Pengaruh Penambahan Pengawet Alami terhadap Kualitas Gula Aren (Arenga pinnata
Merr.) yang Dihasilkan
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan pengawet alami
terhadap kualitas gula aren (Arenga pinnata Merr.) yang dihasilkan. Metode penelitian ini
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor dan data yang diperoleh akan dianalisis
dengan analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan Multiple Rate (DMRT) dengan 6
perlakuan dan 1 kontrol yang dilakukan sebanyak 3 kali ulangan didapatkan 21 unit
percobaan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah Faktor pertama yaitu konsentrasi
penambahan pengawet alami dengan konsentrasi 0 %, 8 % 10 % dan 12 % dan faktor kedua
yaitu jenis pengawet alami terdiri dari Ddaun jambu biji dan batang kayu nangka, dengan
parameter pengamatan; pH, Sachharomyces cerevisiae, Acetobacter aceti, kadar gula reduksi
dan kadar air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi penamabahan 12 % dengan
jenis pengawet alami batang kayu nangka merupakan perlakuan terbaik pada nilai pH, jumlah
Saccharomyces cerevisiae, Acetobacter aceti, jumlah kadar gula reduksi dan jumlah kadar
air.
Kata Kunci: Penambahan, Pengawet Alami, dan Gula Aren
Abstract
The purpose of this reserch was to determine the effect of additions natural preservatives to
the quality of palm sugar (Arenga pinnata Merr.) that will be result. This research uses the
Completely Randomized Design (CRD) method with two factors and the data obtained will be
analyzed by analysis of variance and Duncan Multiple Rate (DMRT) further test with 6
treatments and 1 control performed in 3 replications with 21 unit trial. Treatment in this
research is; The first factor is the concentration of the addition of natural preservatives with
a concentration of 0%, 8% 10% and 12% and the second factor, namely a type of natural
preservative consisting of guava leaves and jackfruit wood stems. with observational
parameters; pH, Sachharomyces cerevisiae, Acetobacter aceti, sugar reduction content and
water content. The results showed that the concentration of addition of 12% with the type of
natural preservative of jackfruit wood was the best treatment at the pH value, the amount of
Saccharomyces cerevisiae, Acetobacter aceti, the amount of sugar reduction content and the
amount of water content.
Keywords: Additions, Natural Preservatives, and Palm Sugar
83
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 5, 2019
Latar Belakang genus Acetobacter, Sarcina, Leuconostoc,
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari Brevibacterium, Serratia dan Pediococcus
nira tebu, bit gula atau aren (Ernasari et al, (Muchtadi. 2010) , Jenis kamir dari genus
2018). Gula adalah salah satu kebutuhan Saccharomyces cereviceae dikenal sebagi
pokok masyarakat, dan merupakan mikroorganisme yang dapat
komoditi yang dikonsumsi oleh seluruh menfermentasi glukosa menjadi etanol.
lapisan masyarakat. Kebutuhan konsumsi Bakteri dari genus Acetobacter bisa
gula meningkat dari Tahun ke Tahun. Pada mengoksidasi etanol menjadi asam asetat,
Tahun 2017 Kebutuhan konsumsi gula rasa asam pada nira ini membuatnya tidak
mencapai 5,7 juta ton. Salah satu jenis gula baik untuk diolah menjadi gula aren, oleh
yang dibutuhkan oleh masyarakat umum karena itu dibutuhkan senyawa yang dapat
adalah gula merah. Pada tahun 2017, menghambat fermentasi oleh
konsumsi rata- rata gula merah per kapita Saccharomyces dan Acetobacter. Bahan
serminggu mencapai 0,129 ons (Badan alami yang mengandung senyawa yang
Pusat Statistik, 2018). Bahan baku dapat menghambat pertumbuhan mikroba,
pembuatan gula merah salah satunya yaitu yaitu daun jambu biji dan kayu nangka.
nira aren. Nira aren dengan kualitas yang Daun jambu biji (Psidii folium) berasal
baik akan menghasilkan gula merah dari tanaman Psidii guajava L. (fam.
dengan kualitas yang baik pula. Mvrtaceae). Daun jambu biji mengandung
Kurangnya penanganan pada tahap senyawa aktif seperti tannin, triterpenoid,
penyadapan nira dapat menyebabkan saponin, eugenol, dan flavonoid. Senyawa
fermentasi hal ini disebabkan oleh adanya dalam dan jambu biji yang berupa
aktivitas enzim invertase karena adanya flavonoid, tannin dan terpenoid
mikroba yang mengkontaminasi nira mempunyai efek antibakteri dengan
diantaranya adalah Saccharomyces merusak struktur membrannya (Soritua et
cerevisiae yang membantu hidrolisis al. 2015). Senyawa yang terkandung di
sukrosa sehingga menghasilkan fruktosa dalam daun jambu biji tersebut dapat
dan glukosa (Marsigit. 2005) fruktosa menghambat fermentasi pada nira aren
memiliki sifat higroskopis. Selain itu, karena dapat menghambat pertumbuhan
kualitas nira yang terfermentasi akan mikroba bahkan dapat mematikan
menghasilkan nira aren yang kurang baik mikroba.
untuk diolah menjadi gula aren, di dalam Selain daun jambu biji kayu nangka
nira aren terdapat mikroorganisme juga memiliki banyak kandungan
indigenus. Mikroba indigenus adalah antimikroba, sifat antimikroba tersebut
kelompok mikroba yag terlibat dan dapat memperpanjang umur simpan pada
ditemukan selama proses feremntasi ( nira. Kandungan kimia kayu nangka
Sukainah et al, 2017). tersebut antara lain alkaloid, flavonoid,
Mikroorganisme yang paling dominan tannin yang dapat mengawetkan nira
terdapat pada nira Aren adalah khamir, karena memiliki sifat antimikroba. Sesuai
khamir yang terdapat dalam jumlah besar dengan pernyataan Ersam (2001) yang
pada nira adalah Sacharomyces sp, menyatakan bahwa kandungan kimia kayu
sedangkan bakteri yang ditemukan dari nangka antara lain morin, sianomaklurin
84
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 5, 2019
(zat samak), flavon dan tannin yang gula merah yang dihasilkan memiliki
mempunyai sifat mematikan bakteri atau kualitas yang bagus.
daya bakteriostatik. Namun belum
Tujuan Penelitian
diketahui konsentasi yang optimal sebagai
pengawet alami nira dan belum dilanjutkan Penelitian ini bertujuan untuk
pengolahan menjadi gula aren. mengetahui bagaimana pengaruh
Oleh karena itu, dalam penelitian ini konsentrasi dan jenis pengawet alami
akan ditambahkan pengawet alami berupa batang kayu nangka dan daun jambu biji
daun jambu biji dan kayu nangka yang terhadap fermentasi nira aren dan untuk
berfungsi sebagai antimikroba sehingga mengetahui bagaimana pengaruh
dengan adanya penambahan daun jambu konsentrasi dan jenis pengawet alami kayu
biji dan kayu nangka dapat mencegah nangka dan daun jambu biji pada nira
fermentasi yang terjadi pada nira sehingga terhadap kualitas gula aren yang
dihasilkan.
Bahan dan Metode dilaksanakan pada bulan Oktober-
Desember 2018.
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini termasuk penelitian
eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Alat dan Bahan
Alat–alat yang digunakan dalam
Pendekatan penelitian merupakan
pengolahan nira aren ini meliputi : Gelas
langkah– langkah dalam melaksanakan
Ukur, timbangan, botol sample, plastik
penelitian, dalam penelitian ini akan
cetik, kompor, wadah penampung nira
diteliti pengaruh variabel tertentu dalam
aren, cetakan gula, wajan, mangkok,
kondisi yang dikontrol. Rancangan
sedangkan peralatan yang akan digunkan
percobaan yang digunakan dalam
selama penelitian antara lain pH meter,
penelitian ini adalah Rancangan Acak
timbangan analitik, autoklaf, lemari asam,
Lengkap (RAL) Faktorial dengan dengan
lemari pembiakan, lampu bunsen, cawan
dua faktor, terdiri dari 6 perlakuan dan 1
petri, gelas ukur, tabung reaksi, botol
kontrol dengan 3 kali ulangan, sehingga
pengencer, timbangan analitik, pipet
didapatkan 21 perlakuan.
mikro, botol semprot, dan colony counter.
Tempat dan Waktu Penelitian Bahan – bahan yang digunakan dalam
Pembuatan sample dilakukan di Desa proses pengolahan gula aren adalah: Nira
Tetewatu Kec. Lilirilau Kab. Soppeng, aren, daun jambu biji, dan batang nangka,
pengujian Saccharomyces cerevisiae dan sedangkan bahan yang digunakan dalam
Acetobacter aceti dilakukan di penelitian adalah air nira, media Peptone
Laboratorium Biologi, Fakultas Extract- Glucose (PYG), media NA, media
Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam TSIA, etanol 90 %, akuades 1 liter, kristal
Universitas Negeri Makassar dan violet, alkohol aseton, kapas, kertas
pengujian gula reduksi dan kadar air oksidase, kertas label dan alumunium foil.
dilakukan di Laboratorium KimiaMakanan
Ternak Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin. Penelitian ini mulai
85
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 5, 2019
Prosedur penelitian ukurannya menjadi kecil dan ditimbang
Pembuatan pengawet alami sebanyak 100 g. Direbus dengan air
sebayak 200 ml s selama 30 menit sampai
Perlakuan pembuatan pengawet alami:
mendidih, setelah air mendidih
diambil bagian yang paling dalam dari
dimasukkan 100 g daun jambu biji
bahan pengawet alami yaitu kayu nangka,
dimasukkan dalam air mendidih tersebut
kemudian dipotong-potong sehingga
dan diaduk sampai merata. Dibiarkan
ukurannya menjadi kecil dan ditimbang
sampai pengawet alami dingin (pada suhu
sebanyak 100 g. Direbus dengan air
kamar)
sebayak 200 ml selama 30 menit sampai
mendidih, setelah air mendidih Penambahan pengawet alami pada nira
dimasukkan 100 g kayu nangka ke dalam aren
air mendidih tersebut dan diaduk sampai Pengawet alami dilakukan pada nira
merata. Dibiarkan sampai pengawet alami aren, konsentrasi pengawet alami yang
dingin (pada suhu kamar). dan untuk daun ditambahkan yaitu; 80 ml,100 ml dan 100
jambu biji diambil dari daun muda ml nira hasil penyadapan dicampur secara
kemudian dipotong-potong sehingga homogen dan dituang ke dalam wadah.
secara sistematis terhadap subjek
Pembuatan gula aren
penelitian.
Gula aren dibuat dari nira yang telah
Teknik analisis data yang digunakan
ditambahkan pengawet alami. Nira hasil
meliputi uji persyaratan analisis yang
penyadapan dimasak dengan kompor
terdiri dari uji normalitas dan
sampai mencapai end point suhu 115 °C.
homogenitas. Apabila data yang diperoleh
Pemanasan disertai pengadukan
bersifat normal Apabila data yang
dilanjutkan sampai membentuk
diperoleh bersifat normal dan homogen
solidifikasi, kemduain dicetak dan
maka akan dilanjutkan dengan uji statistik
menghasilkan gula aren cetak.
sidik ragam anova. Jika H1 diterima maka
Teknik Pengumpulan dan Analisis data akan dilakukan uji lanjut dengan
Teknik pengumpulan data yang menggunakan uji Duncan pada taraf
dilakukan dalm penelitian ini signifikan α= 0,05. Data diolah
menggunakan pengamatan ini menggunakan sppss versi
menggunakan pengamatan dan pencatatan
Gambar 1. Nilai pH
86
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 5, 2019
Berdasarkan hasil pengamatan Karena semakin banyak mikroba maka
tersebut, hasil pengujian nilai pH semakin rendah pula nila pH, hal ini sesuai
menunjukkan bahwa semakin tinggi dengan pernyataan Sukainah et al (2018)
konsentrasi maka semakin tinggi nilai pH bahwa semakin banyak jumlah
yang dihasilkan, dan untuk jenis pengawet mikroganisme yang akan tumbuh
alami menunjukkan bahwa perlakuan jenis menghasilkan asam, sehingga nilai pH
pengawet alami batang kayu nangka akan menurun dengan meningkatkan
memiliki nilai pH yang lebih tinggi konsentrasi asam terlarut.
dibandingkan dengan nilai pH pada daun Pengawet alami perlakuan batang
jambu biji. kayu nangka lebih baik dibandingkan
Nilai pH adalah simbol untuk derajat dengan perlakuan daun jambu biji, hal ini
keasaman atau alkalinitas suatu larutan, disebabkan karena kandungan antimikroba
nilai pH sangat penting untuk batang kayu nangka lebih banyak
pertumbuhan mikroorganisme, karena dibandingkan dengan antimikroba yang
kinerja enzim sangat dipengaruhi oleh pH terdapat pada dau jambu bij, kandungan
(Sukainah, A et al, 2018). antimikroba kayu nagka yakni flavanoid,
Hasil analisis sidik ragam streoid, tannin, saponin, sianomaklurin,
menunjukkan bahwa nilai F hitung > F flavon, morin dan alkaloid (Lubis, et al.
