Anda di halaman 1dari 6

ISSN : 2579 – 76151

e-ISSN : __ ________.
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika
Email : holistika@umj.ac.id

ANALISIS KANDUNGAN ZAT PENGAWET BORAKS PADA JAJANAN


SEKOLAH DI SDN SERUA INDAH 1 KOTA CIPUTAT

Apri Utami Parta Santi


PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jl. KH Ahmad Dahlan
Cirendeu Ciputat, 15419

tetivianita@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by the proliferation of street food sellers who use harmful preservatives.
Many snacks sellers in front of SDN Serua 1 be the reason researchers wanted to know whether the
snacks contain preservatives borax. This type of research is descriptive laboratory. The study was
conducted by interviewing sellers and doing a simple examination and laboratory with colorimetric
method. The population in this study street food seller who trade outside the school fence SDN Serua
1. Snacks that have been analyzed in laboratory is negative, which means all food contains no
preservatives borax. So snacks in front of SDN 1 Serua safe for consumption by the students and
surrounding communities.

Keywords: borax, food seller street, school snack

PENDAHULUAN yang terjangkau. Banyaknya para pedagang


jajanan di sekolah dan beragamnya jenis
A nak usia sekolah adalah investasi bangsa
karena mereka adalah generasi penerus
bangsa. Tumbuh berkembangnya anak
makanan yang dijual bahkan mengakibatkan
beberapa siswa dapat menghabiskan uang
usia sekolah yang optimal tergantung pada sakunya untuk jajanan yang kurang memenuhi
pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas standar gizi dan keamanan tersebut.
yang baik. Hasil penelitian Suci (2009) Kondisi makanan dan minuman yang
menyatakan bahwa pada umumnya anak usia tidak sehat sangat merugikan anak-anak karena
sekolah sering berbelanja di kantin sekolah mereka dapat terinfeksi atau sakit bahkan
tetapi cenderung memilih makanan yang berada keracunan dengan gejala-gejala seperti mual,
di luar pagar sekolah. sakit perut, muntah, dan diare. Sekarang ini
Hal tersebut juga tampak pada banyak ditemukan makanan jajanan anak
lingkungan sekolah SDN Serua 1 dan 2. Anak- sekolah yang mengandung pengawet
anak sekolah sangat tertarik dengan jajanan di berbahaya, salah satunya yaitu boraks.
sekolah karena warnanya yang menarik, Sejak lama boraks telah disalahgunakan
rasanya yang menggugah selera, dan harganya oleh produsen nakal untuk pembuatan makanan

57
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 76151
Volume 1 No.1 Mei 2017 e-ISSN : _

