IPA6
BAB 6 – Zat Aditif dan Zat Adiktif
Pewarna
Pemanis
Zat Aditif
Pengawet
Zat Aditif
Penyedap
dan Adiktif
Zat Adiktif
Zat Adiktif
Psikotropika
A. ZAT ADITIF
Zat Aditif adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan dengan tujuan
tertentu.
Namun, penambahan zat tersebut tidak boleh bertujuan untuk menipu
konsumen ataupun berdampak menurunkan nilai gizi.
Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus memiliki sifat sebagaib
berikut :
o Memperbaiki kualitas atau gizi makanan
o Membuat makanan tampak lebih menarik
o Meningkatkan cita rasa makanan
o Membuat makanan lebih tahan lama
Zat aditif ada 2 jenis yaitu, zat aditif alami dan zat aditif buatan.
Zat aditif alami biasanya berasal dari tumbuh-tumbuhan
Zat aditif buatan adalah zat aditif yang dibuat di industri untuk kebutuhan
khusus.
1. PEWARNA
Zat pewarna dapat dibedakan menjadi 2 yaitu, zat pewarna alami, dan zat
pewarna buatan.
Zat pewarna alami berasal dari alam. Contohnya : Daun jati dan bit untuk
pewarna merah, wortel dan kunyit untuk pewarna kuning, kakao dan gula
merah untuk warna coklat, daun suji untuk warna hijau, dan merang untuk
warna hitam.
Keuntungan zat pewarna buatan adalah lebih banyak, mudah disimpan, dan
lebih tahan lama.
Zat pewarna buatan yang bukan untuk makanan (pewarna tekstil) tidak
boleh digunakan untuk makanan karena bersifat karsinogen (menyebabkan
penyakit kanker).
Beberapa pewarna makanan buatan :
a. Zat pewarna merah : carmoisine, amaranth, dan erythrosine.
b. Zat pewarna kuning : sunset yellow FCF, dan tartazine.
c. Zat pewarna hijau : fast green FCF
d. Zat pewarna biru : brilliant blue FCF, dan indigo carmine.
e. Zat pewarna ungu : violet GB, dan benzyl violet
2. PEMANIS
Bahan pemanis berfungsi sebagai penambah rasa manis pada makanan dan
minuman.
Pemanis terbagi menjadi 2 yatiu pemanis alami dan bahan pemanis buatan.
Pemanis alami biasanya berasal dari tumbuhan seperti kelapa, tebu, dan
aren, bisa juga diperoleh dari buah-buahan dan madu.
Pemanis alami berfungsi sebagai penghasil energi. Namun, jika kita
mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami resiko
kegemukan.
Pemanis buatan tidak bisa dicerna oleh tubuh, sehingga tidak dapat
menghasilkan energi. Kelebihan pemanis buatan akan menyebabkan
penyakit diabetes melitus (kencing manis).
Contoh pemanis buatan :
o Siklamat, memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan sukrosa
(gula)
o Aspartam, memiliki kemanisan 200 kali lebih tinggi dibanding dengan
sukrosa
o Dulsin, memiliki kemanisan 250 kali lebih tinggi dibanding dengan
sukrosa
o Sakarin, memiliki kemanisan 300 kali lebih tinggi dibanding sukrosa
Penggunaan pemanis buatan terlalu banyak justru akan menyebabkan
makanan terasa pahit, dan juga merangsang terjadinya tumor pada bagian
kandung kemih.
3. PENGAWET
Zat pengawet adalah zat yang sengaja ditambahkan pada makanan dan
minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan
rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat
membusuk atau terkena bakteri/jamur/mikroorganisme lainnya.
Dalam makanan atauminuman yang dijual di pasaran biasanya tercantum
tanggal kadaluarsanya (expiry date). Jika melebihi tanggal tersebut, maka
makanan atau minuman sudah tidak layak konsumsi (sudah kadaluarsa).
Bahan pengawet alami yang sering digunakan : garam (biasanya untuk ikan),
gula (untuk buah-buahan; manisan buah), cuka (untuk sayur-sayuran;
asinan atau acar). Gula, garam, dan cuka dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada bahan makanan tersebut.
