Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 13
Jalan Jemursari II Surabaya 60237
Telp. (031) 8412412, Fax. (031) 8472914

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Media Belajar yang berjudul

LKPD Zat Aditif Makanan

Apakah Makananku Mengandung Boraks?

adalah:

1. Media Belajar yang benar-benar dibuat oleh Vina Fauza Rizqiyah


2. Sudah diimplementasikan dalam pembelajaran
3. Belum pernah diyusulkan untuk kelengkapan kenaikan pangkat sebelumnya

Mengetahui dan Mengesahkan Surabaya, Oktober 2023


Kepala Sekolah Penyusun

Budi Setyawan, S.Pd, M.M Vina Fauza Rizqiyah, S.Si


NIP. 196903031998031009 NIP. 198604042023212037
Nama Kelompok
1. Ketua
2. Anggota
3. Anggota
4. Anggota
5. Anggota

Petujuk Mengerjakan

Untuk dapat menguasai kompetensi yang ada dalam LKPD ini peserta didik diharapkan mengikuti petunjuk
belajar sebagai berikut:

1. Bacalah setiap petunjuk pada LKPD ini


2. Lakukan tahapan yang ada pada LKPD
3. Kerjakan dengan cermat

Capaian Pembelajaran

Peserta didik memiliki keteguhan dalam mengambil keputusan yang benar untuk menghindari zat aditif
dan adiktif yang membahayakan dirinya dan lingkungan.

Tujuan Pembelajaran

1. Melalui kegiatan pengamatan peserta didik dapat mengetahui sampel makanan yang mengandung
boraks.
2. Melalui kegiatan kajian literatur peserta didik dapat mengetahui bahaya boraks terhadap Kesehatan.
3. Melalui kegiatan kajian literatur peserta didik dapat mengetahui bahan yang aman sebagai pengganti
boraks.
4. Melalui kegiatan kajian literatur peserta didik dapat membuat makanan sehat dari bahan alami.

Informasi Pendukung

Zat aditif adalah zat yang ditambahkan ke dalam makanan untuk menjaga atau meningkatkan keamanan,
kesegaran, rasa, tekstur, atau tampilannya. Zat ini terdapat dalam bentuk alami maupun buatan.
Di Indonesia, zat aditif disebut juga bahan tambahan pangan (BTP), penggunaannya diawasi oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bahan ini tidak dikonsumsi sebagai makanan dan bukan merupakan
bahan baku makanan. Meski begitu, zat aditif bisa saja mengandung zat gizi.
Fungsi bahan tambahan pangan tergantung dengan jenisnya. Ada yang bisa memadatkan tekstur, ada juga
yang meningkatkan kualitas dan ketahanan makanan.
1. Memberikan tekstur yang halus dan konsisten
Fungsi ini dapat ditemui dalam beberapa jenis zat aditif pada makanan.
• pengemulsi,
• penstabil dan pengental,
• antikempal,
• antibuih, dan
• pengembang.
2. Mempertahankan kegunaan dari makanan
Zat aditif yang berfungsi untuk mempertahankan kegunaan makanan adalah pengawet dan
antioksidan.
Pengawet mencegah atau menghambat kerusakan makanan akibat kuman agar tidak mudah
membusuk. Sementara itu, antioksidan mencegah atau menghambat kerusakan makanan akibat
oksidasi.
3. Mengontrol keseimbangan keasaman dalam makanan
Zat aditif dengan jenis pengatur keasaman dapat membantu mengubah keasaman makanan.
Zat ini memberikan rasa asam, menetralkan rasa, atau menjaga rasa asam yang sudah ada. Keasaman
yang terjaga juga menjaga warna asli makanan. Bahan tambahan pangan ini bahkan menjaga kadar pH
makanan sehingga mencegah pertumbuhan kuman berbahaya.
4. Memberikan warna
Produsen makanan bisa menambahkan zat peretensi warna.
Zat aditif pewarna alami atau buatan ini dapat memberikan atau memperbaiki warna makanan agar
lebih menarik. Bahan tambahan pangan ini berguna untuk mempertahankan, menstabilkan, atau
memperkuat warna makanan yang sudah ada.
5. Meningkatkan cita rasa
Zat aditif perasa juga bisa ditambahkan ke dalam makanan untuk menghasilkan rasa atau memperkaya
rasa yang sudah ada. Tidak cukup bahan perasa, ada jenis bahan tambahan bernama penguat rasa. Zat
ini bisa memperkuat atau mengubah rasa dan aroma tanpa menambahkan rasa atau aroma lain.
Penambahan pemanis alami atau buatan pun bisa mengubah cita rasa makanan.
Berikut beberapa jenis-jenis zat aditif. Beberapa jenis lainnya, seperti:
1. Pemanis 1. Pengental,
2. Pewarna 2. Antikempal,
3. Pengawet 3. Antibuih,
4. Penguat rasa 4. Pengembang,
5. Pengemulsi 5. Pengatur keasaman, dan
6. Antioksidan 6. Perasa.

