Anda di halaman 1dari 24

PENGERTIAN, MACAM DAN KLASIFIKASI ZAT ADITIF

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Narkotika, Bahan Terlarang dan Psikotropika yang dibina oleh
Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc.dan
Bapak Muhammad Fajar Marsuki, S.Pd, M.Sc

Oleh :
KELOMPOK 1/ Off B
Aisyah Sukmafani (16035160646477)
Alifia Asterina Putri (16035160646469)
Oktaviani Dina Pertiwi (16035160646431)
Ramadhani Faizatul (16035160646425)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Januari 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Pengertian, Macam dan Klasifikasi Zat Aditif” ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih
pada Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc. dan Bapak Muhammad Fajar Marsuki,
S.Pd, M.Sc. selaku Dosen mata kuliah Narkotika, Bahan Terlarang dan
Psikotropika yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Malang, 30 Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PEMBAHASAN
A. Pengertian Zat Aditif ........................................................................................1
B. Macam-macam dan Klasifikasi Zat Aditif .......................................................2
C. Dampak Penggunaan Zat Aditif .....................................................................15

BAB II RANGKUMAN
Kesimpulan .........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................20

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ZAT ADITIF


Masyarakat saat ini tertarik pada pangan bukan hanya pada aspek
cita rasa yang enak, lebih dari itu masyarakat telah tertarik pada hal-hal
apakah bahan pangan yang dikonsumsi itu baik untuknya dan komponen
apa saja yang terdapat di dalamnya (Cahyadi dalam Sari, 2018). Hasil
pangan dari panen selama pengadaan dan konsumsi bahan pangan ini
banyak mengalami perubahan. Terkadang perubahan ini membuat bahan
pangan tersebut rusak. Perubahan-perubahan tersebut sebagian terjadi akibat
adanya reaksi yang terjadi di dalam bahan pangan ataupun pengaruh dari
lingkungan. Oleh karena itu, dalam upaya mengatasi ataupun mengurangi
kerusakan bahan pangan seringkali digunakan zat aditif makanan, Bahan
Tambahan Makanan (BTM) atau disebut juga food additives.
Makanan atau minuman yang sering kita jumpai ada banyak yang
mempunyai warna mencolok, seperti minuman oky jelly drink, sarden siap
saji dan lain sebagainya itu membuat kita tertarik untuk membeli dan
memakannya. Selain itu, aroma dan rasanya juga menambah cita rasa
makanan atau minuman semakin kuat. Hal ini karena ada penambahan zat
aditif kedalam makanan atau minuman tersebut yaitu pewarna, penyedap
rasa, pemberi aroma.
Zat tambahan atau zat aditif merupakan bahan yang ditambahkan pada
makananan baik dalam pemrosesan, pengolahan, pengemasan atau
penyimpanan makanan (Lena, Kirara. 2017). Sedangkan menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 003 Tahun 2012, zat aditif
makanan adalah bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Zat aditif atau Bahan Tambahan
Pangan (BPT) didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan
dicampurkan sewaktu proses pengolahan makanan untuk meningkatkan

1
mutu, sifat, atau bentuk pangan (Permenkes RI No 329/ Menkes/ PER/ XII/
76 dalam Amalia, Rizky. 2016).
Jadi, zat aditif adalah bahan tambahan pada pangan yang ditambahkan
baik dalam pemrosesan, pengolahan, pengemasan atau penyimpanan
makanan untuk meningkatkan mutu, sifat, atau bentuk pangan. Di Indonesia
pemakaian zat aditif diatur oleh Departemen Kesehatan, sedangkan
pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan (Dirjen POM).
Penggunaan zat aditif pada makanan dengan tujuan tertentu ini terikat
pada norma-norma yang harus dipatuhi, yang bersifat sebagai berikut :
a. Dapat mempertahankan nilai gizi makanan tersebut.
b. Tidak mengurangi zat-zat esensial didalam makanan.
c. Mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan.
d. Menarik bagi konsumen tetapi tidak merupakan suatu penipuan.
Zat aditif dikategorikan dalam 2 jenis yaitu zat aditif sebagai bahan
tambahan pangan (BTP) dan zat aditif non pangan. Penggunaan zat aditif
sebagai bahan tambahan pangan (BTP) pada makanan atau minuman diatur
pada BTP UU No. 33 Tahun 2012, sedangkan zat aditif non pangan dilarang
penggunaannya untuk ditambahkan kedalam makanan atau minuman. Zat
aditif berdasarkan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi pewarna,
pemanis, pengawet, penyedap, pemberi aroma, pengental, dan pengemulsi,
sedangkan berdasarkan asalnya, zat aditif dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu zat aditif alami dan zat aditif buatan (.

