Anda di halaman 1dari 3

A.

Definisi Profesionalisme
Siagian (2000) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme
adalah keandalan dalam pelaksanaan tugas, sehingga terlaksana dengan mutu tinggi,
waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh
pelanggan. Terbentuknya aparatur profesional menurut pendapat tersebut memerlukan
pengetahuan dan ketrampilan khusus yang dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan
sebagai instrument pemutakhiran. Profesionalisme mencerminkan sikap seseorang
terhadap profesinya. Secara sederhana, profesionalisme yang diartikan perilaku, cara,
dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi. Seseorang dikatakan professional apabila
pekerjannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu profesi (Oerip dan Uetomo,
2000 : 264 - 265).
Ada empat sifat yang dianggap mewakili sikap profesionalisme menurut Harefa
(2004) sebagai berikut :
1. Keterampilan
Keterampilan yang tinggi yang didasarkan pada pengetahuan teoritis dan
sistematis, Kemampuan/keterampilan adalah kapasitas seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Keterampilan berasal dari kata
terampil yang berarti cakap, mampu, dan cekatan dalam menyelesaikan tugas dan
pekerjaannya. Keterampilan yang didasari pengetahuan teoritis dan sistematis
merupakan suatu kesatuan yang terorganizir yang biasanya terdiri dari fakta dan
prosedur yang diterapkan secara langsung terhadap untuk menunjang keterampilan
yang dimiliki.
2. Pemberian Jasa dan Pelayanan
Pemberian jasa dan pelayanan yang altruitis artinya lebih berorientasi
kepada kepentingan umum di bandingkan dengan kepentingan pribadi, seorang
yang profesional dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang alturitis agar
dapat menjunjung tinggi profesionalisme. Pemberian jasa dan pelayanan juga
harusmampu memperlakuan yang sama atas pelayanan yang diberikan. Secara
konsisten memberikan pelayanan yang berkualitas kepada semua pihak tanpa
memandang suku, ras, status sosial dan sebagainya.
3. Pengawasan
Adanya pengawasan yang ketat atas perilaku pekerja melalui kode-kode etik
yang dihayati, sehingga setiap profesi harus siap menerima tanggungjawab atas
apapun yang ia kerjakan. Setiap profesi harus memegang teguh kode etik dan
prinsip-prinsip yang ditetapkan institusi. Pengawasan terkait erat dengan instrumen
untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik
dan menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.
4. Sistem Balas Jasa
Sistem balas jasa (berupa uang, promosi, jabatan dan kehormatan) yang
merupakan lambang prestasi kerja seorang yang memiliki profesi. Sistem balas jasa
merupakan salah satu komponen penting jika kita membicarakan masalah profesi
dan kerja. Sistem balas jasa, merupakan sesuatu yang diterima pegawai sebagai
penganti kontribusi jasa profesi. sistem balas jasa diharapkan mampu meningkatkan
sikap profesionalisme pegawai.
B. Standar Profesi
Semua profesional dalam melaksanakan pekerjaannya harus sesuai dengan apa
yang disebut standar (ukuran) profesi. standar profesi adalah pedoman yang harus
digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik). Terlebih dalam
bidang kesehatan para professional harus tahu benar tentang standar profesi dari
bidang- bidang kesehatan yang mereka geluti antara lain seperti Dokter, Perawat,
Bidan, tak terkecuali perekam medis. Berkenaan dengan pelayanan medik, pedoman
yang digunakan adalah standar pelayanan medis yang terutama dititik beratkan pada
proses tindakan medis. Standar profesi medis adalah, batasan kemampuan (knowledge,
skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu
untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang
dibuat oleh organisasi profesi (Pasal 50 dari UU Nomor 29 Tahun 2004).
C. Cara Mengembangkan Profesionalisme Kerja
Cara mengembangkan profesionalisme kerja diperlukan proses pendidikan,
pelatihan dan pembelajaran terhadap para pegawai. Cara pengembangan
profesionalisme kerja dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan berikut (Wibowo,
2009):
a. Menyelenggarakan kegiatan penataran dan pelatihan terhadap para pekerja.
b. Memberikan kesempatan kepada para pekerja untuk melanjutkan pendidikannya
ke tingkat yang lebih tinggi.
c. Mengirim atau menyekolahkan para pekerja pilihan ke luar negeri.
d. Menyelenggarakan kegiatan seminar,lokakarya, atau workshop yang berkaitan
dengan peningkatan kualitas kerja.
e. Menyediakan fasilitas dan bantuan dana terhadap para pekerja yang berprestasi
untuk meningkatkan keahlian kerja.
Cara yang dapat ditempuh oleh para pekerja dalam mengembangkan profesion
alisme adalahsebagai berikut:
a. Proaktif dalam mengikuti pendidikan, penataran, dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh perusahaan arau instansi tempat kita bekerja.
b. Dengan kesadaran sendiri berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
melalui belajar sendiri.
c. Berupaya memanfaatkan media pembelajaran, seperti buku, surat kabar, majalah,
televisi, radio dan internet untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
pribadid
d. Aktif dan kreatif berdiskusi dengan teman sekerja dalam rangka meningkatkan
keahlian atauketerampilan kerja.
e. Proaktif dalam mengikuti kegiatan di masyarakat yang berkenaan dengan
pengembangan profesionalisme.

Siagian P, S. 2000. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta : Bumi Aksara

Harefa, A. 2004. Membangkitkan Etos Profesionalisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo. 2009. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai