Anda di halaman 1dari 11

Zat Aditif dan Zat Adiktif

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Literasi Sains dan Teknologi
Dosen Pengampu : Tatag Bagus Putra Prakarsa, S.Si., M.Sc.

Disusun Oleh :
Muhammad Nur Fandi Ramadhan
21601244012
PJKR A 2021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 18 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1

BAB II ISI ............................................................................................................................. 2

1. Sakarin (Definisi, Kegunaan, Manfaat, dan Efek Samping)............................................... 2

2. Ekstasi (Definisi, Kegunaan, Manfaat, dan Efek Samping)............................................... 3

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 14

Kesimpulan ............................................................................................................................ 14

Saran ...................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zat aditif dan zat adiktif sering kita jumpai dan konsumsi secara disengaja, hal itu karena
kedua zat ini banyak terkandung dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Zat aditif
adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau
penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan
pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga serta untuk mempertahankan nilai
gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan. Zat aditif terbagi atas dua
golongan berdasarkan asalnya yaitu zat aditif alami dan zat aditif buatan. Zat aditif alami
merupakan zat yang diperoleh dari ektrak bahan alami seperti ektrak kunyit untuk warna kuning
dan gula tebu untuk rasa manis. Sedangkan zat aditif buatan merupakan zat yang diperoleh dari
proses mensitesis senyawa kimia yang akan membentuk zat/bahan aditif murni seperti tartrazin
untuk warna kuning dan sakarin untuk rasa manis. Jenis-jenis zat aditif terdiri atas pewarna,
pemanis, pengawet, penyedap, pengemulsi, dan pengental. Pada awalnya zat-zat aditif berasal
dari bahan alami, namun karena perkembangan industri makanan yang membutuhkan bahan
dalam jumlah besar sehingga zat alami tidak mencukupi lagi. Selain itu, harga yang murah serta
kemudahan dalam menggunakan membuat zat aditif buatan lebih disukai dan digunakan oleh
masyarakat. Padahal penggunaan zat aditif buatan yang berlebihan dapat membahayakan
kesehatan tubuh seperti pada penggunaan sakarin atau pemanis buatan pada makanan yang kita
konsumsi.
Selain zat aditif, dikenal juga zat adiktif yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Zat adiktif adalah zat/bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan kerja biologi
serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi terus menerus. Namun apabila dihentikan, dapat
memberikan efek lelah luar biasa atau rasa sakit yang luar biasa pada penggunanya. Zat adiktif
yang berbahaya bagi kesehatan terdiri atas zat narkotika dan zat psikotropika. Zat adiktif
digolongkan menjadi tiga yaitu zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika, zat adiktif
narkotika, dan zat adiktif psikotropika. Zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika contohnya
seperti kandungan kafein pada kopi dan nikotin pada tembakau rokok. Contoh zat adiktif
narkotika yaitu sabu, opium, kokain, ganja, heroin, dan lain-lain. Sedangkan contoh zat adiktif
psikotropika yaitu psikotropika golongan 1 meliputi ekstasi, lysergic acid diethylamide (LDS),
dan dimektosi alpha dimetil penetilamina (DOM), Psikotropika golongan 2 meliputi sabu,
matafeamin, amfetamin, dan fenetilin. Psikotropika golongan 3 meliputi mogadon,
brupronorfina, dan amorbarbital, Psikotropika golongan 4 meliputi diazepam, nitrazepam, dan
obat penenang. Pada psikotropika golongan 1 seperti ekstasi, biasanya hadir dalam bentuk tablet
berbagai warna dan desain yang berbeda-beda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sakarin, kegunaan, manfaat, dan efek sampingya?
2. Apa yang dimaksud ekstasi, kegunaan, manfaat, dan efek sampingya?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami definisi sakarin, kegunaan, manfaat, dan efek sampingya bagi
manusia
2. Mengetahui dan memahami definisi ekstasi, kegunaan, manfaat, dan efek sampingya bagi
manusia
BAB II
ISI

1. Sakarin
a. Definisi Sakarin
Saccharin adalah senyawa dengan formula C7H5NO3S yang berbentuk kristal berwarna putih,
berasa amat manis, tidak beracun, sedikit larut dalam eter, air dan kloroform serta larut dalam
alkohol, benzena, amil asetat dan etil asetat. Sakarin dihasilkan dengan mereaksikan campuran
asam toluena sulfonat dengan garam natrium dan banyak digunakan sebagai pemanis buatan
dalam pembuatan minuman ringan, sirup dan makanan-makanan lainnya. Sakarin (C 7H5NO3S)
merupakan pemanis buatan yang mempunyai rasa manis 200-700 kali sukrosa atau yang biasa
disebut gula. Sakarin ditemukan oleh Fahbelrg dan Remsen pada tahun 1897.
Natrium-sakarin di dalam tubuh tidak mengalami metabolisme sehingga diekskresikan
melalui urine tanpa perubahan kimia. Beberapa penelitian mengenai dampak konsumsi sakarin
terhadap tubuh manusia masih menunjukkan hasil yang konvensional. Hasil penelitian National
Academy of Science tahun 1968 menyatakan bahwa konsumsi sakarin oleh orang dewasa
sebanyak 1 gram atau lebih rendah tidak menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Tetapi,
ada penelitian lain yang menyebutkan bahwa sakarin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan
kanker pada hewan percobaan. Di negara Indonesia, pemerintah Indonesia telah mengatur
penggunaan sakarin melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 208/Menkes/Per/IV/1985
tentang pemanis buatan dan No.722/ Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan tambahan pangan,
bahwa pangan dan minuman olahan khusus yang berkalori rendah dan untuk penderita diabetes
mellitus kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah 300 mg/kg.
b. Kegunaan Sakarin
Sakarin dan garamnya merupakan zat aditif makanan yang digunakan sebagai substansi
pengganti gula dalam peranannya sebagai zat yang memberikan rasa manis. Selama ini sakarin
dan garamnya bermanfaat bagi penderita kegemukan dalam usahanya mengurangi masukan
kalori dan sebagai pengganti sukrosa pada menu bagi penderita diabetes mellitus. Sakarin selain
digunakan sebagai bahan pemanis juga dapat digunakan untuk tujuan-tujuan teknologis seperti
untuk mengurangi volume dan mengembangkan flavor pada tablet-tablet vitamin dan mineral
yang dapat dikunyah serta untuk mempertahankan flavor dan sifat fisik permen karet (Daniels,
1973).
Pada proses pengolahan makanan pangan, penambahan pemanis buatan dimaksudkan untuk
memperbaiki bau dan rasa bahan sehingga dapat meningkatkan kelezatan, memperbaiki tekstur,
meningkatkan mutu sifat kunyah bahan pangan, sebagai pengikat air, dan sebagainya. Namun
sakarin tidak mampu menggantikan peranan bahan pemanis alami seperti sukrosa dan glukosa
dengan baik dalam hal memperbaiki tekstur bahan maupun sebagai senyawa pengikat air.
c. Manfaat Sakarin
Penggunaan pemanis buatan sudah menjadi budaya di masyarakat. Pemanfaatannya melingkupi
semua produk pangan baik dalam makanan ataupun dalam minuman.
Berikut beberapa manfaat dari salah satu pemanis buatan yaitu sakarin:
1) Sebagai pangan bagi penderita diabetes mellitus karena tidak menimbulkan kelebihan gula
darah.
2) Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan.
Seseorang yang gemuk akan berusaha untuk menghindari makanan-makanan yang berasa
manis. Gula dalam tubuh akan dimetabolisme dalam tubuh menjadi suatu energi atau kalori.
Jika orang gemuk mengkonsumsi makanan-makanan manis atau minuman manis maka akan
menghasilkan energi atau kalori yang sangat banyak. Seandainya energi atau kalori ini tidak
digunakan maka akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk cadangan makanan yang
biasanya berupa lemak. Kemudian jika konsumsi gula sudah dicukupi oleh zat lain maka
energi sisa atau kalori sisa juga akan tetap disimpan dalam bentuk lemak. Agar orang gemuk
tetap bisa menikmati rasa manis maka orang yang gemuk sebaiknya mengkonsumsi
makanan atau minuman dengan gula pengganti yaitu berupa pemanis buatan seperti sakarin.
3) Sebagai penyalut/penutup obat
Beberapa obat mempunyai rasa yang tidak enak, karena itu untuk menutupi rasa yang tidak
enak dari obat tersebut biasanya dibuat obat yang bersalut dengan tambahan pemanis
buatan. Pemanis buatan lebih sering digunakan untuk penyalut obat karena umumnya
bersifat higroskopis dan tidak menggumpal.
4) Menghindari kerusakan gigi
Pemanis sintetis memiliki rasa manis yang lebih tinggi dari pemanis alami sehingga
pemakaian pemanis sintetis lebih sedikit dari pemanis alami. Dengan jumlah pemanis
sintetis yang digunakan lebih sedikit maka tidak merusak gigi.
5) Menekan biaya produksi
Pada industri pangan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintetis digunakan
dengan tujuan untuk menekan biaya produksi, karena pemanis sintetis mempunyai tingkat
rasa manis yang lebih tinggi juga harganya lebih murah dibandingkan dengan gula yang
diproduksi di alam.
d. Efek Samping Sakarin
Sakarin saat ini diklasifikasikan sebagai cocarcinogen (tumor promotor) dengan potensi yang
sangat rendah (Deshpande, 2002). Beberapa penelitian mengenai dampak konsumsi sakarin
terhadap tubuh manusia masih menunjukkan hasil yang kontroversial. Hasil penelitian National
Academy of Science tahun 1968 menyatakan bahwa konsumsi sakarin oleh orang dewasa
sebanyak 1 gram atau lebih rendah tidak menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Tetapi
ada penelitian lain yang menyebutkan bahwa sakarin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan
kanker pada hewan percobaan. Pada tahun 1971 suatu penelitian yang dilakukan oleh Winconsin
Alumni Research Foundation (WARF) membuktikan bahwa sakarin tergolong pada zat penyebab
kanker (carcinogen). Dari 15 ekor tikus yang diberi sakarin 50% atau 7 ekor diantaranya
menderita kanker pada kantung empedu setelah mengkonsumsi sakarin dalam ransumnya selama
2 tahun (Djojosoebagio & Miranda, 1996).
Selanjutnya tahun 1977 Canada’s Health Protection Branch melaporkan sakarin bertanggung
jawab terhadap terjadinya kanker kantung kemih. Sejak saat itu sakarin dilarang digunakan di
Canada, kecuali sebagai pemanis yang dijual di apotek dengan mencantumkan label peringatan
(Cahyadi, 2008). Kontroversi dilarangnya penggunaan sakarin sampai saat ini masih
berlangsung, dan pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan melalui Menteri Kesehatan RI
No. 208 / Menkes/ Per/ IV/ 1985 tentang pemanis buatan dan No. 722 / Menkes/ Per/ IX/ 1988
tentang bahan tambahan pangan, bahwa pada pangan dan minuman olahan khusus yaitu berkalori
rendah dan untuk penderita penyakit diabetes mellitus kadar maksimum sakarin yang
diperbolehkan adalah 300 mg/kg (Cahyadi, 2006).

2. Ekstasi
a. Definisi Ekstasi
MDMA atau lebih dikenal ekstasi merupakan senyawa turunan amfetamin yang dapat
memberikan efek antidepresi bagi penggunanya. Efeknya sebagai antidepresi yaitu untuk
mengatasi tekanan mental dengan memanfaatkan efek euforianya atau menimbulkan
kegembiraan. Obat ini banyak dicari orang untuk mengatasi rasa cemas, tekanan mental atau
hanya untuk dapat lebih menikmati hiburan di tempat-tempat hiburan malam. Adapun
karakteristik ekstasi (MDMA) yaitu berbentuk tablet bergaris atau tidak bergaris, bersifat rapuh
dan mudah hancur, serta memiliki berat kurang lebih 0,01 mg (Mifsud et al., 2017).
b. Kegunaan Ekstasi
Ekstasi merupakan salah satu jenis obat atau zat diperlukan dalam dunia pengobatan, juga
dalam dunia penelitian untuk tujuan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ekstasi
termasuk obat golongan antidepresi yang digunakan untuk mengatasi tekanan mental atau
depresi. Obat ini terbukti dapat menghilangkan atau mengurangi depresi yang timbul pada
beberapa penyakit kejiwaan. Perbaikan depresi ditandai dengan perbaikan alam perasaan,
bertambahnya aktivitas fisik dan kewaspadaan mental, nafsu makan, dan pola tidur yang lebih
baik.
Senyawa turunan amphetamin ini memiliki inti aromatis berupa cincin benzen dan bagian
akifatis berupa etilamin, tidak ada substitusi gugus OH pada cincin benzen maupun rantai
alifatisnya, dengan struktur seperti ini membuat senyawa turunan amphetamin mudah menembus
sawar darah-otak sehingga menimbulkan efek sentral yang·kuat. Oleh sebab itu senyawa turunan
amphetamin termasuk obat perangsang susunan saraf pusat yang paling kuat. Efek yang
ditimbulkan yaitu peningkatan kewaspadaan, hilangnya rasa kantuk, berkurangnya rasa Ielah,
perbaikan mood, bertambahnya inisiatif, keyakinan diri dan daya konsentrasi, rasa gembira
berlebihan, peningkatan aktivitas motorik dan aktivitas bicara.
c. Manfaat Ekstasi
Berikut manfaat dari pengunaan obat ekstasi:
1) Obat antidepresi
Ekstasi termasuk obat golongan antidepresi yang digunakan untuk mengatasi tekanan
mental atau depresi. Obat ini terbukti dapat menghilangkan atau mengurangi depresi yang
timbul pada beberapa penyakit kejiwaan.
2) Obat penunda kelelahan
Obat ini seringkali digunakan untuk menunda kelelahan. Dalam hal ini mengurangi
hilangnya perhatian akibat kurang tidur sehingga dapat konsentrasi terus-menerus.
3) Obat terapi kegemukan
Efek anoreksi (berkurangnya nafsu makan) juga dapat ditimbulkan oleh obat-obat turunan
amphetin. Itulah sebabnya dapat digunakan juga untuk terapi kegemukan. Obat yang telah
lama digunakan sebagai anoreksi yaitu dekstroamphetamin dan methamphetamin.
d. Efek Samping Ekstasi
Penggunaan ekstasi (MDMA) dapat mempengaruhi resiko kesehatan yaitu dalam jangka pendek
menyebabkan hipertermia, kejang, aritmia, hiponatremia, rhabdomiolisis dan kerusakan jangka
panjang pada sistem saraf pusat (Araújo et al., 2018). Efek yang ditimbulkan bagi pengguna
MDMA sangat berbahaya dan bahkan mampu menyebabkan kematian.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tentang zat aditif dan zat adiktif, dapat disimpulkan bahwa zat aditif
adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau
penyimpanan untuk maksud tertentu. Sedangkan zat adiktif adalah zat yang dapat membuat
pemakainya mengalami kecanduan atau adiksi. Kedua zat ini memiliki banyak kegunaan dan
manfaat bagi manusia, namun juga memiliki efek samping yang merusak organ dalam tubuh
manusia jika digunakan dalam jangka panjang atau disalahgunakan.

Sakarin dan ekstasi merupakan salah satu contoh dari zat aditif dan zat adiktif yang sering
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Sakarin digunakan sebagai substansi pengganti gula dalam
peranannya sebagai zat yang memberikan rasa manis dan ekstasi digunakan untuk mengatasi
tekanan mental atau depresi seseorang. Penggunaan sakarin sebagai pemanis buatan hanya
dianjurkan bagi penderita mellitus dan obesitas dalam jumlah yang sangat terbatas. Sementara itu,
penggunaan ekstasi diatur sangat ketat dan lalu lintas obat di apotik harus dibawah pengawasan
apoteker. Hal ini merupakan cara pemerintah untuk mencegah penyalahgunaan obat-obat golongan
psikotropik.
DAFTAR PUSTAKA

Mardin, H., Mamu, H. D., Usman, N. F., Dkk. (2022). Pengenalan Zat Adiktif yang Berbahaya Bagi
Kesehatan di Lingkungan MTs. Negeri 2 Kabupaten Gorontalo. Jurnal Pengabdi Masyarakat
Terintegrasi. 1(2), 58-66.

Widjajaseputra, A. I. (2017). Penggunaan Sakarin Sebagai Pemanis Sintesis dalam Makanan.


Research Report. UMM.

Astuti, E. J. (2017). Penggunaan Sakarin Sebagai Pemanis Sintesis dalam Makanan dan Minuman.
Rapat Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan. UMM.

Yoganingrum, A. (1996). Ekstasi: Obat Psikotropik, Manfaat & Dampaknya Bagi Kesehatan. Baca.
21(5), 15-17.

Rahayu, Y. S., Astuti, Y., & Prasetyo, E. F. (2020). Identifikasi Ekstasi/MDMA Menggunakan
Analisis Tes Warna dan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GCMS). Jurnal Sains dan Edukasi
Sains. 3(2), 38-45.

Nur, S., Munandar, T. I., & Erwin. (2020). Faktor Penyebab Penyalahguna Ecstasy Di Kota Jambi.
Jurnal Sains Sosio Humaniora. 4(2), 455-466.

Anda mungkin juga menyukai