Anda di halaman 1dari 32

BOOK CHAPTER

ZAT ADITIF (PEMANIS)

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Narkotika, Bahan Terlarang, dan Psikotropika

Yang dibina oleh Bapak Muhammad Fajar Marsuki, S.Pd., M.Sc.

Dan Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc.

Oleh:

Kelompok 1

Fauzul Fikriyah (170351616532)

Mahasti Wiandita (170351616582)

Maulidya Listya Y (170351616599)

Shindy Dwi KA (170351616528)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI PENDIDIKAN IPA

Maret 2020

1
Ringkasan Materi

Zat aditif merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan dan minuman dalam
jumlah kecil pada saat membuat makanan dan bertujuan untuk memperbaiki penampilan, tekstur,
cita rasa, aroma, dan memperpanjang masa simpan. Zat aditif itu sendiri dikategorikan menjadi 7
yaitu pewarna, pemanis, pengawet, pemberi aroma, pengemulsi, pengental dan penyedap. Zat
aditif dibedakan menjadi dua yaitu zat aditif alami dan zat aditif buatan. Zat aditif alami diperoleh
dari bahan alami seperti pada makhluk hidup contohnya pemanis dari tumbuhan. Sedangkan zat
aditif buatan diperoleh dari proses reaksi kimia yang bahan bakunya berasal dari bahan kimia
seperti pemanis buatan sakarin.

Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan zat aditif sangat mudah ditemui. Contohnya
adalah penggunaan pemanis pada produk pangan dan minuman. Pemanis merupakan salah satu
Bahan Tambahan Pangan (BTP). Pemanis biasa juga disebut sebagai alternatif pengganti gula.
Pemanis dibedakan menjadi dua macam, yakni pemanis alami dan pemanis sintetis atau buatan.
Contoh pemanis buatan atau sintetis yaitu asesulfam K, sakarin, siklamat, neotam, aspartame, dan
sukralosa. Dimana pemanis ini memiliki tingat kemanisan yang lebih besar dibandingkan gula.
Sedangkan contoh pemanis alami yaitu glikosida steviosal, thaumathin, dan Lo-han guo. Setiap
pemanis buatan memiliki batasan untuk dikonsumsi perharinya atau disebut dengan ADI
(Allowed Daily Intake). Namun apabila mengkonsumsi pemanis buatan secara berlebih, kemudian
terakumulasi didalam tubuh maka akan menimbulkan efek samping antara lain dapat
menyebabkan hipertensi, meningkatkan resiko kanker pankreas, resiko serangan jantung, diare,
impotensi, bingung, alergi, iritasi, insomnia, sakit kepala, dan kehilangan daya ingat. Efek
samping dari pemanis buatan ini sangat rentan terhadap anak-anak, antara lain berpotensi anak
mengalami keterbelakangan mental karena otak masih dalam tahap perkembangan dan
terakumulasi pada jaringan saraf.

Sebagai syarat utama, keamanan pangan harus dimiliki setiap produk yang beredar di
pasaran. Sehingga untuk menjamin keamanan tersebut dibutuhkan kerjasama antara produsen
industri makanan dengan pemerintah. Menurut Undang-Undan Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992
pasal 10 menyebutukan bahwa diselenggarakan 15 macam kegiatan sebagai upaya peningkatan
dan pemantapan yaitu diantaranya pengamanan makanan dan minuman. Hal tersebut sebagai
upaya untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi
persyaratan.

Salah satu upaya dalam pembangunan nasional yang diselenggarakan di semua bidang
adalah pembangunan kesehatan. Tujuan pembangunan kesehatan ini dapat terciptanya lingkungan
sehat secara adil dan merata seperti pada isi dasar-dasar pengembangan kesehatan. Keamanan
dalam menggunakan pemanis buatan sangat dibutuhkan. Untuk menyikapi hal ini perlunya
langkah bijak sebagai konsumen untuk lebih berhati-hati dalam memilih dalam membeli produk
pangan dan minuman yang dikonsumsi. Mengingat masih banyaknya para pedagang atau industri
makanan yang menggunakan pemanis buatan yang berlebihan. Sehingga memilih bahan yang
tidak mengandung bahan tambahan adalah pilihan yang tepat [1]. Selain itu, merupakan
kewajiban pemerintah untuk mensosialisasikan kepada seluruh masyarakat mengenai aspek
keamanan pemanis buatan terutama kepada masyarakat yang awam terhadap hal ini. Sehingga
melalui sosialisasi ini dapat membantu masyarakat dalam mempertimbangkan memilih produk
pangan yang aman dikonsumsi [2].
2
Materi

Deskripsi dan Klasifikasi


Dalam kehidupan kita sehari-hari, zat aditif sudah banyak digunakan secara umum oleh
masyarakat. Zat aditif adalah bahan yang ditambahan pada makanan sehingga dapat
mempengaruhi karakteristik dan sifat dari makanan itu sendiri. Zat aditif merupakan bahan
tambahan pangan (BTP) baik itu makanan atau minuman yang tujuannya untuk memperbaiki
penampilan, tekstur, cita rasa, aroma, dan memperpanjang masa simpan. Zat aditif juga dapat
meningkatkan nilai gizi seperti penambahan mineral, protein, dan vitamin[3]. Zat aditif
dikategorikan menjadi 7 yaitu pewarna, pemanis, pengawet, pemberi aroma, pengemulsi,
pengental dan penyedap. Zat aditif dibedakan menjadi dua yaitu zat aditif alami dan zat aditif
buatan. Zat aditif alami diperoleh dari bahan alami seperti pada makhluk hidup contohnya
pemanis dari tumbuhan (gula tebu). Sedangkan zat aditif buatan diperoleh dari proses reaksi kimia
yang bahan bakunya berasal dari bahan kimia seperti pemanis buatan (sakarin).
Bahan Tambahan Pangan (BTP) merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam pangan
untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan [4]. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 722/MENKES/PER/IX/88 tentang bahan tambahan makanan, bahan
tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan tidak
memiliki nilai gizi serta biasanya sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan maksud
teknologi pada pembuatannya, penyediaan, pengolahan, perwadahan, penyediaan, penyimpanan,
pembungkusan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan baik secara langsung maupun
tidak langsung suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan[5]. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.329/MENKES/PER/1976 zat aditif atau
bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu. Termasuk didalamnya adalah penyedap rasa dan aroma,
pewarna, antioksidan, pemantap, pengawet, anti gumpal, pengemulsi, pengental dan pemucat[1].
Zat aditif yang akan dibahas pada pembahasan kali ini adalah pemanis. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan,
pemanis (Sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis alami dan pemanis buatan
yang memberikan rasa manis pada produk pangan [4]. Pemanis biasa juga disebut sebagai
alternatif pengganti gula. Seperti yang dapat kita rasakan, bahwa gula merupakan bagian yang
tidak dapat lepas dari kehidupan kita karena fungsi gula itu sendiri adalah sebagai penambah rasa
manis pada makanan yang kita konsumsi. Namun, perlu diingat bahwa dalam hal penggunaannya
tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan karena dapat menimbulkan penyakit degeneratif.
Pemanis dibedakan menjadi dua macam, yakni pemanis alami (Natural Sweetener) dan pemanis
buatan (Artificial Sweetener)[6].
A. Pemanis Alami (Natural Sweetener)
Pemanis Alami (Natural Sweetener) adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan
alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi [4]. Pemanis alami adalah
pemanis yang sebagian besar diekstraksi dari produk alami atau obat herbal tanpa modifikasi
kimia selama proses produksi atau ekstraksi. Bahan utama pemanis alami adalah
monosakarida dan disakarida [7]. Dilihat dari jenisnya, pemanis alami merupakan jenis
pemanis yang berasal dari tumbuhan yang memiliki potensi tingkat kemanisan yang tinggi.
Pemanis ini juga memiliki nilai gizi di alam. Yang termasuk pemanis alami yaitu madu, sirup
maple, molasses (gula tetes), sukrosa, Lo han, stevia, thaumatin, dll.

3
1) Madu
Madu dibuat oleh Apis mellifica dengan menggunakan nektar dari bunga. Madu
yang diproduksi oleh lebah madu atau serangga lainnya memiliki sifat yang berbeda.
Lebah madu membentuk nektar menjadi madu dengan proses regurgitasi dan disimpan
sebagai sumber makanan di sarang madu (lilin). Rasa manis pada madu diperoleh dari
fruktosa dan glukosa monosakarida yang rasa manis kira-kira relatif sama manisnya
dengan gula pasir. Kadar air pada madu sangat rendah yaitu sebesar 0,6 sehingga tidak
adanya aktivitas pertumbuhan mikroorganisme. Kegunaan utama madu adalah untuk
memasak, memanggang, sebagai olesan roti, dan sebagai tambahan untuk berbagai
minuman seperti teh dan sebagai pemanis dalam beberapa minuman komersial.
Madu merupakan campuran gula dan senyawa lainnya. Madu mengandung fruktosa
(sekitar 38%) dan glukosa (sekitar 31%). Kandungan karbohidrat dalam madu adalah
maltose, sukrosa, dan karbohidrat kompleks lainnya. Madu mengandung banyak jenis
vitamin dan mineral. Selain itu, madu juga mengandung senyawa lainnya seperti
antioksidan, termasuk chyrsin, pinobanksin, pinocembrin, dan vitamin C. Komposisi yang
terkandung dalam madu tergantung pada varietas bunga yang tersedia untuk lebah.
Komposisi dalam madu contohnya, mengandung fruktosa (38,2%), glukosa (31,0%),
sukrosa (1,5%), maltose (7,2%), air (17,1%), dengan kepadatan sekitar 1,36 kg/L (36%
lebih padat dari air), pH antara 3,2 dan 4,5 (pH yang asam dapat mencegah pertumbuhan
bakteri).
Ada banyak sekali pengolahan pada madu seperti. Pengkristalan madu adalah
glukosa yang secara spontan mengkristal dari larutan sebagai monohidrat atau disebut juga
madu granulasi. Madu yang dipasteurisasi adalah madu yang telah dipanaskan dalam
proses pasteurisasi dengan mengurangi tingkat kelembapan, menghacurkan sel-sel ragi,
dan mencairkan Kristal dalam madu. Namun, apabila madu terpapar oleh panas yang
berlebihan dapat mempengaruhi penampilan, rasa, dan aroma. Sehingga warna madu akan
berubah menjadi gelap (kecoklatan). Madu mentah adalah madu yang diperolah dengan
ekstraksi, mengendapkan atau mengedan tanpa menambahkan panas. Madu mentah
mengandung beberapa tepung sari dan sedikit partikel lilin. Madu ultra-filter adalah madu
yang diproses dengan filtrasi dengan tekanan yang tinggi untuk menghilangkan semua
padatan asing dan butiran serbuk sari. Proses ini biasanya memanaskan madu hingga 65-
77 o C agar lebih mudah melewati filter yang halus. Madu ultra-filter sangat jernih dan
memiliki umur simpan yang lebih lama. Namun proses ini menurunkan kualitas dari madu
[7].

