Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PRAKTIKUM

APLIKASI BIOTEKNOLOGI PANGAN

PEMBUATAN SAUERKRAUT

NAMA : AZZAHRA NABILAH


NIM : G031191042
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
ASISTEN : INDAH PRATIWI ROSLAN

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI PANGAN


PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
PEMBUATAN SAUERKRAUT

A Nabilah1), IP Roslan2)
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Departemen Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin

Abstract
Fermentation is one of the preservation method to horticultural commodities such as cabbage.
Fermented cabbage is commonly called sauerkraut. In general, the fermentation of sauerkraut is
determined by the amount of salt addition. So in this practicum, variations in the addition of salt with
different levels are carried out. Therefore, the effect of salt level on the characteristics of the resulting
sauerkraut will be observed. The method used in this practicum is to produce sauerkraut with different
salt levels (2%, 5%, and 10%). The cabbage is stored in a low oxygen container at room temperature
for 7-10 days. After that, observations were made based on several organoleptic parameters including
color, aroma, texture, and taste. Sauerkraut with 2% salt produces a dull yellow color, gas aroma,
crunchy texture, and sour taste. Meanwhile, sauerkraut with 5% salt content produces a dull white color,
sour aroma, crunchy texture, and a slightly salty taste. For sauerkraut 10% salt content produces white
color, gas aroma, crunchy texture, and salty taste.
Keywords: Cabbage, Fermentation, Sauerkraut, Salt

I. PENDAHULUAN cara sebelum fermentasi, tergantung pada


sifat sayuran segar dan produk yang
I.1 Latar Belakang diinginkan (Montaño et al., 2016).
Kubis atau kol merupakan salah satu Sauerkraut adalah produk yang
komoditi hortikultura yang sangat mudah dihasilkan dari fermentasi bakteri asam laktat
dijumpai di masyarakat. Produk tersebut alami dari kubis yang diiris tipis. Berasal dari
didistribusikan ke berbagai daerah untuk Jerman yang secara harfiah diterjemahkan
memenuhi kebutuhan sayuran. Namun, berarti asam (sauer) kubis (kraut). Kepala
setelah dipanen sayuran termasuk kubis kubis dipangkas untuk menghilangkan
sangat mudah rusak dan membusuk karena bagian luar daun yang hijau, patah, atau
kandungan airnya yang tinggi. Hal tersebut kotor, dan inti kol ditusuk atau dibuang
sangat merugikan petani karena sebagian sebagian. Sauerkraut adalah makanan rendah
hasil panen apabila rusak harus dibuang. gula dan tinggi vitamin C (Hayati et al., 2017)
Proses pembusukan perlu dihambat agar sehingga baik untuk kesehatan. Selain itu,
sebagian besar produk sayuran dapat dalam penelitian Pato et al., (2019) bahwa
dimanfaatkan secara maksimal, salah satu sauerkraut mengandung senyawa
caranya dengan pengawetan. theisothiocyanates yang mampu mencegah
Salah satu cara pengawetan kubis pertumbuhan sel kanker.
adalah dengan perlakuan fermentasi. Hal ini Berdasarkan uraian di atas, maka
didasarkan pada pernyataan bahwa sebagian sangat penting untuk mengetahui proses
besar sayuran, dapat difermentasi dalam air fermentasi sauerkraut untuk menghasilkan
garam. Proses fermentasi sayuran dapat produk sesuai dengan yang diinginkan.
menghasilkan makanan yang dapat disimpan Sebagaimana fermentasi kubis menjadi
untuk waktu yang lama, yaitu 1 tahun atau sauerkraut pada umumnya yang sangat
lebih, tanpa pendinginan (Montaño et al., ditentukan oleh penambahan garam, maka
2016). Sayuran dapat diolah dengan berbagai pada praktikum ini dilakukan variasi
1)
Praktikan Aplikasi Bioteknologi Pangan
2)
Asisten Aplikasi Bioteknologi Pangan
penambahan garam dengan kadar yang dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,
berbeda. Maka dari itu, akan dilihat Universitas Hasanuddin.
pengaruhnya terhadap karakteristik II.2 Alat dan Bahan
sauerkraut yang dihasilkan. Alat yang digunakan dalam
I.2 Rumusan Masalah praktikum ini adalah baskom, pisau, stoples
volume 1 liter.
Proses fermentasi kubis
Bahan yang digunakan dalam
menggunakan bakteri asam laktat secara
praktikum ini adalah 3 siung bawang putih, 9
spontan dengan penambahan garam.
1 bungkus garam halus, 10 gram jintan
Sebagaimana fermentasi kubis menjadi
bubuk, 3 kg kubis dan 10 gram merica bubuk.
sauerkraut pada umumnya yang sangat
dipengaruhi oleh penggunaan garam, maka II.3 Prosedur Praktikum
praktikum ini dilakukan dengan variasi II.3.1 Pembuatan Sauerkraut
penambahan garam dengan kadar yang
Bahan baku sauerkraut adakah kubis
berbeda. Maka dari itu, akan dilihat
yang disiapkan sebanyak 3 kg. Mula-mula
pengaruhnya terhadap sauerkraut yang
kubis dibersihkan lalu diiris tipis-tipis
dihasilkan.
kemudian dimasukkan ke dalam wadah
I.3 Tujuan dan Kegunaan masing-masing sebanyak 1 kilogram.
Tujuan dari praktikum pembuatan Selanjutnya, garam halus ditimbang dengan
tempe yaitu: berat masing-masing 20 gram (2%), 50 gram
1. Untuk mengetahui prosedur (5%), dan 100 gram (10%). Kubis
pembuatan sauerkraut dimasukkan ke dalam masing-masing
2. Untuk mengetahui pengaruh baskom, lalu ditambahkan sebagian dari
penambahan garam terhadap garam kemudian diremas-remas. Kubis
fermentasi sauerkraut didiamkan selama 15 menit lalu ditambahkan
3. Untuk Mengetahui karakteristik sisa garam dan kembali diremas-remas
sauerkraut yang dihasilkan dari hingga volumenya menyusut kemudian
beberapa perlakuan didiamkan kembali selama 15 menit.
Kegunaan yang diharapkan dari Selanjutnya kubis dimasukkan ke dalam
praktikum ini adalah meningkatnya stoples lalu ditekan-tekan sampai benar-
pengetahuan tentang prinsip pembuatan benar padat. Sisa air dicampurkan dengan
sauerkraut, melakukan beberapa variasi bawang putih yang telah dihancurkan beserta
kadar garam pada pembuatan sauerkraut, merica dan jintan kemudian dimasukkan ke
mendapatkan hasil terbaik dari beberapa dalam stoples. Stoples ditutup dan
perlakuan yang dilakukan serta munculnya difermentasi selama 2-3 hari. Hari ketiga dan
sikap ilmiah dalam praktikum yang seterusnya tutup stoples dibuka lalu ditutup
dilakukan secara mandiri. kembali untuk melepaskan gas CO2.
Fermentasi dilakukan selama 7-10 hari
II. METODOLOGI PRAKTIKUM hingga menghasilkan aroma khas sauerkraut.

