Anda di halaman 1dari 5

“RESUME”

MEMBANGUN SDM DAN PROFESI KESEHATAN YANG UNGGUL,


RESPONSIF, DAN INOVATIF DI ERA DISRUPTIF MILLENIAL

Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu, SDM Dan Logistik
Kesehatan
Dosen Pengampu: Dr. Dra. Chriswardani Suryawati. M.Kes.

Oleh :
Nabela Putri Yanuari
NIM: 25000119410032

KONSENTRASI :
ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN (AKK)

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
A. Pendahuluan

Globalisasi telah menyebabkan banyak perubahan mendasar pada


berbagai sektor, seperti pada sector ekonomi, teknologi, dan politik.
Dampak yang paling kuat adalah sektor ekonomi. Tetapi dampak tersebut
juga telah menyebabkan berbagai perubahan di sektor-sektor lainnya,
seperti pada Sumber Daya Manusia yang terkelola atau di sebut
manajemen sumber daya manusia (MSDM) Munculnya sebuah paradigma
baru bahwa peranan manusia adalah suatu kenyataan yang merupakan
arah paling strategis dan sebagai sebuah keunggulan kompetitif.1
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah aset yang paling penting
dalam mengembangkan dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu
organisasi. Salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan organisasi
adalah kinerja karyawan. Suatu organisasi harus mampu menampilkan
kinerja terbaik agar dapat bersaing dalam dunia usaha. Undang-Undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 21 ditetapkan bahwa
pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan serta
pemberdayaan (pembinaan dan pengawasan mutu) tenaga kesehatan
dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Perubahan peran manusia, yang dinilai sebagai aset sebuah
organisasi telah mendorong perubahan dalam prakteknya terciptanya
sumber daya manusia menjadi lebih profesional. Hal ini disebabkan oleh
dinamika yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal sebuah
organisasi. Salah satu diantaranya adalah pengaruh teknologi: “Today,
we‟ve seen that trens like globalization, indebtedness, and technology
confront employers with new challanges, such as squeezing more profits
from operations”.2
Saat ini peranan produk-produk teknologi, misalnya komputer dan
internet, telah memainkan peran penting dalam praktek manajemen
sumber daya manusia, sehingga berbagai kegiatan menjadi lebih efektif,
dan efisien. Produk teknologi adalah sebuah potensi untuk digunakan
dalam penerapan pengelolaan sumber daya manusia. Disisi lain,
organisasi terutama dalam hal ini adalah organisasi kesehatan berharap
agar para pemimpinnya dapat mengatasi tantangan-tantangan ini:
”Employers expect their human resource managers to have what it takes
to address these challenges”.2 Paradigma baru dalam sebuah organisasi
kesehatan publik ataupun swasta akan menimbulkan berbagai tantangan,
diantaranya kendala di dalam merubah tata kelola organisasi yang sudah
usang menjadi tata kelola yang baru (up date) karenanya perubahan ini
sangat berkaitan dengan aspek manusia.1

B. Permasalahan SDM di Indonesia dalam Era Disruptive Millenial

Era disruptif adalah sebuah peluang sekaligus tantangan terhadap


praktek manajemen sumber daya manusia modern. Peluangnya adalah
dalam rangka meningkatkan kinerja pemimpin serta kesiapan pegawai
sebagai sumber daya manusia menuju kinerja terbaik , meningkatkan
sebuah organisasi/organisasi menjadi lebih efisien, efektif dan kompetitif.
Termasuk menghadapi tantangan - tantangan di era global. Sedangkan
tantangan lainnya di dalam implementasi manajemen sumber daya
manusia yang berbasis teknologi disebabkan sistem teknologi canggih
membutuhkan biaya besar dan membutuhkan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan menggunakan produk - produk teknologi modern.
Peralihan teknologi ini merupakan sebuah paradigma baru dalam
manajemen sumber daya manusia kita. Sehingga prosesnya tidak
semudah yang dibayangkan namun ada kesenjangan, terutama di sektor
sumber daya manusia.1
Era disruptif berdampak luas terhadap seluruh aspek kehidupan
manusia dan menentukan perkembangan ekonomi ke depan secara global
termasuk modal SDM. Tantangan bagi lulusan perguruan tinggi (PT) di era
era disruptif pun semakin meningkat. Oleh karena itu setiap lulusan PT
harus memiliki kompetensi yang memadai untuk bersaing secara global.
Menurut lndeks yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF), Indonesia
berada pada posisi ke 45 dari 140 negara dalam hal indeks daya saing
global (Global Competitiveness Index).3
Amerika Serikat berada pada peringkat pertama, disusul
Singapura, Jerman, Swiss, dan Jepang. Adapun sejumlah komponen yang
diteliti dalam indeks tersebut antara lain institusi, infrastruktur, kesiapan
teknologi informasi dan komunikasi, stabilitas makroekonomi, kesehatan,
keterampilan, pangsa pasar, pasar tenaga kerja, sistem keuangan,
dinamika bisnis, hingga kapasitas inovasi. Sementara itu, tingkat
pengangguran sarjana menurut data BPS Indonesia, mencapai 6,31 %
atau sebesar 789 ribu. Jumlah angkatan kerja yang berpendidikan Sarjana
masih berada dikisaran 12% dibandingkan dengan angkatan kerja lulusan
SD. Data tersebut mengindikasikan bahwa penyerapan tenaga kerja lebih
condong ke sektor non-formal dan informal.4 Pekerjaan yang tidak
membutuhkan ketrampilan dan pendidikan tinggi menyerap tenaga kerja
lebih banyak dibandingkan dengan sektor formal yang lebih banyak
ditempati oleh lulusan sarjana.
Dilihat dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang
sangat besar bagi para pencari kerja di era disruptif karena akan tersedia
lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan keahlian yang beraneka
ragam. Selain itu, akses untuk pergi ke luar negeri dalam rangka mencari
pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan kemungkinannya tanpa ada
hambatan tertentu tetapi dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia
masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia,
Singapura, dan Thailand.8
Untuk itu, Pendidikan Tinggi dalam kaitannya pendidikan
kesehatan perlu meningkatkan kompetensi yang unggul agar dapat
berdaya saing secara global. Perguruan Tinggi dituntut aktif dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan penelitian dan
menciptakan lulusan unggul secara global.

C. Pembahasan

Era Disruptif ditandai dengan munculnya fungsi-fungsi kecerdasan


buatan (artificial intelligence), mobile supercomputing, intelligent robot,
neuro-technological brain enhancements, big data yang membutuhkan
kemampuan cybersecurity, pengembangan biotechnology dan genetic
editing (manipulasi gen). Jaringan produksi digital im terdesentralisasi,
bertindak secara mandiri dan mampu mengendalikan operasi secara
efisien dan merespons perubahan lingkungan dan sasaran strategis.5 Era
Disruptif telah menciptakan peningkatan otomatisasi tugas rutin yang tidak
pernah ada sebelumnya. Pertanyaannya kemudian adalah: Kompetensi
apa yang diperlukan sumber daya manusia dalam hal ini profesi kesehatan
di era disruptif millenial. Ada 4 kompetensi yang harus dimiliki tenaga
kesehatan untuk menghadapi era disruptif millenial, yaitu:

1. Critical Thinking
SDM kesehatan harus mampu berfikir kritis teradap
permasalahan kesehatan, upaya kesehatan dan alternatif
penyelesaian masalah kesehatan.
2. Competence:
SDM kesehatan harus memiliki kemampuan dalam bidang
teknologi.
3. Creativity
SDM kesehatan harus mampu mengembangkan inovasi dan
berfikir kreatif terhadap pemecahan masalah. Saat ini, pekerjaan
manusia terkonsentrasi pada interface dimana fleksibilitas dalam
pemecahan masalah dan kreativitas cukup strategis.
4. Communication
Individu sebagai mahluk sosial dengan lingkungannya dimana
dibutuhkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan
membangun koneksi sosial, dan struktur sosial dengan individu dan
kelompok lain.
5. Collaboration
Organisasi kesehatan harus dapat melakukan collaboration
atau partnership dengan sektor lain yang menunjang pencapaian target
SDG’s.
Sedangkan di level organisasi, untuk dapat bersaing di dunia global
dan adaptif terhadap perubahan di era disruptive organisasi harus memiliki
sumber daya yang dapat menciptakan nilai bagi organisasi (organizational
value), yang mengandung setidaknya empat karakteristik. Pertama,
sumber daya berharga (valuable resources) yang memungkinkan
organisasi menerapkan strategi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas. Kedua, sumber daya yang langka (rare resources) dimana
organisasi memiliki sumber daya yang tidak dimiliki organisasi lain dan jika
strategi diterapkan organisasi akan memperoleh keunggulan kompetitif.
Ketiga, sumber daya yang unik yang tidak mudah untuk ditiru (imperfectly
imitable resources) sehingga organisasi lain yang berupaya meniru perlu
mengeluarkan biaya mahal. Keempat, adalah substitusi (substitutability)
dimana organisasi lain yang tidak memiliki sumber daya dapat meniru
efeknya dengan mengganti dengan sumber daya lain berbiaya rendah.6
Pada dasarnya sumber daya manusia kesehatan harus responsif
terhadap perubahan dengan menguasai 5C atau keterampilan yang harus
dimiliki di era disruptif millenial yang meliputi critical thinking, competence,
creativity, communication, collaboration agar dapat unggul di negara –
negara lain akibat adanya era disruptive. Hal ini disebabkan karena
revolusi industri memberikan ruang terjadinya interaksi manusia dengan
mesin. Fitur revolusi Industri membutuhkan pekerja yang tidak hanya
kreatif dan inovatif, tetapi juga memiliki pengetahuan dan kemampuan
teknis yang sesuai dengan lingkungan tersebut. Untuk membangun SDM
yang sesuai dengan tuntutan saat ini dan akan datang dibutuhkan
identifikasi kompetensi yang diperlukan seperti ketrampilan, pengetahuan,
sikap dan motivasi.
Selain itu, dalam era disruptive millenial diperlukan pekerja yang
berakar kuat ke dalam Technology of Things (ToT), interaksi manusia
dengan mesin, teknologi interfaces serta pemahaman yang baik tentang
networking system. Dengan modal SDM yang memiliki kompetensi dengan
karakteristik diatas, pada gilirannya akan tercipta SDM yang unggul, kreatif
dan inovatf serta adaptif terhadap perubahan sehingga mampu bersaing
secara global di era disruptif millenial.7 Tidak ada bangsa yang berkembang
apabila tidak mengikuti perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi
dapat dilakukan dengan melakukan penelitian.

D. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Dalam menghadapi era disruptive perlu penguasan keterampilan bagi


SDM/Profesional kesehatan yang meliputi 5C yaitu critical thinking,
competence, creativity, communication, collaboration agar dapat
unggul dan bersaing di negara – negara lain akibat adanya era
disruptive.

2. Saran

Perguruan Tinggi harus mulai mampu mengembangkan dan


meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian serta
meningkatkan kualitas pendidik dan pendidikan agar mampu
menghasilkan kualitas lulusan yang unggul, responsif dan inovatif.

E. Daftar Pustaka

1. Muliawaty, Lia. 2019. Peluang dan Tantangan Sumber Daya Manusia di


Era Disrupsi. Jurnal Ilmu Administrasi. 1(1): 1 - 9.
2. Denning, Stephen. 2016). Christensen Updates Disruption Theory.
Strategy dan Leadership. 44(2): 10 - 16.
3. Global Competitiveness Report. 2018. World Economic Forum. Available
from: https://www.weforum.org. [Accessed: 9 Maret 2020].
4. Biro Pusat Statistik. Available from: https://www.bps.go.id. [Accessed: 30 9
Maret 2020].
5. Enrol S, Jager A, Hold P, Ott K, Sihn W. 2016. Tangible Industry 4.0: A
scenario-based approach to learning for the future production. Procedia
CIRP. 54:13 - 18.
6. Barney, J. B., Clark, D. N. 2007. Resource-based theory: Creating and
Sustaining Competitive Advantage. Oxford University Press on Demand.
7. Berger R. 2014. Industry 4.0 - The New Industrial 4.0 Revolution. Available
from: https://www.rolandberger.com/ .. ./pub_ industry_ 4 _ O _the_ ne
w_industrial_revolution. [Accessed: 9 Maret 2020]
8. Wuryandani, D. 2014. Peluang dan Tantangan SDM Indonesia
Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi Asean.6(17).

Anda mungkin juga menyukai