Anda di halaman 1dari 16

PEMBUKTIAN KANDUNGAN BORAKS DALAM

MAKANAN SEHARI-HARI

Bernadette Benedicta / 04
Filadelfia Klara / 07
Octavianus William / 16

SMA CHARITAS
Jl. Mawar Indah No. 75, Lebak Bulus, Cilandak
Jakarta Selatan 12440
2017

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkatNya, proses
percobaan dapat berjalan dengan lancar dan makalah ini dapat tersusun. Kami juga
berterimakasih kepada Ibu Katherine atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk
bekerja sama dalam menyusun makalah ini. Juga atas kesediaan beliau dalam
mendampingi kami. Serta kepada sumber-sumber dari internet yang merupakan salah satu
penyedia informasi.

Makalah mengenai Pembuktian Kandungan Boraks Dalam Makanan ini telah kami
susun sebaik mungkin, dan telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, kami berterimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
tentu masih banyak kesalahan susunan kata dan tata bahasa. Maka, dengan tangan terbuka
kami akan menerima kritik dan saran dari pembaca.

Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Dan
dapat menambah pengetahuan serta informasi para pembaca.

Tim Penulis.

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Akhir-akhir ini, semakin marak makanan yang beraneka ragam. Dari jajanan
pinggir jalan hingga makanan berat. Bentuk, rupa, serta warnanya tentu menggugah
selera. Rasanya juga tentu nikmat. Namun, belum tentu sehat dan bergizi. Bahkan,
mungkin makanan yang kita konsumsi sehari-hari belum tentu sehat, dan mungkin kita
tidak tahu bahwa makanan yang terlihat menjanjikan tersebut bebas dari komponen-
komponen yang tidak baik bagi tubuh.
Sebagai upaya untuk menekan kerugian, seringkali ditemui penjual makanan yang
tidak bertanggung jawab. Demi meraup keuntungan yang banyak, oknum-oknum tidak
bertanggung jawab tersebut kerap menambahkan bahan-bahan yang tidak seharusnya.
Bahan-bahan tersebut murah, terjangkau, dan memberi efek bagi fisik makanan
tersebut. Dan mempengaruhi rasa, juga teksturnya.
Salah satu bahan yang sering ditemukan dalam makanan sehari-hari yaitu boraks.
Suatu senyawa yang termasuk senyawa yang termasuk ilegal apabila dicampurkan
dalam makanan. Dampak dari senyawa itu amat buruk hingga dapat menyebabkan
kematian. Bahkan penggunaannya sebagai penyedap makanan telah dilarang oleh
pemerintah.
Bahan berbahaya tersebut telah menyebar di masyarakat, dan mudah didapat serta
terjangkau. Namun, belum banyak masyarakat yang sadar akan adanya senyawa
tersebut dalam makanan yang dikonsumsi. Selain itu, masyarakat juga tidak
mengetahui dampak apa yang akan disebabkan oleh boraks. Banyak juga yang tahu,
namun meremehkan persoalan tersebut.
Untuk mencegah dampak yang semakin meluas, alangkah baiknya apabila
masyarakat mengerti cara membedakan makanan yang pantas dan tidak pantas
dikonsumsi. Dan menyadarkan masyarakat akan dampak yang akan disebabkan oleh
boraks. Sehingga dapat meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat akan kesehatan,
serta tingkat kesehatan masyarakat itu sendiri.
Maka, kami telah melakukan percobaan untuk menguji kandungan boraks di
makanan yang biasa disantap sehari-hari. Untuk membuktikan ada atau tidaknya
senyawa berbahaya tersebut dalam makanan, serta apa efeknya apabila dikonsumsi

3
secara terus menerus. Karena banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui akan
adanya boraks dalam makanan. Agar pembaca semakin cerdik dalam memilih
makanan yang akan dikonsumsi, dan dapat menguji makanan tersebut dengan cara
yang amat mudah dan simpel.

