaitu merah 39% (Rhodamin B), kuning 22% (Methanyl Yellow), hijau 13% (Mala-
chite Green), sedangkan yang tidak menggunakan pewarna atau kerupuk berwarna
putih yaitu 6 sampel kerupuk (26%). Pengetahuan produsen berhubungan dengan
praktek penggunaan zat pewarna (p value 0,001) dan sikap produsen berhubungan
dengan praktek penggunaan zat pewarna (p value 0,005). Saran bagi Dinas Kes-
ehatan dan Badan POM lebih dilakukan pengawasan, penyuluhan dan pengece-
kan pewarna berkala. Bagi produsen ikut sosialisasi tentang penggunaa pewarna
berbahaya dan mengganti dengan pewarna makanan pada produksi kerupuknya.
Abstract
Cacaron manufacturers use food coloring in the production process of cacaron. The purpose
of this study identified the use of addictive and behavioral factors in cacaron manufacturer
in Ngaluran, Karanganyar, Demak Regency. This research is explanatory research with cross
sectional design. The population in this study were 16 manufacture of cacaron with a total
sampling. Instruments using a questionnaire. Analyses were performed by univariate and
bivariate (Chi-Square test with α 0.05). The results showed the use of using a red dye 39%
(Rhodamine B), yellow 22% (Yellow Methanyl), green 13% (Malachite Green) and 26%
did not use a dye (white). Knowledge producers associated with the practice of using a dye
(p value 0.001) and the attitude of producers associated with the practice of using a dye (p
value 0.005). The suggestion for Health Department and Drugs and Food Watch Agent so
that give more attention, education, and controling frequently. For manufacturers who join
the socialization of the bad effect using dangerous addictive color ingredient and replace with
food coloring cacaron production.

© 2012 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6781
Gedung F1 lantai 2 Kampus Sekaran,
Gunungpati, Semarang Indonesia 50229
E-mail: fik-unnes-smg@telkom.net
Madya Feni Murtiyanti, Irwan Budiono, Eko Farida / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2013) Madya Feni Murtiyanti, Irwan Budiono, Eko Farida / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2013)

LATAR BELAKANG berkaitan langsung dengan kesehatan masyarakat Produsen (Studi Pada Sentra Kerupuk di Desa hipotesis dengan teknik statistik chi square dengan
umum. Dengan demikian, dalam pelaksanaan Ngaluran Kecamatan Karanganyar Kabupaten uji alternatif Fisher.
Makanan merupakan suatu hal yang sangat pengolahan dan pengawetannya perlu diadakan Demak.”
penting dalam kehidupan manusia, oleh karena pengaturan dan pengawasan, misalnya dalam HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
itu makanan yang kita makan bukan hanya harus hal penggunaan bahan kimia tambahan, agar METODE PENELITIAN
memenuhi gizi dan mempunyai bentuk yang tidak terjadi akibat buruk yang tidak diinginkan Dari tabel 4.4 di atas, diperoleh data dari
menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti terhadap konsumen. Berbagai peraturan Jenis penelitian yang digunakan adalah 5 produsen tidak menggunakan zat pewarna
tidak mengandung mikroorganisme dan bahan- pemerintah ditetapkan selain untuk melindungi Explanatory Research dengan rancangan cross dalam pembuatan kerupuk, 2 produsen (100,0%)
bahan kimia yang dapat menyebabkan keracunan konsumen sekaligus juga merupakan informasi/ sectional. Penelitian dilakukan di Desa Ngaluran memiliki pengetahuan baik, 2 produsen (100,0%)
penyakit. Perusahaan makanan dan minuman petunjuk bagi pengusaha kecil industri akan Kec.Karanganyar Kab.Demak. Subjek dalam memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 1
kemasan di Indonesia saat ini berkembang dengan adanya bahan-bahan tambahan kimia yang penelitian ini adalah produsen kerupuk. Untuk produsen (8,3%) memiliki tingkat pengetahuan
sangat pesat. Ditemukan makanan dan minuman berbahaya bagi kesehatan manusia (Suprapti, menentukan sampel dengan total sampling. kurang. Sedangkan dari 11 produsen yang
kemasan yang diproduksi hanya mementingkan 2005: 10). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 16 sampel. menggunakan zat pewarna dalam pembuatan
aspek selera konsumen tanpa memperdulikan Berdasarkan penelitian Badan POM Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kerupuk, 11 (91,7%) produsen tersebut memiliki
aspek kesehatan (Yuliarti, 2007: 10). Semarang (2008-2010), ditemukan penggunaan faktor perilaku penggunaan zat pewarna memiliki pengetahuan kurang.
Salah satu makanan pelengkap adalah bahan tambahan makanan yaitu pewarna berbahaya. Analisis analitik untuk menguji Uji chi square yang dilakukan terhadap
kerupuk. Hampir setiap keluarga Indonesia berbahaya dalam produksi kerupuk. pewarna
mengkonsumsi kerupuk. Kerupuk dapat yang digunakan adalah Rhodamin B, pada Analisis Univariat
membangkitkan selera makan sebagai camilan pengambilan sampel di industri kerupuk Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan Produsen Tentang Penggunaan Zat Pewarna
atau makanan kecil. Kerupuk beraneka ragam ditemukan sebesar 57 industri kerupuk yang Pengetahuan
macamnya menurut rasa, bentuk, dan asal menggunakan pewarna berbhaya. Dari hasil No Prosentase Jumlah
Pewarna
daerahnya. Sebagai jenis makanan ringan, penelitian Sri Sugiyatmi (2006), pada produsen
kerupuk mengandung pati yang cukup tinggi kerupuk di Kabupaten Demak mengenai 1. Kurang 75,0 12
karena umumnya terbuat dari tepung tapioka perilaku produsen, terdapat 84% produsen yang 2. Cukup 12,5 2
dicampur dengan air menjadi adonan kemudian berpengetahuan baik menggunakan pewarna 3. Baik 12,5 2
ditambahkan bumbu, pengenyal dan pewarna. Rhodamin B.
Setelah itu adonan siap dicetak dan dikeringkan Penggunaan zat pewarna dalam Jumlah 100,0 16
menjadi kerupuk mentah yang siap digoreng. produksi kerupuk terdapat faktor perilaku yang (Sumber: Data Penelitian 2012)
Di masyarakat beredar kerupuk berwarna mempengaruhi produsen. Berkaitan dengan
yang dicurigai menggunakan zat pewarna yang perilaku, beberapa hal yang mempengaruhi
dilarang untuk makanan ( zat pewarna untuk adalah pengetahuan dan sikap. Pengetahuan Distribusi Frekuensi Sikap Produsen Tentang Penggunaan Zat Pewarna
tekstil). Hal ini disebabkan karena zat pewarna merupakan dominan yang sangat penting
tersebut mudah didapatkan, warna menarik serta dalam terbentuknya tindakan seseorang. Sikap
No Sikap Produsen Prosentase Jumlah
lebih tahan lama sehingga banyak konsumen merupakan komponen yang penting dalam 1. Kurang 68,8 11
yang menyukainya dan harganya lebih murah melakukan tindakan (Notoatmojo, 2007: 143). 2. Cukup 18,7 3
serta memberikan keuntungan yang lebih besar Penelitian ini dilakukan pada sentra
kepada produsen (Rohaendi, 2009: 4). industri kerupuk yang ada di Desa Ngaluran, 3. Baik 12,5 2
Di Indonesia, peraturan zat pewarna Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak Jumlah 100,0 16
belum intensif, terdapat kecenderungan dikarenakan dari penelitian sebelumnya (Sumber: Data Penelitian 2012)
pemakaian zat pewarna untuk sembarang telah ditemukan hampir semua produsen
bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk kerupuk yang berpengetahuan rendah dan
tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai baik menggunakan pewarna Rhodamin B.
bahan makanan. Hal ini jelas sangat berbahaya Berdasarkan hasil observasi awal, di industri
bagi kesehatan karena adanya residu logam rumah tangga produksi kerupuk di Desa
Distribusi Frekuensi Praktek Produsen Tentang Penggunaan Zat Pewarna
berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya Ngaluran Kecamatan Karanganyar Kabupaten
penyalahgunaan zat pewarna disebabkan oleh Demak banyak produsen yang memproduksi Praktek Penggunaan
No Prosentase Jumlah
banyaknya ketidaktahuan masyarakat mengenai kerupuk tidak hanya warna merah (Rhodamin B) Pewarna
zat pewarna untuk makanan atau karena tidak saja tetapi ada warna kuning (Methanyl Yellow),
adanya penjelasan dalam label yang melarang hijau (Malachite Green) dan juga kerupuk yang
1. Menggunakan 68,8 11
penggunaan senyawa tersebut untuk bahan berwarna putih. Untuk itu penulis ingin meneliti 2. Tidak menggunakan 31,2 5
pangan dan pewarna non pangan stabil pada kembali dari penelitian sebelumnya yang Jumlah 100,0 16
kondisi pengolahan. Di samping itu, harga zat hanya meneliti pengetahuan produsen dengan
(Sumber: Data Penelitian 2012)
pewarna untuk industri tekstil dan kulit relatif menggunakan pewarna merah (Rhodamin B)
jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat sedangkan penelitian ini akan meneliti dengan
pewarna untuk makanan (Winarno, 2002: 184). judul “Identifikasi Penggunaan Zat Pewarna
Bahan makanan atau minuman Pada Pembuatan Kerupuk dan Faktor Perilaku

