Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keamanan makanan merupakan masalah yang harus mendapatkan
perhatian khusus dalam penyelenggaraan upaya kesehatan secara
keseluruhan. Salah satu masalah keamanan makanan di Indonesia adalah
masih rendahnya pengetahuan, keterampilan dan tanggungjawab produsen
pangan tentang mutu dan keamanan makanan, terutama pada industri kecil
atau industri rumah tangga (Amelia,dkk., 2014).
Makanan yang baik bagi manusia adalah yang memenuhi kandungan
persyaratan kesehatan dan kebersihan (Asteriani dkk, 2006). Dalam
pembuatan makanan di Indonesia yaitu dalam penggunaan menyalah
gunakan boraks untuk mencampurkan makanan sudah sangat
memprihatinkan. Berdasarkan hasil investigasi dan pengujian laboratorium
yang dilakukan Bada Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Jakarta,
penyalahgunaan boraks di Indonesia sebesar 8,8% dan ditemukannya
sejumlah produk pangan seperti bakso, mie basah, tahu, dan siomay yang
memakai boraks.
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil
pada suhu ruangan. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium
tetraborat (NaB4O7 10 H2O). Mengkonsumsi boraks tidak menimbulkan
akibat secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit
karena diserap dalam tubuh konsumen secara kumulatif (Tubagus dkk,
2013). Tapi dewasa ini boraks cenderung digunakan dalam industri rumah
tangga sebagai bahan pengawet makanan seperti pada pembuatan mie dan
bakso (Tumbel, 2010).

B. Tujuan
Mengetahui ada tidaknya kandungan boraks pada sampel yang diperiksa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Boraks
Boraks adalah senyawa kimia turunan dari logam berat boron (B).
Boraks merupakan anti septik dan pembunuh kuman. Bahan ini banyak
digunakan sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu, dan antiseptik pada
kosmetik. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O
berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan
normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam
borat (Syah, 2005).
Menurut Riandini (2008), karekteristik boraks antara lain:
1. Warna adalah jelas bersih
2. Kilau seperti kaca
3. Kristal ketransparanan adalah transparan ke tembus cahaya
4. Sistem hablur adalah monoklin
5. Perpecahan sempurna di satu arah
6. Warna lapisan putih
7. Mineral yang sejenis adalah kalsit, halit, hanksite, colemanite, ulexite
dan garam asam bor yang lain.
8. Karakteristik yang lain: suatu rasa manis yang bersifat alkali.

B. Kegunaan Boraks
Boraks bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium
hidroksida atau asam borat). Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat
antiseptik dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat,
misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat
pencuci mata. Selain itu boraks juga digunakan sebagai bahan solder,
pembuatan gelas, bahan pembersih/pelicin porselin, pengawet kayu dan
antiseptik kayu (Aminah dan Himawan, 2009).
Asam borat dan boraks telah lama digunakan sebagai aditif dalam
berbagai makaan. Sejak asam borat dan boraks diketahui efektif terhadap
ragi,jamur dan bakteri, sejak saat itu mulai digunakan untuk mengawetkan
produk makanan. Selain itu, kedua aditif ini dapat digunakan untuk
meningkatkan elastisitas dan kerenyahan makanan serta mencegah udang
segar berubah menjadi hitam.

C. Pengawet Boraks pada Makanan


Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan
sebagai pengawet makanan. Selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi
pula mengenyalkan makanan. Makanan yang sering ditambahkan boraks
diantaranya adalah bakso, lontong, mie, kerupuk, dan berbagai makanan.
Menurut Putri (2011), untuk mengetahui makanan yang mengandung
boraks ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Mi basah: Teksturnya kental, lebih mengilat, tidak lengket, dan tidak
cepat putus.
2. Bakso: Teksturnya sangat kental, warna tidak kecoklatan seperti
penggunaan daging, tetapi lebih cenderung keputihan.
3. Snack: Misalnya lontong, teksturnya sangat kenyal, berasa tajam,
sangat gurih, dan memberikan rasa getir.
4. Kerupuk: Teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir.

D. Dampak Boraks terhadap Kesehatan


Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ
tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena kadar
tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang
paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi
yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-
anak akan menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis
terendah yaitu dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang
dari 5 gr/kg berat badan anak-anak (Saparinto dan Hidayati, 2006).
Efek negatif dari penggunaan boraks dalam pemanfaatannya yang
salah pada kehidupan dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan
manusia. Boraks memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem
metabolisme manusia sebagai halnya zat-zat tambahan makanan lain yang
merusak kesehatan manusia. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.
722/MenKes/Per/IX/88 boraks dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan
dilarang untuk digunakan dalam pembuatan makanan. Dalam makanan
boraks akan terserap oleh darah dan disimpan dalam hati. Karena tidak
mudah larut dalam air boraks bersifat kumulatif. Dari hasil percobaan
dengan tikus menunjukkan bahwa boraks bersifat karsinogenik. Selain itu
boraks juga dapat menyebabkan gangguan pada bayi, gangguan proses
reproduksi, menimbulkan iritasi pada lambung, dan atau menyebabkan
gangguan pada ginjal, hati, dan testes (Suklan, 2002).
Sering mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan
gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks
menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang
sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah
turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkankematian (Widyaningsih dan
Murtini, 2006). Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam
waktu lama. Akibat yang timbul diantaranya anoreksia, berat badan turun,
muntah, diare, ruam kulit, alposia, anemia dan konvulsi. Penggunaan boraks
apabila dikonsumsi secara terus-menerus dapat mengganggu gerak
pencernaan usus, kelainan pada susunan saraf, depresi dan kekacauan
mental. Dalam jumlah serta dosis tertentu, boraks bisa mengakibatkan
degradasi mental, serta rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati dan kulit
karena boraks cepat diabsorbsi oleh saluran pernapasan dan pencernaan,
kulit yang luka atau membran mukosa (Saparinto dan Hidayati, 2006).
Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam hingga
seminggu setelah mengonsumsi atau kontak dalam dosis toksis. Gejala
klinis keracunan boraks biasanya ditandai dengan hal-hal berikut (Saparinto
dan Hidayati, 2006):
1. Sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret
2. Sakit kepala, gelisah
3. Penyakit kulit berat
4. Muka pucat dan kadang-kadang kulit kebiruan
5. Sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah
6. Hilangnya cairan dalam tubuh
7. Degenerasi lemak hati dan ginjal
8. Otot-otot muka dan anggota badan bergetar diikuti dengan kejang-
kejang
9. Kadang-kadang tidak kencing dan sakit kuning
10. Tidak memiliki nafsu makan, diare ringan dan sakit kepala
11. Kematian
BAB III

METODE

A. Alat
1. Cawan porselin + penggerus
2. Timbangan analitik
3. Pipet ukur dan filler
4. Rak tabung reaksi
5. Tabung reaksi
6. Sendok

B. Bahan
1. Sampel (mie ayam)
2. Pereaksi I boraks
3. Pereaksi II boraks (kertas curcuma)
4. Aquades

C. Cara Kerja

Ambil sampel, potong kecil-kecil, dan dihaluskan (dengan cawan


porselin dan penggerus)

Ambil sampel yang sudah dihaluskan sebanyak 3 gr, masukan ke dalam


tabung reaksi

Tambahkan 10 ml aquades lalu homogenkan


Larutan sebanyak 1 ml diambil menggunakan pipet ukur, lalu
dipindahkan ke tabung reaksi yang baru

.
Tambahkan 10-20 tetes pereaksi I

Kocok dengan hati-hati ± 1 menit

Celupkan ujung kertas curcuma

Biarkan 10 menit

Amati perubahan warna


(jika merah/kemerahan berarti positif mengandung boraks)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, hasil yang di dapatkan
dari pemeriksaan dengan metode Boraks Test Kit yaitu kertas curcuma
berwarna kemerahan. Artinya, sampel makanan yaitu mie ayam
mengandung boraks.