Pengawet sintetis :
o Natrium nitrat (NaNO3), digunakan untuk pengawetan agar daging tetap
berwarna merah, biasanya untuk sosis, kornet, atau bakso.
o Natrium propionat dan kalium propionat, digunakan untuk mengawetkan
roti dan kue kering.
o Natrium benzoat, unutk mengawetkan minuman ringan (soft drink /
minuman karbonasi), margarin, dan jus buah (agar rasanya tetap segar).
o Asam fosfat, ditambahkan dalam minuman penyegar
o Asam askorbat dan asam sitrat, ditambahkan dalam makanan yang
digoreng untuk mencegah adanya oksidasi dari bahan makanan
Beberapa pengawet yang tidak boleh digunakan dalam makanan :
o Formalin. Biasa dipakai untuk mengawetkan mayat atau hewan yang
sudah mati. Konsumsi formalin yang terkandung pada makanan dapat
menyebabkan iritasi lambung dan kanker.
o Boraks. Bersifat disinfektan atau efektif dalam menghambat
pertumbuhan mikroorganisme penyebab membusuknya makanan.
Namun, boraks hanya boleh digunakan untuk industri non pangan,
seperti pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu dan keramik.
Konsumsi boraks dalam makanan akan menyebabkan kematian jika
terdapat 3-6 gram boraks di ginjal.
4. PENYEDAP
Bahan penyedap alami : berbagai macam rempah seperti cengkeh, pala,
merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dsb.
Penyedap buatan : monosodium glutamate (MSG). MSG biasanya
ditambahkan pada bahan makanan yang mengandung protein seperti
daging, ikan, dan sayuran.
Zat penyedap yang berfungsi untuk menambahkan rasa dan aroma seperti :
o Amil asetat, memberikan aroma pisang
o Oktil asetat, memberikan aroma jeruk
o Amil valerat, memberikan aroma apel
o Etil butirat, memberikan aroma nanas
o Metilsalisilat, memberikan aroma minyak ganda pura
o Propil asetat, memberikan aroma pir
2. PSIKOTROPIKA
Menurut undang-undang Nomor 5 tahun 1997, psikotropika adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika terbagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. Golongan I
Hanya digunakan dengan tujuan untuk ilmu pengetahuan, dan tidak
digunakan dalam terapi serta memiliki potensi kuat untuk
mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Contoh : bromanfetamin, meskalin, psilosibin.
b. Golongan II
Berkhasiat sebagai obat dan dapat digunakan dalam terapi dan tujuan
ilmu pengetahuna, serta memiliki potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan.
Contoh : metamfetamin, deksamfetamin, fenetilin.
c. Golongan III
Berkhasiat sebagai obat dan banyak digunakan dalam terapi dan tujuan
ilmu pengetahuan serta memiliki potensi sedang untuk mengakibatkan
sindrom ketergantungan.
Contoh : amobarbital, pentazosin, glutetimid.
d. Golongan IV
Berkhasiat sebagai obat dan sangat luas digunakan dalam terapi dan
tujuan ilmu pengetahuan serta memiliki potensi ringan untuk
mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Contoh : barbital, diazepam, nitrazepam.
Zat adiktif golongan psikotropika terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Stimulan
Zat adiktif yang merangsang sistem saraf pusat. Pengguna merasa lebih
bertenaga dan riang gembira setelah mengonsumsinya.
Contoh : nikotin, kafein, kokain.
b. Depresan
Zat adiktif yang bersifat menurunkan kesadaran. Pengguna akan
mengantuk dan kemudian tertidur setelah mengonsumsinya.
Contoh : barbiturat atau obat tidur (banyak dipakai oleh orang depresi)
c. Halusinogen
Zat adiktif yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, sehingga
pengguna mengalami halusinasi dengan melihat atau mendengar
sesuatu hal yang tidak nyata.
Contoh : LSD (lysergic acid diethylamide)