2 3
Madya Feni Murtiyanti, Irwan Budiono, Eko Farida / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2013) Madya Feni Murtiyanti, Irwan Budiono, Eko Farida / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2013)

Analisis Bivariat menggunakan pewarna atau kerupuk berwarna doa, semangat, motivasi dalam penyusunan
Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Praktek Penggunaan Zat Pewarna Pada Pembuatan Kerupuk putih yaitu 6 sampel kerupuk (26%). Ada skripsi ini.
hubungan antara tingkat pengetahuan produsen Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan
Praktek
(p = 0,005), dengan praktek penggunaan zat Masyarakat angkatan 2008 atas bantuan dan
Tidak menggu- Menggunakan Total Nilai pewarna pada pembuatan kerupuk di sentra motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
Pengetahuan CC
nakan ρ kerupuk Desa Ngaluran Kecamatan Karanganyar Semua pihak yang terlibat dalam penelitian
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Kabupaten Demak. Ada hubungan antara sikap dan penyusunan skripsi ini.
produsen (p = 0,001), dengan praktek penggunaan
Baik 2 100,0 0 0 2 100,0 zat pewarna pada pembuatan kerupuk di sentra DAFTAR PUSTAKA
Cukup 2 100,0 0 0 2 100,0 kerupuk Desa Ngaluran Kecamatan Karanganyar
0,005 Kabupaten Demak. Agus Riyanto, 2009, Pengolahan dan Analisi
Kurang 1 8,3 11 91,7 12 100,0 0,65
Data Kesehatan, Nuha Medika: Yogyakarta.
Jumlah 5 31,2 11 68,8 16 100,0 UCAPAN TERIMAKASIH
(Sumber: Data Penelitian 2012) , 2011, Alikasi Metodologi
Drs. Harry Pramono, M.Si, selaku Dekan Penelitian Kesehatan, Nuha Medika: Yogyakarta.
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang. Agung Setyo Karyono, 2003, Hubungan
Dr. dr. Oktio Woro Kasmini Handayani, Pengetahuan Dengan Praktek Produsen Kerupuk
Hubungan Antara Sikap Dengan Praktek Penggunaan Zat Pewarna Pada Pembuatan M.Kes, selaku Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Tentang Penggunaan Pewarna Pada Kerupuk Iris
Kerupuk Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kerupuk Terung di Kota Magelang, Skripsi:
Praktek Universitas Negeri Semarang. Universitas Diponegoro.
Irwan Budiono, SKM., M.Kes, selaku
Tidak meng- Menggunakan Total Nilai
Sikap CC Dosen Pembimbing I, atas bimbingan, Badan POM RI, 2008, Laporan Tahunan
gunakan ρ pengarahan, dan masukan dalam penyusunan 2008 Balai Besar POM di Semarang, Semarang:
Jumlah % Jumlah % Jumlah % skripsi ini. Badan POM.
Eko Farida, STP., M.Si, selaku Dosen
Baik 2 0 0 2 100,0
Pembimbing II, atas bimbingan, pengarahan, , 2009, Laporan Tahunan 2009
Cukup 3 0 0 3 100,0 dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. Balai Besar POM di Semarang, Semarang: Badan
0,001
Kurang 0 0 11 11 100,0 0,707 Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu POM.
Kesehatan Masyarakat, atas bekal ilmu
Jumlah 5 31,2 11 68,8 16 100,0 pengetahuan yang diberikan selama di bangku , 2010, Laporan Tahunan 2010
(Sumber: Data Penelitian 2012) kuliah. Balai Besar POM di Semarang, Semarang: Badan
Dian Arisanti, S.Si., Apt selaku kasi POM.
tingkat pengetahuan produsen dengan praktek sikap produsen dengan praktek penggunaan makanan-minuman Dinas Kesehatan Kabupaten
penggunaan zat pewarna pada sentra kerupuk zat pewarna pada sentra kerupuk di Desa Demak yang telah memberikan informasi dan Badan Standardisasi Nasional, 1995,
di Desa Ngaluran Kecamatan Karanganyar Ngaluran Kecamatan Karanganyar Kabupaten data selama penyusunan skripsi. Standar Nasional Indonesia Bahan Tambahan
Kabupaten Demak, didapatkan chi square sebesar Demak, didapatkan chi square sebesar 11,684 Bapak Sholeh dan Bapak Eko selaku Staf Makanan, Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
7,855 dengan p value sebesar 0,005. Niali p value dengan p value sebesar 0,001. Niali p value lebih Laboratorium BLK Semarang dan Laboratorium
lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05). Hal ini berarti kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05). Hal ini berarti Unika. Budi Widianarko, 2002, Pangan Lingkungan
bahwa ada hubungan yang signifikansi antara bahwa ada hubungan yang signifikansi antara HM. Tukimin Noto Wicaksono selaku dan Manusia, Universitas Katolik Soegijapranata:
tingkat pengetahuan produsen dengan praktek sikap produsen dengan praktek penggunaan Kepala Desa Ngaluran yang telah membantu Semarang.
penggunaan zat pewarna pada pembuatan zat pewarna pada pembuatan kerupuk di Desa dalam kelancaran penelitian.
kerupuk di Desa Ngaluran Kecamatan Ngaluran Kecamatan Karanganyar Kabupaten Produsen kerupuk Desa Ngaluran selaku Dedi Rohaendi, 2009, Kerupuk Sangrai, PT
Karanganyar Kabupaten Demak. Interpretasi dari Demak. Interpretasi dari Koefisien Kontingensi responden yang telah membatu penelitian dan Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Koefisien Kontingensi (CC) = 0,65) menunjukkan (CC) = 0,707) menunjukkan bahwa sikap memberikan informasi.
bahwa pengetahuan produsen dengan praktek produsen dengan praktek penggunaan zat Bapak Alm Djasmanto, Ibu Murtiwi dan Departemen Kesehatan, 2007, Bahan
penggunaan zat pewarna pada pembuatan pewarna pada pembuatan kerupuk menunjukkan Bapak Didik Iskandar yang selama ini telah Tambahan Makanan, Jakarta: Departemen
kerupuk menunjukkan hubungan yang kuat. hubungan yang kuat. memberikan dorongan baik materiil maupun Kesehatan.
Dari tabel 4.5 di atas, diperoleh data dari spiritual, motivasi, inspirasi, panutan, semangat
5 produsen tidak menggunakan zat pewarna SIMPULAN dan doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan Dwi RatnaHerniati, 2010, Nikmat Dengan
dalam pembuatan kerupuk, 2 produsen (100,0%) skripsi ini. Makanan Sehat dan Bergizi, CV Ricardo: Jakarta.
memiliki sikap baik, 3 produsen (100,0%) memiliki Dari 16 produsen kerupuk ditemukan Seluruh keluarga tercinta, kakakku Purwa
sikap cukup. Sedangkan dari 11 produsen yang 17 sampel kerupuk yang menggunakan pewarna dan Bagus, adikku Ayu dan Safri yang tidak henti- Eko Budiarto, 2002, Biostatistika untuk
menggunakan zat pewarna dalam pembuatan berbahaya yaitu merah 39% (Rhodamin B), hentinya memberikan doa, semangat, motivasi, Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta:
kerupuk, 11 produsen (100,0%) sikap kurang. kuning 22% (Methanyl Yellow), hijau 13% dan inspirasi dalam penyusunan skripsi ini. EGC.
Uji chi square yang dilakukan terhadap (Malachite Green), sedangkan yang tidak Rony Firdaus yang selalu memberikan Emi Sulami, 2009, Sehatkah Bahan

4 5
Madya Feni Murtiyanti, Irwan Budiono, Eko Farida / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2013) Madya Feni Murtiyanti, Irwan Budiono, Eko Farida / Unnes Journal of Public Health 2 (1) (2013)