Sampel Reaksi Warna Hasil


Mie ayam Kertas curcuma berwarna Positif
kemerahan
Tabel 4.1. Hasil uji Boraks Test Kit pada sampel mie ayam

B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, sampel mie ayam
menunjukkan hasil positif (+). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
perubahan warna kemerahan pada kertas curcuma.
Menurut Yuliarti (2007), mie basah yang menggunakan boraks
biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius),
berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap. Hal ini sesuai
dengan sampel yang kenyal dan tidak lengket sehingga dapat disimpulkan
bahwa sampel termasuk dalam ciri bahan makanan yang mengandung
boraks.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Sampel mie ayam mengandung boraks, dibuktikan dengan pemeriksaan
dengan metode boraks test kit didapatkan hasil kertas curcuma berwarna
kemerahan.

B. Saran
1. Para pedagang mie ayam diharapkan tidak menggunkan boraks. Untuk
menanggulangi mie ayam yang tidak terjual dan keesokan harinya
basi maka dianjurkan untuk memproduksi mie ayam yang tidak terlalu
banyak sehingga bisa habis terjual dalam 1 hari.
2. Perlu dilakukan pembinaan, pengawasan dan evaluasi secara berkala
oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan khususnya mie ayam
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dalam penggunaan
bahan-bahan berbahaya sebagai bahan tambahan dalam makanan.
3. Perlu dilakukan pengawasan terhadap boraks agar tidak diperjual
belikan secara bebas.
4. Perlu dilakukan sosialisasi oleh instansi terkait kepada masyarakat
tentang bahaya penggunaan boraks sehingga masyarakat berhati-hati
dalam memilih pangan yang aman dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, dkk. 2014. “Identifikasi dan Penentuan Kadar Boraks dalam Lontong
yang Dijual di Pasar Raya Padang”, Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 3 No.
3: 459 – 461.
Aminah dan Himawan. 2009. Bahan-Bahan Berbahaya dalam Kehidupan.
Bandung: Salamadani.
Asteriani, Elmatris dan Endrinaldi. 2006. “Identifikasi dan Penetapan Kadar
Boraks pada Mie Basah yang Beredar Dibeberapa Pada Pasar di Kota
Padang”.

Putri, P. 2011. Identifikasi Boraks dalam Makanan. Semarang: Politeknik


Kesehatan Press.
Riandini, N. 2008. Bahan Kimia dalam Makanan dan Minuman. Bandung: Shakti
Adiluhung.
Saparinto, C. Hidayati, D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta:
Kanisius.

Suklan H. 2002. “Apa dan Mengapa Boraks Dalam Makanan”, Penyehatan Air
dan Sanitasi (PAS). Vol . IV Nomor 7.
Syah, D. dkk. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor:
Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Tubagus, Indra, Gayatri Citraningtyas, dan Fatimawali. 2013. “Identifikasi Dan
Penetapan Kadar Boraks Dalam Bakso Jajanan Di Kota Manado”, Jurnal
Ilmiah Farmasi. Vol. 2 No. 04.
Tumbel, M. 2010. “Analisis Kandungan Boraks dalam Mie Basah yang Beredar di
Kota Makassar”, Jurnal Chemica. 11(1):57-64.

Widyaningsih, T.D. dan Murtini, ES. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada
Produk Pangan. Jakarta: Trubus Agrisarana.
LAMPIRAN

Gambar 1. Sampel mie ayam dihaluskan dengan cawan porselin dan penggerus

Gambar 2. Sampel yang sudah dihaluskan diambil hingga 3 gr


Gambar 3. Sampel dimasukan ke tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml aquades
lalu dihomogenkan

Gambar 4. Sampel dikocok hingga homogen


Gambar 5. Pengambilan larutan sebanyak 1 ml menggunakan pipet ukur.

Gambar 6. Pemindahan larutan menggunakan pipet ukur pada tabung reaksi baru

.
Gambar 7. Penambahan 10-20 tetes pereaksi I Boraks

Gambar 8. Pengocokan larutan yang di sudah tambahkan pereaksi I boraks dengan


hati-hati ± 1 menit
Gambar 9. Mencelupkan ujung kertas curcuma pada larutan yang sudah di tambah
pereaksi I Boraks dan di tunggu selama 10menit.

Gambar 10. Perubahan warna kemerahan pada kertas curcuma, berarti sampel mie
ayam positif mengandung boraks

Anda mungkin juga menyukai