2) Sirup Maple
Sirup maple adalah pemanis yang diperoleh dari getah sel pohon maple. Dalam
kondisi iklim dingin, pohon-pohon ini menyimpan gula di akarnya sebelum musim dingin
dan getah yang naik di musim semi dapat disadap dan pekat. Getah ini hanya memiliki
total padatan 3% hingga 5%, terutama terdiri dari sukrosa. Sirup maple memiliki kalori
sebesar 50 kal/sdm sama seperti gula tebu. Namun, ia juga mengandung banyak potasium,
kalsium, zat besi dan fosfor dalam jumlah kecil, vitamin B dan kandungan natriumnya
yang sangat rendah. Kandungan gula rata-rata 2,5% dan kadar gula sirup rata-rata 66,5.
Secara tradisional, sirup maple biasanya dipanen dengan mengetuk kulit kayu dan batang

4
pohon maple, lalu membiarkan getah mengalir ke dalam ember. Biasanya dipanen pada
bulan Februari, Maret, dan April, tergantung pada kondisi cuaca setempat [7].

3) Molasses (Gula tetes)


Molase adalah produk sampingan yang sangat kental dari tebu atau gula bit menjadi
gula. Kualitas dari tetes tebu tergantung pada kematangan tebu atau bit, jumlah gula yang
diekstraksi, dan metode ekstraksi yang digunakan. Molase memiliki rumus molekul
C6H12NNaO3S, dengan berat molekul 201,22 g/mol dan kepadatan 1,41 g/cm3. Komposisi
pada molase yaitu mengandung sukrosa 35,9%, fruktosa 5,6%, 16 nitrogen 1,01%, zat
pereduksi 11,5%, glukosa 2,6%, dan sulfur 0,78%. Belerang pada molase diperoleh dari
tebu muda. Belerang dioksida yang bertindak sebagai pengawet ditambahkan selama
proses ekstraksi gula. Molase yang tidak mengandung belerang terbuat dari tebu matang.
Ada tiga tingkatan pada molase yaitu ringan, gelap, dan blackstrap. Nilai-nilai ini mungkin
mengandung sulfur atau tidak.
Untuk membuat molase, tanaman tebu dipanen. Kemudian diekstraksi dibawah
tekanan sehingga menjadi hancur. Hasil ekstraksi kemudian direbus menjadi konsentrat,
dan terjadi kristalisasi pada gula. Hasil dari pemanasan pertama dari kristal gula ini adalah
molase ringan, yang memiliki kadar gula paling tinggi. Molase gelap diperoleh pada tahap
pemanasan kedua, yang memiliki rasa agak pahit. Tahap ketiga dan terakhir dari
pemanasan sirup akan menghasilkan molase blackstrap. Molase blackstrap mengandung
kalsium, magnesium, kalium, dan zat besi dengan 15 mL molase blackstrapn menyediakan
hingga 20% nutrisi dari nilai harian masing-masing. Blackstrap, sering dijual sebagai
suplemen kesehatan, juga digunakan dalam pembuatan pakan ternak dan untuk keperluan
industri lainnya [7].

4) Sukrosa
Sukrosa adalah disakarida, terbentuk dari glukosa dan fruktosa monosakarida.
Memiliki rumus molekul C12H22O11 dan berat molekul 342.30 g/mol. Sukrosa dapat larut
dalam air. Sukrosa terdiri dari dua monosakarida, α-glukosa dan fruktosa yang bergabung
dengan ikatan glikosidik antara atom karbon 1 unit glukosa dan atom karbon 2 dari unit
fruktosa. Ikatan glikosidik terbentuk antara ujung pereduksi glukosa dan fruktosa. Sukrosa
dapat mencair dan terurai pada suhu 186 °C untuk membentuk karamel. Seperti
karbohidrat lain, ia terbakar menjadi karbon dioksida dan air.
Pengolahan pada tebu berbeda-beda, tetapi proses yang penting terdiri dari langkah-
langkah berikut yaitu mengekstraksi jus tebu dengan penggilingan atau difusi, klarifikasi
jus, konsentrasi jus untuk sirup dengan penguapan, kristalisasi gula dari sirup, dan
pemisahan dan pengeringan dari kristal [7].

5) Glikosida steviosal
Daun Stevia banyak digunakan oleh masyarakat Paraguay dan Brasil pada
umumnya. Pada tahun 1887 seorang ahli botani Eropa pertama MS Bertoni
mendokumentasikan tumbuhan stevia, kemudian pada tahun 1931 seorang ahli kimia
Prancis mengekstraksi steviosida dalam bentuk kristal berwarna putih dan sangat manis.
Steviosida diperoleh dari tanaman Stevia rebaudiana Bertoni yang merupakan keluarga
compositae yang merupakan semak abadi. Stevia rebaudiana merupakan pemanis alami
5
non-kalori pertama yang menunjukkan sifat obat dan dapat digunakan pada obat teh hijau,
penyakit jantung, luka bakar dan lainnya. Memiliki rasa pahit karena adanya minyak
esensial, tannin dan flavonoides yang terkandung didalamnya. Menurut USFDA yang
telah disetujui oleh JECFA mengatakan bahwa steviosol glikosida aman untuk dipakai.
Komponen stevia yaitu steviosida yang merupakan glikosida diterpenoid dan mengandung
steviol yang merupakan suatu aglikon. Tidak hanya steviosida yang terkandung dalam
daun stevia, namun terdapat beberapa senyawa lainnya seperti steviobiosida, rebaudiosida
A, B, C, D, E dan dulkosida A. daun stevia juga dikenal dengan nama “ madu yerba” atau
“daun hiney”.
Glikosida steviosal memiliki struktur yang memiliki stabilitas yang sangat baik.
Sehingga glikosida steviosal dapat larut dalam air. Biasanya pemanis ini digunakan pada
makanan, minuman, dan obat-obat tradisional.

6) Thaumatin
Thaumatin merupakan nama campuran protein poten yang dapat diekstraksi dari
tanaman Thaumatococcus daniellii (Bannett) yang mengandung protein manis. Buah
“katemfe” juga mengandung campuran protein thaumatiniI yang sangat tinggi dan
thaumatiniII memliki urutan asam amino yang sama hanya berbeda dalam lima residunya.
Thaumatin bukan pemanis sintesis yang haya diekstraksi dari sumbernya, namun diperoleh
melalui proses ekstraksi air yang diikuti oleh proses pemisahan fisik untuk menghilangkan
bahan yang tidak diperlukan. Hasilnya berupa bubuk berwarna cokelat muda. Thaumatin
memiliki tingkat kemanisan 2000 kali lebih manis dibandingkan dengan sukrosa.
Thaumatin yang berbentuk bubuk kering beku yang dapat larut dalam air. Tahumatin
harus dimetabolisme sama seperti protein nabati yang lain. Thaumatin banyak digunakan
pada produk makanan dan minuman, contohnya minuman ringan, permen karet, obat-
obatan yang berbetuk cair untuk menghilangkan rasa pahit dan astringen.

7) Lo-han guo
Lo-han guo merupakan buah asli dari Tiongkok. Lo-han guo atau lo han kuo
merupakan nama umum dari tanaman Siraitia grosvenorii keluarga cucurbitaceae.
Komponen rasa manis pada tanaman ini adalah triterpen glikosida yang lebih dikenal
dengan mogrosida. Mogrosida V adalah senyawa polar yang mudah larut dalam air dan
memiliki struktur yang stabil. Pemanis ini 150 kali lebih kuat daripada sukrosa. Ekstrak
dari buah Lo-han guo ini dapat mengobati pilek, sakit tenggorokan, nyeri perut dan
keluhan pada usus. Berdasarkan data penelitian, buah ini menunjukkan bahwa ia memiliki
karakteristik anti-oksidan dan juga dapat memabntu dalam pengobatan kanker karena
memiliki sifat anti kanker.