Tambahan Makananmu?, PT Intan Pariwara: Alfabeta. Welly Femelia, 2009, Analisa Penggunaan
Klaten. Rahmi Holinesti, 2009, Studi Pemanfaatan Zat Warna pada Keripik Balado yang Diproduksi di
Pigmen Brazilen Kayu Secang Sebagai Pewarna Undang-undang Nomer 8 Tahun 1999, Kecamatan Payakumbuh Barat, Skripsi: Universitas
F.G Winarno, 2002, Kimia Pangan dan Gizi, Alami Serta Stabilitasnya Pada Model Pangan, Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta. Sumatera Utara.
Jakarta: PT Gramedia. Vol I, No 2, Agustus 2009, hlm 11-21.
Veronica Margaret Sihombing, 2008, Wisnu Cahyadi, 2009, Bahan
Herman, 2010, Identifikasi Pewarna Ronald Sitorus, 2009, Makanan Sehat dan Analisa Zat Pewarna Kuning Pada Tahu Yang Tambahan Pangan, Jakarta: Bumi
Rhodamin B Pada Minuman Ringan Tanpa Merk Bergizi, Bandung: Yrama Widya. Dijual di Pasar-Pasar Medan, Skripsi: Universitas
Yang Dijual Di Pasar Sentral Kota Makasar, Volume Aksara.
Sumatera Utara.
I, No. 1, Mei 2010, hlm. 33-36. Saifuddin Azwar, 2010, Sikap Manusia
Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Wecker, 1991, Attitudes Versus Action the Yayuk Farida, 2004, Pangan dan
Lexy J Moleong, 2011, Metode Penelitian Pelajar. Relationship of Overal and Overt Behavioral responses Gizi, Jakarta: Penebar Swadayana.
Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya: to Attitude Objects, In: Baron and Byrne, Journal
Bandung. of Sosial Issue.
Saparinto C dan Hidayati D, 2006, Bahan
M. Lies Suprapti, 2005, Kerupuk Udang Tambahan Pangan, Yogyakarta: Kanisius.
Sidoarjo, Kanisisus: Yogyakarta.
Sri Handayani dan Yetti Oktavianingsih,
M. Sopiyudin Dahlan, 2001, Statistika 2009, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pedagang
Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Makanan Jajanan Dalam Pemakaian Pewarna
Medika: Jakarta. Sintetis Berbahaya di Lingkungan Sekolah Dasar
Kecamatan Klaten Tengah, Jurnal Prospect,
Moertjipto, 1993, Makanan: Wujud, Variasi Februari 2009, Tahun 5, Nomor 8.
dan Fungsinya Serta Cara Penyajiannya Pada Orang
Jawa dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Jakarta: Sri Sugiyatmi, 2006, Hubungan Pengetahuan
Depdikbud. dan Sikap Produsen Kerupuk Terhadap Penggunaan
Pewarna Rhodamin B Pada Kerupuk Yang Diproduksi
Monnat Theerachat dkk, 2012, Comparison di Desa Kalitekuk Kecamatan Karanganyar Kabupaten
of Synthetic Dye Decolorization by Whole Cells and Demak, Skripsi S1 Gizi Kesehatan Masyarakat:
a Laccase Enriched Extract From Trametes Versicolor Universitas Muhammadiyah Semarang.
DSM11269, Volume 11(8), 26 January 2012, hlm
1964-1969. Soekidjo Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan
Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta: Rineka
Norumol Vachirapatama dkk, 2008, Cipta.
Identification And Determination Of Seven Synthetic
Dyes In Foodstuff And Soft Drink On Monolithic C18 , 2005, Metodologi
Column By High Performance Liquid Chromatography, Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
Volume 16, No 5, 2008, hlm 77-82.
, 2009, Promosi
Nurheti Yuliarti, 2007, Awas Bahaya dibalik Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka
Lezatnya Makanan, Andi: Yogyakarta. Cipta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/ , 2010, Metode


MenKes/ Per/ V/ 85, Zat Warna Tertentu yang Penelitian Kesehtan, Jakarta: Rineka Cipta.
Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya, Menteri
Kesehatan: Republik Indonesia. Stijo Pitojo dan Zumiati, 2009, Pewarna
Nabati Makanan, Kanisius: Yogyakarta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia Sugiyono, 2008, Metode Penelitian
Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka. Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung:

6 7

Anda mungkin juga menyukai