tabel (Lampiran 3.1), pada konsentrasi 2013) sedangkan kandungan antimikroba
penambahan pengawet alami dan jenis dau jambu biji yakni Flavanoid, steroid,
pengawet alami berpengaruh sangat nyata tannin, saponin dan euganol (Indriani.
terhadap tingkat pH pada nira, sehingga 2006).
dilanjutkan uji duncan. Data pengujian
Saccharomyces cerevisiae
duncan menunjukkan bahwa perlakuan Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
terbaik untuk parameter nilai pH pada jumlah khamir Saccharomyces cerevisiae
faktor konsentrasi yaitu pada konsentrasi berdasarkan konsentrasi pengawet alami,
12 %, hal ini disebabkan karena semakin yaitu semakin tinggi konsentrasi maka
tinggi konsentrasi maka semakin tinggi jumlah khamir Saccharomyces cerevisia
kandungan antimikroba sehingga semakin sedikit begitupun sebaliknya, dan
fermentasi dapat dicegah karena adanya untuk jenis pengawet alami batang kayu
penghambatan pada pertumbuhan mikroba nangka lebih menghambat pertumbuhan
hal ini sesuai dengan pendapat Sirotua, et khamir karena jumlah khamir
al. (2015) yang mengatakan bahwa Saccharomyces cerevisia yang lebih
semakin tinggi konsentrasi bahan rendah dibandingkan dengan penambahan
pengawet alami maka pH nira semakin pengawet alami daun jambu biji.
tinggi karena kandungan zat yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba
sehingga memberi pengaruh terhadap pH.
Sumanti, et al (2004) bahwa alkaloid,
flavanoid, dan triterpenoid yang bersifat
sebagai anti mikroba dan hal tersebut
dapat menghambat laju penurunan pH.
87
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 5, 2019
88
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 5, 2019
meningkat, selain itu antijamur ini juga semakin tinggi konsentrasi pengawet alami
menyebabkan gangguan sintesis asam maka semakin sedikit jumlah bakteri
nukleat pada sel jamur yang akan Acetobacter aceti pada nira, dan untuk
menimbulkan kerusakan pada sel jamur jenis pengawet alami batang kayu nangka
tersebut (Candra, 2009). jumlah bakteri yang tumbuh lebih rendah
dibandingkan dengan jumlah bakteri yang
Acetobacter aceti tumbuh pada penambahan daun jambu biji.
Penambahan daun jambu biji dan
batang kayu nangka menunjukkan bahwa
90
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 5, 2019
kayu nangka lebih baik dibandingkan (Zohratun. 2017), namun kadar air yang
dengan daun jambu biji. hal ini sejalan dihasilkan dari kedua faktor konsentrasi
dengan kandungan mikroba yaang lebih dan jenis pengawet alami yakni kadar air
rendah pada konsentrasi 12 % dan yang memenuhi standar SNI yaitu dibawah
penambahan batang kayu nangka, karena 10 % (Badan Standarisasi Nasional. 1995).
jumlah mikroba yang rendah sehingga Tekstur gula aren yang dihasilkan
fermentasi terhambat karena kita ketahui dengan penambahan pengawet alami
bahwa pada proses fementasi tersebut memiliki tekstur yang lebih keras
dapat menghasilkan gula reduksi yang dibandingkan dengan tekstur gula aren
terdiri dari glukosa dan fruktosa sesuai tanpa penambahan gula aren, karena
dengan pernyataan Christina et al (2017) tekstur gula dipengaruhi oleh kadar air hal
bahwa adanya komposisi gula invert ini sesuai dengan pernyatan Maya et al
(glukosa dan fruktosa) menyebabkan gula (2014) bahwa kadar air yang rendah
lebih higroskopis dan menurut Hartomo & menghasilkan tekstur yang lebih keras.
Wijiatmoko (2006) bahwa fruktosa
bersifat higroskopis, larutan kuat fruktosa Kadar Gula Reduksi
tetap lembab dan fruktosa mudah sekali Pada Gambar 4.5 terlihat bahwa
larut dalam air, kadar air yang tinggi semakin tinggi konsentrasi maka semakin
ditunjukkan dengan tekstur produk yang rendah kadar gula reduksi yang dihasilkan,
basah, gula bersifat higroskopis, yakni dan untuk jenis pengawet alami daun
mudah menyerap air hal ini akan jambu biji menghasilkan kadar gula
menyebabkan daya simpan produk yang reduksi yang lebih tinggi dibandingkan
rendah, sehingga dapat meneyebabkan dengan kadar gula reduski yang dihasilkan
terjadinya penggumpalan (cumpling) dan dengan penamabahn pengawet alami
berpengaruh pada kualitas fisik produk batang kayu nangka.