Selain itu, terdapat juga jenis pemanis alami yang termasuk kedalam gula alkohol atau
poliol. Gula alkohol atau poliol merupakan jenis pemanis yang memiliki nilai kalori yang
rendah. Contoh dari pemanis yang berkalori rendah yaitu maltitol, sorbitol, erythritol,
mannitol dan xylitol.
8) Sorbitol
Di Indonesia sorbitol merupakan salah satu poliol yang dapat ditemukan di alam
dengan jumlah yang cukup besar. Sorbitol ditemukan pada tahun 1872 dengan sebutan abu

6
gunung. Sorbitol dihasilkan untuk mengurangi gula yang bereaksi dengan hydrogen.
Umumnya, sorbitol dijual dalam bentuk sirup maupun bubuk. Sorbitol (Gambar 7.)
memiliki empat macam bentuk yaitu alfa, beta, gamma, dan delta dengan memiliki sifat
yang berbeda-beda. Gamma merupakan bentuk yang paling stabil. Sorbitol hanya
diproduksi dalam bentuk gamma saja. Dalam penggunaanya, sirup sorbitol lebih
dianjurkan daripada sorbitol murni. Sorbitol 60% lebih manis dibandingkan dengan gula.
Biasanya sorbitol digunakan oleh orang yang menderita penyakit diabetes karena apabila
dikonsumsi dapat meningkatkan glukosa darah. Sorbitol juga banyak ditemukan dalam
produk obat kumur dan pasta gigi, oleh karena itu kedua produk tersebut menyediakan
rasa manis.

Gambar 7. Struktur kimia sorbitol


Sumber: [6]

9) Mannitol
Sama dengan sorbitol, keberadaan mannitol di Indonesia jumlahnya cukup besar.
Mannitol (Gambar 8.) dapat ditemukan di ganggang laut dan jamur. Mannitol dihasilkan
untuk mengurangi gula yang bereaksi dengan hidrogen. Biasanya mannitol dijual dalam
bentuk sirup atau bubuk. Mannitol termasuk senyawa kristal berwarna putih dengan rumus
yang sama dengan sorbitol dengan bentuk polimer yang berbeda. Bentuk yang paling
stabil pada mannitol adalah beta. Manitol merupakan salah satu poliol yang tidak dapat
larut (22 gm / 100 gm air pada 25 o cel) untuk sorbitol karena dalam penggunaannya,
mannitol merupakan pemanis yang paling tidak sehat sehingga batas toleransi
penggunaanya sekitar 20 gram per harinya, sehingga berbeda dengan sorbitol. Mannitol
memiliki rasa manis 50% lebih manis dibandingkan dengan gula.

Gambar 8. Struktur kimia mannitol


Sumber: [6]

7
10) Xylitol
Gula alkohol pada xylitol (Gambar 9.) mulai digunakan sebagai zat aditif pada
makanan dan minuman sejak tahun 1960-an. Xylitol ditemukan pada tahun 1891 oleh
Emil Fischer yang diberi nama xylit. Xylitol merupakan pemanis yang memiliki rasa
paling manis dari semua poliol yang setara dengan sukrosa. Untuk menghasilkan rasa
manis dengan intensitas tinggi dapat dibuat dengan cara mengkombinasikan xylitol
dengan semua poliol. Nilai energi bersih dari xylitol sebesar 2,4 kkal/g. biasanya xylitol
digunakan pada produk susu, permen, coklat, permen karet, dan makanan yang
dipanggang.

Gambar 9. Struktur kimia xylitol


Sumber: [6]

11) Erythritol
Erythritol (Gambar 10.) merupakan satu-satunya pemanis non-kalori yang banyak
ditemukan secara alami pada sayuran dan buah-buahan. Erythritol pertama kali ditemukan
oleh Lamy pada tahun 1852 melalui isolasi Alga Prototocus vulgaris yang diberi nama
Phycit. Erythritol juga dapat diperoleh dari hasil isolasi ganggang Trentepohlia jolithus.
Erythritol merupakan cairan putih non higroskopis berbentuk Kristal. Biasanya tersedia
dalam bentuk bubuk atau granular dengan rasa manis yang lebih ringan dan tampilannya
seperti sukrosa. Rasa manis erythritol sekitar 60 – 70% mirip sukrosa. Erythritol dapat
menjadi pemanis non-kalori di alam yang biasanya digunakan untuk gula curah. Erythritol
tidak dimetabolisme oleh tubuh karena ukuran molekulnya yang sangat kecil. Ketika
disekresikan oleh tubuh tidak mengalami perubahan di dalam urin maupun tinja. Karena
dihasilkan melalui proses fermentasi, erythritol dapat dipertimbangkan sebagai pemanis
alami. Erithritol tidak memiliki efek samping apabila dikonsumsi dalam jumlah yang
tinggi, karena dapat diserap dengan baik tanpa di fermentasi. Hal ini dapat ditoleransi
daripada laktosa dan insulin (banyak serat). Erithritol tidak dapat terurai dalam lingkungan
asam atau alkali karena strukturnya yang stabil [6].

8
Gambar 10. Struktur kimia erythritol
Sumber: [6]

B. Pemanis Buatan (Artificial Sweetener)


Pemanis Buatan (Artificial Sweetener) adalah pemanis yang diproses secara kimiawi,
dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam [4]. Pemanis buatan ada yang memiliki rasa manis
ratusan kali lebih manis daripada gula dan tidak memiliki kalori. Karena rasanya yang sangat
manis, jumlah penggunaan akan lebih sedikit daripada pemanis lainnya. Contoh pemanis yang
termasuk ke dalam pemanis kuat dengan potensi tinggi yaitu sakarin, siklamat, neotame,
sucralose, aspartam, acesulfame K, dan lainnya.
1) Sakarin
Sakarin (Gambar 1.) merupakan salah satu pengganti gula kimia tertua. Sakarin
ditemukan pada tahun 1979 oleh Remsen dan Fahlberg secara tidak sengaja. Sakarin
memiliki sedikit rasa pahit dan banyak ditemukan dalam produk minuman seperti
minuman ringan berkarbonasi, obat-obatan, dan pasta gigi. Namun dalam penggunaannya,
sakarin tidak dapat digunakan untuk produk yang dipanggang karena memiliki struktur
yang tidak stabil saat dipanaskan. Nama merek dagangnya yaitu “Sweet ‘N Low”
berwarna merah muda. Sweet ‘N Low terbuat dari 3,6% sakarin terlarut, dekstrosa, dan
sejumlah kecil bahan anti-caking. Sepuluh gram sakarin mengandung sekitar 9 g dekstrosa
dan menghasilkan 36 kalori yang setara dengan gula yaitu 39 kalori [6]

Gambar 1. Struktur kimia sakarin


Sumber: [6]

2) Asesulfam K
Ditemukan oleh seorang ahli kimia Karl Claub dan Jansen yang bekerja di
laboratorium Hoechst AG pada tahun 1967 secara tidak sengaja, ketika melihat rasa yang

9
sangat manis pada selembar kertas yang disentuhnya. Senyawa tersebut adalah Asesulfam
K (Gambar 2.) yang termasuk ke dalam kelas dihydro-oxathiazinone dioxides. Rasa manis
pada asesulfam K kira-kira 200 kali lebih manis dibandingkan sukrosa apabila digunakan
pada tingkat kemanisan sedang. Rasa manis pada asesulfam K sepertiga rasa manis
sukrosa, setengah rasa manis sakarin, seperti rasa manis aspartame [8] dan 4 – 5 kali lebih
manis daripada natrium siklamat. Jenis pemanis ini dinamai dengan merek “Sunett” dan
“Sweet One”. Biasanya digunakan dalam berbagai macam makanan seperti produk roti,
susu, permen, permen karet, selai jeruk, selai, buah kaleng, dan lainnya [6].

Gambar 2. Struktur kimia Asesulfam K


Sumber: [6]

3) Siklamat
Pada tahun 1937, Sveda dan Audrieth menemukan bahwa garam asam
cyclohexylsulfamic memiliki rasa manis. Namun rasanya tidak semanis sakarin. Siklamat
memiliki sedikit rasa pahit dan bersifat dapat tercampur dengan baik. Asam
sikloheksilsulfamat terbuat dari asam klorosulfonat sebagai agen sulfamating.
Sikloheksilsulfamat disebut juga garam asam siklamat atau siklamat. Siklamat (Gambar
3.) dapat diubah menjadi metabolit dan sikloheksilamin yang berdasarkan hasil laporannya
menyebutkan bahwa sedikit beracun. Siklamat biasanya ditemukan dalam produk
minuman [6].

Gambar 3. Struktur kimia siklamat


Sumber: [6]

4) Aspartam
Aspartam (Gambar 4.) adalah bubuk kristal putih tidak berbau dan merupakan salah
satu jenis pemanis yang juga memiliki rasa manis yang sangat kuat, yang dihasilkan dari
gabungan antara dua asam amino L-fenilanin dan asam L-aspartat dengan tautan metal
10
ester [8]. Ditemukan oleh seorang ahli kimia bernama James Schlatter secara tidak sengaja
pada tahun 1965. Ketika dia sedang mengerjakan obat anti maag, tanpa sengaja ia menelan
zat tersebut dan memperhatikan rasanya yang manis. Rasa manis aspartam 180-200 kali
lebih manis daripada sukrosa. Aspartam dapat dimetabolisme oleh sistem pencernaan,
berbeda dengan Asesulfam K. Aspartam dihasilkan dari asam amino, yang menyediakan 4
kalori per gramnya. Rasa manis aspartam 200 kali lebih manis daripada gula, namun
mengandung hampir nol kalori per sajiannya. Nama merek dagangnya adalah
"NutraSweet" dan "Equal". Sebanyak 32 % terdapat di pasar dengan intensitas yang tinggi.
Biasanya digunakan pada produk minuman ringan, obat-obatan, yougurt, susu, toptable
sweeteners, dan lainnya. Namun, jenis pemanis ini tidak digunakan dalam produk yang
dipanggang atau produk cair yang membutuhkan umur simpan yang lama karena tidak
memberikan stabilitas yang tinggi. Sepuluh gram pemanis Equal mengandung 8 g
dekstrosa dan 0,84 g maltodekstrin (pati) menjadi aspartam. Sepuluh gram Equal
memberikan 36 kalori, sedangkan berat gula yang identik menghasilkan 39 kalori [6].

Gambar 4. Struktur kimia siklamat


Sumber: [6]

5) Neotam
Merupakan turunan dari aspartam dengan nama kimianya adalah N- [N- (3, 3-
dimethylbutyl) - L-aspartyl] -L-phenylalanine-1-methyl ester. Neotam (Gambar 5.)
dihasilkan dari aspartam dan 3,3-dimethylbutyraldehyde melalui reduksi alkilasi dengan
diikuti oleh pemurnian, pengeringan dan penggilingan. Neotam memiliki rasa manis yang
bersih dan 8000 kali semanis sukrosa, tidak memiliki rasa pahit atau logam. Neotam tidak
dimetabolisme oleh bakteri oral dan tidak mempengaruhi kontrol glikemik dengan
NIDDM. Jenis pemanis ini banya ditemukan pada produk minuman ringan, minuman
susu, permen kunyah, dan lainnya [6].

Gambar 5. Struktur kimia neotame


11
Sumber: [6]

6) Sukralosa
Merupakan pemanis potensi tinggi yang terbuat dari sukrosa dengan proses
modifikasi kimia yang dapat menghasilkan peningkatan intensitas kemanisan. Sukralosa
(Gambar 6.) dianggap sebagai pemanis serbaguna yang digunakan untuk berbagai macam
makanan dan minuman. Sukralosa dihasilkan dari tiga kelompok hidroksil pada molekul
sukrosa oleh tiga atom klorin untuk mengasilkan 1,6-dichloro – 1,6-dideoxy-beta-
Dfructofuranosyl – 4 chloro – 4 – deoxy – alpha – Dgalactopyranoside. Rasa manisnya
sekitar 650 kali lebih manis dibandingkan dengan gula alami [8]. Sukralosa murni
memiliki manis yang lebih intens, berwarna putih, tidak berbau, dan bebas larut dalam air.
Biasanya sukralosa digunakan pada produk minuman, buah kaleng, produk susu, permen
karet, dan makanan panggang. Sukralosa atau disebut juga “Splenda” sebanyak 10 g
mengandung 9 g karbohidrat yang terdiri dari 0,96 g pati (maltodekstrin), 8,03 gram gula
(dekstrosa), dan memiliki kalori sebesar 39 kalori atau setara dengan gula [6]

Gambar 6. Struktur kimia sucralose


Sumber: [6]

Untuk lebih memahaminya, berikut ini adalah tabel perbandingan sifat fisik pada jenis-jenis
pemanis (Tabel 1.) serta perbandingan jenis pemanis (Tabel 2.) yaitu sebagai berikut.

Tabel 1. Sifat fisik pemanis


Nama Pemanis Penampilan Warna Kelarutan
Acesulfame K Padat, Kristal Putih Stabil pada suhu tinggi
Aspartam Kristal Putih Tidak stabil pada suhu tinggi
Neotam Kristal Putih/putih pucat Tidak stabil pada suhu tinggi
Sakarin Padat Putih Sangat stabil
Siklamat Padat Tidak berwarna Stabil pada suhu ruang
sukralosa Bubuk kristal Putih Stabil pada suhu ruang
Sumber: [6]

Tabel 2. Perbandingan Jenis-jenis Pemanis


Nama pemanis Nilai Relatif rasa manis Struktur molekul
kalori/penyajian
Xylitol 2.4 0.8 – 1 Monosaccharide alcohol
Erythritol 0.2 0.6 – 0.8 4 carbon sugar alcohol
Sorbitol 2.4 0.6 Monosaccharide alcohol
12
Mannitol 1.9 0.5 – 0.6 Monosaccharide alcohol
Ekstrak Lo-han kuo 0 250 – 300 Terepenes glycosides
Aspartam 0 200 Amino acid methyl esters
Sakarin 0 200 – 700 Saccharine
Ascesulfame K 0 130 – 400 Ascesulfame potassium
Stevia 0 200 – 400 Steviol glycosides
Sukralosa 0 600 Chlorinated sucrose
Sumber: [6]

Efek dan Mekanisme


Banyak pemanis buatan yang berbahaya bagi kesehatan. Efek samping menggunakan
pemanis dengan jumlah berlebihan salah satunya dapat menyebabkan migraine dan kanker
kandung kemih. BTP yang dizinkan untuk dikonsumsi contohnya adalah siklamat. Batas
mengkonsumsinya sebanyak 3 g/kg3 bagi masyarakat. Setiap bahan memiliki batasan untuk
dikonsumsi perharinya atau disebut dengan ADI (Allowed Daily Intake). Jadi, apabila
mengkonsumsi pemanis buatan dengan jumlah yang cukup sesuai dengan ketentuannya, maka
tidak akan menimbulkan efek samping bagi tubuh[9].
Namun apabila mengkonsumsi pemanis buatan, kemudian terakumulasi didalam tubuh
maka akan menimbulkan efek samping antara lain dapat menyebabkan hipertensi, meningkatkan
resiko kanker pankreas, resiko serangan jantung, diare, impotensi, bingung, alergi, iritasi,
insomnia, sakit kepala, dan kehilangan daya ingat. Efek samping dari pemanis buatan ini sangat
rentan terhadap anak-anak, antara lain berpotensi anak mengalami keterbelakangan mental karena
otak masih dalam tahap perkembangan dan terakumulasi pada jaringan saraf [9].
Pada saat mengkonsumsi makanan atau minuman yang kemudian dapat merasakan rasa
manis di dalam mulut akan terfikirkan bahwa makanan atau minuman tersebut mengandung
pemanis. Dan kita juga dapat membedakan tingkat kemanisan makanan atau minuman yang
dikonsumsi. Ada yang memiliki tingkat rasa manis yang tinggi, sedang maupun rendah. Hal ini
akan menimbulkan pertanyaan, mengapa rasanya manis? Bagaimana mekanismenya di dalam
tubuh sehingga dapat merasakan rasa manis? Berikut ini akan dijelaskan mekanismenya.
Rasa manis yang dirasakan tergantung pada neuroscience. Sistem gustatory akan mengenali
stimuli kimia yaitu rasa manis, asin, asam, pahit, dan umami melalui sel-sel khusus rasa.
Kemudian, sel-sel tersebut akan berkumpul bersama membentuk kelompok kecil yang disebut
dengan tunas rasa. Selanjutnya, aktivasi dari sel-sel ini akan melepaskan neurotransmitter dengan
mengirimkan informasi rasa ke otak dan otak akan memproses informasi rasa tersebut. Reseptor
rasa manis di dalam mulut berfungsi sebagai persepsi rasa manis. Sebagai perantara, reseptor
T1R2 dan T1R3 akan mengirimkan sinyal rasa manis yang dikirim oleh senyawa tertentu
kemudian rasa manis akan diikat, dan selanjutnya akan mengaktifkan reseptor T1R2 dan T1R3.
Pemanis alami dan buatan (misalnya sukrosa, glukosa, dan sukralosa) akan berikatan dengan
T1R2 dan T1R3. Pemanis dipeptida (misalnya aspartam dan neotam) berikatan dengan T1R2
sedangkan T1R3 akan berikatan dengan siklamat [6].
Metabolisme pada pemanis dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu metabolisme pemanis
alami dan metabolisme pemanis buatan. Perbedaan utama yang memisahkan kedua kategori ini
berasal dari fakta bahwa pemanis alami mengandung beberapa bentuk karbohidrat (gula)
sedangkan pemanis buatan tidak. Pemanis alami seperti gula meja (sukrosa), madu, dan gula buah
(fruktosa) menginduksi jalur yang menghasilkan produksi ATP. Di sisi lain, pemanis buatan
memiliki nilai gizi yang sedikit atau tidak sama sekali bagi tubuh manusia. Penelitian
13
menunjukkan bahwa untuk sebagian besar pemanis buatan, lebih dari 90% senyawa awal dapat
ditemukan dalam tinja dan urin. Glikolisis adalah proses anaerob di mana glukosa (C6H12O6)
diubah menjadi dua molekul piruvat untuk membentuk dua molekul bersih ATP (47). Reaksi
keseluruhan glikolisis adalah C6H12O6 + 2NAD+ + 2ADP + 2P → 2 piruvat + 2ATP + 2NADH +
2H+. 2 molekul piruvat yang diproduksi selama glikolisis masuk mitokondria untuk menghasilkan
energi melalui respirasi oksidatif. Pemeliharaan kadar glukosa darah dalam aliran darah dilakukan
oleh insulin dan glukagon. Keduanya dikeluarkan dari pankreas, kemudian glukagon dilepaskan
selama kadar glukosa darah rendah untuk mendorong hati melepaskan glukosa ke dalam aliran
darah, lalu insulin dilepaskan selama kadar glukosa darah tinggi untuk menginduksi sel-sel lemak
untuk menyerap glukosa dari aliran darah [7].
Pemanis buatan memiliki peran aktif dalam sistem pencernaan. Reseptor rasa manis
termasuk reseptor rasa T1R tidak hanya untuk merespon gula kalori (seperti sukrosa dan glukosa),
namun juga dapat merespon pemanis buatan termasuk sukralosa dan asesulfam-K. Terbukti
bahwa reseptor ini tidak hanya di lidah saja, tetapi juga pada GLP-1 (glucagon-like peptide-1)
yang mensekresi sel L dari mukosa usus, dimana mereka berfungsi sebagai mediator kritis sekresi
GLP-1. Mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung pemanis buatan menyebabkan
penyerapan glukosa terjadi lebih cepat serta meningkatkan GLP-1 dan sekresi insulin, sehingga
berpotensi mempengaruhi berat badan, nafsu makan, dan glikemia [10].
Selain mekanisme bagaimana lidah dapat merasakan rasa manis, saat mengkonsumsi
pemanis juga berpengaruh terhadap metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Pemanis
acesulfame K merupakan zat kimia yang ada dalam tubuh manusia akan diserap dan
dieksreksikan secara cepat sehingga sama sekali tidak mengalami perubahan di dalam urin. Oleh
karena itu, acesulfame K merupakan pemanis non-kalori karena tidak ada metabolism yang dapat
dilihat pada manusia atau spesies lainnya. Untuk pemanis aspartam akan dipecah menjadi asam
aspartat, fenilalanin dan metanol. Metabolisme asam amino juga mengikuti pola yang sama
seperti yang dihasilkan dari makanan, yakni masing-masing memberikan glukosa dan fumarat
yang berasal dari asam aspartat dan fenilalanin sebagai produk akhir. Pada produk akhir metanol
yaitu asam format dimana bentuk ini dihilangkan di dalam tubuh.
Mengkonsumsi siklamat sendiri dapat menimbulkan efek meskipun tidak
langsung dan harus menunggu hingga puluhan tahun. Tetapi, penggunaan
siklamat sendiri tidak dianjurkan untuk anak-anak dan sebaiknya dihindari
penggunannya karena siklamat tidak memiliki nilai gizi dan juga tidak
mengandung energi. Apabila mengkonsumsi siklamat secara berlebihan
maka akan dapat mengganggu kesehatan. Mekanisme siklamat sehingga
dapat menimbulkan efek samping yakni siklohexamin yang merupakan
metabolisme siklamat memiliki sifat karsinogenik, dimana metabolisme
siklamat tersebut akan bereksresi lewat urine sehingga pertumbuhan
penyakit seperti kanker kandung kemih, tumor, serta migrain akan
terangsang [11]. Berikut ini beberapa efek yang ditimbulkan akibat
penggunaan pemanis buatan yaitu sebagai berikut.
1. Sakarin
Sakarin dibentuk oleh reaksi inisial antara toluene dan asam
klorosulfonat. Sistesis pada sakarin dapat dilihat pada Gambar 11. Setelah
sakarin tertelan, maka sakarin tidak diserap atau dimetabolisme.

14
Sebaliknya akan disekresikan tetapi tidak melalui ginjal. Sakarin dapat
menyebabkan sakit kepala, kesulitan bernafas, dan diare [12].

Gambar 11. Sintesis sakarin (sintesis Remsen-Fahlberg)[12]

2. Asesulfam K
Asesulfam k dibentuk oleh reaksi awal antara 4-klorofenol dan sodium.
Sintesis pada asesulfam akan dijelaskan pada Gambar 12. Asesulfam K
tidak dimetabolisme oleh tubuh dan tidak disimpan di dalam tubuh, namun
cepat diserap dan disekresikan dalam urin tanpa menjalani modifikasi
apapun. Asesulfam K mengandung metilen klorida yang dapat
menyebabkan sakit kepala, depresi, mual, penyakit hati dan ginjal.
Kerusakan Asesulfam-K dalam tubuh telah terbukti menyebabkan
pertumbuhan tumor di kelenjar tiroid pada tikus, kelinci, dan anjing. Hanya
1% asetoasetamid terkamulasi dalam tiga bulan [13].

\
Gambar 12. Sintesis Asesulfam K [12]

3. Aspartam
Aspartam dibuat dengan cara menggabungkan L-phenylanine atau
metal L-fenilanin ester dengan asam L-aspartat. Sistesis pada aspartam
dapat dilihat pada Gambar 13. Aspartam terurai menjadi sejumlah kecil
metanol, asam aspartam dan fenilalanin selama proses pencernaan.
Methanol merupakan alkohol yang tidak dapat diminum, apabila masuk ke
dalam tubuh menyebabkan keracunan dan kematian dalam beberapa jam.
Tubuh juga memecah methanol menjadi formaldehid yang berubah
menjadi asam format di hati. Folmaldehid dan asam format keduanya
sama-sama beracun. Tubuh menghasilkan formaldehid dalam jumlah yang

15
lebih besar daripada pemanis yang digunakan. Dimana fungsinya untuk
membuat zat-zat yang penting. Asam format jarang menumpuk di dalam
tubuh karena tubuh menggunakan formaldehid dengan cepat dan apabila
berlebih akan dihilangkan melalui urin atau dipecah menjadi CO 2 dan air.
Sehingga aspartame dalam makanan menghasilkan sedikit etanol [14].
Aspartam dapat menyebabkan penyakit kelainan genetik langka
fenilketonuria karena menelan aspartam. Fenilketonuria merupakan
kesalahan metabolisme bawaan yang menyebabkan metabolism asam
amino fenilalanin yang dilemahkan. Fenilketonuria menyebabkan masalah
perilaku dan gangguan mental. Orang penderita penyakit ini memiliki
jumlah enzim fenilalanin hidroksilase yang tidak cukup untuk memecah
fenilalanin. Tanpa enzim ini menyebabkan fenilalanin akan terakumulasi.
Karena metanol, asam aspartame dan fenilalanin yang berasal dari
pencernaan aspartame dapat menyebabkan gejala antara lain sakit
kepala, penglihatan kabur, tumor otak, masalah mata, kehilangan ingatan,
dan mual [12].

Gambar 13. Sintesis aspartame [12]

4. Neotam
Neotam (Gambar 14.) dapat dimetabolisme dengan cepat oleh
hidrolisis ester metal melalui esterase diseluruh tubuh. Ini menyebabkan
terbentuknya metanol yang terserap ke dalam tubuh. Proses ini
menghasilkan de-esterifikasi neotam. Neotam dan neotam tidak
teresterifikasi secara cepat dari plasma dihilangkan sepenuhnya dari
tubuh dengan pemulihan dalam urin dan feses dalam waktu 72 jam. Aman
bagi orang-orang penderita fenilketonuria karena gugus t-butil
ditambahkan ke kelompok amina bebas asam aspartik. Kelompok t-butil ini
memecah ikatan peptide antara asam aspartat dan fenilalanin, sehingga
mengurangi ketersediaan fenilalanin yang daoat menyebabkan
fenilketonuria [12].

16
Gambar 14. Sintesis neotam [12]

5. Sukralosa
Sukralosa merupakan molekul sukrosa dimana ketiga kelompok
hidroksil tergantikan oleh atom C. Struktur dari sukrosa dan sukralosa
dapat dilihat pada Gambar 15. Sintesis pada sukralosa dapat dilihat pada
Gambar 16. Sukralosa kurang terserap pada tubuh manusia dan sebagian
besar sukralosa yang tertelan disekresikan tidak berubah dalam feses.
Diet 5% sukralosa dapat menyebabkan kelenjar timus menyusut dan juga
dapat menyebabkan diare dan pusing.

Gambar 15. Struktur sukrosa dan sukralosa

Gambar 16. Sintesis sukralosa TrCl = triphenylmetyl chloride; DMAP


= 4-dimethylminopyridine [12].

Dampak dan Penyalahgunaan


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemanis buatan memiliki intensitas rasa
manis yang jauh lebih manis dibandingkan dengan gula biasa. Apabila dikonsumsi dengan jumlah
17
yang berlebih akan menimbulkan efek samping. Contoh dampak bahayanya pemanis buatan
apabila dikonsumsi secara berlebihan yaitu sebagai berikut [8].
1. Aspartam dapat menyebabkan penyakit kanker hingga leukemia, limfoma, serta tumor apabila
dkonsumsi dalam batas melibihi persyaratan secara terus menerus
2. Penggunaan pemanis buatan berlebihan juga menyebakan banyak efek pada kesehatan seperti
penambahan berat badan, diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular dan stroke
3. Jika pemanis dikonsumsi berlebihan akan menyebabkan otak akan merespons rasa manis dan
memberikan sinyal kepada tubuh untuk makan lebih banyak. Akan tetpi, jika mengkonsumsi
pemanis tanpa kalori maka akan menyebabkan kita menginginkan makanan dan minuman
manis yang dapat menambah kalori yang berlebihan.

Berikut ini adalah tabel potensi bahaya mengkonsumsi pemanis buatan


secara berlebihan yang dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Potensi Bahaya pada Pemanis Buatan


Nama umum Metabolism ADI Akut Kronis
(mg/kg/hari)
Acesulfame 15 Sakit kepala Klastogenik,
K genotoksik pada
dosis yang
tinggi, tumor
tiroid pada tikus.
Aspartam Methanol, asam 50 Sakit kepala, Limfoma,
aspartam dan mulut kering, leukemia pada
fenilalanin pusing, perubahan tikus
suasana hati,
mual, muntah,
penurunan berat
badan
Neotam Cyclohexylamine 2 Sakit kepala, Menurunkan
hepatoksik pada tingkat kelahiran
dosis tinggi pada tikus,
penurunan berat
badan
Sakarin O- 5 Mual, muntah, Kanker
sulfamolybenzoat diare keturunan pada
hewan
menyusui, berat
lahir rendah,
kanker kandung
kemih, kanker
hati
Sukralosa Sukrosa 5 Diare Penyusutan
terklorinasi timus
ADI = allowed daily intake
Sumber: [15]

18
Peraturan
Bahan tambahan pangan (BTP) memiliki peranan yang sangat penting sejalan dengan
meningkatnya kemajuan teknologi pangan sintetis. Banyaknya BTP yang tersedia secara
komersial dengan harga murah menyebabkan meningkatnya jumlah BTP yang dikonsumsi oleh
masyarakat [11]. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang memiliki kandungan pemanis yang
berlebihan tanpa diimbangi dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dapat menimbulkan
gangguan terhadap metabolism tubuh. Kondisi ini menyebabkan penggunaan pemanis akan
mengeser bahan pemanis utama. Awalnya penggunaan pemanis buatan ditujukan untuk orang-
orang penderita penyakit diabetes. Namun saat ini penggunaan pemanis buatan semakin meluas
pada berbagai produk pangan, bahkan pemanis buatan dapat langsung dikonsumsi oleh
masyarakat dengan cara menambahkannya kedalam makanan atau minuman sebagai pengganti
gula. Untuk mengatasi permasalahan ini perlunya peraturan yang mengatur jumlah atau batas
dalam penggunaan pemanis buatan. Tabel di bawah ini merupakan pemanis alami dan pemanis
buatan yang dapat digunakan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
033 tahun 2012 yaitu sebagai berikut [4].
Tabel 4. Pemanis Alami (Natural Sweetener)
No Nama INS
Sorbitol (Sorbitol) 4420(i)
1.
Sorbitol Sirup (Sorbitol syrup) 420 (ii)
2. Manitol (Mannitol) 421
3. Isomalt/Isomaltitol (Isomalt/Isomaltitol) 953
4. Glikosida steviol (Steviol glycosides) 960
Maltitol (Maltitol) 965 (i)
5.
Maltitol sirup (Maltitol syrup) 965 (ii)
6. Laktitol (Lactitol) 966
7. Silitol (Xylitol) 967
8. Eritritol (Errthritol) 968

Tabel 5. Pemanis Buatan (Artificial Sweetener)


No Nama INS
1. Asesulfam-K (Acesulfame potassium) 950
2. Aspartam (Aspartame) 951
Asam siklamat (Cyclamic acid) 952 (i)
3. Kalsium siklamat (Calcium cyclamate) 952 (ii)
Natrium siklamat (Sodium cyclamate) 952 (iv)
Sakarin (Saccharin) 954 (i)
Kalsium sakarin (Calcium saccharin) 954 (ii)
6.
Kalium sakarin (Potassium saccharin) 954 (iii)
Natrium sakarin (Sodium saccharin) 954 (iv)
Sukralosa
7. 955
(Sucralose/Trichlorogalactosucrose)
8. Neotam (Neotame) 961

Sebagai syarat utama, keamanan pangan harus dimiliki setiap produk yang beredar di
pasaran. Sehingga untuk menjamin keamanan tersebut dibutuhkan kerjasama antara produsen
industri makanan dengan pemerintah. Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun
1992 pasal 10 menyebutukan bahwa diselenggarakan 15 macam kegiatan sebagai upaya

19
peningkatan dan pemantapan yaitu diantaranya pengamanan makanan dan minuman. Hal tersebut
sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi
persyaratan [16]. Di bawah ini adalah persyaratan atau ketentuan batas penggunaan maksimum
pemanis buatan oleh Badan Standar Nasional Indonesia yaitu sebagai berikut [17].
1. Asesulfam-K
Batas maksimum penggunaan asesulfam-K pada berbagai produk pangan
yang telah diatur oleh CAC yaitu berkisar antara 200-1000 mg/kg produk
[17]. Sementara itu, batas maksimum penggunaan asesulfam-K pada
berbagai produk pangan yang telah diatur oleh CFR yaitu GMP atau CPPB.
Sedangkan batas maksimum penggunaan asesulfam-K pada berbagai
produk pangan yang telah diatur oleh FSANZ yaitu berkisar antara 200
mg/kg – 3.000 mg/kg produk.

Tabel 6. Penggunaan Asesulfam-K

No. Kategori Kategori Pangan Batas Penggunaan


Pangan Maksimum (mg/kg)
01.1.2 Minuman berbasis susu 500
01.2 Susu fermentasi dan 500
susu hasil produk
hidrolisa enzim renin
01.3.1 Susu kental (tawar) 500
01.3.2 Krimmer minuman CPPB
01.4 Krim (tawar) dan CPPB
sejenisnya
01.1.5.1 Susu bubuk dan krim CPPB
bubuk (tawar)
01.6.1 Keju tanpa pemeraman CPPB
(keju mentah)
01.7 Makanan penutup atau 1000
pencuci mulut
berbahan dasar susu
(es susu, pudding,
buah atau yoghurt)
02.3 Emulsi lemak CPPB
02.4 Makanan pencuci 1000
mulut atau penutup
berbasis lemak
03.0 Es sorbet 800
04.1.2.1 Buah beku 500

20
04.1.2.2 Buah kering 500
04.1.2.3 Buah dalam cuka 200
larutan garam dan
minyak
04.1.2.4 Buah dalam kaleng 500
atau dalam botol
04.1.2.5 Jem, jeli, dan 1000
marmalad
04.1.2.6 Produk oles berbasis 1000
buah
04.1.2.7 Buah bergula 500
04.1.2.8 Bahan berbasis buah- 1000
buahan seperti santan
kelapa
04.1.2.9 Makanan pencuci 1000
mulut atau penutup
(dessert)
04.1.2.10 Produk buah CPPB
berfermetasi
04.1.2.11 Buah untuk isi pastry 1000
04.1.2.12 Buah yang dimasak 500
04.2.2.3 Sayuran dan rumput 200
laut dalam minyak,
cuka, dan larutan
garam
04.2.2.4 Sayuran dalam kaleng 350
dan botol
04.2.2.5 Produk oles sayuran 2500
biji-bijian dan kacang-
kacangan
04.2.2.6 Bahan baku dan bubur 350
sayuran, kacang-
kacangan dan biji-
bijian
04.2.2.7 Produk fermentasi CPPB
sayuran
05.1.1 Kakao campuran dan 2500
kakao kue
21
05.1.2 Kakao campuran 2500
(sirup)
05.1.3 Produk oles kakao 2500
05.1.4 Kakao dan produk 1000
coklat
05.1.5 Coklat imitasi 2500
05.2 Kembang gula 2000
05.3 Permen karet 5000
05.4 Dekorasi (untuk fine 500
bakery wares), topping
dan saus manis
06.3 Sereal untuk sarapan 1200

2. Aspartam
Batas maksimum penggunaan aspartam pada berbagai produk pangan
yang telah diatur oleh CAC yaitu berkisar antara 500 mg/kg – 5.500 mg/kg
produk[17]. Sementara itu, batas maksimum penggunaan aspartam pada
berbagai produk pangan yang telah diatur oleh CFR yaitu tidak melebihi
0,5% dari berat bahan yang siap dipanggang. Sedangkan batas maksimum
penggunaan aspartam pada berbagai produk pangan yang telah diatur
oleh FSANZ yaitu berkisar antara 150 mg/kg – 10.000 mg/kg produk.

Tabel 7. Penggunaan aspartam

No. Kategori Kategori Pangan Batas Penggunaan


Pangan Maksimum (mg/kg)
01.1.2 Minuman berbasis 600
susu, beraroma atau
terfermentasi (susu
coklat, kakao, yoghurt)
01.2 Susu fermentasi dan 2000
produk susu hasil
hidrolisa enzim renin
01.3.2 Krimmer minuman CPPB
(krimmer bukan susu)
01.4.1 Krim pasteurisasi CPPB
01.4.2 Krim wipping yang di CPPB
sterilkan di UHT
01.4.3 Krim yang CPPB

22
digumpalkan
01.4.4 Krim tiruan 1000
01.5.1 Susu bubuk dank rim CPPB
bubuk (tawar)
01.5.2 Susu dank rim bubuk 2000
tiruan
01.5.3 Campuran susu dank CPPB
rim bubuk tawar dan
beraroma
01.6.1 Keju tanpa pemeraman CPPB
(keju mentah)
01.6.5 Keju tiruan 1000
01.7 Makanan penutup atau 3000
pencuci mulut
berbahan dasar susu
(es susu, pudding,
buah atau yoghurt
beraroma)
02.3 Emulsi lemak atau CPPB
produk beraroma
emulsi lemak
02.4 Makanan penutup atau 3000
pencuci mulut berbasis
lemak
04.1.2.1 Buah beku CPPB
04.1.2.2 Buah kering 3000
04.1.2.3 Buah dalam cuka, 300
minyak, dan larutan
garam
04.1.2.4 Buah yang di 1000
pasteurisasi dalam
kaleng atau dalam
botol

3. Sakarin
Menurut pernyataan JECFA, sakarin merupakan pemanis yang aman untuk
dikonsumsi oleh manusia dengan ADI sebanyak 5 mg/kg berat badan. FDA
telah menghilangkan kewajiban pelabelan pada produk pangan yang

23
mengandung sakarin sejak bulan Desember tahun 2000. Batas maksimum
penggunaan sakarin pada berbagai produk pangan yang telah diatur oleh
CAC yaitu 80 mg/kg – 5.000 mg/kg produk.

Tabel 8. Penggunaan Sakarin

No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Penggunaan


Maksimum
(mg/kg)
01.1.2 Minuman berbasis susu, 400
beraroma, dan berfermentasi
01.2.1 Susu terfermentasi (tawar) 200
01.2.2 Susu yang digumpalkan CPPB
dengan enzim renin
01.6.1 Keju tanpa pemeraman 100
01.7 Makanan penutup atau 200
pencuci mulut berbahan buah
02.4 Makanan penutup atau 100
pencuci lemak berbahan
lemak
03.0 Es termasuk sherbet dan 300
sorbet
04.1.2.3 Buah dalam cuka, minyak, 160
dan larutan garam
04.1.2.4 Buah yang dipasteurisasi 200
04.1.2.5 Jem, jelly dan marmalad 200
04.1.2.6 Produk oles berbasis buah- 200
buahan
04.1.2.7 Buah bergula 500
04.1.2.8 Bahan baku berbasis buah- 200
buahan
04.1.2.9 Makanan penutup atau 100
pencuci mulut berbasis buah-
buahan
04.2.2.1 Sayuran, kacang-kacangan, 500
dan bijian-bijian beku
04.2.2.2 Sayuran, rumput laut, 500
kacang-kacangan
04.2.2.3 Sayuran dan rumput laut 2000
dalam cuka, minyak, dan
larutan garam
04.2.2.4 Sayuran dalam kaleng dan 500
botol
04.2.2.5 Produk oles sayuran, kacang- 500
kacangan, dan biji-bijian
04.2.2.6 Bahan baku dan bubur 500
sayuran, kacang-kacangan,
dan biji-bijian
24
04.2.2.7 Produk fermentasi sayuran 500
04.2.2.8 Sayuran dan rumput laut 500
yang di masak
05.1.1 Kakao campuran 500
05.2 Kembang gula termasuk 3000
permen keras dan permen
lunak
05.3 Permen karet 3000
05.4 Dekorasi, topping dan saus 500
lainnya
06.5 Makanan penutup berbasis 100
sereal dan pati
07.1.3 Produk bakery lainnya 15
07.2 Produk fine bakery 2000
08.2.1.1 Produk olahan dari daging 500
ungags dan hewan buruan
yang diasapi
08.2.2 Produk olahan dari daging 500
ungags yang dipanaskan
08.3.2 Produk olahan dari daging 500
ungags dan hewan buruan
yang dihancurkan
09.2.4.1 Ikan dan produk ikan yang 500
dimasak

4. Siklamat
Menurut pernyataan JECFA, siklamat merupakan pemanis yang aman
untuk dikonsumsi oleh manusia dengan ADI sebanyak 11 mg/kg berat
badan. Batas maksimum penggunaan siklamat pada berbagai produk
pangan yang telah diatur oleh CAC yaitu 100 mg/kg – 2.000 mg/kg
produk. Negara-negara yang tidak mengizinkan penggunaan siklamat
sebagai bahan pemanis adalah Kanada dan USA.

5. Neotam
Neotam telah disetujui sebagai pemanis dan pecinta rasa oleh FDA dan
FSANZ. Batas maksimum penggunaan neotam pada berbagai produk
pangan yang telah diatur oleh CAC yaitu 2 mg/kg – 50 mg/kg produk
untuk minuman ringan, 6 mg/kg – 130 mg/kg produk untuk roti, 800
mg/kg – 4.000 mg/kg produk untuk sediaan, 5 mg/kg – 50 mg/kg produk
untuk susu, dan 10 mg/kg – 1.600 mg/kg produk untuk permen karet.

Tabel 9. Penggunaan Neotam

No. Kategori Penggunaan Kategori Penggunaan Batas Maksimum


Penggunaan (mg/kg)
01.1.2 Minuman berbasis susu, 15
beraroma, dan berfermantasi
25
01.4.2 Krim whipping 25
02.3 Emulsi lemak 25
04.1.2.5 Jem, jelly dan marmalad 100
04.1.2.8 Bahan baku berbasis buah- 100
buahan
04.1.2.9 Makanan penutup atau 19
pencuci mulut berbasis buah
04.1.2.11 Buah unutk isi pastry 30
05.2 Kembang gula keras 60
05.3 Permen karet 250
05.4 Dekorasi misalnya toping dan 50
saus manis
06.3 Sereal untuk sarapan 46
07.2.1 Cookies 60
1.1.6 Sediaan pemanis buatan CPPB
berintensitas tinggi
14.1.2.1 Jus buah-buahan 25
14.1.4.2 Minuman elektrolit 15
14.1.5 Kopi, the, dan sereal panas 8

6. Silitol
Menurut pernyataan JECFA, silitol merupakan pemanis yang aman untuk
dikonsumsi oleh manusia. Batas maksimum penggunaan siklamat pada
berbagai produk pangan yang telah diatur oleh CAC yaitu 10.000 mg/kg –
30.000 mg/kg produk dan sebagian besar digolongkan sebagai GMP/CPPB.

Tabel 10. Penggunaan Sillitol

No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Penggunaan


Maksimum (mg/kg)
01.1.2 Minuman berbasis susu, CPPB
beraroma, dan berfermentasi
01.2 Susu fermentasi dan produk CPPB
hasil hidrolisa enzim renin
01.3 Susu berevaporasi CPPB
01.4.1 Krim pasteurisasi CPPB
01.5 Susu bubuk dan krim bubuk CPPB
01.6 Keju dan keju tiruan CPPB
02.2.1.1 Mentega dan konsentrat CPPB
tinggi
02.4 Makanan penutup atau CPPB
pencuci mulut berbasis
lemak
03.0 Es sherbet dan sorbet CPPB
04.1.2.2 Buah kering CPPB
04.1.2.5 Jam, jelly dan marmalad CPPB
04.1.2.7 Buah bergula CPPB
04.1.2.9 Makanan penutup atau CPPB
26
pencuci mulut berbasis buah-
buahan
04.1.2.11 Buah untuk isi pastry CPPB
04.2.1.2 Sayuran, kacang-kacangan, CPPB
biji-bijian segar
05.0 Kembang gula CPPB
06.3 Sereal untuk sarapan CPPB
06.4.2 Pasta, mie, dan produk CPPB
sejenisnya
06.5 Makanan penutup berbasis CPPB
sereal dan pati
07.2 Produk fine bakery CPPB
08.1.1 Daging unggas dan hewan CPPB
buruan segar yang dipotong
08.1.2 Daging unggas dan hewan CPPB
buruan segar yang
dihancurkan
09.1 Ikan segar dan produk ikan CPPB
09.2.1 Ikan beku, ikan pengisi, dan CPPB
kerang-kerangan

7. Sorbitol
Menurut pernyataan JECFA, sorbitol merupakan pemanis yang aman
untuk dikonsumsi oleh manusia. Batas maksimum penggunaan siklamat
pada berbagai produk pangan yang telah diatur oleh CAC yaitu 500 mg/kg
– 200.000 mg/kg produk dan sebagian besar digolongkan sebagai
GMP/CPPB.

Tabel 11. Penggunaan Sorbitol

No. Kategori Pangan Kategori Pangan Batas Maksimum


Penggunaan (mg/kg)
01.1.2 Minuman berbasis susu, CPPB
beraroma, atau terfermentasi
01.2 Susu fermentasi dan produk CPPB
susu hasil hidrolisa enzim
renin
01.3 Susu evaporasi atau susu CPPB
kental dan tiruannya
01.4.1 Krim pasteurisasi CPPB
01.5 Susu bubuk dan krim bubuk CPPB
01.6 Keju dan keju tiruan CPPB
02.2.1.1 Mentega dan konsentrat CPPB
mentega
02.4 Makanan penutup atau CPPB
pencuci mulut berbasis lemak
03.0 Es, termasuk sherbet dan CPPB
sorbet
27
04.1.1.2 Buah segar dengan CPPB
permukaan disalut gelasir
atau lilin
04.1.2.2 Buah kering CPPB
04.1.2.5 Jem, jelly dan marmalad CPPB
04.1.2.7 Buah bergula CPPB
04.1.2.9 Makanan penutup atau CPPB
pencuci mulut berbasis buah-
buahan
04.1.2.11 Buah-buahan untuk isi pastry CPPB
04.2.1.2 Sayur-sayura, kacang- CPPB
kacangan, dan biji-bijian
segar yang permukaannya
dilapisi gelasir atau lilin
05.0 Kembang gula CPPB
06.3 Sereal untuk sarapan CPPB
termasuk gandum
06.4.2 Pasta, mie, dan produk CPPB
sejenisnya
06.5 Makanan penutup berbasis CPPB
sereal dan pati
07.2 Produk fine bakery CPPB
08.1.1 Daging unggas dan hewan CPPB
buruan
08.1.2 Daging unggas dan hewan CPPB
buruan yang dihancurkan
09.2.4.1 Ikan dan produk ikan yang CPPB
dimasak

8. Sukralosa
Menurut pernyataan JECFA, sukralosa merupakan pemanis yang aman
untuk dikonsumsi oleh manusia dengan ADI sebanyak 10 mg/kg – 15
mg/kg berat badan. Batas maksimum penggunaan siklamat pada
berbagai produk pangan yang telah diatur oleh CAC yaitu 120 mg/kg –
5.000 mg/kg produk.

Tabel 12. Penggunaan sukralosa


No. Kategori Kategori Pangan Batas Penggunaan Maksimum
Pangan (mg/kg)
01.1.2 Minuman berbasis susu, 300
beraroma, atau berfermentasi
01.2.1.2 Produk susu fermentasi (tawar) 250
01.7 Makanan penutup atau pencuci 400
mulut berbahan dasar susu
02.4 Makanan penutup atau pencuci 250
mulut berbasis lemak
03.0 Es, termasuk sherbet dan sorbet 400
28
04.1.2.1 Buah beku 150
04.1.2.2 Buah kering 150
04.1.2.3 Buah dalam cuka, minyak, dan 150
larutan garam
04.1.2.4 Buah yang di pasteurisasi 450
dalam kaleng maupun botol
04.1.2.5 Jem, jeli, dan marmalad 450
04.1.2.6 Produk oles berbasis buah- 800
buahan
04.1.2.7 Buah bergula 800
04.1.2.8 Bahan baku berbasis buah- 450
buahan
04.1.2.9 Makanan pencuci mulut atau 1250
penutup berbasis buah-buahan
04.1.2.10 Produk buah fermentasi 150
04.1.2.11 Buah-buahan untuk isi pastry 250
04.1.2.12 Buah yang dimasak 150
04.2.2.1 Sayuran, kacang-kacangan, dan 150
biji-bijian beku
04.2.2.2 Sayuran rumput laut, kacang- 150
kacangan, dan biji-bijian kering

Pola atau Langkah Bijak


Salah satu upaya dalam pembangunan nasional yang diselenggarakan di semua bidang
adalah pembangunan kesehatan. Tujuan pembangunan kesehatan ini dapat terciptanya lingkungan
sehat secara adil dan merata seperti pada isi dasar-dasar pengembangan kesehatan. Setiap orang
memiliki hak untuk mendapatkan derajat kesehatan yang tinggi. Sehingga perlu
diselenggarakannya pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan dan seluruh lapisan
masyarakat mulai dari usia anak-anak hingga dewasa. Aspek yang perlu diperhatikan adalah
masalah pangan.
Saat ini industri makanan berkembang dengan sangat pesat seiring dengan berkembangnya
jumlah penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan terhadap makanan
juga akan semakin meningkat baik secara kulitas maupun kuantitas. Hal ini menyebabkan akan
semakin meningkat pula efek negatif yang akan ditimbulkan. Pertumbuhan jumlah penduduk
menyebabkan meningkatnya pertumbuhan pangan, maka juga akan meningkatkan penggunaan zat
kimia yang digunakan untuk meningkatkan pasokan makanan.
Pangan yang dikonsumsi memerlukan bahan tambahan pada proses pengolahannya.
Tujuannya untuk mempertahankan mutu, menarik dengan rasa yang enak, konsistensi yang baik,
rupa, mencegah rusaknya pangan saat disimpan, serta memberikan tampilan yang baik sehingga
menarik perhatian konsumen. Salah satu program untuk mengawasi penggunaan BTP (pemanis)
adalah dengan melakukan kegiatan pengawasan keamanan Pangan Jajan Anak Sekolah (PJAS)
melalui program Jejaring Keamanan Pangan Nasional. PJAS yang aman adalah salah satu hal
yang paling penting mengenai asupan gizi karena berkontribusi terhadap perkembangan mental
dan fisik anak Indonesia [13]. Berdasarkan data hasil survey Badan POM RI terhadap Pangan
Jajan Anak Sekolah (PJAS) dari 866 SD/MI di 30 kota besar di Indonesia menyebutkan bahwa
dari 4.080 sampel PJAS 35,46% atau sebanyak 1.705 tidak memenuhi syarat mutu pangan. Dari
29
3.925 sampel produk PJAS ditemukan sebanyak 421 (10,37%) mengandung siklamat yang
melebihi batas persyaratan, 0,25% atau 10 mengandung asesulfam K yang melebihi batas
persyaratan, dan 0,13% atau 5 sampel mengandung sakarin yang juga melebihi batas pesyaratan
[9]. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa saat ini penggunaan pemanis buatan yang
melebihi batas persyaratan masih banyak dilakukan oleh para penjual.
Keamanan dalam menggunakan pemanis buatan sangat dibutuhkan. Untuk menyikapi hal
ini perlunya langkah bijak sebagai konsumen untuk lebih berhati-hati dalam memilih dalam
membeli produk pangan dan minuman yang dikonsumsi. Mengingat masih banyaknya para
pedagang atau industi makanan yang menggunakan pemanis buatan yang berlebihan. Sehingga
memilih bahan yang tidak mengandung bahan tambahan adalah pilihan yang tepat [1]. Selain itu,
merupakan kewajiban pemerintah untuk mensosialisasikan kepada seluruh masyarakat mengenai
aspek keamanan pemanis buatan terutama kepada masyarakat yang awam terhadap hal ini.
Sehingga melalui sosialisasi ini dapat membantu masyarakat dalam mempertimbangkan memilih
produk pangan yang aman dikonsumsi [2].
Selain langkah bijak diatas ada pula beberapa langkah bijak yang dapat kita lakukan, yakni
sebagai berikut [18].
a. Bagi orang yang sedang menurunkan berat badan atau diet dapat memilih untuk membatasi
asupan energi makanan mereka dengan mengganti gula atau sirup jagung berenergi tinggi
dengan pemanis lain yang sedikit atau makanan yang tidak mengandung energi sama sekali.
Hal ini dapat memungkinkan mereka untuk makan makanan yang sama seperti biasanya,
sementara memungkinkan mereka untuk menurunkan berat badan dan menghindari masalah
lain yang terkait dengan berlebihan asupan kalori.
b. Perawatan pada gigi dapat dilakukan dengan cara memilih jenis pemanis yang lebih aman dan
tidak menimbulkan kerusakan pada gigi. Contoh pemanis yang bisa digunakan untuk
kesehatan gigi adalah xylitol. Xylitol berfungsi untuk mencegah bakteri menempel pada
permukaan gigi, sehingga mencegah pembentukan plak dan akhirnya membusuk. Karbohidrat
dan gula yang dikonsumsi biasanya melekat enamel gigi. Sehingga hal tersebut dapat
dijadikan sebagai sumber makanan bagi bakteri. Bakteri yang memakan gula kemudian
mereka mengubahnya menjadi limbah asam yang masuk dan meluruhkan struktur gigi. Xylitol
tidak bisa difermentasi oleh bakteri ini, jadi bakteri mengalami kesulitan untuk berkembang
membantu mencegah pembentukan plak.
c. Bagi penderita diabetes yang mengalami kesulitan mengatur level gula darah mereka dapat
membatasi asupan gula mereka dengan pemanis buatan. Pengganti gula akan melakukan
pelepasan energi, tetapi dimetabolisme lebih lambat sehingga memungkinkan kadar gula
darah tetap stabil dari waktu ke waktu.
d. Individu dengan hipoglikemia reaktif akan menghasilkan insulin yang berlebih setelah
menyerap glukosa ke dalam aliran darah. Ini menyebabkan kadar glukosa darah mereka turun
di bawah jumlah yang dibutuhkan untuk tubuh dan otak. Akibatnya, seperti penderita diabetes,
mereka harus menghindari asupan makanan glisemik tinggi dan sering memilih pemanis
buatan sebagai alternatif.
e. Menghindari makanan olahan dengan cara memilih untuk menggantikan gula putih halus
dengan gula yang kurang diproses, seperti buah jus atau sirup maple.

30
Daftar Rujukan

[1] R. D. Ratnani, “Bahaya bahan tambahan makanan bagi kesehatan,” Momentum, vol. 5, no. 1,
pp. 16–22, 2009.
[2] I. Ambarsari, “Penerapan standar penggunaan pemanis buatan pada produk pangan,” J.
Stand., vol. 11, no. 1, pp. 46–56, 2009.
[3] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SMP/MTs Kelas
VIII. Jakarta: Balitbang, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2017.
[4] Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Permenkes ttg BTP.pdf. Indonesia, 2012.
[5] Kementerian Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
722/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan. 1988.
[6] T. Jain and K. Grover, “Sweeteners in Human Nutrition,” Int. J. Heal. Sci. Res., vol. 5, no. 5,
pp. 439–451, 2015.
[7] R. Kaur, S. Sharma, and U. K. Jain, “A critical review on natural and artificial sweeteners,”
Pharm. Chem. J., vol. 3, no. 1, pp. 21–29, 2016.
[8] S. Chaudhary, “The Unbiased Thruth Artificial Sweeteners,” Int. J. Clin. Biomed Res., vol. 2,
no. 1, pp. 38–40, 2015.
[9] A. Jami, Y. Sabilu, and S. Munandar, “Gambaran Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan
Identifikasi Kandungan Pemanis Buatan Siklamat Pada Pedagang Jajanan Es Di Kecamatan
Kadia Kota Kendari Tahun 2017,” J. Ilm. Mhs. Kesehat. Masy., vol. 2, no. 6, pp. 1–11, 2017.
[10] R. J. Brown, M. A. De Banate, and K. I. Rother, “Artificial Sweeteners : A Systematic
Review of Metabolic Effects in Youth,” Int. J. Pediatr Obes, vol. 5, no. 4, pp. 305–312,
2010, doi: 10.3109/17477160903497027.Artificial.
[11] W. Cahyadi, Analisis dan Aspek Kesehatan: Bahan Tambahan Pangan Edisi Kedua. Jakarta:
Bumi Aksara, 2012.
[12] A. Periyasamy, “Artificial Sweeteners,” Int. J. Res. Rev., vol. 6, no. 1, pp. 120–128, 2019.
[13] F. Zeynep and Ş. Türko, “Determination of the effects of some artificial sweeteners on
human peripheral lymphocytes using the comet assay,” J. Toxicol. Enviromental Heal. Sci.,
vol. 6, no. 8, pp. 147–153, 2014, doi: 10.5897/JTEHS2014.0313.
[14] P. Humphries, E. Pretorius, and H. Naude, “Direct and indirect cellular effects of aspartame
on the brain,” Eur. J. Clin. Nutr., vol. 62, pp. 451–462, 2008, doi: 10.1038/sj.ejcn.1602866.
[15] C. R. Whitehouse, J. Boullata, and L. A. McCauley, “The potential toxicity of artificial
sweeteners.,” AAOHN J., vol. 56, no. 6, pp. 251–259, 2008.
[16] Y. Utomo, A. Hidayat, M. Dafip, and F. A. Sasi, “STUDI HISTOPATOLOGI HATI
MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI PEMANIS BUATAN,” J. MIPA, vol. 35,
no. 2, pp. 122–129, 2012.
[17] Badan Standar Nasional Indonesia, Bahan tambahan pangan pemanis buatan - Persyaratan
penggunaan. 2004.
[18] A. Madar, “ARTIFICIAL SWEETENERS VERSUS NATURAL SWEETENERS,” vol. 7,
no. 1, 2014.

31
Daftar Rujukan Gambar

X[6] T. Jain and K. Grover, “Sweeteners in Human Nutrition,” Int. J. Heal. Sci. Res., vol. 5, no. 5,
pp. 439–451, 2015.
[12] A. Periyasamy, “Artificial Sweeteners,” Int. J. Res. Rev., vol. 6, no. 1, pp. 120–128, 2019.

32

Anda mungkin juga menyukai