B. MACAM-MACAM ZAT ADITIF


Zat aditif dikategorikan dalam 2 jenis yaitu zat aditif sebagai bahan
tambahan pangan (BTP) dan zat aditif non pangan. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 235/MEN.KES/ PER/VI/1979
tanggal 19 Juni 1979 mengelompokkan BTM (Bahan Tambahan Makanan)
berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 13 diantaranya sebagai berikut:
1. Antioksidan 2. Antikempal

2
3. Pengasam, penetral, dan 9. Pengemulsi, pemantap dan
pendapar pengental
4. Enzim 10. Pengeras
5. Pemanis buatan 11. Pewarna alami dan sintetik
6. Pemutih 12. Penyedap rasa dan aroma
7. Penambah gizi 13. Sekuestran/ pengikat
8. Pengawet logam
(Permekes RI No 722/Menkes/PER/XII/88)
Macam-macam zat aditif pangan adalah sebagai berikut.
Zat Aditif Pangan
Zat aditif pangan dibedakan menjadi zat aditif alami dan buatan
atau sintetis. Zat aditif alami merupakan zat aditif yang diperoleh dari
bahan alami sedangkan zat aditif buatan merupakan zat aditif yang
dihasilkan dari proses non alami atau secara kimiawi.
1. Penyedap rasa
Penyedap rasa adalah bahan tambahan makanan yang berfungsi
menambah cita rasa (penyedap), mengembalikan cita rasa makanan itu
sendiri yang mungkin hilang saat proses pemasakan dan memberikan
cita rasa tertentu pada makanan. Penyedap rasa ada yang berasal dari
bahan alami atau sintetis. Contoh penyedap rasa alami yaitu bawang
putih, garam dapur, cabai.
a) Bawang putih, selain sebagai pengawet bawang putih juga
digunakan sebagai bahan penyedap. Mengandung alicin, sulfur dan
iodin.
b) Garam dapur, merupakan penyedap sekaligus pengawet pada
makanan yang biasanya digunakan oleh petani laut untuk
mengawetkan ikan hasil tangkapannya dengan cara diasinkan. Rasa
asin pada garam dapur berasal dari natrium klorida (NaCl) dari air
laut yang diuapkan.
c) Cabai, cabai yang berwarna merah digunakan sebagai penyedap
rasa yang merangsang selera makan seseorang. Selain itu, cabai

3
merah juga mengandung vitamin C dan vitamin A yang lebih
banyak daripada cabai yang berwarna hijau.
Contoh penyedap rasa sintetis atau penyedap rasa buatan yaitu vetsin
atau MSG (Monosodium Glutamat), nukleotida seperti guanosin
monofosfat (GMP). Penyedap rasa sintetis ini berfungsi untuk memberi
rasa gurih pada makanan (Lena, Kirara. 2017).
2. Pewarna
Pewarna pangan juga ada yang berasal dari bahan alami maupun
sintetis. Pewarna alami berasal dari tumbuhan atau hewan. Contoh
pewarna alami yaitu kunyit yang memberikan warna kuning, daun
pandan memberikan warna hijau, buah naga memeberikan warna merah
dan lain sebagainya. Pewarna alami memiliki keunggulan lebih sehat
untuk dikonsumsi daripada pewarna sintetis. Namun, pewarna alami
juga memiliki kekurangan yaitu cenderung memberikan aroma dan rasa
khas yang tidak diinginkan, warnanya kurang menarik, mudah rusak
karena pemanasan.
Pada saat ini sebagian besar masyarakat tertarik dengan makanan
yang berwarna-warni karena menarik untuk dimakan, sehingga banyak
yang memakai pewarna sintetis karena memberikan warna yang kuat
atau sesuai yang kita inginkan untuk mewarnai makanan supaya lebih
menarik. Bahan pewarna buatan lebih dipilih oleh masyarakat karena
memiliki beberapa keunggulan yaitu harganya murah, warnanya lebih
kuat, memiliki banyak pilihan warna dan tidak mudah rusak karena
pemanasan. Contoh pewarna sintetis yaitu Brilliant blue FCF
memberikan warna biru, Karmoisin, Eritrosin dan Ponceau 4R
memberikan warna merah, Sunset Yellow FCF memberikan warna
kuning, Cokelat HT memberikan warna coklat dan Fast Green FCF
memberikan warna hijau (Lena, Kirara. 2017). Penyalahgunaan zat
aditif pewarna sintetis pada makanan yang memberika warna mencolok
yaitu Rhodamin B dan Methanyl yellow (Hernawan, Edi, dkk. 2016).
3. Pemanis

4
Pemanis digunakan untuk memberikan atau menambah rasa manis yang
lebih kuat pada makanan. Pemanis alami yang didapatkan dari
tumbuhan atau hewan contonya gula pasir yang didapatkan dari sari
tebu, gula jawa, gula aren, kulit kayu dan madu dari bunga atau lebah.
Sedangkan pemanis buatan diproduksi dan digunakan hanya karena
mengurangi asupan gula yang tinggi kalori tanpa mengurangi rasa
manis pada makanan atau minuman. Macam-macam pemanis yang
biasa digunakan yaitu siklamat, sakarin dan aspartam. Yang memiliki
rasa getir atau pahit yaitu sakarin sedangkan siklamat dan aspartam
tidak menimbulkan rasa pahit hanya rasa manisnya melebihi sukrosa
(Falahudin,Irham. 2016).
a) Aspartam, tingkat kemanisannya 200 kali lebih manis dari gula
tebu.
b) Sakarin, tingkat kemanisannya 300 kali lebih manis dari gula tebu.
c) Kalium Asesulfam, tingkat kemanisannya 200 kali lebih manis dari
gula tebu.
d) Siklamat (natrium siklamat atau kalium siklamat), tingkat
kemanisannya 30 kali lebih manis dari gula tebu.
Tabel 1. Perbedaan pemanis alami dan pemanis buatan

(Ramlawati, dkk. 2017)


4. Pengawet
Bahan pengawet digunakan untuk mengawetkan pangan supaya bisa
bertahan lebih lama untuk dapat dikonsumsi dalam kondisi baik.
Pengawetan bahan makanan dapat dilakukan secara fisika, biologi dan
kimia. Pengawetan secara fisik yaitu dengan cara pembekuan,
pemanasan, pendinginan, pengasapan, pengeringan, pengkalengandan

5
penyinaran. Pengawetan secara biologis dapat dilakukan dengan cara
fermentasi atau peragian dan penambahan enzim, seperti enzim papain
dan enzim bromelin. Pengawetan secara kimia bisa dengan penambahan
pengawet yang diingkin. Ada 2 jenis pengawet yaitu pengawet alami
dan pengawet sintetis. Pengawet alami yang sering digunakan yaitu
cuka, garam, bawang putih, gula.
a) Garam dapur, dapat mengawetkan makanan karena menghambat
pertumbuhan dan membunuh bakteri dalam makanan. Hal ini
karena sifat garam yaitu higroskopis (menyerap kandungan air
dalam makanan). Pengawetan menggunakan garam memungkinkan
daya simpan makanan lebih lama dibandingkan produk segarnya.
Contoh ikan laut yang hanya tahan beberapa hari, jika diasinkan
dapat tahan lami hingga berminggu-minggu.
b) Cuka, bersifat asam yang mampu membunuh bakteri makanan.
Larutan asam 4% dalam air merupakan asam cuka yang sering
digunakan untuk mengawetkan buah atau sayuran untuk mencegah
pertumbuhan jamur.
c) Bawang putih, mengandung allicin yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada makanan.
Pengawet sintetis yang boleh ditambahkan pada bahan pangan sesuai
ijin Badan POM Indonesia pada tabel berikut.
Tabel 2. Pengawet sintetis dan kegunaannya
Pengawet Kegunaan
Natrium Benzoat Sebagai pengawet minuman ringan, margarin,
kecap, saus, manisan, buah kaleng.
Asam Benzoat Sebagai pengawet minuman ringan, margarin,
kecap, saus, manisan, buah kaleng.
Natrium Nitrit Sebagai pengawet untuk mempertahankan
warna daging dan ikan.
Asam Propionat Sebagai pengawet roti, keju dan mentega.

6
Asam Sorbat Untuk menghambat pertumbuhan kapang dan
ragi serta mengawetkan roti, keju, sari buah,
dan acar.
(Lena, Kirara. 2017)
5. Pemberi aroma
Pemberi aroma adalah zat yang memberikan aroma tertentu pada bahan
pangan, sehingga makanan memiliki daya tarik untuk dinikmati.
Pemberi aroma alami yang sering digunakan yaitu daun jeruk
(memberikan bau segar dan dapat menghilangkan bau amis pada ikan),
minyak atsiri atau vanili (memberikan rasa dan aroma harum), serai
(menambahkan aroma segar pada minuman penghangat tubuh).
Sedangkan pemberi aroma sintetis yaitu pada tabel berikut.
Tabel 3. Pemberi aroma sintetis
Pemberi Aroma Sintetis Aroma Yang Dihasilkan
Etil Butirat Aroma dan rasa buah nanas
Metil Butirat Aroma dan rasa buah apel
Oktil Asetat Aroma dan rasa buah jeruk
Amil Asetat Aroma dan rasa buah pisang
Butil Asetat Aroma dan rasa buah murbei
Propil Asetat Aroma dan rasa buah pir
Etil Format Aroma dan rasa buah rum
(Lena, Kirara. 2017)
6. Bahan pengasam
Bahan pengasam adalah bahan pengatur keasaman pangan yang dapat
menghilangkan rasa mual saat mengkonsumsi makanan. Selain itu
dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat
keasaman makanan. Bahan pengatur keasaman alami contohnya jeruk
nipis yang biasanya digunakan pada soto atau minuman. Sedangkan
bahan pengatur keasaman sintetis contohnya cuka (asam asetat), asam
sitrat, asam laktat, asam tatrat, natrium bikarbonat dan amonium
bikarbonat (Lena, Kirara. 2017).

7
7. Antioksidan
Antioksidan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat
menghambat . menunda, atau mencegah terjadinya kerusakan oksidatif
dalam makanan. (Santoso dalam Sari,2018). Definisi lain dari
antioksidan adalah zat-zat yang apabila ada dalam konsentrasi yang
lebih rendah daripada konsentrasi zat-zat yang dapat dioksidasi secara
nyata dapat menunda atau mneghambat oksidasi substrat tersebut.
Beberapa macam antioksidan yang aman digunakan dalam makanan
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
033 Tahun 2012, antioksidan alami diantaranya lesitin, vitamin C,
tokoferol atau vitamin E. Antioksidan sintetis diantaranya askorbil
palmitat, Butil hidroksianisol atau BHA (digunakan untuk lemak dan
minyak makanan), Butil hidroksitoluen atau BHT (digunakan untuk
lemak, margarin dan minyak makanan), propil galat dan TBHQ.
8. Pengemulsi, pemantap dan pengental
Zat aditif ini bila ditambahkan pada makanan dapat membantu
pembentukan sistem dispersi yang homogen. Contoh Gom Arab yaitu
bahan aditif alami yang berfungsi untuk mengemulsi minyak dan air
supaya menyatu. Garam alginat dan gliserin yaitu bahan aditif buatan
yang berfungsi untuk memekatkan dan menstabilkan makanan sehingga
bertekstur lembut. Selain itu, contoh lain yaitu agar-agar dan gelatin.
9. Pengeras
Zat aditif ini bila ditambahkan pada makanan dapat membantu
memperkeras makanan tersebut. Contoh pengeras sintetis yaitu kalium
glukonat yang digunakan pada buah kalengan, alumunium amonium
sulfat yang digunakan pada acar ketimun botol.
10. Sekuestran
Zat aditif ini bila ditambahkan pada makanan dapat membantu untuk
mengikat ion logam polivalen. Contohnya asam fosfat pada lemak dan
minyak makanan, kalium sitrat pada es krim, kalsium dinatrium EDTA.
11. Antikempal

8
Antikempal merupakan bahan tambahan yang dapat mencegah proses
penggumpalan atau pengepalan yang terjadi pada makanan, seperti
serbuk, tepung dan bubuk. Sehingga mudah dikemas dan dikonsumsi.
Bahan ini biasanya ditemukan dalam susu (alumunium silikat), garam
meja (kalsium aluminium silikat), dsb. (F. G. Winarno dan Titi
Sulistyowati Rahayu, 1994, 24).
12. Pemutih
Pemutih merupakan bahan zat aditif yang digunakan untuk memutihkan
bahan yang dicampurinya. Pemutih pada proses pembuatan tepung
berguna untuk mempercepat proses pemutihan dan pemanggangan
tepung sehingga dapat meningkatkan kualitas tepung. Contoh zat aditif
pemutih: asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat (F. G.
Winarno dan Titi Sulistyowati Rahayu, 1994, 25).
13. Penambah gizi
Zat aditif merupakan suatu zat yang ditambahkan pada suatu produk.
Zat aditif penambah gizi merupakan zat aditif yang berguna untuk
meningkan gizi dalam produk tersebut. Zat aditif yang ditambahkan
dapat berupa mineral dan vitamin. Contoh zat aditif penambah gizi:
asam askorbat dalam minuman kemasan, feri fosfat, vitamin A, vitamin
D, dsb. (Regina, 2009).

Zat Aditif Non Pangan


Zat aditif non pangan merupakan zat tambahan buatan labolatorium (zat
tambahan sintetis) yang berbahaya jika dikonsumsi. Oleh karena itu, zat
aditif ini tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi, baik dalam jumlah kecil
atau besar. Akan tetapi, di lingkungan masyarakat zat aditif ini sering
digunakan dalam penambahan bahan makan. Hal ini dapat terjadi, karena
harga bahan yang relative murah, sehingga banyak produsen yang
mengunakan zat aditif tersebut dalam makanan tanpa memikirkan
dampaknya bagi tubuh konsumen. Menurut Kirara Lena (2017:19) terdapat

9
beberapa macam-macam zat aditif non pangan yang sering digunakan
masyarakat yaitu:
1. Boraks
Boraks merupakan bahan kimia yang digunakan dalam industry
kertas, pengawet kayu, keramik, serta gelas. Daya pengawet boraks
disebakan oleh senyawa aktif asam borat (H3BO3). Asam borat
merupakan antiseptic yang sering digunakan sebagai campuran bahan
kosmetik dan pengobatan (luka kecil). Akan tetapi, beberapa masyarakat
yang tidak bertanggung jawab banyak yang meggunakan boraks dalam
penambahan makana (yang biasanya ada pada produk penjualan). Ciri
makanan yang mengandung boraks adalah tekstur pada makanan menjadi
lebih kenyal, tidak mudah putus, mengkilap dan tidak lengket.
Penggunaan boraks dalam jumlah besar maka akan berdampak buruk
bagi tubuh. Boraks tidak dapan dikonsumsi atau digunakan pada luka
luas, karena racun yang ada pada boraks dapat terserap dalam tubuh.
Banyaknya boraks yang masuk dalam tubuh dapat tertimbun atau
terakumulasi dalam organ. Gangguan yang terjadi pada orang yang
mengonsumsi boraks dapat berupa diare, muntah, pusing hingga kanker.
2. Formalin
Formalin berasal dari senyawa kimia yaitu formaldehida.
Formaldehida yang direaksikan dengan air disebut formalin. Formalin
memiliki kegunaan sebagai bahan pestisida, pengawet tekstil, dan
pembersih lantai. Selain itu, formalin juga digunakan dalam
mengawetkan mayat atau preparat dalam praktikum. Akan tetapi, masih
banyak masyarakat yang menyalahgunakannya. Formalin biasanya
digunakan dalam mengawetkan makan, sehingga makan yang dijual
dapat bertahan hingga waktu yang lama. Sama halnya dengan boraks,
formalin yang masuk dalam tubuh seseorang akan merusak organ orang
tersebut.
Beberapa makanan yang mengandung formalin memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:

10
Produk Makanan Ciri-ciri
Ayam potong Berwarna putih bersih, awet dan tidak
mudah busuk.
Ikan basah Tidak rusak dalam 3 hari pada suhu
kamar, insang berwarna merah tua
bukan merah segar dan terdapat bau
menyengat formalin.
Tahu Tekstur lebih kenyal, tidak mudah
hancur, awet hingga 3 hari serta
berbau formalin.
Ikan asin Tidak rusak hingga lebih dari 1
bulan, warna ikan putih bersih, tidak
erbau ikan asin.
Mie basah Awet hingga 2 hari serta lebih
kenyal.
Bakso Tidak rusak hingga lebih dari 5 hari
serta memiliki tekstur yang kenyal
seperti karet.
Tabel 4. Ciri-ciri makanan yang mengandung formalin
(Lena, Kirara. 2017)
3. Pewarna Tekstil
Zat pewarna tekstil merupakan zat pewana yang dapat diserap oleh
tekstil dan mudah dihilangkan. Dalam masyarakat banyak kasus
penyalahgunaan zat pewarna tekstil pada makanan. Pewarna tekstil tidak
boleh dikonsumsi karena pada pewarna tersebut terdapat banyak residu
logam berat sehingga berbahaya bagi tubuh. Kebanyakan masyarakat
meggunakan pewarna tekstil karena harganya yang murah dan memiliki
warna yang mencolok. Warna makan yang dihasilkan pewarna tekstil
cenderung berpendar serta terdapat titik-titik yang tidak merata. Selain itu,
pewarna teksil juga dapat menyebabkan kanker karena bersifat
karsiogenik. Beberapa contoh pewarna tekstil adalah brown FG, orane G,

11
rhodamin B dan methanil yellow. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30
zat pewarna berbahaya. Rhodamine B termasuk salah satu zat pewarna
yang dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan
pada produk pangan. Namun demikian penyelaahgunaan Rhodamine B
sebagai zat pewarna pada makanan masih sering terjadi di lapangan dan
diberikan di beberapa media massa. Rhodamine B ditemukan pada
mkanan dan minuman seperti kerupuk, sambal botol dan sirup. (Putra,dkk.
2014)
DAFTAR JENIS BAHAN BERBAHAYA

KEMASAN TERKECIL
DISTRIBUTOR DAN PENGECER
NOMOR KEPERLUAN LABORATORIUM
NO NAMA BAHAN
CAS *) LAIN / PENELITIAN
DILUAR
PANGAN
1. Alkannin 23444- 1 kg 25 g
65-7
2. Asam Borat 10043- 1 kg 25 g
35-3
3. Asam 79 - 11 - 1l 25 ml
Monokloroasetat 8
4. Asam 500-38-9 1 kg 25 g
Nordihidroguaiaretat
5. Asam Salisilat 69-72-7 1 kg 2,5 g
6. Auramin 2465-27- 1 kg 10 g
2
7. Amaran 915-67-3 1 kg 10 g
8. Besi (III) oksida 1309-37- 1 kg 10 g
1

12
9. Bismut Oksiklorida 7787-59- 1 kg 25 g
9
10. Boraks 1303-96- 5 kg 25 g
4
11. Coklat FB 12236- 1 kg 25 g
46-3
12. Dietil Pirokarbonat 1609-47- 1 kg 25 g
8
13. Dulsin 150-69-6 1 kg 5g
14. Formaldehid larutan 50-00-0 10 l 25 ml
15. Hijau Amasid G 5141-20- 1 kg 25 g
8
16. Indantren Biru R 81-77-6 1 kg 10 g
17. Kalkozin Magenta N 569-61-9 1 kg 25 g
18. Kalium Borat 7758-01- 1 kg 50 g
2
19. Kalium Klorat 3811-04- 1 kg 5g
9
20. Kobalt Asetat 71-48-7 1 kg 5g
21. Kobalt Klorid 7646-79- 1 kg 5g
9
22. Kobalt Sulfat 10124- 1 kg 5g
43-3
23. Krisoidin 532-82-1 1 kg 50 g
24. Krisoin S 547-57-9 1 kg 10 g
25. Kumarin 91-64 - 5 1 kg 5g
26. Kuning Anilin 2706-28- 1 kg 10 g
7
27. Kuning Mentega 60-11-7 1 kg 10 g
28. Kuning Metanil 587-98-4 1 kg 25 g

13
29. Kuning AB 85-84-7 1 kg 10 g
30. Kuning OB 131-79-3 1 kg 10 g
31. Magenta I 632-99-5 1 kg 25 g
32. Magenta II 26261- 1 kg 25 g
57-4
33. Magenta III 3248-91- 1 kg 25 g
7
34. Merah Sitrus No.2 6358-53- 1 kg 25 g
8
35. Minyak Oranye SS 2646-17- 1 kg 25 g
5
36. Minyak Oranye XO 3118-97- 1 kg 25 g
6
37. Nitrobenzen 98-95-3 1l 25 ml
38. Nitrofurazon 59-87-0 1 kg 5g
39. Natrium Salisilat 54-21-7 1 kg 5g
40. Oranye G 1936-15- 1 kg 25 g
8
41. Oranye GGN 523-44-4 1 kg 25 g
42. Orcein 1400-62- 1 kg 5g
0
43. P 400 553 - 79 - 1 kg 5g
7
44. Paraformaldehid 30525- 1 kg/ 1 fl (100 5g
89-4 tab)
45. Ponceau 3R 3564-09- 1 kg 5g
08
46. Ponceau 6R 5850-44- 1 kg 5g
2
47. Ponceau SX 4548-53- 1 kg 10 g

14
2
48. Rhodamin B 81-88-9 1 kg 1g
49. Sinamil Antranilat 87-29-6 1 kg 10 g
50. Skarlet GN 3257-28- 1 kg 10 g
1
51. Sudan 1 842-07-9 1 kg 25 g
52. Tiourea 62 - 56 - 1 kg 25 g
6
53. Trioksan 110-88-3 1 kg 25 g
54. Violet 6B 1694-09- 1 kg 10 g
3
(Sumber : BPOM doc).

C. DAMPAK PENGGUNAAN ZAT ADITIF


Zat aditif yang masuk dalam tubuh kita akan menghasilkan dampak,
baik zat aditif pangan atau zat aditif non pangan. Kirara Lena (2017:21)
memaparkan dalam bukunya bahwa setiap bahan aditif dapat digunakan
sebagai penambah makan jika memang bahan tersebut digunakan dalam
pengolahan pangan (zat aditif pangan), akan tetapi zat aditif pangan yang
terlalu banyak dikonsumsi diatas ambang penggunaannya juga akan
menimbulkan dampak bagi kesehatan, baik zat aditif pangan ataupun zat
aditif non pangan. Beberapa dampak yang dihasilkan oleh zat aditif, yaitu:
1. Pewarna
Penggunaan pewarna pada makanan yang boleh dan aman digunakan
adalah pewarna untuk makanan (food grade), bukan pewarna tekstil. Baik
pewarna alami maupun pewarna buatan (sintetis). Selain itu, pewarna yang
masuk dalam tubuh harus disesuaikan kadarnya. Jika suatu senyawa
pewarna melebihi ambang batas pengonsumsiannya, maka akan
menimbukan dampak negative bagi tubuh. Contonya wortel. Wortel
merupakan suatu sumber makan yang mengandung betakaroten.
Sementara itu betakaroten merupakan salah satu kumpulan dari karatenoid

15
yang nantinya akan diubah menjadi vitamin A oleh tubuh. Wortel yang
dikonsumsi secara berlebih akan menyebabkan tubuh mengalami
perubahan warna kulit (carotemia). Carotemia merupakan gangguan pada
system pencernaan, diseabkan oleh serat yang dikonsumsi berlebih dapat
mengganggu kelacaran usus dalam bekerja. Selain itu, dampak lainnya
adalah hipotensi, lemas dan malas karena pada wotel mengadung lemak
yang rendah.
Makanan yang megandung pewarna tekstil akan menimbulkan
dampak negatif bagi tubuh. Hal ini karena pewarna tekstil bukan pewarna
yag digunakan untuk makanan, yang mana pada pewarna tekstil
mengandung residu logam berat yang dapat menumpuk dalm tubuh, dan
akhirnya akan membuat tubuh menjadi rusak. Penggunaan pewarna tekstil
pada makanan tidak dianjurkan, baik dalam jumlah kecil atau besar.
Beberapa zat pewarna yang diperbolehkan sebagai bahan makanan
dan penyakit yang ditimbulkan:
Zat Pewarna Penyakit yang Ditimbulkan
Tartazin Meningkatkan hiperaktif anak.
Sunset yellow Kerusakan kromosom.
Pounceau 4R Anemia.
Carmoisine Menyebabkan kanker hati serta menimbulkan
alergi.
Quinolone yellow Hypertrophy, hyperplasia, carcinomas
kelenjar tiroid.
Tabel 5. Zat pewarna yang diperbolehkan dan penyakit yang ditimbulkan
(Lena, Kirara. 2017)
2. Pemanis
Senyawa pemanis sangan penting bagi tubuh, yang mana dapat diubah
menjadi cadangan energi. Salah satu contoh dari pemanis yaitu siklamat.
Menurut Effendy, dkk (2016) dampak penggunaan siklamat dapat
berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Dampak positif siklamat
yakni dapat digunakan untuk membantu dalam manajemen berat badan,

16
pencegahan karies gigi, kontrol glukosa darah penderita diabetes
melitus/DM, dan juga dapat digunakan untuk menggantikan gula dalam
makanan.Dampak negatif penggunaan BTP berlebih untuk jangka pendek
adalah sakit perut, diare, demam, sakit kepala, mual, dan muntah,
sedangkan efek jangka panjang dapat menyebabkan memicu timbulnya
kanker atau karsinogenik, gangguan saraf, gangguan fungsi hati, iritasi
lambung, dan perubahan fungsi sel. Akan tetapi mengonsumsi pemanis
yang berlebih dapat menggangu kesehatan pula.Dampak dari
mengonsumsi pemanis yang berlebih yaitu kanker kandung kemih serta
tumor. Hal ini terjadi ketika menggunakan pemanis non nutritive (sakarin
dan siklat). Selain itu, dapat pula menimbulkan penyakit diabetes.
3. Pengawet
Ada beberapa pengawet yang diperbolehkan dalam mengawetkan
makan seperti garam dan gula. Selain itu ada pula beberapa senyawa
pengawet yang diperbolehkan penggunaannya dalam makan serta dapat
menimulkan dampak negative, yaitu:
Zat Pengawet Penyakit yang Ditimbulkan
Natamysin Mual, muntah, tidak nafsu makan dan diare.
Kalsium Asetat Kerusakan pada fungsi ginjal.
Nitrit dan Nitrat Mempengaruhi system peredaran besar,
keracunan, sulit bernapas, sakit kepala, anemia,
radang ginjal dan muntah.
Kalsium Benzoate Dapat menyebabkan asma.
Sulfur Dioksida Mempercepat serangan asma, dapat melukai
lambung, mutasi genetic, kanker dan alergi.
Kalsium dan Natrium Jika berlebihan maka akan menyebabkan migren,
Propionate kelelahan dan kesulitan tidur.
Natrium Metasulfat Alergi pada kulit
Tabel 6. Zat pengawet yang diperbolehkan dan penyakit yang ditimbulkan
(Lena, Kirara. 2017)

17
Selain itu, ada pula pengawet yang dilarang penggunaannya dalam
makanan, yaitu:
Zat Pengawet Penyakit yang Ditimbulkan
Formalin Kanker paru-paru, gangguan alat pencernaan,
penyakit jantung serta dapat merusak system
saraf.
Boraks Mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan
ginjalserta gangguan pada otak dan hati.
Tabel 7. Zat pengawet yang tidak diperbolehkan dan penyakit yang
ditimbulkan (Lena, Kirara. 2017)
4. Penyedap Rasa
Penyedap rasa merupakan senyawa yang digunakan untuk meyedapkan
makanan dengan memperkuat rasa daging. Penyedap rasa yang sering
digunakan berupa Mononatrium Glutamate dan Monosodium Glutamate.
Dengan adanya penyedap rasa, makanan akan lebih enak dan nikat. Akan
tetapi jika penyedap rasa digunakan melebihi batas ambang penggunaanya
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ tubuh. Seperti halnya
dengan penggunaan Mononatrium Glutamate dan Monosodium Glutamate
yang berlebih maka akan menyebabkan kelaianan hati, trauma, stress,
demam tinggi, migran, asma, ketidakmampuan dalam belajar hingga
depresi.

18
D. Ringkasan Materi
Hasil pangan dari panen selama pengadaan dan konsumsi bahan
pangan ini banyak mengalami perubahan. Oleh karena itu, dalam upaya
mengatasi ataupun mengurangi kerusakan bahan pangan seringkali
digunakan zat aditif makanan, Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau
disebut juga food additives. Bahan Tambahan Makanan atau lebih dikenal
dengan zat aditif ini merupakan bahan tambahan pada pangan yang
ditambahkan baik dalam pemrosesan, pengolahan, pengemasan atau
penyimpanan makanan untuk meningkatkan mutu, sifat, atau bentuk
pangan. Di Indonesia pemakaian zat aditif diatur oleh Departemen
Kesehatan, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM).
Penggunaan zat aditif ini memiliki tujuan tertentu antara lain dapat
mempertahankan nilai gizi makanan, tidak mengurangi zat-zat esensial
didalam makanan, mempertahankan atau memperbaiki mutu makanan, dan
menarik bagi konsumen. Zat aditif dibedakan menjadi dua zat aditif sebagi
bahan pangan dan zat aditif non-pangan. Zat aditif non pangan dilarang
penggunaannya untuk ditambahkan kedalam makanan atau minuman.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
235/MEN.KES/ PER/VI/1979 tanggal 19 Juni 1979 mengelompokkan
BTM (Bahan Tambahan Makanan) berdasarkan fungsinya dibedakan
menjadi 13 diantaranya antioksidan,antikempal, pengasam, enzim,pemanis
buatan, pemutih, penambah gizi, pengawet, pengental, pengeras, pewarna
alami dan sintetik, penyedap rasa, dan pengikat logam.
Dampak penggunaan zat aditif bagi tubuh bemacam-macam
tergantung pemakaiannya. Dampak ini dapat timbul dari berbagai zat yang
dikonsumsi dengan takaran yang salah misalnya saja zat pewarna
mengakibatkan anemia, pemanis mengakibatkan penyakit diabetes,
pengawet dapat menimbulkan penyakit serius seperti kerusakan ginjal,
diare dan asma dan penyedap rasa seperti migran, asma, ketidakmampuan
dalam belajar hingga depresi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Rizky. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis


Android Materi Zat Aditif Dan Zat Adiktif Untuk Tingkat Smp Kelas
VIII. Malang : FMIPA UM
Falahudin, Irham. 2016. Uji Kandungan Siklamat Pada Legen Jamu
Gendong Di Kelurahan Sekip Jaya Palembang. Jurnal Biota. Vol
(2:141)
Hernawan, Edi, dkk. 2016. Analisis Zat Aditif Rhodamin B Dan
Methanyl Yellow Pada Makananyang Dijual Di Pasaran Kota
Tasikmalaya, Jurnal Kesehatan, Vol (17 : 16)
Sari Dwi, Nikita. 2017. Pengembangan Mini Ensiklopedia Food
Additives Antioksidan Dan Pemanis. Malang : FMIPA UM
Siswanti Lena, Kirara. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu
Dengan Model Pembelajaran Problem Base Learning (PBL) Pada
Materi Zat Aditif Dan Zat Adiktif Untuk Siswa SMP/Mts Kelas VIII.
Malang : FMIPA UM
Peraturan Kepala BPOM RI No.38 Tahun 2013 Tentang Batas
Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Antioksidan
Ramlawati, dkk. 2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG Mata
Pelajaran IPA BAB IX Zat Aditif dan Adiktif Serta Sifat Bahan dan
Pemanfaatannya. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Ilmu Pengetahuan
Alam. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
S. Ranny Yulia Effendi, S. Ranny Yulia., Fardian,Nur., Maulina, Fury.
2016. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Pemanis Buatan
Siklamat pada Selai Roti di Kota Lhokseumawe Tahun 2016. Dari:
ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/download/453/376
Putra, Ilham Rizka., Asterina., Isrona, Laila. 2014. Gambaran Zat
Pewarna Merah pada Saus Cabai yang Terdapat pada Jajanan yang

20
Dijual di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Padang Utara. Dari:
jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/108

21

Anda mungkin juga menyukai