seperti kerupuk beras , mie, bakso (sebagai vitamin, mineral, lemak dan serat. Ketiga,
pengenyal dan pengawet), lontong (sebagai keamanan makanan yang dikonsumsi yaitu
pengeras) bahkan pada pembuatan bubur ayam terbebas dari bahan-bahan pencemar atau racun
(sebagai pengental dan pengawet). Padahal yang bersifat mikrobiologis dan kimiawi
fungsi boraks sebenarnya digunakan dalam (Afrianti, 2005).
dunia industri non pangan sebagai bahan solder, Pada umumnya dalam pengelolaan
bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik makanan selalu diusahakan untuk menghasilkan
dan pengontrol kecoa (Suhanda, 2012). produk makanan yang disukai dan berkualitas
Di sekitar SDN Serua 1 dan 2 banyak baik. Untuk mendapatkan makanan seperti yang
sekali penjual jajanan yang berjualan di luar diinginkan maka sering pada proses
pagar sekolah. Lokasi sekolah yang di depan pembuatannya dilakukan penambahan Bahan
jalan raya membuat udara berdebu, namun Tambahan Makanan (BTM) yang disebut zat
anak-anak banyak yang membeli jajajan aktif kimia (food additive) (Widyaningsih,
tersebut. Selain kondisi makanan dan 2006).
lingkungan yang tidak higienis dikhawatirkan Menurut Hermana (1991), pengawetan
juga mengandung bahan pengawet berbahaya. dengan zat kimia merupakan teknik yang relatif
Makanan adalah komponen utama yang sederhana dan murah. Cara ini terutama
sangat berperan penting dalam kehidupan umat bermanfaat bagi wilayah yang tidak mudah
manusia. Makanan sering diistilahkan sebagai menyediakan sarana penyimpanan pada suhu
segala sesuatu yang dapat dimakan atau rendah. Konsentrasi bahan pengawet yang
dikonsumsi oleh manusia dan tidak diizinkan oleh peraturan sifatnya adalah
mendatangkan bahaya bagi orang yang penghambatan dan bukannya mematikan
mengkonsumsinya. Makanan biasa juga organisme-organisme pencemar. Oleh karena
diistilahkan sebagai sesuatu yang diperlukan itu populasi mikroba dari bahan pangan yang
oleh tubuh dan mendatangkan manfaat bagi akan diawetkan harus dipertahankan
orang yang mengkonsumsinya (Sediaoetoemo, seminimum mungkin dengan cara penanganan
2000). dan pengolahan secara higienis.
Pola hidup atau gaya hidup masyarakat Makanan yang dijajakan sekarang ini
akhir-akhir ini menghendaki segala sesuatu tidak terlepas dari zat atau bahan yang
bersifat serba praktis dan cepat. Begitu pula mengandung unsur berbahaya dan pengawet
dengan proses penyediaan makanan, banyak yang dalam jumlah banyak dapat menyebabkan
makanan jajanan cepat saji yang beredar di kerusakan pada jaringan tubuh. Jika suatu
masyarakat. Keunggulan makanan tersebut bahan makanan mengandung bahan yang
mudah diperoleh dan harganya terjangkau sifatnya berbahaya bagi kesehatan, maka
(Harsojo, 2013) makanan tersebut dikategorikan sebagai bahan
Pada umumnya bahan makanan makanan yang tidak layak dikonsumsi.
mengandung beberapa unsur atau senyawa Makanan yang tidak layak dikonsumsi misalnya
seperti air, karbohidrat, protein, vitamin, lemak, makanan yang mengandung logam berat (Pb,
enzim, pigmen, dan lain-lain. Kualitas makanan Cd, Hg, Ra, dsb), mengandung mikroorganisme
adalah keseluruhan sifat-sifat dari makanan yang berbahaya bagi tubuh, mengandung bahan
tersebut yang berpengaruh terhadap penerimaan pengawet (boraks, formalin, alkohol dsb), serta
dari konsumen. Atribut kualitas makanan makanan yang mengandung zat pewarna
adalah pertama, yaitu sifat indrawi/organoleptik berbahaya (Rhodamin B, Methanyl yellow atau
yaitu sifat-sifat yang dapat dinilai dari panca Amaranth) (Effendi, 2004).
indra seperti penampakan (bentuk, ukuran, Boraks adalah zat pengawet yang banyak
warna) atau rasa (asam, asin, manis, pahit) digunakan dalam industri pembuatan
tekstur yaitu sifat yang dinilai dari indra peraba. taksidermi, insektarium dan herbarium, tetapi
Kedua, nilai gizi yaitu karbohidrat, protein, dewasa ini masyarakat cenderung

58
Apri Utami Parta Santi : Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks Pada Jajanan
Sekolah Di Sdn Serua Indah 1 Kota Ciputat
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika Email : holistika@umj.ac.id
menggunakannya dalam industri rumah tangga pagar sekolah SDN Serua 1 serta para
sebagai bahan pengawet makanan seperti penjualnya. Populasi pedagang di lapangan
pembuatan mie dan bakso (Tumbel, 2010). tidak tentu kurang lebih rata-rata sekitar 10
Menurut Subiyakto (1991), boraks adalah pedang per hari. Sampel yang diambil berupa
senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau makanan olahan yang berjumlah 4 jenis.
dan stabil pada suhu ruangan. Boraks Alat dan bahan yang dipergunakan dalam
merupakan senyawa kimia dengan nama penelitian ini meliputi jajanan / makanan,
Natrium tetraborat (NaB4O710H2O). Jika larut kunyit, mortar, gelas beaker, kain, kertas
dalam air akan menjadi hidroksida dan asam whattman, cawan petri, bolpoint dan kertas.
borat (H3BO3). Data yang dikumpulkan pada penelitian ini
Boraks atau asam boraks biasanya merupakan data primer. Data diperoleh peneliti
digunakan untuk bahan pembuat detergen dan melalui wawancara langsung dengan pedagang
atiseptic (Tubagus, 2013). Mengkonsumsi jajanan dan menggunakan pengambilan
makanan yang mengandung boraks tidak langsung sampel makanan dari penjual jajanan.
berakibat buruk secara langsung tetapi boraks Setelah sampel didapatkan lalu dipisahkan
akan menumpuk sedikit demi sedikit karena menjadi 2 bagian. Sampel pertama digunakan
diserap dalam tubuh konsumen secara untuk mengetahui kandungan boraks dalam
komulatif (Subiyakto, 1991). makanan secara sederhana dan sampel kedua
Nevrianto (1991) menyebutkan bahwa untuk uji laboratorium. Sampel pertama akan
boraks dinyatakan dapat mengganggu diuji sendiri oleh peneliti, sedangkan sampel
kesehatan apabila digunakan dalam makanan kedua akan diujikan di Laboratorium Kesehatan
misalnya mie, bakso dan krupuk. Efek negatif Daerah Dinas Kesehatan Kota Tangerang
yang ditimbulkan dapat berjalan lama meskipun Selatan.
yang digunakan dalam jumlah sedikit. Jika Pengujian secara sederhana kandungan
tertelan boraks dapat mengakibatkan efek pada boraks pada makanan dapat menggunakan uji
susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. warna kunyit dengan pembuatan paper test-kit
Konsentrasi tertinggi dicapai selama eksresi. sederhana. Kunyit yang merupakan bahan alami
Ginjal merupakan organ paling mengalami ini bisa digunakan untuk menguji kandungan
kerusakan dibandingkan dengan organ lain. boraks dalam makanan. Adanya kurkumin
Dosis fatal untuk dewasa 15-20 gr dan untuk dalam kunyit membuat kunyit dapat digunakan
anak-anak 3-6 gr (Simpus, 2005). sebagai kit yang dapat digunakan untuk
menganalisis kandungan boraks secara
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk sederhana.
mengetahui profil pedagang jajanan sekolah Proses pembuatan paper test kit, yaitu
dan ada tidaknya kandungan bahan pengawet a. Kunyit ditumbuk halus dengan
boraks pada jajanan anak sekolah di SDN Serua menggunakan mortar, ditambah sedikit air
1. Dalam penelitian ini dapat diambil hipotesis b. Cairan disaring didalam beaker glass.
bahwa terdapat beberapa sampel jajanan yang c. Air kunyit di dalam beaker glass sebagian
mengandung boraks. dituangkan pada petridish.
METODE PENELITIAN d. Kertas whatman dicelupkan kedalam
enis penelitian yang digunakan adalah petridis dan dibolak balik hingga semua

J deskriptif laboratorik. Penelitian dilakukan


dengan wawancara kepada para pedagang e.
permukaannya rata dengan air kunyit,
Kemudian kertas whattman ditata diatas
serta dengan pemeriksaan secara sederhana dan papan dan dikeringkan dibawah terik sinar
laboratorium dengan metode colorimetric. matahari.
Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa f. Sebagai acuan dibuat satu pembanding
jenis makanan jajanan yang dijajakan di luar dari kertas whattman yang sudah kering
diteteskan dengan larutan boraks.

59
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 76151
Volume 1 No.1 Mei 2017 e-ISSN : _

Pengujian kandungan boraks dilakukan dengan untuk dibuat makanan yang sering disebut
: gendar (Yuliarti, 2007).
Sering mengkonsumsi makanan
a. Membuat ekstrak dari makanan yang akan
berboraks akan menyebabkan gangguan otak,
diuji kandungan boraksnya, misalnya pada
hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak,
bakso.
boraks menyebabkan demam, anuria (tidak
b. Bakso ditumbuk dan ditambahkan sedikit
terbentuknya urin), koma, merangsang sistem
air sehingga ekstraknya dapat diambil.
syaraf pusat, menimbulkan depresi apatis,
Kemudian diteteskan ke paper test kit apabila sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal,
warnanya berubah menjadi coklat maka pingsan bahkan kematian (Widyaningsih dan
makanan mengandung boraks Murtini, 2006).
Perilaku seorang penjual sangat
mempengaruhi kualitas dari makanan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN akan mereka jual. Perilaku seseorang pada
nalisis boraks pada keempat sampel yang dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata
A dijual oleh penjual jajanan di sekitar SDN
Serua 1 dan 2 dengan menggunakan
lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi
oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan
metode uji Colorimetric menunjukkan bahwa tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu
tidak terdeteksi pengawet boraks. Apabila diketahui secara sadar oleh individu yang
boraks diberikan pada makanan akan membuat bersangkutan (Winardi, 2004). Skinner (1938)
makanan menjadi kenyal dan tahan lama. dalam Winardi (2004) seorang ahli psikologi
Makanan yang telah diberikan boraks tidak merumuskan bahwa perilaku merupakan respon
dapat dibedakan dengan panca indra harus atau reaksi seseorang terhadap stimulus
dilakukan uji khusus boraks di laboratorium (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku
(Riandini, 2008). terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme dan kemudian organisme tersebut
Tabel 1. Hasil Analisis Laboratorium Boraks
merespon.
Sampel Metode Uji Hasil Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan
Cimol Colorimetric Negatif penginderaan terhadap objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera
Cireng isi Colorimetric Negatif
manusia, yakni indra penglihatan, pende
Bakso Colorimetric Negatif Pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
Batagor Colorimetric Negatif dari mata dan telinga (Notoatmojo, 2003)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui
bahwa tingkat pengetahuan penjual tentang
Meskipun bukan pengawet makanan, sifat-sifat dan bahaya boraks tergolong baik.
boraks sering digunakan sebagai pengawet Karena semua penjual jajanan bakso dapat
makanan. Selain sebagai pengawet, bahan ini menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
berfungsi pula mengenyalkan makanan. tepat dan benar. Sehingga apabila pengetahuan
Makanan yang sering ditambahkan boraks seseorang itu baik, maka perilaku yang mereka
diantaranya adalah bakso, lontong, mie, timbulkan akan baik pula sesuai dengan
kerupuk, dan berbagai makanan tradisional. Di pengetahuan yang telah mereka dapatkan
masyarakat, boraks juga dikenal dengan selama ini.
sebutan garam kuning, bleng, atau pijer dan Para penjual mengaku hanya mengetahui
sering digunakan untuk mengawetkan nasi pengawet boraks saja dan sudah faham bahwa
itu berbahaya. Tapi meskipun mereka

