Anda di halaman 1dari 10

Zat Aditif

Zat aditif adalah zat yang ditambahkan ke suatu produk makanan atau minuman,
yang dimaksudkan untuk mempercantik dan memperpanjang masa penyimpanannya. Zat
aditif yang paling umum digunakan oleh masyarakat adalah garam, gula, cuka, dan
rempah-rempah, atau yang biasa kita kenal dengan sebutan bumbu dapur. Dari jenisnya,
sebenarnya zat aditif itu terbagi menjadi 2 macam, zat aditif alami dan zat aditif
buatan(sintetis).

 Bahan Pewarna

Zat aditif bahan pewarna biasanya digunakan untuk mempercantik dan


memperkuat warna suatu makanan atau minuman. Hal ini diperlukan karena terkadang
warna bahan yang dipakai sebagai bahan baku dapat luntur ketika dilakukan proses
pengolahan. Makanya bahan pewarna diperlukan dan dipakai dalam industri makanan dan
minuman.

 Pemanis

Sudah jelas, bahan ini digunakan untuk memberikan rasa manis kepada makanan atau
minuman. Nah yang termasuk pemanis alami contohnya gula tebu, gula aren atau gula
merah, dan gula kelapa. Gula menjadi manis
karena di dalamnya terdapat senyawa sukrosa
yang memberikan rasa manis kepada lidah.

Tetapi gula alami mengandung kalori yang


tinggi dan tidak bisa dinikmati oleh orang yang
menderita penyakit diabetes melitus. Sehingga
diciptakan gula sintetis yang rendah kalori dan dapat dinikmati oleh penderita diabetes,
misalnya aspartam, sakarin, atau siklamat.

 Pengawet

Pengawetan tujuannya adalah untuk memperpanjang kondisi penyimpanan makanan.


Hal ini disebabkan karena tidak mungkin suatu bahan makanan tidak mengalami proses
pembusukan. Pembusukan tersebut bisa terjadi karena berbagai macam hal, misalnya
bakteri dan jamur, serangan tikus, atau karena zat di produk itu sendiri, misalnya
pembusukan yang terjadi pada buah dan sayur.

Pengawetan paling alami dan sederhana


adalah membungkus bahan mentah dengan bumbu
yang tebal, seperti rendang misalnya. Rendang
dapat bertahan hingga +- 3 bulan, yang penting
dipanaskan setiap hari. Selain itu, BPOM (Badan
Pengawasan Obat dan Makan) mengeluarkan daftar
pengawet sintetis yang dapat dipakai suatu produk
di Indonesia, berikut adalah daftarnya

Pengawet buatan yang diijinkan oleh BPOM


 Penyedap rasa

Bahan ini digunakan untuk memberikan rasa yang berbeda kepada suatu makanan,
misalnya rasa asin dari garam, asam dari perasan jeruk, kegurihan dari air rebusan kaldu
ayam atau sapi. Itu adalah sebagian bahan penyedap rasa yang alami dan bisa di dapatkan
di dapur rumah serta tempat perbelanjaan.

Tetapi, ketenaran semua penyedap alami tersebut kalah oleh penyedap sintetis berikut ini.
Karena saking enaknya penyedap rasa sintetis ini, masyarakat terkadang memandang
penyedap sintetis ini sangat berbahaya. Monosodium Glutamat, MSG, atau kalian lebih
mengenal penyedap rasa buatan ini dengan nama MECIN.

 Zat Pemberi Aroma

Aroma dari makanan dapat meningkatkan selera kita, sehingga sering kali zat pemberi
aroma ditambahkan pada makanan maupun minuman. Pada minuman berperisa buah,
misalnya, zat aroma juga digunakan agar menyerupai jus buah alami. Pemberi aroma yang
terbuat dari senyawa sintetis juga disebut dengan essens. Beberapa essens yang sering
digunakan memiliki aroma apel, pisang, nanas, dan anggur.
 Zat Pengental

Tekstur makanan menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan pula. Terkadang, kita
perlu mengentalkan makanan supaya lebih menarik. Zat pengental adalah bahan tambahan
yang digunakan untuk menstabilkan, melekatkan, dan mengentalkan bahan makanan yang
dicampur air. Contoh-contoh pengental alami adalah pati, gelatin, dan agar-agar.

 Zat Pengemulsi

Jenis zat aditif yang terakhir adalah pengemulsi. Pengemulsi adalah bahan tambahan yang
dapat mempertahankan penyebaran lemak dalam air dan sebaliknya. Contoh zat
pengemulsi adalah lesitin yang digunakan pada mayones dan mentega.

 Keuntungan zat aditif

Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari penggunaan zat aditif, di antaranya
sebagai berikut.

1. Sebagai bahan pengawet makanan, sehingga makanan dapat bertahan lebih lama,
misalnya natrium benzoat, asam benzoat, asam asetat, asam propionat, natrium nitrit,
dan garam dapur.

2. Sebagai bahan pemanis, misalnya gula aren, gula pasir, madu, sakarin, aspartam,
siklamat, dan sorbitol.
3. Zat pewarna, sehingga makanan dapat memiliki warna yang menarik. Zat pewarna
dapat diperoleh dari zat pewarna alami, misalnya kunyit, wortel, dan daun suji.
Sedangkan zat pewarna sintetis, misalnya rhodamin B dan methanil yellow.

4. Zat penyedap rasa misalnya Monosodium Glutamat (MSG).

5. Zat pemberi aroma, sehingga makanan memiliki aroma tertentu sebagai daya tarik,
misalnya etil butirat, metil butirat, oktil asetat, minyak atsiri, daun jeruk, dan serai.

6. Antioksidan yang berperan sebagai penghambat, penunda, atau pencegah terjadinya


kerusakan oksidasi dalam makanan. Misalnya, lesitin, vitamin C, vitamin E, butil
hidroksianisol (BHA), askorbil palmitat, dan butil hidroksitoluen (BHT).

7.  Zat pengemulsi dan pengental

 Dampak negatif penggunaan zat aditif

Zat aditif yang masuk ke dalam tubuh akan menghasilkan dampak negatif apabila
dikonsumsi terlalu banyak atau terlalu sering.

Dampak negatif penggunaan zat aditif sebagai berikut.

1. Terganggunya fungsi organ pencernaan

2. Merusak paru-paru, jantung, dan sistem saraf

3. Mengakibatkan mual, muntah, tidak nafsu makan, dan diare

4. Menyebabkan kanker, mutasi genetik, alergi, dan perlukaan lambung

5. Kerusakan pada kromosom


Zat Adiktif

Zat adiktif adalah zat yang menimbulkan ketagihan dan ketergantungan. Salah satu
jenis zat adiktif adalah narkoba. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika,
psikotropika, dan obat terlarang.

 Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, dan
menyebabkan ketergantungan bagi penggunanya. 

Narkotika sendiri dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan potensi dalam


menyebabkan ketergantungan. Golongan I sangat berbahaya dan tidak digunakan dalam
pengobatan. Contohnya seperti marijuana (ganja), heroin (putaw), dan kokain.

Golongan II juga berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan, namun dapat


digunakan dalam pengobatan sebagai pilihan terakhir. Contohnya seperti morfin, petidin,
dan metadon. Jenis ini tidak diperjual-belikan secara bebas dan harus sesuai resep serta
pengawasan dokter.

Narkotika golongan III cukup rendah menimbulkan ketergantungan. Jenis ini telah
banyak digunakan dalam pengobatan. Contohnya adalah kodein. Meski demikian,
penggunaannya harus sesuai resep dan di bawah pengawasan dokter.
 Psikotropika

Psikotropika merupakan obat yang berkhasiat psikoaktif yang memengaruhi


mental dan perilaku seseorang, misalnya orang yang sulit tidur, bila meminum obat tidur
(golongan psikotropika) dapat menyebabkan tidur nyenyak. Penggunaan psikotropika
harus sesuai dengan resep dokter. 

Jenis psikotropika terbagi menjadi empat golongan. Golongan pertama


menyebabkan efek ketergantungan yang sangat kuat. Contohnya adalah ekstasi/MDMA
(metil dioksi metamfetamin), LSD (Lysergic acid diethylamide), dan STP/DOM
(dimetoksi alpha dimetilpenetilamina).

Psikotropika golongan II dapat menyebabkan efek ketergantungan yang kuat.


Beberapa contoh psikotropika golongan II ialah amfetamin, metamfetamin, fensiklidin,
dan ritalin. Golongan ini dapat digunakan sebagai obat, namun dalam jumlah yang sangat
terbatas.

Beralih ke golongan III, psikotropika jenis ini telah banyak digunakan dalam
pengobatan dan dapat menimbulkan efek ketergantungan yang sedang. Misalnya
pentobarbital dan flunitrazepam.