II.1 Waktu dan Tempat Praktikum III.HASIL DAN PEMBAHASAN


Praktikum ini dilaksanakan pada
tanggal 8 September 2021 pukul 13.00-14.40 III.1 Hasil
WITA di Laboratorium Mikrobiologi dan Hasil yang didapatkan dari praktikum
Bioteknologi Pangan, Program Studi Ilmu pembuatan sauerkraut disajikan dalam tabel
yaitu:
Tabel 4. Hasil pengamatan pembuatan sauerkraut
No Perlakuan konsentrasi Pengamatan
garam
Warna Aroma Tekstur Rasa

1 Penggunaan garam
2 1 4 4
konsentrasi 2%

2 Penggunaan garam
3 2 4 3
konsentrasi 5%

3 Penggunaan garam
4 1 4 2
konsentrasi 10%

Sumber: Data Primer Praktikum Aplikasi Bioteknologi Pangan, 2021.


Keterangan skor:

- Warna: - Aroma: - Tekstur: - Rasa:

1 = kuning terang 1 = berbau gas 1 = sangat lunak 1 = sangat asin


2 = kuning kusam 2 = berbau asam 2 = lunak 2 = asin
3 = putih kusam 3 = berbau segar 3 = agak renyah 3 = sedikit asin
4 = putih 4 = agak bau rempah 4 = renyah 4 = asam
5 = putih cerah 5 = bau rempah 5 = sangat renyah 5 = Asam segar
menyengat