60
Apri Utami Parta Santi : Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks Pada Jajanan
Sekolah Di Sdn Serua Indah 1 Kota Ciputat
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/holistika Email : holistika@umj.ac.id
memahami bahwa pengawet boraks itu Tabel 2. Hasil Wawancara
berbahaya namun tidak faham sepenuhnya
bahaya apa yang bisa ditimbulkannya. Akan
tetapi meskipun demikian ternyata mereka tidak
mau menggunakan bahan pengawet tersebut
karena dirasa tidak perlu.
Sikap adalah determinan perilaku karena
mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian
dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu
keadaan sikap mental yang dipelajari dan
diorganisasi menurut pengalaman dan yang
menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas
reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-
objek,dan situasi-situasi dengan siapa ia
berhubungan (Winardi, 2004).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa semua penjual
bersikap positif untuk tidak menggunakan
boraks dalam proses pembuatan makanan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian
Sugiyatmi (2006) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara sikap SIMPULAN
pembuat makanan jajanan tradisional yang
dijual di pasar-pasar Kota Semarang terhadap
penggunaan boraks dalam pembuatan makanan
jajanan.
J ajanan yang telah dianalisis laboratorium
bernilai negatif yang berarti semua makanan
Dari pengetahuan dan sikap yang ada tidak mengandung bahan pengawet boraks. Jadi
pada diri seseorang akan melahirkan sebuah jajanan yang ada di depan SDN 1 Serua aman
tindakan atau praktek untuk sesuatu hal yang
untuk dikonsumsi oleh para siswa maupun
mereka lakukan. Berdasarkan hasil wawancara
sebelumnya yang menyatakan bahwa penjual di masyarakat sekitar. Disarankan dalam
depan SDN 1 Serua memiliki sikap yang baik penelitian selanjutnya untuk diambil sampel
dan sikap yang positif, sehingga pada
secara berkala dalam rentang waktu tertentu
prakteknya penjual juga memiliki nilai praktek
yang baik. Hal ini didukung dengan hasil sehingga lebih menguatkan hasil uji
wawancara yang dilakukan langsung pada laboratorium yang dilakukan.
penjual yang mengatakan bahwa boraks itu
merupakan zat yang beracun dan dapat merusak REFERENSI
kesehatan apabila dikonsumsi sehingga tidak Afrianti,L.H. 2005. Bahan Tambahan Makanan
baik untuk ditambahkan ke dalam makanan. TAK Sekedar Bahan Tambahan.
http://www.pikiranrakyat.com/cetak200
5/0205/24/cakrawala/penelitian01.htm.
Diakses 08-08-15.
Effendi, S. 2004. Penggunaan Bahan
Tambahan Makanan .
http://www.mediaindonesia.co.id.
Media Indonesia Jakarta. Diakses
tanggal 08-08-15.

61
HOLISTIKA : Jurnal Ilmiah PGSD ISSN : 2579 – 76151
Volume 1 No.1 Mei 2017 e-ISSN : _

Harsojo & Kadir. 2013. Penggunaan Formalin boraks-dalam-makanan.html. Diakses


dan Boraks serta Kontaminasi Bakteri 21-10-2015 pukul 21.00 WIB.
Pada Otak-Otak. Jurnal Iptek Nuklir
Ganendra vol.16 (1) : 9-16. Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya di Balik
Hermana. 1991. Iradiasi Pangan. Bandung : Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Andi
ITB.
Nevrianto, R. 1991. Ancaman Boraks lewat
bakso. Jakarta : PT.Grafiti .
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan
Perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Riandini, N. 2008. Bahan Makanan dalam
Makanan dan Minuman. Bandung:
Shakti adiluhung.
Sediaoetomo,A.D. 2000. Ilmu Gizi Jilid 1.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Simpus. 2005. Bahaya Boraks , Pengantar
Teknologi Pangan. Jakarta: Intisari
Pustaka Utama.
Subiyakto,M.G. 1991. Bakso, Boraks dan
Bleng. Jakarta : PT.Gramedia.
Sugiyatmi, Sri. 2006. Analisis Faktor-faktor
Risiko Pencemaran Bahan Toksik
Boraks dan Pewarna pada Makanan
Jajanan Tradisional yang Dijual di
Pasar-pasar Kota Semarang tahun 2006.
Tesis. Semarang : Universitas
Diponegoro.o
Suhanda, R. 2012. Higiene Sanitasi
Pengolahan dan Analisa Boraks pada
Bubur Ayam yang dijual di Kecamatan
Medan Sunggal tahun 2012. Skripsi.
Medan : Universitas Sumatera Utara.
Tumbel, M. 2010. Analisis Kandungan Boraks
dalam Mie Basah yang Beredar di Kota
Makasar. Jurnal Chemica vol 11 (1):
(57-64).
Widyaningsih, T.D dan Murtini, E.S. 2006.
Alternatif Pengganti Formalin Pada
Produk Pangan. Jakarta: Trubus
Agrisarana.
Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku
Organisasi. Jakarta : Prenada Media.
Witono. 2013. Paper Test-Kit Sederhana Untuk
Analisis Kadar Boraks Dalam
Makanan.
http://fmipa.uny.ac.id/berita/paper-test-
kit-sederhana-untuk-analisis-kadar-

62

Anda mungkin juga menyukai