92
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 5, 2019
banyak memgandung gula pereduksi akan juga disebabkan karena pemesakan, hal ini
lebih mengalami proses pencoklatan sesuai dengan pernyatan bahwa
sehingga warnanya lebih coklat. Gula pemanasan terlalu lama akan
pereduksi juga mempengaruhi tingkat mengakibatkan karamelisasi dan
kemanisan karena glukosa dan fruktosa perubahan warna gula (Irmayuni et al,
mempunyai tingkat kemanisan yang 2018).
rendah. Selain itu, warna pada gula merah
Ersam, T. 2001. Senyawa Kimia Lubis, Ricky Fauzi., Rona J, N & Mimi.
Mikromolekul Beberapa N. 2013. Pengaruh
Tumbuhan Artocarpus Hutan Penambahan Konsentrasi
Tropics Sumatra Barat. Bahan Pengawet Alami Pada
Nira Aren Selama
94
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 5, 2019
Penyimpanan Terhadap Mutu Teknologi Vakum Terhadap
Gula Aren Cair. Jurnal Kualitas Gula Merah Tebu.
Rekayasa Pangan dan Agritech. 34(4): 365-373.
Pertanian. I (4): 76- 84.
Muchtadi, D. 2010. Kedelai: Komponen
Pratiwi. R R.,Sri, L & Heri. FT. 2014. Uji Bioaktif Untuk Kesehatan.
Aktivitas Anti Bakteri Ekstrak Bandung: Alfabeta.
Etanol Daun Mangga Bacang
Naufalin, R., Tri ,Y & Anna, S. 2013.
(Mangifera foetdei L.)
Pengaruh dan Konsetrasi
Terhadap Staphylococcus
Pengawet Alalmi Terhadap
aerues Secara In Vitro.
Mutu Gula Kelapa Yang
(online). (www.neliti.com,
dihasilkan. Jurnal Teknologi
diakses 10 Oktober 2018).
Pertanian. 14 (3) : 165 – 174.
Rahmawati R., Defiana, M. T & Suriani,
Setya, R.P., Tjiptasurasa dan Retno, W.
M. R. 2009. Pengaruh Suhu
2011. Aktivitas Antibakteri
dan Lama Penyimpanan
Ekstrak Etanol Kayu Nangka
Terhadap Landungan Vitamin
(Arthocarpus heterophyla
C Cabai Rawit Putih (Capsium
LMK) Terhadap Bacillus
frustescens). Jurnal Biology.
Subtilsa dan Eschhrecia coli.
8(2): 36-40.
Parmach. 8 (3): 1993 -359).
Marsigit, W. 2005. Penggunaan Bahan
Sirotua, P., Santosa, G & Herla, R. 2015.
Tambahan pada Nira dan
Pengaruh Penambahan
Mutu Gula Aren yang
Berbagai Pengawet Alami dan
Dihasilkan Dibeberapa Sentra
Konsentrasinya Terhdapa
Produski di Bengkulu. Jurnal
Mutu Nira Aren. Jurnal
Nasional Indonesia. 9(1): 42-
rekayasa pangan dan
98.
Pertanian. 3(4): 458-463.
Maryati, J., M & Karmila. 2008.
Sukainah, A., Eva, J & Reski, P.P. 2018.
Pemanfaatan Daun Jambu Biji
Identification and isolation of
(Psidium guajava) Sebagai
fungi indigenus on
Alternatif Pengawetan Telur
spontaneous fermentation corn
Ayam Ras (Online).
flour Bisi 18, Eco. Env. &
(http://isjd.pdii.lipi.go.id.pdf,
Cons. 24 (1): 132-139.
diakses 16 Mei 2018).
Sukaianah, A., Eva, J & Reski, P.P. 2017.
Maya, D. M., Yulianingisih, R., Rosalia.
Isolasi dan Identifikasi Bakteri
S. D., Sugiarto. Y & Wahyu
Indigenus pada Tepung
D. I. 2014. Pengaruh
Jagung Bisi 16 selama Proses
Penambahan Natrium
Fermentasi. Prosiding
Metabisulfat dan Suhu
Seminar PATPI 2017. PATPI
Pemasakan Dengan
Cabang Lampung. Bandar
Menggunakan Teknologi
95
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 5, 2019
Lampung. 10-12 November Universitas Padjajaran.
2017. Jatinagor.
96