1.2 Rumusan Masalah


 Untuk tujuan apakah para penjual makanan tersebut mencampurkan boraks ke
dalam makanan?
 Makanan apa sajakah yang biasanya mengandung boraks?
 Bagaimanakah efek yang disebabkan boraks terhadap tubuh?
 Bagaimana cara membuktikan kandungan boraks yang ada di makanan?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Mencegah semakin maraknya penggunaan boraks dalam makanan.
2) Berbagi informasi kepada masyarakat akan bahayanya boraks bagi tubuh.
3) Meningkatkan pengetahuan pembaca akan menjaga kesehatan.
4) Menjelaskan cara untuk membedakan makanan yang mengandung dan tidak
mengandung boraks.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Boraks / Sodium Tetraborate

2.1.1 Pengertian Boraks

Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama


kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan
jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3).
Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat
antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini haram digunakan
untuk makanan (Cahyadi, 2008).

Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut :


jarak lebur sekitar 171oC. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5
bagian gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. Kelarutan dalam air bertambah
dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. Mudah menguap
dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000 C yang
secara perlahan berubah menjad asam metaborat (HBO2). Asam borat merupakan
asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83
berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak
berbau serta agak manis (Khamid, 2006).

2.1.2 Karakteristik Boraks

Boraks atau Natrium tetraborat memiliki berat molekul 381,37. Rumus


molekul Na2B4O7.10H2O. Pemeriannya berupa hablur transparan tidak berwarna
atau serbuk hablur putih; tidak berbau. Kelarutan boraks yaitu larut dalam air;
mudah larut dalam air mendidih dan dalam gliserin; tidak larut dalam
etanol. (Ditjen POM, 1995).

5
Gambar 1. Rumus Bangun Boraks-anhidrat (NaB4O7)

2.1.3 Legalitas Boraks

Pemerintah melarang penggunaan boraks pada makanan. Penggunaan boraks


secara rinci diatur dan dibatasi oleh UU Kesehatan dan Keselamatan Nasional.

2.1.4 Peraturan Menyangkut Boraks

 Pemerintah telah melarang penggunaan boraks sebagai bahan makanan per Juli
1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI No
733/Menkes/Per/IX/1988.
 Boraks juga telah dimasukkan sebagai bahan tambahan yang dilarang
(PERMENKES NO. 722/Menkes/Per/IX/1988 dan revisinya
pada No.1168/Menkes/Per/X/1999) yang mengatur penggunaan Bahan Tambahan
Pangan (BTP) yang di dalamnya ada 27 golongan BTP.
 Pelarangan boraks oleh pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) melalui UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan.

2.1.5 Efek Mengonsumsi Boraks

Efek negatif dari penggunaan boraks dalam pemanfaatannya yang salah


pada kehidupan dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan manusia. Boraks
memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem metabolisme manusia
sebagai halnya zat-zat tambahan makanan lain yang merusak kesehatan manusia.

Mengonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat


buruk, namun sifatnya terakumulasi (tertimbun) sedikit-demi sedikit dalam organ
hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga
dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil
akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat.

6
Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga menganggu
alat reproduksi pria.

Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan


otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam,
anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan
depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan
kematian (Agus, 2009).

2.2 Kunyit

2.2.1 Pengertian Kunyit


Kunyit merupakan tanaman rempah yang berasal dari india. tanaman kunyit
berupa semak memiliki tinggi kira-kira 70 cm. kunyit memiliki batang semu, akar
serabut berwarna coklat muda dan membentuk rimpang. Daun kunyit berbentuk
lanset memanjang, tulang daunnya menyirip,pangkal dan ujungnya meruncing,
berwarna hujau pucat, mempunyai tangkai yang panjang dengan panjang sekitar 40
cm.

Subkingdom : Tracheobionta(Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa L.

2.3 Uji Kualitatif Boraks

Menggunakan larutan kunyit untuk menguji ada atau tidaknya boraks


terkandung dalam sampel makanan yang telah disediakan. Sampel makanan jika ditetesi

7
dengan air kunyit akan mengalami perubahan warna menjadi merah kecoklatan itu
manandakan bahan makanan tersebut mengandung boraks.

2.3.1 Pengaruh Kunyit dalam Uji Kualitatif

Kunyit mengandung kurkumin, sedangkan boraks mempunyai sifat basa yang


efeknya jika boraks kita campur dengan kurkumin maka akan menghasilkan senyawa baru
yang biasa disebut dengan boro kurkumin yang mempunyai warna merah kecoklatan.

2.4 Pengertian Kualitis Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan ataupun minuman
bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan tambahan pangan, bahan
baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan atau
pembuatan makanan atau minuma (Saparinto dan Hidayati, 2006).

Kualitas pangan dapat ditinjau dari aspek mikrobiologis, fisik (warna, bau, rasa dan
tekstur) dan kandungan gizinya. Pangan yang tersedia secara alamiah tidak selalu bebas
dari senyawa yang tidak diperlukan oleh tubuh, bahkan dapat mengandung senyawa yang
merugikan kesehatan orang yang mengkonsumsinya. Senyawa-senyawa yang dapat
merugikan kesehatan dan tidak seharusnya terdapat di dalam suatu bahan pangan dapat
dihasilkan melalui reaksi kimia dan biokimia yang terjadi selama pengolahan maupun
penyimpanan, baik karena kontaminasi ataupun terdapat secara alamiah. Selain itu sering
dengan sengaja ditambahkan bahan tambahan pangan (BTP) atau bahan untuk
memperbaiki tekstur, warna dan komponen mutu lainnya ke dalam proses pengolahan
pangan.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Data Laporan Percobaan

i. Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Sabtu, 11 Februari 2017

Tempat : Rumah

ii. Judul Praktikum : Uji Kualitatif Boraks


iii. Tujuan Praktikum : untuk menguji serta membuktikan ada atau tidaknya kandungan
boraks dalam sampel makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari.
iv. Alat
 Pisau
 Talenan
 Tissue
 Kain bekas
 Alat pemarut / alat penumbuk
 Mangkok / wadah

v. Bahan
 1 sampel bakso
 1 sampel pangsit
 1 sampel tahu coklat
 1 sampel kerupuk rambak
 Kunyit
 Air

vi. Teori Singkat


 Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai
industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu.

9
 Kurkumin yang terkandung dalam kunyit dapat bereaksi dengan boraks
yang pH-nya diatas 7 sehingga menimbulkan warna merah bata.
vii. Cara Kerja
(Larutan Kunyit / Indikator)
1) Ambil 1 buah kunyit, lalu kupas.
2) Parut atau tumbuklah kunyit sehingga halus. Letakkan di dalam mangkok yang
telah disiapkan.
3) Tambahkan 1 sendok makan air ke kunyit yang telah dihaluskan.
4) Peras menggunakan kain, sehingga sari dari kunyit tersebut keluar dan tercampur
dengan air.
5) Biarkan larut.

(Sampel)

1) Siapkan sampel-sampel yang telah disiapkan.


2) Potong sampel menjadi ukuran yang lebih kecil menggunakan pisau.
3) Teteskan larutan kunyit tersebut ke sampel.
4) Tunggu perubahan warna.
viii. Hasil Percobaan
Nama Sampel Warna Awal Warna Akhir Borax Tidak
Bakso Abu abu Cokelat muda v
Pangsit Putih kekuningan Kuning v
Kerupuk Putih kekuningan Merah kecokelatan v
Rambak
Tahu Cokelat - putih Cokelat kekuningan v

ix. Kesimpulan Praktikum


 Makanan yang terdapat boraks di dalamnya akan mengalami perubahan wrna
jadi merah bata.
 Bakso tidak mengandung boraks, karena perubahan warnanya menjadi cokelat
muda.
 Pangsit tidak mengandung boraks, karena perubahan warnanya menjadi
kuning.
 Kerupuk rambak mengandung boraks karena perubahan warnanya menjadi
merah kecokelatan.

10
 Tahu tidak mengandung boraks karena perubahan warnanya menjadi cokelat
kekuningan.

3.2 Paparan Argumentatif


Seperti yang telah kita bahas pada BAB I, kita tahu bahwa semakin banyak jenis
jajanan dan makanan yang dijual untuk konsumsi. Di antara banyak nya makanan yang
dijual, tidak sedikit penjual-penjual yang menggunakan boraks. Tetapi sebenarnya untuk
apa boraks digunakan dalam pembuatan makanan? Berdasarkan survei, makanan yang
dalam proses pembuatannya menggunakan boraks memiliki tampilan bentuk dan warna
yang lebih baik dari makanan yang alami. Makanan yang mengandung boraks juga
bertahan lebih lama dibandingkan dengan makanan yang tidak mengandung boraks.

Makanan yang terlihat menarik, berbentuk bagus dan berwarna indah pasti akan
menarik pelanggan. Awalnya kebanyakan pedagang hanya mencoba atau ikut-ikutan saja.
Namun karena respon yang baik dari pelanggan, para pedagang melanjutkan kegiatan
pemakaian boraks pada produk makanan yang yang dibuat dan dijual. Bukan hanya respon
baik dari pelanggan yang memacu pedagang terus menggunakan boraks, tetapi juga karena
ketidaktahuan pelanggan. Memang ada pelanggan yang tidak tahu bahwa makanan yang
biasa ia beli mengandung boraks, tetapi tidak sedikit juga pelanggan yang tahu.

Pelanggan sering kali membeli apa yang sudah mereka anggap bagus di mata dan
enak di mulut, namun pelanggan tidak begitu peduli dengan kesehatan mereka. Atau bisa
jadi pelanggan tidak begitu peduli karena menganggap enteng akibat dari konsumsi
makanan yang mengandung boraks. Dan bisa juga karena makanan mengandung boraks
yang mereka konsumsi merupakan makanan favorit mereka.

Sudah banyak makanan atau jajanan pinggir jalan yang proses pembuatannya
mendapatkan sentuhan boraks. Tetapi tidak sedikit makanan di rumah makan atau restoran
yang mengandung boraks. Bahkan ada beberapa restoran ternama yang makanannya
mengandung boraks. Lalu makanan apa saja yang biasanya mengandung boraks? Hampir 6
dari 10 makanan yang kita temui di pinggiran mengandung boraks.

Salah satu contoh jajanan yang mengandung boraks adalah cilok. Cilok adalah
jajanan yang digemari dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Pada umumnya cilok
yang dijual di pinggir jalan atau di depan sekolahan menyuguhkan cilok di dalam plastik,
dilengkapi dengan tusuk gigi. Cilok degemari karena tekstur nya yang kenyal dan

11
kepraktisan nya. Cilok semakin digemari sejak terkenal nya ‘cimin’ dan ‘cilor’. Cimin
tidak berbeda dari cilor itu sendiri, hanya saja cimin memiliki ukuran yang lebih kecil dari
cilok. Sedangkan cilor merupakan cilor yang dihidangkan dengan mencampur makaroni
dan telur. Akhir-akhir ini cilor semakin digemari karena rasanya yang enak. Tetapi tidak
semua pedagang mencari untung dengan cara yang jujur. Dalam pembuatan cilok,
pedagang bisa saja mencampurkan boraks di dalam adonan nya. Boraks dicampurkan agar
tekstur cilok lebih kenyal dari yang sebenarnya.

Contoh jajanan lain adalah makaroni kering. Makaroni kering juga menjadi salah
satu jajanan yang digemari karena teksturnya yang renyah dan ukurannya yang kecil,
memudahkan konsumen untuk makan di berbagai situasi. Makaroni kering biasanya
berwarna jingga atau cenderung merah. Hal ini dikarenakan penggunaan pewarna yang
berlebih. Dalam proses pembuatan makaroni kering ini, tidaklah sedikit produsen baik
pabrik maupun perorangan yang menggunakan boraks untuk menaikkan ketahanan
produk.

Tidak hanya jajanan, makanan berat yang biasa dikonsumsi untuk sarapan, makan
siang mau pun makan malam juga ada yang mengandung boraks. Contoh yang paling
lazim adalah bakso. Bakso merupakan salah satu makanan yang dianggap praktis. Hanya
dengan 5 buah bakso dan mie saja sudah membuat kenyang, dan mengonsumsinya pun
tidak butuh waktu yang lama. Seperti yang sebelum-sebelumnya, pembuatan bakso
dicampur dengan boraks untuk meningkatkan ketahanannya. Tetapi belum tentu penjual
adalah pelaku utama, karena beberapa pedagang hanya memasak dan membeli bakso yang
sudah jadi. Untuk sedikit informasi, bakso yang mengandung boraks bertekstur kenyal.

Makanan lain yang menjadi contoh adalah mie. Tentu tidak jarang kita menjumpai
mie, baik mie ayam yang dijual di pinggir jalan, di restoran, maupun mie yang digunakan
sebagai pelengkap hidangan lain seperti soto mie, dan bakso. Karena rasanya sedap, serta
merupakan makanan yang praktis, banyak orang yang menobatkan mie sebagai makanan
favorit. Namun, mie tersebut seringkali menggunakan boraks agar teksturnya lebih kenyal
saat dimakan. Dan tentunya agar mie tersebut enak namun terjangkau, karena bahan-bahan
yang dipakai tentu murah walau membahayakan.

Di balik tekstur makanan yang lebih kenyal dan warna makanan yang lebih menarik,
serta ketahanan makanan yang teruji, makanan mengandung boraks adalah makanan yang

12
mengandung berbagai macam penyakit. Beberapa penyakit yang disebabkan boraks adalah
muntah-muntah, diare, keram perut, penyakit jantung, dll. Tidak hanya penyakit yang
mengganggu organ tubuh dan kesehatan fisik, boraks juga dapat mengganggu kesehatan
mental juga. Mengapa dapat terjadi demikian? Karena kandungan zat yang terdapat dalam
boraks dapat mengganggu kerja fungsi otak. Seseorang yang jarang/tidak mengkonsumsi
boraks cenderung lebih pintar dan aktif dibandingkan dengan seseorang yang sering
mengkonsumsi boraks, karena kerja otak orang yang jarang/tidak mengkonsumsi boraks
jauh lebih baik dari pada seseorang yang sering mengkonsumsi boraks.

Boraks dianggap berbahaya bukan hanya karena menimbulkan berbagai penyakit,


tetapi juga dapat menimbulkan kematian. 5 gram boraks yang terkonsumsi oleh seorang
bayi akan langsung menimbulkan kematian. Sedangkan pada orang dewasa, 15-20 gram
boraks dapat menyebabkan kematian. Bahkan walau pun sedikit, boraks tetap bekerja dan
bereaksi dengan organ tubuh manusia. Bayangkan kalau boraks yang masuk kedalam ubuh
terkonsumsi dengan ukuran yang cukup banyak dan dikonsumsi terus-menerus.

Setelah tahu bahaya dari boraks, tentu saja yang harus kita lakukan adalah
menghindari makanan yang mengandung boraks. Tetapi tidak semua orang tahu
bagaimana ciri-ciri makanan yang mengandung boraks dan ciri-ciri makanan yang tidak
mengandung boraks. Salah satu cara adalah dengan kunyit. Kunyit akan berubah warna
apa bila tercampur makanan yang mengandung boraks. Reaksinya sama dengan praktek
untuk mengetahui asam dan basa. Cara lain adalah dengan melihat fisik dari makanan
tersebut. Apa bila fisiknya terlihat sangat bagus dan warnanya sangat mencolok,
kemungkinan makanan tersebut mengandung boraks. Langkah terakhir adalah langkah
yang lumayan praktis. Banting atau lemparkan makanan bakso misalnya ke lantai.
Apa bila bakso memantul, maka bakso itu mengandung boraks, dan jika sebaliknya maka
kemngkinan bakso tidak mengandung boraks.

Jadi, sebaiknya berpikir dua kali dalam mengonsumsi makanan dan minuman yang
tersedia. Bentuk rupa yang cantik dan menarik belum tentu menjamin bahwa makanan
tersebut aman dan menyehatkan. Lebih parahnya, apabila makanan tersebut bukan saja
tidak bergizi, namun makanan tersebut juga membahayakan. Maka, sebaiknya kita tidak
menganggap remeh kandungan boraks dalam makanan yang kita konsumsi, sebab
dampaknya tentu tidak main-main.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek serta penyusunan makalah ini dapat disimpulkan bahwa,
1) Masih banyak beredar di masyarakat bahan makanan, serta makanan siap
santap yang dicampur dengan boraks untuk mempertahankan tekstur, dan
keawetan.
2) Kunyit adalah indikator alami yang dapat menguji boraks pada makanan
sehari-hari.
3) Tujuan penjual makanan menggunakan boraks adalah untuk mempertahankan
tekstur kenyal, serta mengawetkan makanan agar tahan lebih lama.
4) Boraks tidak dilegalkan untuk dijadikan bahan makanan oleh pemerintah
akibat dampak berbahaya boraks bagi kesehatan.
5) Boraks merupakan senyawa yang sangat berbahaya bagi kesehatan, akibatnya
bagi tubuh yaitu,
Pada batas normal :
Menurunnya nafsu makan, gangguan sistem pencernaan (mual, muntah),
gangguan pernapasan, gangguan pada syaraf pusat (kebingungan, rambut
rontok.)

Pada dosis lebih tinggi:


1. gangguan otak, hati, dan ginjal.
2. Demam,
3. Anuria (tidak terbentuknya urin),
4. Koma,
5. Depresi,
6. Apatis (kurangnya gairah dalam otaknya).
7. Sianosis, warna kulit pucat dan kebiruan.
8. Menurunnya tekanan darah,
9. Pingsan,
10. Kematian. (15-25 gr pada orang dewasa, 5-6 gr pada anak-anak.)

14
4.2 Saran

Untuk kedepannya, tim penulis menyarankan agar diadakan penelitian lebih


lanjut mengenai pengaruh boraks bila dikonsumsi, serta agar masyarakat lebih
was-was dan kritis mengenai makanan dan minuman yang dikonsumsi, karena
bisa membahayakan. Kemudian, disarankan agar diadakan penelitian untuk
mencari bahan alami yang dapat menggantikan boraks dalam penggunaannya
pada makanan. Juga, agar pemerintah lebih kritis dalam menangkap oknum-
oknum tidak bertanggung jawab tersebut.

15
DAFTAR P USTAKA

Praktek Uji Coba Boraks : http://www.gopena.com


Legalitas Boraks : https://id.wikipedia.org/wiki/Boraks
Pengertian Kunyit : http://duniakunyit.blogspot.co.id/2013/05/definisi-kunyit-kunyit-
merupakan.html
Boraks : https://antiborax.wordpress.com/
Efek negatif boraks pada tubuh manusia : http://halosehat.com/farmasi/kimia/39-bahaya-
boraks-pada-makanan-bagi-kesehatan-manusia
Pengaruh kunyit pada boraks : https://bilazhr.wordpress.com/2014/11/15/menguji-
kandungan-boraks-pada-beberapa-makanan-menggunakan-kunyit/
Boraks : http://www.suaramerdeka.com/harian/0709/03/ragam05.htm
Landasan teori boraks : https://srirusmiyati.wordpress.com/2015/08/02/landasan-teori-
uji-kualitatif-boraks-pada-sampel-bakso/
Format laporan praktikum : https://taufanaffandy.wordpress.com/2011/09/11/format-
penulisan-laporan-praktikum-biologi/
Contoh Praktikum Boraks : http://praktikumbiologi.com/praktikum-biologi-kelas-1-sma/

16

Anda mungkin juga menyukai