Psikotropika Golongan IV berpotensi ringan menimbulkan efek kecanduan dan


sudah sangat luas digunakan sebagai obat. Contohnya adalah diazepam, klobazam,
fenobarbital, barbital, lorazepam, dan nitrazepam yang digunakan sebagai obat tidur. 
 Zat psikoaktif lainnya

Selain narkotika dan psikotropika, masih banyak zat psikoaktif lainnya. Zat-zat ini
berpengaruh terhadap kerja sistem saraf pusat jika disalahgunakan atau dikonsumsi dalam
jumlah besar dan dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Contohnya seperti alkohol yang terkandung dalam minuman keras, nikotin yang
terkandung dalam rokok, dan kafein yang terkandung dalam kopi.

 Kelebihan penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika dalam Bidang Kesehatan

Sebenarnya zat adiktif dan psikotropika bermanfaat dalam bidang kesehatan, tetapi
dalam dosis yang wajar dan sesuai dengan kebutuhan pengobatan. Penggunaan zat adiktif
dan psikotropika yang berlebihan dan tidak sesuai dosis dapat menyebabkan dampak-
dampak negatif, seperti yang telah dijelaskan pada uraian sebelumnya. Berikut ini zat
adiktif dan psikotropika yang digunakan dalam bidang kesehatan.

1. Zat Stimulan

Zat stimulan adalah zat yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta
kesadaran sehingga kemam- puan beraktivitas akan meningkat selama beberapa jam.

Jenis zat stimulan, antara lain kafein, kokain, dan amfetamin. Contoh zat stimulan yang
sekarang disalahgunakan adalah shabu-shabu dan ekstasi.
2. Zat Depresan

Dalam bidang kedokteran, zat depresan adalah zat yang menekan sistem saraf pusat dan
mengurangi aktivitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa
membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Kelebihan dosis zat ini dapat
mengakibatkan kematian. Jenis zat adiktif depresan, antara lain opioda dan berbagai
turunannya, seperti morfin dan heroin. Contoh yang populer adalah putaw.

3. Zat Narkotika

Dalam bidang kedokteran zat narkotika digunakan sebagai zat analgesik kuat yang dapat
menghilangkan rasa nyeri dalam pembedahan. Zat yang termasuk kelompok narkotika
adalah ganja, opium, dan kokain.

4. Alkohol

Di bidang kesehatan, alkohol digunakan sebagai zat desinfektan. Zat desinfektan adalah
zat yang digunakan untuk membunuh kuman dan bakteri. Alkohol juga dipakai untuk
mencuci alat-alat kedokteran.

 Kekurangan dari zat adiktif

1. Dehidrasi

Penyalahgunaan zat tersebut bisa menyebabkan keseimbangan elektrolit berkurang.


Akibatnya badan kekurangan cairan. Jika efek ini terus terjadi, tubuh akan kejang-kejang,
muncul halusinasi, perilaku lebih agresif, dan rasa sesak pada bagian dada. Jangka panjang
dari dampak dehidrasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada otak.

2. Halusinasi

Halusinasi menjadi salah satu efek yang sering dialami oleh pengguna narkoba seperti
ganja. Tidak hanya itu saja, dalam dosis berlebih juga bisa menyebabkan muntah, mual,
rasa takut yang berlebih, serta gangguan kecemasan. Apabila pemakaian berlangsung
lama, bisa mengakibatkan dampak yang lebih buruk seperti gangguan mental, depresi,
serta kecemasan terus-menerus.
3. Menurunnya Tingkat Kesadaran

Pemakai yang menggunakan obat-obatan tersebut dalam dosis yang berlebih, efeknya
justru membuat tubuh terlalu rileks sehingga kesadaran berkurang drastis. Beberapa kasus
si pemakai tidur terus dan tidak bangun-bangun. Hilangnya kesadaran tersebut membuat
koordinasi tubuh terganggu, sering bingung, dan terjadi perubahan perilaku. Dampak
narkoba yang cukup berisiko tinggi adalah hilangnya ingatan sehingga sulit mengenali
lingkungan sekitar.

4. Kematian

Dampak narkoba yang paling buruk terjadi jika si pemakai menggunakan obat-obatan
tersebut dalam dosis yang tinggi atau yang dikenal dengan overdosis. Pemakaian sabu-
sabu, opium, dan kokain bisa menyebabkan tubuh kejang-kejang dan jika dibiarkan dapat
menimbulkan kematian. Inilah akibat fatal yang harus dihadapi jika sampai kecanduan
narkotika, nyawa menjadi taruhannya.

5. Gangguan Kualitas Hidup

Bahaya narkoba bukan hanya berdampak buruk bagi kondisi tubuh, penggunaan obat-
obatan tersebut juga bisa mempengaruhi kualitas hidup misalnya susah berkonsentrasi saat
bekerja, mengalami masalah keuangan, hingga harus berurusan dengan pihak kepolisian
jika terbukti melanggar hukum.

Anda mungkin juga menyukai