Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

“UJI KUALITATIF BORAKS PADA BAKSO”


ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

DOSEN PANGAMPU : MILA SARI, S.ST, M.SI

Disusun Oleh:
Nurul Anofamri
(2013201027)

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Analisis Kualitas Lingkungan dengan judul “ UJI
KUALITATIF BORAKS PADA BAKSO” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan Analisis Kualitas Lingkungan ini adalah untuk
memenuhi tugas akhir dari Ibu Mila Sari, S.ST, M.SI pada mata kuliah Analisis
Kualitas Lingkungan. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Uji Kualitatif Boraks Pada Bakso.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.
Saya menyadari, laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan laporan ini.

Bukittinggi,10 Januari 2022

Nurul Anofamri
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia dewasa ini, maka semakin banyak
jenis bahan makanan yang diproduksi, dijual, dan dikonsumsi dalam bentuk yang lebih awet
dan lebih praktis dibandingkan dengan bentuk segarnya. Berkembangnya produk produk
pangan awet tersebut hanya mungkin terjadi karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat
perkotaan terhadap berbagai jenis makanan yang praktis dan awet.
Indonesia dikenal dengan kuliner yang kaya dan beragam, dengan citarasa yang lezat
kuliner Indonesia banyak digermari dan dapat bersaing dengan kuliner luar negeri. Selain itu
beberapa kuliner Indonesia juga memiliki kemiripan dengan kuliner luar negeri, hal ini dapat
terjadi karena kulturasi budaya. Contohnya saja seperti bakso, mie ayam, siomay, dan
lain sebagainya. Kuliner tersebut banyak dijajakan oleh penjual mulai dari tempat yang elit
hingga ke pedagang kaki lima.
Sejak pertengahan abad ke-20 ini, peran bahan tambahan pangan khususnya bahan
pengawet menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan
tambahan pangan sintetis. Kandungan bahan pengawet sintetis dalam makanan kini merajalela.
Dari pengawet makanan biasa yang aman untuk dikonsumsi sampai bahan-bahan yang sengaja
digunakan sebagai pengawet yang sebenarnya berbahaya bagi tubuh jika
dikonsumsi. Contohnya saja pengawet mayat formalin, boraks, dan bahan kimia lainnya
banyak dijumpai pada makanan.
Boraks berbahaya apabila dikonsumsi terutama pada jangka waktu yang lama. Boraks
dalam dosis yang tinggi dapat meracuni sel-sel tubuh dan menyebabkan kerusakan usus, hati,
ginjal, dan otak. Penyakit yang ditimbulkannya seperti kanker dan gangguan fungsi hati.
Terdapat beberapa ciri makanan yang mengandung boraks seperti bertekstur kenyal, tidak
mudah hancur, berwarna mencolok daripada aslinya, beraroma menyengat, tidak mudah
rusak atau busuk walaupun ditaruh pada suhu yang tidak semestinya.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada kandungan boraks pada jajanan bakso pinggir jalan daerah
Bukittingi dengan menggunakan Uji Kualitatif Boraks dengan menggunakan kunyit.
BAB
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Boraks atau dalam nama ilmiahnya dikenal sebagai Sodium Tetraborate Decahydrate
merupakan bahan pengawet yang dikenal masyarakat awam untuk mengawetkan kayu,
antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Tampilan fisik boraks adalah berbentuk serbuk kristal
putih, jika larut kedalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H₃BO₃).
Dengan demikian hanya boraks yang identik dengan bahaya asam borat.
Boraks memiliki fungsi sebagai antiseptik (zat yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme). Pemakaiannya adalah dalam obat biasa misalnya salep, bedak,
larutan kompres, obat oles mulut, bahkan untuk pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai
bahan solder, bahan pembersih, bahan pengawet kayu dan antiseptik kayu. Meskipun bukan
pengawet makanan, boraks sering digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering
disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah,pisang molen,
siomay, lontong, ketupat, dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga
dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan.
Menurut Syah (2005), bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran
bahan yang secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan
ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan dan untuk memperbaiki
karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat. Peraturan pemerintah nomor 28
tahun
2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang
dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan
untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan. Pemakaian BTP (Bahan
Tambahan Pangan) yang aman merupakan pertimbangan yag penting. Jumlah BTP (Bahan
Tambahan Pangan) yang diizinkan untuk digunakan dalam pangan harus merupakan kebutuhan
minimum untuk mendapatan pegaruh yang dikehendaki. Pada prinsipnya konsumen harus
diberi informasi adanya bahan tambahan pangan (BTP) dalam bahan baku makanan. Pernyataan
yang tertera atau etiket harus diberikan informasi adanya BT (Bahan Tambahan Pangan)
kepada konsumen. Hal ini merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan
tersebut (Baliwati, 2004).
Boraks dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang
bagus serta memiliki kekenyalan yang khas. Dengan kemampuan tersebut, boraks
sering disalahgunakan oleh para produsen makanan yaitu digunakan sebagai bahan pengawet
pada makanan yang dijualnya. Boraks beracun terhadap semua sel, bila tertelan boraks dapat
mengakibatkan efek terhadap susunan syaraf pusat, ginjal, dan hati. Konsentrasi tertinggi
dicapai selama ekresi. Ginjal merupakan organ yang paling rentan mengalami kerusakan
dibandingkan dengan organ lain. Dosis fatal dewasa 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g.
Penemuan uji boraks pada bakso sangat beragam diantaranya dengan cara Supernatan,
yaitu bakso dipanaskan diata penangas air, ditambahkan H2SO4 pekat dan etanol,
apabila dibakar yala api berwarna hijau maka bahan makanan tersebut mengandung boraks,
selain penemuan tersebut ada cara lain diantaranya yaitu dengan kunyit.
Pengujian kandungan boraks pada makanan dapat dilakukan dengan ekstrak kunyit.
Ekstrak kunyit dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks karena ekstrak kunyit tersebut
mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin dapat mendeteksi adanya kandungan boraks pada
makanan karena kurkumin mampu menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam borat dan
mengikatnya menjadi kompleks warna rosa atau yang biasa disebut dengan senyawa boron
cyano kurkumin kompleks. Maka, ketika makanan yang mengandung boraks ketika
ditetesi oleh ekstrak kunyit akan mengalami perubahan menjadi merak kecoklatan.

2.2 Pelaksanaan Pratikum


Tujuan Pratikum : Untuk mengetahui apakah ada kandungan boraks pada 5
sampel bakso yang akan diuji
Hari/Tanggal : Senin/10 Januari 2022
Waktu : 13.00 WIB – Selesai

2.3 Alat dan Bahan


1. Alat
a) Saringan
b) Pisau
c) Timbangan
d) Pipet Tetes/sendok
e) Cawan Petri
f) Mortir/sendok

2. Bahan
a) Kunyit bubuk dengan konsentrasi 100% sebanyak 50
gram b) Bakso
c) Aquadest 50 ml
BAB
HASIL

3.1 Hasil Pengamatan


Bahan Warna sebelum di Warna setelah di Keterangan
olesi kunyit olesi kunyit

Bakso Abu Kuning/warna kunyit Tidak


mengandung
boraks

3.2 Pembahasan
Pada percobaan ini saya melakukan ujia borak pada warung-warung bakso di sekitar
daerah Bukittinggi. Pada percobaan kali ini saya menggunakan 5 sampel bakso, dan cara yang
saya gunakan yaitu dengan cara uji sederhana menggunakan kunyit bubuk.
Langkah pertama yang saya lakukan adalah memisahkan ke-5 sampel kedalam masing-
masing cawan terpisah, lalu dihaluskan menggunakan sendok di dalam cawan tersebut.
Kemudian kunyit bubuk dicampurkan dengan aquadest lalu disaring kedalam cawan yang
lainnya. Langkah selanjutnya, saya meneteskan menggunakan sendok kunyit yang telah
dilarutkan dengan aquadest tadi ke dalam masing-masing cawan sampel. Kemudian tunggu
beberapa saat sambil diamati perubahan warna yang akan terjadi pada sampel.
Bakso yang mengandung boraks akan berubah warna menjadi warna merah kecoklatan
jika berinteraksi dengan kunyit. Dari hasil percobaan yang saya lakukan, bakso tidak
menunjukkan perubahan warna menjadi merah kecoklatan atau bakso tetap berwarna
kuning/kuning kunyit.
Hal ini membuktikan bahwa ke-5 sampel bakso yang saya uji tidak mengandung boraks
atau negatif mengandung boraks.

3.3 Foto Dokumentasi


 Tempat pembelian bakso
Tempat Dokumentasi
Bakso Simpang
Garegeh
Bakso depan
masjid

Bakso samping
masjid tablighiyah

Bakso Wonogiri

 Foto masing-masing sampel


Sampel Foto
Sampel 1

Sampel 2
Sampel 3

Sampel 4

Sampel 5
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Bahan makanan yang mengandung boraks akan lebih kenyal dari biasanya, selain
itu makanan tidak mudah rusak dan busuk.
2. Apabila sampel yang mengandung boraks diuji dengan menggunakan kunyit maka
akan menghasilkan warna merah kecoklatan.
3. Berdasarkan ke-5 sampel yang digunakan didapatkan bahwa sampel bakso
tersebut negatif mengandung boraks

4.2 Saran
Diharapkan kedapa produsen-produsen penjual bakso agar tidak mencampurkan boraks
kedalam bahan pembuatan bakso. Karena, telah kita ketahui sendiri boraks sangat
berbahaya bagi tubuh maupun kesehatan. Tidak ada keuntungan jika kita menggunakan boraks
tersebut, malah akan banyak mendapatkan kerugian. Kecurangan-kecurangan yang dilakukan
pasti akan berbalik dengan sendirinya kepada diri sendiri
Dan juga kepada konsumen-konsumen penikmat bakso, diharapkan agar tetap selalu
teliti dan waspada terhadap jajanan-jajanan bakso yang ada di pinggir jalan. Dan juga kita
sebagai konsumen harus berhati-hati dalam memilah mana yang baik dan aman untuk
dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas

Syah, D. Faisal dan Yani M. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan.
Himpunan
Alumni Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Suhada dan Rikky. 2012. Higienis Sanitasi Pengolahan dan Analis Boraks pada Bubur
Ayam yang Dijual di Kecamatan Medan Sunggal. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Medan

Baliwati, Y., F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Cetakan I. Penerbit Swadaya. Hal. 89
: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai