Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

KEAMANAN PANGAN

NAMA : Nur Febrianti


NIM :2102010013

Dosen pengampu :Lina Yunita, S.SI.,M.K.M

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS BUMIGORA MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini merupakan salah satu syarat telah menyelesaikan praktikum :


1. Praktikum zat kimia berbahaya
2. Praktikum Uji PH pada makanan

Mataram, 16 Desember 2023

Menyetujui, Praktikum
Kordinator praktikum

Lina yunita, S.SI., M.K.M Nur Febrianti


Nik.21.5.533 Nim. 2102010013
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-nya lah. Sehingga laporan praktikum ini dapat saya selesaikan dengan cukup mudah dan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tanpa pertolongan mungkin saya tidak bisa
menyelesaikan laporan praktikum ini dengan tepat waktu.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Lina yunita, s.si., M.K.M selaku dosen
program studi keamanan pangan yang telah memberikan tugas laporan praktikum ini yang
nantinya dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca saya menyadari
bahwa laporan praktikum ini sangat banyak kekurangannya. Oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang dapat membangun makalah ini. Terima kasih.

Mataram, 16 Desember 2023

Penyusun
ACARA 6
PRAKTIKUM ZAT KIMIA BERBAHAYA PADA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat terutama anak-anak. Makanan jajanan memiliki kandungan energi 36%, protein
29%, dan zat besi 52%. Akan tetapi, makanan jajanan dapat menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan apabila terdapat cemaran biologis ataupun kimiawi. Sesuai PERMENKES RI No.
033 tahun 2012 tentang bahan tambahan makanan bahwa boraks dan formalin tergolong
sebagai bahan tambahan pangan yang tidak izinkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Namun, pada penggunaan zat tersebut saat ini sulit
dipisahkan dari proses pengolahan makanan dan minuman yang ditujukan sebagai pewarna,
pengawet, penyedap, pemanis, pemberi aroma, dan tujuan lainnya. Makanan jajanan adalah
makanan dan minuman yang disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di pinggir jalan,
tempat umum atau tempat lainnya, yang terlebih dahulu sudah dipersiapkan atau dimasak di
tempat produksi, di rumah atau di tempat berjualan. Makanan jajanan dapat berupa minuman
atau makanan dengan jenis, rasa, dan warna yang bervariasi dan memikat.(Berliana et al.,
2021)
Boraks adalah senyawa kimia turunan dari logam berat Boron (B) yang umumnya
digunakan sebagai antiseptik dan pembunuh bakteri. Bentuk boraks seperti kristal putih, tidak
berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Boraks dalam industri sering digunakan
untuk pematri logam, pengawet kayu, dan pembasmi kecoa (Mayasari & Mardiroharjo, 2012).
Namun kenyataannya, dalam industri makanan boraks sering ditambahkan pada produk tahu,
bakso, mie basah,nuget bahkan kerupuk. Bahan-bahan makanan tersebut mudah mengalami
kerusakan terutama kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, kapang
dan khamir. Penambahan boraks secara efektif mampu meningkatkan waktu guna produk
makanan dan melindungi produk makanan terhadap oksidasi yang dapat menyebabkan
makanan menjadi tengik akibat pertumbuhan mikroorganisme tersebut(Muthi’ah & Qurrota,
2021)
Boraks berasal dari bahasa arab yaitu bouraq, merupakan bahan antiseptik yang
digunakan sebagai bahan pembersih, pengawet kayu dan. Dalam air, boraks merupakan
campuran natrium metaborat dan asam borat. Penggunaan boraks pada makanan produk
olahan membuat adonan dapat lebih lias dan elastis sehingga tidak cepat mollor atau sagging.
Meskipun jumlah tambahan tidak terlalu banyak, namun boraks mempunyai efek akumulasi
yang berbahaya. Gejala keracunan boraks akut meliputi mual, muntah-muntah, diare, kejang
perut, bercak pada kulit, suhu tubuh menurun dan lemah, juga dapat terjadi kematian akibat
kolaps pernapasan. Pada keracunan kronik dapat menyebabkan demam, anoreksia, kerusakan
ginjal, depresi dan bingung.
Boraks ditambahkan ke dalam makanan agar didapat hasil makanan yang awet, kenyal
dan juga tidak basah, sehingga banyak para pedagang kaki lima yang menggunakannya.
Selain itu, penggunaan boraks dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga dihasilkan
makanan dengan tampilan yang menarik. Boraks dapat ditemukan di berbagai jenis makanan
seperti bakso, kerupuk,mie basah, lontong, kecap, bubur ayam, ikan asin dan lain-lain.
Kegunaan boraks dalam makanan berbeda-beda, misalnya digunakan sebagai pengenyal dan
pengawet pada bakso, sebagai pengeras pada mie, lontong, dan ketupat, kemudian sebagai
pengental dan pengawet pada bubur ayam.(Wulandari & Nuraini, 2020)
Formalin merupakan zat toksik dan sangat iritatif untuk kulit dan mata. Formalin bagi
tubuh manusia diketahui sebagai zat beracun, karsinogen (menyebabkan kanker), mutagen
(menyebabkan perubahan sel, jaringan tubuh), korosif dan iritatif. Uap dari formalin sangat
berbahaya jika terhirup dan tertelan oleh manusia. Dampak buruk bagi kesehatan pada
seorang yang terpapar dengan formalin dapat terjadi akibat paparan akut atau paparan yang
berlangsung kronik (bertahun-tahun), antara lain sakit kepala, radang hidung, radang kronis,
mualmual, gangguan pernapasan baikberupa batuk kronis atau sesak napas kronis. Formalin
dapat juga merusak syaraf tubuh manusia. Gangguan pada syaraf berupa susah tidur, sensitif,
mudah lupa, dan sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi
dan infertilitas. Penggunaan formalin jangka panjang pada manusia dapat menyebabkan
kanker mulut dan tenggorokan.
Formalin sebagai bahan kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan yang paling populer dari formalin adalah sebagai pengawet mayat dan hewan
penilitian. Bahan kimia ini juga digunakan banyak digunakan dalam industri, sebagai bahan
pembunuh hama (desinfektan), zat antiseptik untuk membunuh virus, bakteri, dan jamur.
Selain itu, formalin dengan konsentrasi < 1 % banyak digunakan sebagai pengawet untuk
cairan pencuci piring, pelembut, shampo mobil, lilin dan karpet.(Wulandari & Nuraini, 2020)
Dampak buruk yang diakibatkan dari mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks
secara terus menerus yaitu akan adanya gangguan fungsi otak, hati dan juga fungsi ginjal.
Seseorang yang mengkonsumsi makanan mengandung boraks dalam jumlah atau kadar yang
sedikit maupun banyak, tetap akan memberikan efek kepada orang tersebut, mulai dari
demam, anuria, koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis,
tekanan darah turun, kerusakan pada ginjal, pingsan, kanker hingga kematian. Sehingga,
penggunaan bahan tambahan pangan berupa boraks sangat perlu menjadi perhatian. Pola
hidup atau lifestyle masyarakat saat ini membuat segala suatu bersifat praktis dan cepat. Hal
ini berdampak pada proses penyediaan makanan, dimana banyak semakin banyak makanan
olahan atau makanan cepat saji yang beredar di masyarakat.(Wulandari & Nuraini, 2020)
1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalag agar mahasiswa dapat menganalisis kndungan zat-
zat kimia berbahaya pada makanan
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Produk pangan pada umumnya yang menggunakan formalin dan boraks adalah bahan pangan
segar atau makanan olahan yang mengandung kadar air tinggi, yang tidak dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama, terutama jika disimpan pada suhu ruang. Penggunaan formalin dan
boraks banyak ditemukan pada makanan olahan yang dijual oleh pedagang kaki lima. Kedua
bahan tambahan pangan yang tidak diizinkan ini dapat memberikan efek berupa hasil makanan
yang awet, kenyal dan juga tidak basah. Selain itu, penggunaan boraks dapat memperbaiki
tekstur makanan sehingga dihasilkan makanan dengan tampilan yang menarik.(Wulandari &
Nuraini, 2020)
Produk makanan olahan yang sering diawetkan dengan boraks dan formalin antara lain bakso,
mie basah, sosis, cilok, siomay dan lain-lain. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan masih
banyaknya makanan olahan di Indonesia yang mengandung boraks dan formalin.(Wulandari &
Nuraini, 2020)
Bakso merupakan salah satu kuliner nasional di Indonesia. Makanan olahan berbentuk bola
daging ini banyak ditemukan di banyak tempat makan, mulai dari kaki lima hingga restoran
besar. Bakso atau meatball ini terbuat dari daging sapi giling, namun semakin lama variasi bahan
dasar bakso semakin banyak, seperti dari daging ayam, ikan, udang bahkan daging kerbau.
Bakso menjadi salah satu makanan olahan yang banyak dilaporkan mengandung boraks ataupun
formalin. Hal ini dikarenakan bakso hanya memiliki waktu simpan tidak lebih dari 24 jam pada
suhu kamar, sehingga banyak pedagang yang menambah pengawet dalam proses pembuatannya
agar bertahan lama. Selain itu penambahan formalin pada bakso akan menyebabkan tekstur
bakso lebih kenyal dan aroma khas daging rebus bakso tidak akan tercium.(Wulandari &
Nuraini, 2020)
Mie Basah merupakan salah satu makanan olahan yang banyak disukai oleh masyarakat mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa. Hal ini dikarenakan mie basah memiliki rasa yang enak,
dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, dan harganya murah. Kebanyakan produksi mie
basah dilakukan oleh industri rumah tangga, sehingga sulit untuk mengontrol kualitas maupun
bahan baku yang digunakan. Makanan dengan bahan dasar tepung terigu ini memiliki kadar air
yang cukup tinggi, sehingga mudah mengalami pembusukan. Oleh karena itu, banyak produsen
menambahkan pengawet dalam pembuatan mie basah. Boraks dan formalin banyak digunakan
dalam mengawetkan mie basah karena mudah didapatkan dan harganya murah.(Wulandari &
Nuraini, 2020)
Sosis adalah salah satu makanan olahan dari daging sapi ataupun ayam, yang diolah
sedemikian rupa dengan rempah-rempah. Berdasarkan SNI 01-3820-1995 Sosis adalah produk
makanan yang diperoleh dari campuran daging halus (mengandung daging tidak kurang dari
75%) dengan tepung atau pati dengan atau tanpa penambahan bumbu dan bahan tambahan
makanan lain yang diizinkan dan dimasukan ke dalam selubung sosis(Wulandari & Nuraini,
2020)
Makanan dari olahan kedelai yang sering dikonsumsi di Indonesia adalah tahu. Proses
pembuatan tahu dilakukan dengan cara menggumpalkan menggunakan bahan-bahan tertentu.
Bahan yang biasa digunakan untuk menggumpalkan tahu adalah garam CaSO4. Beberapa
penyimpangan yang dilakukan produsen Pabrik tahu, salah satunya di Kabupaten Bogor yang
menggunakan bahan kimia jenis boraks. Menurut Preventive and Care (PNC) bahwa formalin
dan boraks digunakan menjadi bahan tambahan dalam pembuatan tahu, dimana formalin
digunakan sebagai pengawet dan boraks digunakan sebagai campuran pada tahu untuk
mendapatkan bentuk yang bagus, kenyal, tekstur padat atau tidak mudah hancur(Nasution et al.,
2018)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat praktikum
Bertempat di laboratorium gizi, jam 14.00 hari jum`at 9 Desember 2023
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 alat
a. Mortar dan alu
b. Cawan petri
c. Tabung reaksi
d. Pipet tetes
e. Neraca analitik
f. Rak tabung reaksi
3.2.2 bahan
a. Kunyit
b. Aquades
c. KMnO4
d. Bahan uji
3.3 Prosedur kerja
a. UJI BORAKS.
1. Sediakan sampel yang akan diuji yaitu bakso, tahu, mie dan sosis
2. Sediakan ekstrak kunyit dengan konsentrasi 100% dengan cara menimbang bubuk
kunyit sebanyak 50 gr dan dilarutkan kedalam aquades 50 ml kemudiandisaring.
3. Bakso diiris dan dan dihaluskan dengan menggunakan mortar kemudian simpan
dicawan petri yang berbeda.
4. Masukkan sebanyak 1 gr sampel yang telah dihaluskan kedalam plat tetes yangtelah
diberi label
5. Teteskan masing-masing sampel dengan ekstrak kunyit dan amati perubahan warna
yang terjadi.
6. Jika sampel berubah menjadi merah kecoklatan, maka sampel mengandung boraks
sedangkan jika tetap berwarna kuning (warna kunyit), maka sampel negatif.
b. UJI FORMALIN
1. Sediakan sampel yang akan diuji yaitu bakso, tahu, mie dan sosis
2. Bakso dihaluskan kemudian ditimbang masing-masing sebanyak 5gr selanjutnya
disimpan dicawan petri yang berbeda
3. Sampel dilarutkan dengan 10 ml aquades selanjutnya disaring.
4. Masing-masing filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah diberilabel
kemudian ditetesi dengan KMnO4 0,1 N
5. Amati dan tunggu sampai bereaksi selama 1 jam.
6. Jika warna ungu violet segera memudar/hilang berarti sampel mangandung
formalin yang bersifat mereduksi KMnO4.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Tabel 4.1 hasil pengamatan uji formalin dan boraks
No Bahan uji Uji formalin Uji boraks
1 Tahu A1 + -
2 Bakso A2 + +
3 Mie A3 - +
4 Sosis A4 + +

Ket: diisi dengan tanda (+) jika positif mengandung formalin / boraks dan diisi
dengan tanda (-) jika tidak mengandung formalin / boraks.

4.2 pembahasan
Boraks adalah natrium tetraborat (NaB4O7) dalam bentuk padat yang ditambahkan
pedagang pada jajanan yang dijualnya agar lebih tahan lama dan terlihat menarik. Kandungan
dan bentuk asam borat meliputi 99,0% dan 100,55% H3BO3. Berat molekulnya adalah 61,38%,
B = 17,50, H = 4,88%dan O = 77,62% yang merupakanbubuk kristal putih yang manis, tidak
berwarna, tidak berbau, menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3) jika dilarutkan
dalam air. Asam borat memiliki sifat kimia yaitu pada kisaranleleh sekitar 171°C. Larut dalam
18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter.
Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat.
Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000 C
yang secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam
lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk
halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak
manis.(Berliana et al., 2021)
Beberapa efek yang akan disebabkan jika terus menerus mengkonsumsi makanan yang
memiliki kandungan boraks, diantaranya akan menyebabkan gangguan fungsi otak, hati dan
juga fungsi ginjal. Mengkonsumsi dalam dosis sedikit maupun banyak, boraks tetap saja dapat
menyebabkan demam, anuria, koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi,
apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan pada ginjal, pingsan, kanker hingga kematian.
Ciri-ciri boraks adalah memiliki warna yang putih terang, bertekstur kasar, tidak memiliki bau,
berbentuk kristal serta memiliki suhu yang stabil.(Berliana et al., 2021)
Formalin atau bernama ilmiahnya formaldehida ini adalah salah satu cairan kimia yang
sangat beracun jika termakan oleh manusia bahkan dapat menyebabkan kematian. Bahkan jika
seseorang tak sengaja terkonsumsi dengan dosis yang cukup besar maka akan mengakibatkan
iritasi pada lambung, keracunan hingga kematian sistem syaraf, dan sel tubuh. Bahkan
mengerikannya zat ini juga memiliki sifat karsinogenik yang artinya dapat menyebabkan
pertumbuhan sel kanker dan perubahan terhadap fungsi dan sistem jaringan tubuh. Formalin
merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet mayat dan hewan penelitian serta di
pakai sebagai zat antiseptik untuk membunuh virus, bakteri, dan jamur. Pada konsentrasi <1%,
formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai bahan non pangan seperti cairan pencuci
piring, pelembut, shampo mobil, lilin dan karpet.(Berliana et al., 2021)
Zat formaldehida mudah sekali menguap di udara sehingga memberikan rasa sesak pada pernapasan,
mengganggu mata dan juga tenggorokan. Zat ini merupakan zat terlarang dan berbahaya jika harus
masuk ke dalam makanan. Beberapa survei mengatakan penggunaan formalin terhadap bahan makanan
adalah agar makanan bisa tahan lama, tidak bau, dan memiliki tampilan serta tekstur makanan yang
bagus.(Berliana et al., 2021)
jika pada bakso ataupun pentol maka cirinya akan terasa lebih kenyal, jika dilempar pada lantai akan
memantul layaknya bola, bahkan ada beberapa perubahan pada warna jika makanan tersebut tidak
mengandung boraks maka warnanya pun akan lebih gelap, sementara yang menggunakan boraks atau
formalin warnanya lebih cerah dan tidak bau amis. Bahkan makanan dapat bertahan lama, berbeda
dengan yang non boraks dan non formalin yang cenderung mudah basi.(Berliana et al., 2021)
Ciri makanan yang positif mengandung boraks dan formalin adalah tidak ada lalat yang berani
menghinggapi makanan tersebut. Tentu, boraks dan formalin bukan hanya berbahaya bagi manusia
tetapi juga untuk hewan. Selain itu, terdapat beberapa perbedaan lainnya yang membuat makanan
tersebut lebih mencolok seperti salah satunya memiliki warna yang lebih putih pucat pada makanan yang
mengandung dua bahan berbahaya ini sementara yang tidak akan memiliki warna lebih gelap, bau dan
mudah basi(Berliana et al., 2021)
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji boraks dan formalin dalam makanan yang dilakukan percobaan pada bakso,
mie basah. Tahu, dan sosis yang digunakan sebagai bahan praktikum membuktikan bahwa
makanan-makanan yang telah di uji tersebut terkandung boraks dan formalin, sehingga dapat
dikatakan bahwa masih banyak makanan yang mengandung boraks dan formalin.
Makanan olahan seperti bakso, mie basah, sosis, tahu sangat disukai oleh berbagai kalangan
dimulai dari anak-anak samapi ke dewasa. Makanan olahan seperti yang dijelaskan diatas memiliki
masa simpan hanya 24 jam/ 1 hari pada suhu ruang, sehingga para pedagang menambahkan boraks
dan formalin di dalam makanan nya agar dapat disimpan tahan lama dalam suhu ruang dan tidak
mudah basi.
Disarankan bagi masyarakat lebih tepatnya untuk anak-anak menghindari membeli atau
mengkonsumsi makanan yang dijual seperti bakso, cilok, tahu, sosis mie basah dan makanan lainnya
yang paling sering ditemukan mengandung bahan kimia yang berbahaya untuk kesehatan bahkan
formalin dengan mudah terhirup hingga terjadi sesak napas.
LAMPIRAN

Mie basah A3 (setelah digerus)


Bakso A2(setelah digerus )

Tahu A1
Bakso A2
Mie basah A3
Sosis A4 (setelah digerus ) Sosis A4

A1 disaring yang dicampur dengan aquades


A3 disaring dicampur dengan aquades
A2 disaring yang dicampur dengan aquades

A4 disaring yang dicampur dengan aquades

B3 a2 bakso dicampur dengan larutan B3 a1 tahu dicampur dengan larutan kunyit


kunyit
B3 a3 mie basah dicampur kunyit
B3 a4 sosis dicampur dengan larutan kunyit

Larutan KMN04
Larutan kunyit
ACARA 7
UJI PH PADA MAKANAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Parameter penentu kualitas makanan telah dicantumkan pada Standar Nasional Indonesia
(SNI) dengan jenis makanan terkait dan setiap ujinya telah dicantumkan pada SNI Nomor 01-
2891 tahun 1992, termasuk cara pengujian untuk parameter pH. pH merupakan derajat
keasaman yang dapat menentukan kualitas makanan. pH merupakan tolak ukur penghambat
munculnya kontaminan biologis seperti bakteri, jamur dan mikroorganisme lainnya yang dapat
menyebabkan rusaknya tekstur, rasa maupun gizi yang terkandung dalam produk. Pada
produk olahan susu (dairy products) yang beberapa diantaranya adalah produk hasil fermentasi
bakteri maupun ragi, pH menjadi tolak ukur untuk menurunkan tingkat kemungkinan infeksi
yang dapat disebabkan dari munculnya bakteri patogen. Pada buah dan sayuran kemasan, pH
memiliki pengaruh penting sehingga harus dilakukan monitoring dari saat proses pemotongan,
pencucian dan proses lainnya. Hal ini karena kontaminasi pada buah dan sayuran tidak hanya
disebabkan oleh mikroogranisme, tetapi juga disebabkan oleh reaksi enzim yang terkandung
di dalamnya.
Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah
menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain
menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang berkerja
berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan. Pengukuran pH dilakukan dengan
mengacu pada metode SNI 06-6989.11-2004 yaitu sampel diukur menggunakan pH meter
yang dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan penyangga pH 4, 7 dan 10. Elektroda
pH meter kemudian dikeringkan menggunakan kertas tisu dan dibilas dengan akuades. Setelah
itu pH sampel diukur dengan cara elektroda pH meter dimasukkan kedalam botol yang berisi
sampel hingga skala atau angka di pH meter menunjukkan pembacaan yang tetap, kemudian
hasilnya dicatat.
Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting. Asam dan basa
sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang
berarti cuka. Istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu. Basa digunakan
dalam pembuatan sabun. Juga sudah lama diketahui bahwa asam dan basa saling menetralkan.
Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam sitrat dalam buah jeruk
berfungsi untuk memberi rasa limun yang tajam. Cuka mengandung asam asetat, dan asam
tanak dari kulit pohon digunakan untuk menyamak kulit. Asam mineral yang lebih kuat telah
dibuat sejak abad pertengahan, salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang digunakan
oleh para peneliti untuk memisahkan emas dan perak. Berkaitan dengan sifat asam dan basa,
larutan dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu bersifat asam, basa dan netral.
Sifat asam-basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur pH nya. pH
adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan
asam mempunyai pH lebih kecil dari 7. Larutan basa mempunyai pH lebih besar dari 7.
Sedangkan larutan netral mempunyai ph = 7.
Pengukuran pH banyak digunakan di laboratorium dan di industri minuman. Banyak
masyarakat yang belum mengetahui masalah kandungan kadar keasaman pada minuman yang
mereka konsumsi, padahal unsur kadar keasaman pada minuman dapat menjadi parameter
apakah minuman tertentu mengandung kadar keasaman yang tinggi atau sebaliknya memiliki
kadar kebasaan. (Labiba et al., 2020)
Minuman merupakan suatu cairan yang dapat dikonsumsi. Minuman ringan berkarbonasi
di Indonesia dikenal dengan nama soft drink sejak seabad yang lalu telah menjadi minuman
ringan paling populer di Amerika Serikat mengungguli minuman lainnya seperti kopi, teh dan
jus. Sedangkan susu cair banyak sekali dikonsumsi oleh masyarakat umum, hal ini
dikarenakan susu cair lebih bersifat praktis untuk dikonsumsi dan mengandung banyak nutrisi.
(Labiba et al., 2020)
Mendeteksi suatu pH sangat dibutuhkan dalam upaya mengetahui kadar keasaman pada
suatu minuman. Selama ini masyarakat tidak mengetahui bahkan tidak peduli apakah
minuman yang dikonsumsi memiliki kadar keasaman yang tinggi. Kebanyakan masyarakat
masih menggunakan cara manual dalam mengukur pH suatu cairan, seperti menggunakan
kertas lakmus. Karena tidak semua orang mengetahui cara mengukur kadar keasaman, maka
diperlukan alat yang dapat mendeteksi kadar keasaman suatu cairan pada minuman.(Labiba et
al., 2020)
Makanan mempunyai kadar keasamannya masing masing, terutama buah buahan. Kadar
keasaman itu sendiri berbeda beda pada setiap jenis makanan. Pada umumnya kadar keasaman
dapat kita ketahui dengan melalui suatu pengukuran dengan alat. Alat yang dapat mengukur
kadar atau derajat keasaman suatu bahan di sebut pH meter.(Labiba et al., 2020)
Makanan pokok adalah makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang banyak, sumber
karbohidrat, mengenyangkan dan merupakan hasil alam daerah setempat. Makanan pokok
adalah sumber karbohidrat bagi tubuh manusia, makanan pokok biasanya tidak menyediakan
keseluruhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh, oleh karena itu biasanya makanan pokok
dilengkapi dengan lauk pauk atau diolah dengan bahan makanan lain untuk mencukupkan
kebutuhan nutrisi seseorang dan mencegah kekurangan gizi (Labiba et al., 2020)
1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui tingkat
keasaman sampel makanan sehingga dapat menentukan tingkat kualitas dan keamanan
yoghurt yang akan dikonsumsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal istilah asam
dan basa. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Istilah “pH” berasal dari kata Jerman “potenz,” yang
berarti “pangkat, dikombinasikan dengan H, simbol unsur untuk hidrogen, jadi pH adalah
singkatan dari “pangkat hidrogen.”. pH (Power of Hydrogen) adalah skala yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Skala dari pH terdiri
dari angka 1 hingga 14. Skala pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen [H+] dalam larutan. Nilai
pH larutan dihitung menggunakan nilai konsentrasi molar ion hidrogen yang larut dalam larutan.
Pada pengukuran skala pH, terdapat tiga jenis parameter yaitu pH asam, netral, dan basa.

• Suatu larutan dikatakan asam jika terdapat ion H+ yang lebih banyak daripada ion OH–.
Asam memiliki pH<7.
• Bersifat netral jika jumlah ion H+ dan OH– sama dalam larutan. LArutan netral memiliki
pH 7.
• Dan larutan basa jika terdapat jumlah ion OH– lebih banyak dibanding H+. Basa memiliki
pH>7.

Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder Lauritz
Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH".
Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk power p (pangkat), yang
lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang
merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000
yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif".
Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan
dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada
tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang
terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran,
pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains
dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.
Ada dua cara yang umum dilakukan dalam melakukan pengukuran kadar pH suatu cairan
atau larutan, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus dan pH meter. Perbedaan pokok dari kedua
alat tersebut adalah tampilan dan keakuratan hasil dari pengukuran yang dilakukan. Kertas lakmus
mempunyai output berupa perubahan warna dari setiap pengukuran kadar pH yang dilakukan. Cara
ini kurang akurat, karena outputnya berbentuk perkiraan yang mendekati dengan skala pH standar.
Sedangkan pH meter adalah suatu alat pengukur pH modern yang mana outputnya dalam tampilan
digital. Namun pada umumnya pH meter harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan.
Kalibrasi dilakukan dengan mengadjust pH meter sesuai cairan pH standar (Buffer Solution) yang
diukur.
pH larutan dapat diukur dengan beberapa cara. Secara kualitatif pH dapat diperkirakan
dengan kertas Lakmus (Litmus) atau suatu indikator (kertas indikator pH). Seraca kuantitatif
pengukuran pH dapat digunakan elektroda potensiometrik.Elektroda ini memonitor perubahan
voltase yang disebabkan oleh perubahan aktifitas ion hidrogen (H+) dalam larutan.
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam defenisi modern, asam adalah suatu zat
yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima
pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi
penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan
asam sulfat (yang digunakan dalam baterai atau aki mobil) Asam umumnya berasa masam,
walaupun demikian mencicipi rasa asam terutama asam pekat dapat berbahaya dan tidak
dianjurakan.
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (disebut sebagai
donor proton), sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain (disebut
sebagai akseptor proton). Suatu asam baru dapat melepaskan proton bila ada basa yang dapat
menerima proton yang dilepaskan. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida (HCL), yang
berionasi dalam air membentuk ion- ion hidrogen (H+) dan ion klorida (CL-) demikian juga, asam
karbonat (H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat (HCO3 - ). Asam
kuat adalah asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan sejumlah besar ion H+
dalam larutan, contohnya adalah HCL. Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan
untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat melepaskan H+ , contohnya
adalah H2CO3. (Viswanatha, 2017)
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion bikarbonat
(HCO3 - ), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk
membentuk asam karbonat (H2CO3). Protein- protein dalam tubuh juga berfungsi sebagai basa
karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan akhir negatif siap
menerima ion-ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam sel-sel
tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.(Viswanatha, 2017)
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+. Oleh karena itu
dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH-, yang bereaksi dengan
H+ untuk membentuk air (H2O). Basa lemah yang khas adalah HCO3 - karena HCO3 - berikatan
dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH- . Kebanyakan asam dan basa dalam cairan
ekstraseluler yang berhubungan dengan pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa
lemah.(Viswanatha, 2017)
Bila kita mereaksikan dua asam yang berbeda pada logam yang sama, maka kita akan
memperoleh hasil yang berbeda. Hal itu disebabkan perbedaan kekuatan asam yang kita
gunakan.Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika
dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia
yang memiliki pH lebih dari 7. Basa merupakan senyawa yang jika dilarutkan dalam air
menghasilkan ion OH-.
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang
dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamardan biasanya digunakan untuk menggoreng
makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-
bijian, kacangkacangan, jagung, kedelai dan kanola. Minyak goreng biasanya bisa digunakan
hingga 3-4 kali penggorengan. Jika digunakan berulang kali, minyak akan berubah warna. Saat
penggorengan dilakukan, ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tak jenuh akan putus
membentuk asam lemak jenuh.(Dr.Mulono, n.d.)
Minyak yang baik adalah minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang lebih
banyak dibandingkan dengan kandungan asam lemak jenuhnya. Setelah penggorengan berkali-
kali, asam lemak yang terkandung dalam minyak akan semakin jenuh. Dengan demikian minyak
tersebut dapat dikatakan telah rusak atau dapat disebut minyak jelantah. Penggunaan minyak
berkalikali akan membuat ikatan rangkap minyak teroksidasi membentuk gugus peroksida dan
monomer siklik, minyak yang seperti ini dikatakan telah rusak dan berbahaya bagi kesehatan. Suhu
yang semakin tinggi dan semakin lama pemanasan, kadar asam lemak jenuh akan semakin naik.
Minyak nabati dengan kadar asam lemak jenuh yang tinggi akan mengakibatkan makanan yang
digoreng menjadi berbahaya bagi kesehatan.(Dr.Mulono, n.d.).
Minyak goreng bekas pakai atau sering disebut dengan minyak jelantah merupakan minyak
goreng dengan pemakaian berulang yang banyak dipakai pada pedagang lokal untuk menghemat
biaya pengeluaran tetapi berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi secara terus menerus.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas minyak goreng bekas pakai dengan penentuan
bilangan asam menggunakan metode titrasi basa, bilangan peroksida menggunakan metode
iodometri dan kadar air menggunakan metode gravimetri. Sampel minyak goreng bekas pakai
berwarna coklat diperoleh dari pedagang lokal dengan minyak standar menggunakan minyak dari
kemasan baru.
Susu adalah bahan cair yang merupakan hasil perahan hewan tertentu (Mariati, 2000). Susu
segar atau yang diawetkan merupakan bahan makanan sumber protein hewani yang digunakan
sebagai penambah gizi. Susu merupakan bahan makanan yang baik sekali, sebab banyak
mengandung zat-zat yang di butuhkan tubuh antara lain protein, lemak, kalsium dan vitamin A.
(Dr.Mulono, n.d.)
Susu segar, diperoleh dari sapi, kerbau dan kambing. Susu segar harus di rebus sebelum di
konsumsi, sebab ada kuman-kuman yang terkandung yang berasal dari binatangnya sendiri atau
pada alat yang digunakan untuk penampungan susu. Jika susu sudah di rebus, kesehatan akan
terjamin. Susu segar ciri-cirinya berwarna putih agak kekuningkuningan, berbau room atau kepala
susu bersih dari kotoran, jika dibuang dari gelas tampak berkas keputihputihan, tidak mengandung
campuran, pada tutup botolnya terdapat banderol(Dr.Mulono, n.d.).
Susu segar mempunyai pH normal 6,5-6,7. Nilai pH yang lebih dari 6,7 menunjukkan sapi
terkena mastitis. Nilai pH yang kurang dari 6,5 kemungkinan susu kolostrum atau susu telah rusak
oleh bakteri. Susu mempunyai berat jenis yang lebih dari berat jenis air karena susu merupakan
suatu sistem koloid kompleks, yaitu air sebagai medium dispersi antara lain mengandung garam
garam dan gula dalam larutan. Berat jenis susu bervariasi antara 1,027-1,032 pada temperatur
<27C (Dwitania dan Sacita, 2013).
Santan kelapa merupakan bahan pangan yang digunakan oleh hampir semua rumah tangga
dan beberapa industri pangan. Kegunaan santan untuk berbagai kebutuhan dalam bidang pangan
makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Pemanfaatan
santan pada umumnya adalah untuk bahan campuran masak dan pembuatan kue (Sukasih dkk.,
2009). Santan kelapa dikategorikan sebagai emulsi minyak dalam air (Cahya & Susanto, 2014).
Santan merupakan bahan makanan yang cepat rusak dan berbau tengik dalam beberapa jam
(Palungkun, 2005), hal ini dikarenakan santan mempunyai kandungan air, lemak dan protein yang
cukup tinggi (Srihari, et al., 2010).
Santan merupakan emulsi minyak dalam air dengan ukuran partikel rata-rata sebesar 0,001
mm (Rosario dan Punzalan, 1977), sedangkan menurut Hegenmaier (1980), diameter globula
lemak santan berukuran antara 0,01 - 0,02 mm dan berwarna putih susu. Seperti halnya dengan
semua makroemulsi, emulsi santan relatif tidak stabil karena ukuran partikelnya relatif besar (lebih
dari 1 mikron). Santan yang didiamkan beberapa saat (5- 10 jam) akan memisah menjadi dua fase,
yaitu fase kaya air (skim) pada bagian bawah dan fase kaya minyak (krim) pada bagian atas
(Soekopitojo, 2010). Santan segar mudah mengalami perubahan bila tidak diawetkan. Oleh karena
itu, saat ini telah dikembangkan pengolahannya menjadi santan pasta dan santan konsentrat yang
berdaya simpan lebih lama. Balasubramaniam (1976) menyatakan bahwa galaktomanan,
fosfolipida dan protein dapat berfungsi sebagai emulsifier (pemantap emulsi) pada santan.
Yoghurt merupakan produk pangan yang memiliki masa simpan tertentu dan akan
mengalami penurunan kualitas selama proses penyimpanan (Ihsan et al.,2017). Yoghurt
dihasilkan melalui proses fermentasi susu oleh bakteri dengan mengubah gula susu (laktosa)
menjadi asam laktat (Ide, 2008). Substansi yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat (BAL) dan
komponen mikrobia memberikan karakteristik asam dan aroma yoghurt (Widodo, 2003). Hasil
metabolisme laktosa berupa asam-asam organik akan mempengaruhi cita rasa dan ikut
menentukan kualitas yoghurt. Hui (1993) menyatakan bahwa flavor yoghurt yang khas diperoleh
dengan pembentukan asam laktat, asetaldehid, asam asetat, dan diasetil.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan
Bertempat di laboratorium gizi, jam 14.00 hari jum`at 9 Desember 2023
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 alat
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung
c. Pipet tetes
d. Ph Meter
e. Penyangga buret (statif)
f. Erlenmeyer
g. Gelas ukur
h. Corong
3.2.2 bahan
a. Kertas indikator universal
b. Susu cair segar atau susu cair basi
c. Minyak goreng baru atau minyak goreng bekas
d. Yogurt baru atau yogurt basi
e. Santan baru atau santan basi
f. Larutan deterjen
g. Kertas label
3.3 Prosedur kerja
Pengukuran pH larutan
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Masukkan masing-masing larutan ke dalam tabung reaksi.

3. Celupkan sepotong kertas indikator universal ke dalam larutan.


4. Perhatikan perubahan warna kertas dan sesuaikan dengan indikator warnapada
wadah kertas, kemudian catat pHnya.
5. Gunakan pH meter, perhatikan angka setelah alat di masukan ke dalam sampel
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 hasil pengamatan uji pH

No Bahan uji Kertas indikator pH meter


universal
1 Susu cair segar 6,52
2 susu cair basi 6 5,71
3 Minyak goreng baru 6 17,24
4 minyak goreng 6 5,15
bekas
5 Yogurt Segar 5 4,22
6 Yogurt Basi 4 4,17
7 Santam segar 6,04
8 Santan basi 5 4,81
4.2 pembahsan
Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra pengecap kita terhadap suatu rasa masam.
Kita dapat mendefinisikan asam sebagai senyawa yang menghasilkan ion hidrogen ketika larut
dalam pelarut (biasanya air). Derajat keasaman yang dimiliki berkisar antara 1 hingga 6. Kata asam
berasal dari bahasa latin acidus yang artinya memiliki arti asam. Senyawa asam denga derajat
keasaman tinggi tersebut menyebabkan rasa asam pada senyawa tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lestari (2016) bahwa asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) apabila
dilarutkan dalam air, Sedangkan basa merupakan zat yang memiliki ion OH- berkonsentrasi
tinggi. Derajat keasaman yang dimiliki basa yakni berkisar 8 sampai 14. Dengan drajat keasaman
sempurna maka senyawa tersebut memberikan rasa pahit. Basa akan dikatakan alkali ketika
melepaskan serta mengandung OH- . Hal ini sesuai dengan pendapat Sutresna (2005) bahwa basa
adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah
lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Basa
merupakan senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH-.
Asam dan basa memiliki sifat yang berbeda beda. Asam memiliki sifat-sifat yaitu rasa masam
seperti pada acar mentimu, cuka, dan lain lain. Hal ini disebabkan karena drajat keasaman berkisar
1 sampai 6. Sifat kedua adalah dapat mengubah warna indikator,zat alami ataupun buatan akan
digunakan untuk mengidentifikasikan sifat asam dari beberapa senyawa asam. Sifat ke tiga adalah
dapat meng hantarkan srus listrik, hal itu dikarenakan asam dapat melepaskan ion – ion dalam
larutannya yang mampu menghantarkan arus listrik. Asam kuat merupakan elektrolit yang baik.
Semakin kuat suatu asam, akan semakin baik pula daya hantar listriknya. (memiliki sifat elektrolit
yang baik). Sifat keempat adalah bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen. Sedangkan
basa memiliki sifat-sifat yaitu memiliki rasa pahit dan terasa licin dikulit, misalnya detergen yang
diberi air sedikit dan kita lumiri di kulit akan terasa licin. Serta basa tidak bereaksi terhadap logam.
Alat pengukur pH ada bermacam-macam yaitu kertas lakmus merah dan biru, kertas indikator,
dan pH meter. kertas indikator cara pemakaiannya hanya dengan di celupkan dan melihat
perubahan warnanya. Sedangkan pH meter dengan cara di celupkan dan akan terdeteksi nilainya
pada monitor. kertas indikator digunakan untuk mengetahui asam atau basa suatularutan dengan
mencelupkan ke dalam cairan tersebut. Akan terjadi perubahan warna dan dapat kita ketahui
dengan mecocokan hasil warna pencelupan tadi dengan keteranan warna beserta nilai pH nya. pH
meter suatu alat yang digunakan untuk menukur pH larutan dengan ketelitian tinggi . Alat ini
terdiri dari elektroda yang tersambung dengan alat elrktronik untuk mengukur pH dari larutan.
Ujung elektrode kaca berupa lapisan kaca dengan ketebalan 0.1 mm.
Pada praktikum pengukutran ph menggunakana 8 larutan dengan larutan yang berbeda-beada
yaitu larutan youghurt segar, youghurt basi, susu segar, susu basi, santan segar, santan basi, minyak
baru, dan minyak lama.
Larutan susu cair segar menghasilkan ph 6,52 dengan alat ph meter dan 5 denga kertas
indikator. Sedangkan larutan susu cair basi menghasilkan ph 5,71 dengan alat ph meter dan 6
dengan kertas indikator. Padahal kedua larutan tersebut sama-sama susu cair tetapi ph yang
dihasilkan berbeda. Maka larutan susu cair segar dan basi marupakan larutan asam karena ph nya
<7 (kurang dari 7).
Larutan minyak baru menghasilkan ph 17,24 dengan alat ph meter dan 6 denga kertas
indikator. Sedangkan larutan minyak lama menghasilkan ph 5,15 dengan alat ph meter dan 6
dengan kertas indikator. Padahal kedua larutan tersebut sama-sama minyak tetapi ph yang
dihasilkan berbeda. Maka larutan minyak baru dikatakan larutan basa karena ph nya >7 (lebih dari
7) dan minyak lama marupakan larutan asam karena ph nya <7 (kurang dari 7).
Larutan santan segar menghasilkan ph 6,06 dengan alat ph meter dan 5 denga kertas indikator.
Sedangkan larutan santan basi menghasilkan ph 4,81 dengan alat ph meter dan 5 dengan kertas
indikator. Padahal kedua larutan tersebut sama-sama santan tetapi ph yang dihasilkan berbeda.
Maka larutan santan segar dan basi marupakan larutan asam karena ph nya <7 (kurang dari 7).
Larutan youghurt segar menghasilkan ph 4,22 dengan alat ph meter dan 5 denga kertas
indikator. Sedangkan larutan susu cair basi menghasilkan ph 4,17 dengan alat ph meter dan 4
dengan kertas indikator. Padahal kedua larutan tersebut sama-sama youghurt tetapi ph yang
dihasilkan berbeda. Maka larutan youghurt segar dan basi marupakan larutan asam karena ph nya
<7 (kurang dari 7).
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran Ph meter dapat disimpulkan bahwa susu cair
segar dan basi termasuk asam karena mempunyai Ph <7, larutan youghurt segar dan basi
termasuk asam karena mempunyai pH <7, larutan santan segar dan santan basi termasuk asam
karena mempunyai Ph <7, larutan minyak goreng bekas termasuk asam karena mempunyai ph
<7, sedangakn minyak goreng baru termasuk basa karena mempunyai Ph >7.
LAMPIRAN

Youghurt basi, susu basi, santan basi Youghurt segar, susu segar, santan segar,

minyak lama minyak baru


Ph indikator Youghurt basi
Ph indikator youghurt segar

Ph indikator minyak goreng lama


Ph indikator minyak baru
Ph indikator susu basi Ph indikator susu segar

Ph indikator santan segar

Ph indikator santan basi


Ph meter youghurt basi
Ph meter youghurt segar

Ph meter susu segar


Ph meter susu basi
Ph meter santan segar
Ph meter santan basi

Ph meter minyak baru Ph meter minyak lama


DAFTAR PUSTAKA
Berliana, A., Abidin, J., Salsabila, N., Maulidia, N. S., Adiyaksa, R., & Siahaan, V. F. (2021).
Penggunaan Bahan Tambahan Makanan Berbahaya Boraks dan Formalin Dalam Makanan
Jajanan. Jurnal Sanitasi Lingkungan, 1(2), 64–71. https://doi.org/10.36086/salink.v1i2.952
Dr.Mulono. (n.d.). No Title‫بببب‬.
Labiba, N. M., Marjan, A. Q., & Nasrullah, N. (2020). Pengembangan Soyghurt (Yoghurt Susu
Kacang Kedelai) Sebagai Minuman Probiotik Tinggi Isoflavon. Amerta Nutrition, 4(3), 244.
https://doi.org/10.20473/amnt.v4i3.2020.244-249
Muthi’ah, S. N., & Qurrota, A. (2021). Analisis kandungan boraks pada makanan menggunakan
bahan alami kunyit. Artikel Penelitian, 2012, 13–18.
Nasution, H., Alfayed, M., Helvina, -, F, S., Ulfa, R., & Mardhatila, A. (2018). Analisa Kadar
Formalin Dan Boraks Pada Tahu Dari Produsen Tahu Di Lima (5) Kecamatan Di Kota
Pekanbaru. Photon: Jurnal Sain Dan Kesehatan, 8(2), 37–44.
https://doi.org/10.37859/jp.v8i2.714
Viswanatha, P. and P. (2017). Keseimbangan Asam Basa. Keseimbangan Asam Basa,
1202006111, 1–15.
Wulandari, A., & Nuraini, F. (2020). Hasil Uji Penggunaan Boraks Dan Formalin Pada Makanan
Olahan. Jurnal Info Kesehatan, 10(1), 279–288.

Anda mungkin juga menyukai