Efek Samping Zat Aditif


1. Masalah otak
Asupan natrium benzoat yang tinggi berkaitan dengan kesulitan fokus dan hiperaktif (ADHD). Bahan ini
berpotensi memengaruhi bagian otak yang mengatur perhatian dan perilaku. Meski begitu, penelitian
yang dilakukan cenderung terbatas sehingga efek zat aditif ini perlu dikaji ulang.
2. Kanker
Natrium nitrit yang terkena suhu panas yang cukup tinggi dapat berubah bentuk menjadi nitrosamin.
Senyawa ini berpotensi menjadi penyebab kanker lambung.
Namun, penelitian yang dilakukan masih belum bisa sepenuhnya memastikan risiko tersebut. Selain
itu, natrium benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C dapat berubah menjadi benzena, zat yang
juga meningkatkan risiko kanker.
3. Masalah metabolisme
Mengonsumsi sirup jagung tinggi fruktosa dalam porsi berlebihan bisa meningkatkan risiko obesitas
dan diabetes. Pasalnya, jenis pemanis ini tinggi kalori dan mudah diserap tubuh. Jadi, bisa menambah
berat badan dan menaikkan kadar gula darah dengan singkat. Meski rendah atau tanpa kalori, pemanis
buatan bikin gemuk pun tak dapat dihindari.

BORAKS

Boraks adalah zat pengawet yang banyak digunakan dalam industri pembuatan taksidermi, insektarium dan
herbarium, tetapi dewasa ini masyarakat cenderung menggunakannya dalam industri rumah tangga sebagai
bahan pengawet makanan seperti pembuatan mie dan bakso (Tumbel, 2010). Menurut Subiyakto (1991),
boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada suhu ruangan. Boraks merupakan
senyawa kimia dengan nama Natrium tetraborat (NaB4O7.10H2O). Jika larut dalam air akan menjadi
hidroksida dan asam borat (H3BO3).

Boraks atau asam boraks biasanya digunakan untuk bahan pembuat detergen dan antiseptik (Tubagus, 2013).
Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak berakibat buruk secara langsung tetapi boraks akan
menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh konsumen secara komulatif (Subiyakto, 1991).

Nevrianto (1991) menyebutkan bahwa boraks dinyatakan dapat mengganggu kesehatan apabila digunakan
dalam makanan misalnya mie, bakso dan krupuk. Efek negatif yang ditimbulkan dapat berjalan lama meskipun
yang digunakan dalam jumlah sedikit. Jika tertelan boraks dapat mengakibatkan efek pada susunan syaraf
pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi tertinggi dicapai selama eksresi. Ginjal merupakan organ yang paling
mudah mengalami kerusakan dibandingkan dengan organ lain. Dosis fatal untuk dewasa 15-20 gr dan untuk
anak-anak 3-6 gr (Simpus, 2005).
Langkah-langkah Kegiatan

1. Berdoalah sebelum memulai pembelajaran


2. Siapkan alat dan bahan
Bahan :
- Sampel makanan (bakso, sosis, nuget, dll)
- Ekstrak kunyit

Alat :
- Papan tetes/pellet
- Pipet
3. Cara kerja
- Haluskan sampel makanan yang akan diuji kemudian tambahkan sedikit air
- Teteskan ekstrak kunyit pada sampel yang telah dihaluskan
- Amati perubahan warnanya!

Data Hasil Pengamatan

Warna kunyit
No. Sampel Lakmus Merah
Sebelum sesudah
1

Jawablah Pertanyaan berikut!

1. Setelah melakukan penyelidikan, bagaimana perbedaan makanan yang mengandung boraks


dan tidak mengandung boraks?

2. Setelah melakukan pengamatan, makanan apa yang mengandung boraks?

3. Setelah melakukan pengamatan, makanan apa yang tidak mengandung boraks?

4. Dari hasil pengamatanmu, kesimpulan apa yang kamu dapatkan?


Dari permasalahan adanya boraks dalam makanan, dan kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah
dilakukan, carilah bahan yang dapat digunakan untuk menggantikan boraks. Carilah bahan yang tidak
menyebabkan efek samping / membahayakan Kesehatan.

Carilah informasi dari buku atau artikel di internet.

Hasil dari kajian literatur, bahan yang dapat menggantikan fungsi boraks dan alasannya

Buatlah komposisi makanan olahan sehat

Buatlah laporan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan canva!


Bukti Penggunaan Dalam Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai