Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FARMAKOEKONOMI

“ANALISIS BAHAN BERBAHAYA PADA MAKANAN”

Disusun Oleh :

Faiz Ilyas Khusaini (1190101015)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


STIKES MUHAMMADIYAH WONOSOBO
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Farmakoekonomi dengan judul
“ANALISIS BAHAN BERBAHAYA PADA MAKANAN’’

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wonosobo, 28 Oktober 2021

Penulis

Faiz Ilyas Khusaini

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 3

2.1 Efek Boraks Terhadap Tubuh ....................................................................................... 3

2.2 Cara Mengenali Makanan yang Mengandung Boraks .................................................. 3

2.3 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif ................................................................................ 4

2.4 Reaksi Rodamin b, Boraks, Formalin, Metanil Yellow ................................................ 5

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 6

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bakso sapi merupakan salah satu jenis produk makanan yang banyak
dikonsumsi masyarakat Indonesia karena bakso merupakan salah satu bahan pangan
sumber protein hewani alternatif yang relatif murah, bila dibandingkan dengan daging
sapi, sehingga tingkat konsumsi masyarakat akan bakso sangat tinggi, termasuk juga
pada kalangan mahasiswa/mahasiswi perguruan tinggi, hal ini terbukti dari survei yang
dilakukan dikalangan mahasiswa, bahwa tingkat kesukaan terhadap bahan olahan
daging yang paling tinggi adalah bakso. (Pandie T dkk. 2014)

Sekarang ini banyak produsen bakso yang sering menggunakan bahan pengawet
yang dicampurkan kedalam bahan pembuatan bakso agar bakso dapat menghambat
pertumbuhan dari bakteri sehingga bakso dapat bertahan lebih lama dan untuk
meningkatkan masa simpannya tanpa mempedulikan kandungan gizi dari bakso
tesebut. Telah diketahui formalin dan boraks ditambahkan pada makanan seperti pada
mie basah, bakso, tahu dan ikan asin (Santi, A., U., Parta. 2017)

Boraks atau asam boraks biasanya digunakan untuk bahan pembuat detergen
dan atiseptic. Mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks tidak berakibat
buruk secara langsung tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena
diserap dalam tubuh konsumen secara komulatif (Santi, A., U., Parta. 2017)

Boraks dapat mengganggu kesehatan apabila digunakan dalam makanan


misalnya mie, bakso dan krupuk. Efek negatif yang ditimbulkan dapat berjalan lama
meskipun yang digunakan dalam jumlah sedikit. Jika tertelan boraks dapat
mengakibatkan efek pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi tertinggi
dicapai selama eksresi. Ginjal merupakan organ paling mengalami kerusakan
dibandingkan dengan organ lain. Dosis fatal untuk dewasa 15-20 gr dan untuk anak-
anak 3-6 gr (Santi, A., U., Parta. 2017)

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :

a. Bagaimana efek boraks terhadap tubuh ?


b. Bagaimana cara mengenali makanan yang mengandung boraks ?
c. Penetapan analisis kualitatif dan kuantitatif ?
d. Persamaan reaksi rodamin b, borax, formalin, metanil yellow

1.3. Tujuan
Tujuan yang diperoleh dari makalah ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui efek boraks terhadap tubuh
b. Untuk mengenali makanan yang mengandung boraks
c. Untuk mengetahui analisis kualitiatif dan kuantitatif
d. Untuk mengetahui persamaan reaksi rodamin b, borax, formalin, metanil yellow

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pangan asal hewan seperti daging, susu, dan telur serta hasil olahannya pada umumnya
bersifat mudah rusak dan memiliki potensi mengandung bahaya biologik, kimiawi dan atau
fisik, yang dikenal sebagai potentially hazardous foods (PHF). Bakso merupakan hasil olahan
dari daging, baik daging sapi, ayam, ikan, maupun udang. Bahan Tambahan Pangan (BTP)
dapat memperpanjang umur simpan, dan boraks termasuk bahan beracun apabila digunakan
dalam makanan (Istiqomah, S. 2016)

2.1 Efek boraks terhadap tubuh


Boraks bersifat toksik bagi sel, berisiko terhadap kesehatan manusia yang mengonsumsi
makanan mengandung boraks. Keracunan kronis akibat boraks karena absorpsi dalam waktu
lama. Akibat yang dapat ditimbulkan antara lain anoreksia, berat badan turun, muntah, diare,
ruam kulit, kebotakan (alopesia), anemia, dan konvulsi. Konsumsi terus menerus dapat
mengganggu peristaltik usus, kelainan susunan saraf, depresi, dan gangguan mental. Dosis
tertentu mengakibatkan degradasi mental, serta rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati, dan
kulit karena boraks cepat diabsorpsi oleh saluran pernafasan dan pencernaan, kulit yang luka,
atau membran mukosa. Boraks dapat mempengaruhi sel dan kromosom manusia, dan dapat
mengakibatkan abnormalitas kromosom manusia serta menyebabkan cacat genetic. (Istiqomah,
S. 2016)

Peningkatan dosis boraks dapat mengakibatkan edema, inflamasi sel, neovaskularisasi,


dan dosis sangat tinggi mengakibatkan kematian mendadak. Penurunan jumlah sperma dan
atrofi testis pada tikus jantan serta penurunan ovulasi pada tikus betina. Boraks bisa
berpengaruh terhadap kesuburan tikus jantan dan terganggunya perkembangan. Pemberian
suplemen mengandung boraks pada ayam broiler memengaruhi hati, otot dan saluran
pencernaan, menimbulkan gangguan metabolisme dan keseimbangan elektrolit (Istiqomah, S.
2016)

2.2 Cara mengenali makanan yang mengandung boraks


Bakso mengandung air yang cukup tinggi sehingga menyebabkan bakso memiliki sifat
mudah rusak, oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan bakso
setelah pengolahan. Sekarang ini banyak produsen bakso yang sering menggunakan bahan
pengawet yang dicampurkan kedalam bahan pembuatan bakso agar bakso dapat menghambat

3
pertumbuhan dari bakteri sehingga bakso dapat bertahan lebih lama dan untuk meningkatkan
masa simpannya tanpa mempedulikan kandungan gizi dari bakso tesebut. (Pandie T dkk. 2014)
Cara untuk mengetahui Bakso yang mengandung boraks yaitu :

1. Bakso mengandung boraks cenderung kenyal ketika digigit


2. Warna lebih putih
3. Aroma kurang alami
4. Memantul bila dijatuhkan
5. Tidak lengket.

2.3 Penetapan analisis kualitatif dan kuantitatif


1. Analisis boraks secara kualitatif dengan Spektrofotometer
Sebelum menganalisis ada atau tidaknya boraks dalam sampel bakso maka
diperlukan isolasi boraks dalam sampel tersebut. Isolasi boraks dalam sampel bakso
mengacu pada penelitian Panjaitan (2010). Sebanyak 5 gram sampel bakso ditambah
dengan 20 mL akuades lalu diblender sampai halus. Setelah diblender, sampel tersebut
dimasukkan ke dalam tabung sentrifusa. Proses sentrifugasi dilakukan selama 2 menit
dengan kecepatan 3000 rpm. Bagian supernatannya diambil dengan cara disaring
dengan kertas saring. Supernatan yang didapatkan akan digunakan untuk analisis
boraks secara kuantitatif dengan spektrofotometer (Suseno, D. 2019)

2. Analisis boraks secara kualitatif


Panjang gelombang maksimum dan kurva standar boraks diperlukan untuk
mencari konsentrasi boraks dalam sampel. Boraks dalam bentuk asam borat akan terikat
oleh kurkumin sehingga membentuk kompleks Boron Cyanon Kurkumin yang
berwarna merah cherry. Kompleks warna tersebutlah yang dimanfaatkan untuk
mengukur kadar boraks menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis. Salah satu
pereaksi yang digunakan yaitu kurkumin. Konsentrasi kurkumin yang digunakan
sebesar 0,125% yang berdasarkan penelitian terdahulu bahwa pada kisaran 0,100% -
0,150% kurkumin dapat larut sempurna dalam asam asetat tanpa proses penyaringan
(Suseno, D. 2019)
Salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya konsentrasi boraks pada
bakso yaitu adanya proses perebusan. Semakin lama proses perebusan bakso,
dimungkinkan semakin banyak boraks pada bakso yang larut dalam kuah bakso selama
proses perebusan. Hal ini disebabkan karena sifat boraks sendiri yang mudah larut

4
dalam air dan kelarutannya meningkat seiring dengan meningkatnya suhu air (Suseno,
D. 2019)
Terdeteksinya boraks pada sampel bakso mengindikasikan bahwa masih banyak
pedagang yang menambahkan boraks pada baksonya agar tahan lama dan menjadi lebih
kenyal. Kurangnya edukasi tentang bahayanya boraks menjadi salah satu penyebab
masalah tersebut. Konsentrasi boraks yang dapat menyebabkan keracunan yaitu sekitar
5 – 10 g/kg berat badan. Walaupun konsentrasi boraks pada sampel masih dikatakan
kecil, namun bila ditinjau dalam segi kesehatan itu tetap tidak baik karena jika
terakumulasi dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ. Hal ini dikarenakan
boraks bersifat toksik bagi sel sehingga berisiko terhadap kesehatan manusia yang
mengonsumsi makanan mengandung boraks (Suseno, D. 2019)

2.4 Reaksi rodamin b, borax, formalin, metanil yellow


Peluang terjadi penyalahgunaan zat warna rhodamin B dan methanyl yellow dalam
makanan dapat terjadi pada setiap pedagang makanan. Harga yang murah menjadi salah satu
alasan oleh produsen untuk menggunakan zat pewarna tekstil tersebut lalu ditambahkan pada
produk makanan seperti manisan, serta zat pewarna tekstil ini memiliki warna yang lebih
menarik dibanding dengan zat pewarna untuk makanan biasanya. (Masthura. 2019)

Penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM), zat pewarna sintesis khususnya yang
illegal seperti rhodamin B (pewarna merah pada tekstil) dan methanyl yellow, dapat
terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang
menyebabkan kelainan-kelainan pada organ tubuh manusia. Rhodamin B (pewarna merah
berbahaya) bila tertelan dapat mengakibatkan iritasi saluran pencernaan, gangguan fungsi hati,
dan kanker hati. Untuk methanyl yellow (pewarna kuning berbahaya) bila tertelan dapat
mengakibatkan mual, muntah, sakit perut, dan kanker kandung kemih (Masthura. 2019)

Boraks sejatinya digunakan untuk membuar campuran detergen, glasi enamel gigi
buatan, plastik, antiseptik, pembasmi serangga, dan pengawet kayu. Demikian pula dengan
formalin, bahan ini biasanya digunakan sebagai pengawet pada mayat, bahan tambahan
kosmetik, perabot kayu, dan desinfektan kuat. Boraks bila tertelan dalam jumlah tinggi dapat
meracuni sel-sel tubuh dan menyebabkan kerusakan usus, hati, ginjal dan otak. Jika dikonsumsi
dalam jangka waktu lama, maka dapat menyebabkan kerusakan hati dan kanker. (Male, Y., T.
Dkk. 2019)

5
DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, S. 2016. Penambahan Boraks dalam Bakso dan Faktor Pendorong Penggunaannya
Bagi Pedagang Bakso di Kota Bengkulu. JURNAL SAIN VETERINER ISSN :
0126 – 0421

Male, Y., T. Dkk. ANALISIS KANDUNGAN BORAKS DAN FORMALIN PADA BAKSO
DI KOTA AMBON. Biofaal Journal; Vol 1, No 1, 37 - 43 ISSN : 2723-4959

Masthura. 2019. IDENTIFIKASI RHODAMIN B DAN METHANYL YELLOW PADA


MANISAN BUAH YANG BEREDAR DI KOTA BANDA ACEH SECARA
KUALITATIF. Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry

Pandie T dkk. 2014. Identifikasi Boraks, Formalin dan Kandungan Gizi serta Nilai Tipe pada
Bakso yang Dijual di Lingkungan Perguruan Tinggi di Kota Kupang. Jurnal
Kajian Veteriner. Vol. 2 No. 2 : 183-192

Santi, A., U., Parta. 2017. ANALISIS KANDUNGAN ZAT PENGAWET BORAKS PADA
JAJANAN SEKOLAH DI SDN SERUA INDAH 1 KOTA CIPUTAT.
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 76151 Volume 1 No.1

Suseno, D. 2019. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Boraks Pada Bakso
Menggunakan Kertas Turmerik, FT – IR Spektrometer dan Spektrofotometer Uv
–Vis. Indonesian Journal of Halal. ISSN : 2656-4963

Anda mungkin juga menyukai