Anda di halaman 1dari 7

SOSIALISASI PEMANFAATAN KUNYIT SEBAGAI INDIKATOR

ALAMI PENDETEKSI BORAKS DALAM MAKANAN

Disusun Oleh:
Kelompok 7 (Linus Carl Pauling)
Anggota:
Oki Rokhim Mawahid (F1B021006)
Dela Nopita Sari (F1B021007)
Lisvita Amelia (F1B021017)
Felicia Febyola Nendo (F1B021037)
Miranda Dwi Indriyani (F1B021047)
Gresanty Oktavia Simanjuntak (F1B021056)
Zedri (F1B021063)
Asty Alifa Zahra (F1B021081)
Nuriyah Syalwa Alifti (F1B021084)
Husna Suci Ramadhani (F1B021086)

PROGRAM STUDI S1 KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan telah beragam jenisnya mengikuti perkembangan zaman yang telah
terjadi. Terdapat bermacam-macam makanan mulai dari makanan cepat saji
ataupun makanan ringan telah banyak beredar. Sebagai seorang konsumen yang
mengonsumsi makanan, kita harus berhati-hati dalam memilih makanan yang kita
konsumsi. Tidak jarang terdapat makanan yang mengandung zat-zat berbahaya di
dalamnya yang dapat membahayakan tubuh kita. Sering dijumpai zat adiktif
berupa zat sintetik dalam bahan makanan. Contoh penggunaan zat sintetik adalah
pengunaan akarin dan siklamat sebagai pemanis buatan untuk produk makanan
dan minuman, penggunaan tartrazin sebagai pewarna pewarna makanan serta
penggunaan boraks sebagai pengawet makanan (Karunia, 2013).
Boraks merupakan senyawa kimia turunan dari logam berat Boron (B) yang
umumnya digunakan sebagai antiseptik dan pembunuh bakteri. Boraks dalam
industri sering digunakan untuk pematri logam, pengawet kayu, dan pembasmi
kecoa. Namun kenyataannya, dalam industri makanan boraks sering ditambahkan
pada produk tahu, bakso, mie basah, nugget bahkan kerupuk. Bahan-bahan
makanan tersebut mudah mengalami kerusakan terutama kerusakan yang
disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir. Penambahan
boraks secara efektif mampu meningkatkan waktu guna produk makanan dan
melindungi produk makanan terhadap oksidasi yang dapat menyebabkan makanan
menjadi tengik akibat pertumbuhan mikroorganisme (Rohman, 2012).
Kunyit (Curcuma longa Linn.), merupakan salah satu tanaman rempah dan
obat asli dari wilayah Asia Tenggara dan diduga kuat berasal dari india dan Indo-
Malaysia yang merupakan jenis rumput-rumputan. Kunyit sering digunakan
sebagai bumbu dalam masakan sejenis gulai dan digunakan untuk memberi warna
kuning pada masakan atau sebagai pengawet. Ekstrak kunyit dapat digunakan
sebagai pendeteksi boraks karena mengandung senyawa kurkumin. Dalam kondisi
asam, kurkumin berwarna kuning dan pada kondisi basa akan berubah warna
menjadi merah bata atau merah kecoklatan (Halim, 2012).
1.2 Tujuan
Mendeteksi senyawa boraks dengan kunyit pada makanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam dunia industri terutama industri makanan sering digunakan tambahan
zat-zat dalam pembuatan makanan. Zat yang digunakan dapat berupa zat alami
maupun zat sintetik atau zat buatan. Penggunaan zat-zat tersebut bertujun untuk
menambah cita rasa dan tampilan makanan sehingga terlihat lebih menarik dan
menarik minat konsumen untuk membeli produk makanan yang dijual. salah satu
za yang sering digunakan dalam produksi makanan adalah boraks.
Boraks atau pijer atau bleng (bahasa jawa) merupakan campuran garam
mineral dengan konsentrasi tinggi yang dipakai untuk pembuatan beberapa
makanan tradisional seperti, karak dan gendar, yang sinonimnya natrium biborat,
natrium piroborat dan natrium tetraborate. Bleng merupakan bentuk dari ketidak
murnian dari boraks, sementara asam borat murni buatan farmasi dikenal dengan
nama boraks. Dan pada dunia industri boraks menjadi bahan yang digunakan
untuk solder, bahan pemebersih, pengawet kayu, antiseptik kayu dan pembasmi
kecoa (Fatma et al., 2021).
Boraks sering digunakan sebagai bahan dalam membuat makanan jajan
dipinggir jalan misalnya, dalam pembuatan seperti bakso tusuk, jajanan anak
sekolah, tahu, dan lain-lainnya. Penambahan boraks itu sendiri memiliki tujuan
untuk membuat tekstur padat, memberikan kekenyalan, kerenyahan dan
memberikan rasa gurih pada makanan dan dapat membuat suatu makanan menjadi
tahan lama terutama pada makanan yang mengandung pati. Karena hal tersebut
boraks sering kali ditemukan pada makanan yang diperjual belikan pada pasar-
pasar tradisional ataupun swalayan-swalayan (Hartati, 2017).
Dalam pengkomsumsian borkas sendiri memiliki batasan yang harus
digunakan agar tidak mengalami efek yang berbahaya. Pengkonsumsian boraks
berlebihan dengan kadar yang mencapai 2 gr/kg bisa menyebabkan keracunan
dengan gejala yang akan dialami yaitu iritasi pada kulit, gangguan pada saluran
pernapasan, gangguan pencernaan seperti mual, muntah persisten, nyeri pada
perut dan diare. Serta pada gejala keracunan yang berat bisa menyebabkan ruam
kulit, penurunan kesadaran diri bahkan gagal ginjal. Dikarenakan efek pada
boraks memiliki toksinitas yang tinggi, beberapa negara telah melarang
penambahan boraks pada makanan seperti negara Inggris, Thailand, China,
Malaysia, serta di Indonesia. Sehingga pemerintah Indonesia mengeluarkan
peraturan larangan mengggunakan boraks sebagai bahan tambahan pangan pada
peraturan Menteri Kesahatan RI No.033/Menkes/Per/IV/2012 (Zurimi, 2021).
Kunyit atau Curcuma domestica Val merupakan tanaman obat berupa semak
yang termasuk tanaman tahunan. Tanaman ini tersebar di seluruh daerah tropis
serta dapat tumbuh subur dan liar di sekitar hutan atau bekas kebun. Kunyit pada
umumnya dikonsumsi orang Asia baik sebagai bumbu dapur, jamu, sebagai obat,
maupun kecantikan. Kunyit memiliki banyak kandungan senyawa kimia seperti
kurkumin, lemak, protein, fosfor, besi, resin, minyak atsiri, desmetoksikurkumin,
oleoresin, bides metoksikurkumin, damar, dan gom yang bermanfaat sebagai
antivirus, antifungi, antioksidan, antikarsinogen, dan antibakteri (Febriawan,
2020).
Kunyit merupakan salah satu tumbuhan di sekitar kita yang dapat mendeteksi
boraks dalam suatu makanan. Bila suatu makanan yang mengandung boraks
ditetesi oleh ekstrak kunyit akan mengalami perubahan. Apabila setelah ditetesi
kunyit terjadi perubahan warna makanan menjadi merah bata atau coklat maka
dapat disimpulkan bahwa makanan tersebut mengandung boraks dengan
konsentrasi yang tinggi (Martini et al, 2021).
Penggunaan kunyit selain untuk bahan masakan juga dapat mengetahui
kandungan boraks dalam suatu makanan. pemanfaatan ekstrak kunyit sebagai
penguji boraks dalam makanan dapat kita gunakan untuk menjaga tubuh dari zat-
zat berbahaya seperti boraks.
Kunyit merupakan salah satu indikator kimia alami yang memiliki kandungan
senyawa kurkumin. Kurkumin adalah zat warna yang berupa kristal kuning
oranye yang terdapat pada kunyit, yang sering digunakan untuk pewarna.
Kurkumin yang dimiliki pada kunyit bisa mendeteksi adanya kandungan boraks
pada bahan makanan dengan menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam
borat dan mengikatnya menjadi senyawa kompleks. Kurkumin memiliki fungsi
sebagai senyawa anti-oksidan yang dapat membantu menghilangkan rasa gatal-
gatal pada tubuh manusia, meningkatkan daya tahan tubuh, mengobati radang,
mengurangi rasa mual, sebagai obat alergi, menangkal bakteri jahat dan sebagai
penawar racun (Bisyaroh, 2019).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan pengabdian masyarakat akan dilakukan pada hari Sabtu tanggal
21 Mei 2022 dan dilaksanakan di Desa Taba Padang, Kecamatan Seberang Musi,
Kabupaten Kepahiang, Bengkulu.
3.2 Khalayak Sasaran
Sasaran yang dituju pada kegiatan ini adalah Masyarakat terutama ibu-ibu di
Desa Taba Padang, Kecamatan Seberang Musi, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu.
3.3 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain wadah dan garpu, serta bahan yang akan
digunakan dalam kegiatan adalah kunyit, tahu, bakso, boraks, dan tusuk gigi.
3.4 Prosedur Kerja
Tusuk gigi dibaluri dengan kunyit yang sudah dihancurkan dan ditunggu
beberapa menit hingga berubah warna menjadi agak orange. Sampel makanan
(Tahu/Bakso) dihancurkan dengan menggunakan garpu secara perlahan. Sampel
makanan I diteteskan cairan boraks ke dalamnya dan sampel makanan II tidak
diteteskan cairan boraks. Masing-masing sampel makanan dimasukkan 1 tusuk
gigi yang sudah dilumuri kunyit dan ditunggu hingga beberapa menit, kemudian
tusuk gigi dilepaskan. Amati perubahan warna pada sampel makanan I dan II.
BAB IV
ANGGARAN BIAYA

Jenis Pengeluaran Harga Satuan (Rp.) Jumlah Jumlah Total


Kunyit 250 gram 7.000 1 buah 7.000
Tahu 7.000 2 buah 14.000
Bakso 10.000 1 bungkus 10.000
Boraks/GOM 6.000 2 buah 12.000
Tusuk gigi 5.000 1 pack 5.000
Garpu 3.000 2 buah 6.000
Wadah 1.000 4 buah 4.000
Jumlah 58.000
DAFTAR PUSTAKA

Bisyaroh, N. 2019. Pengaruh Penambahan PVP Pada Indikator Alami Curcuma


Longa L. Untuk Mendeteksi Boraks Pada Bakso. Jurnal Farmasi
Tinctura, 1(1), 21-25.

Fatma, F et al., 2021. Sanitasi Makanan dan Minuman. Medan : Yayasan Kita
Menulis.

Febriawan, R. 2020. Manfaat Senyawa Kurkumin Dalam Kunyit Pada Pasien


Diare. Jurnal Medika Hutama, 2(1), 255-260.

Halim, A.B. 2012. Menghilangkan Senyawa Boraks dari Larutan Air dengan
Menggunakan Kurkumin. Jurnal Penelitian Ilmiah. 11(5): 583-588.

Hartati, F, K. 2017. Analisis Boraks Secara Cepat, Mudah Dan Murah Pada
Kerupuk. Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri, 2(1), 33-37.

Martini, S., Kharismadewi, D., Elfidiah, E., dan Roni, K. A. 2021. Penyuluhan
Tentang Dampak dan Deteksi Bahan Pengawet Kimia yang Berbahaya pada
Bahan Makanan. Aptekmas Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, 4(2), 34-
38.

Rohman, A. 2012. Analysis of Curcuminoids in Food and Pharmaceutical


Products. International Food Research Journal. 19(1):19–27.

Zurimi, S. 2021. Deteksi Boraks Menggunakan Kertas Whatman Dengan Ekstrak


Kunyit (Curcuma Longga Linn) Pada Tahu. Jambura Nursing Journal, 3(2),
70-77.

Anda mungkin juga menyukai