III.2 Pembahasan pembuatan sauerkraut bergantung


Sauerkraut adalah pangan fermentasi sepenuhnya jumlah penambahan garam. Oleh
berbahan dasar kubis yang berasal dari karena itu konsentrasi garam yang digunakan
Jerman. Fermentasi dibantu oleh berbagai harus dikontrol dengan tepat dan teliti.
bakteri asam laktat, seperti Leuconostoc, Fermentasi pada sauerkraut
Lactobacillus dan Pediococcus yang terdapat melibatkan mikroba pada kubis secara
pada kubis sehingga proses fermentasi spontan, yang didominasi oleh jenis bakteri
dilakukan secara spontan tanpa penambahan asam laktat. Mikroorganisme fermentasi
starter mikroorganisme, namun diperlukan yang akan tumbuh dan mendominasi substrat
penambahan garam (Hayati et al., 2017). adalah Leuconostoc mesenteroides,
Hasil fermentasi kubis akan membuat kubis Lactobacillus plantarum, Lactobacillus sake,
memiliki cita rasa yang lebih asam. Lactobacillus brevis, dan Lactobacillus
Ciri Sauerkraut yang baik memiliki curvatus secara bertahap (Rakhmanova et al.,
yaitu: Kandungan asam sekitas 7.5% dengan, 2018). Selain itu, telah ditemukan kehadiran
pH 4.1, kandungan garam sekitas 10% dari mikroorganisme lain, yaitu Lactobacillus
berat total, dengan kadar garam 1.3-5.0% paraplantarum, Lactobacillus coryniformis
(Amerika Serikat) atau 0.7-3.0% (Jerman) dan Weissella sp., bakteri-bakteri tersebut
(Astuti & Syamhudi, 2014). Keberhasilan bekerja secara anaerob untuk merombak gula
yang terdapat pada kubis dan menghasilkan warna menjadi gelap, dan mendukung bagi
produk berupa asam laktat (Astuti & pertumbuhan khamir (Nakdiyani, 2021).
Syamhudi, 2014) Kadar garam paling tinggi (10%) akan
menghambat aktivitas bakteri asam laktat
Fermentasi secara spontan akan
sehingga warna asli kubis akan bertahan.
dimulai dalam beberapa jam hingga 1-2 hari
Secara organoleptik, sauerkraut yang disukai
dan akan berlanjut antara 7 hari dan beberapa
adalah yang berwarna segar dan cerah
minggu dan dipengaruhi oleh suhu. Urutan
(Nakdiyani, 2021).
pertumbuhan mikroba dari kubis yang
memfermentasi secara spontan selalu dimulai Hasil yang didapatkan pada penilaian
oleh Leuconostoc mesenteroides, diikuti oleh aroma adalah munculnya aroma gas pada
BAL heterofermentatif, dan akhirnya BAL sauerkraut dengan kadar garam 2% dan 10%
homofermentatif. Sauerkraut yang benar- sehingga mendapatkan skor terendah. Untuk
benar difermentasi mengandung total asam sauerkraut kadar garam 5% menghasilkan
1,8-2,3% (dihitung sebagai asam laktat) yang aroma asam. Hal tersebut mengindikasikan
terdiri dari asam laktat dan asam asetat serta bahwa perbedaan kadar garam tidak
organik lainnya seperti asam suksinat, malat, berpengaruh secara signifikan terhadap
dan propionat juga dapat dibentuk dalam aroma sauerkraut. Adanya gas pada hasil
jumlah yang lebih kecil. Etanol, manitol, fermentasi diduga muncul akibat aktivitas
CO2, dan senyawa lain diproduksi dalam mikroorganisme yang menghasilkan gas. Hal
jumlah yang bervariasi sebagai hasil ini sesuai dengan pernyataan (Andika et al.,
metabolisme BAL heterofermentatif. 2018). Sedangkan aroma asam pada
(Montaño et al., 2016). sauerkraut muncul akibat adanya senyawa-
senyawa asam laktat, asam aasetat,
Sauerkraut yang dihasilkan pada
asetaldehid, diasetil dan senyawa-senyawa
praktikum ini terdiri dari tiga jenis, yaitu
volatil lainnya sehingga terbentuknya aroma
sauerkraut dengan kadar garam yang berbeda
yang khas(Astuti & Syamhudi, 2014).
(2%, 5% dan 10%). Kubis disimpan dalam
wadah minim oksigen pada suhu ruang Berdasarkan pengamatan pada
selama 7-10 hari. Setelah itu, dilakukan parameter tekstur, didapatkan hasil yaitu
pengamatan berdasarkan beberapa parameter ketiga perlakuan memberikan tesktur renyah.
organoleptik meliputi warna, aroma, tekstur, Kubis sendiri memiliki tekstur yang renyah,
dan rasa. akan tetapi setelah fermentasi terjadi
perubahan. Sauerkraut yang dihasilkan,
Berdasarkan parameter warna,
semuanya memiliki terkstur renyah namun
sauerkraut dengan kadar 2% memiliki skor
berair dan berbunyi ketika dikunyah. Hal ini
paling rendah (berwarna kuning kusam),
menunjukkan tak ada pengaruh konsentrasi
diikuti oleh sauerkraut kadar garam 5% yang
garam terhadap tekstur sauerkraut. Hal ini
sedikit lebih cerah sedangkan sauerkraut
bertentangan dengan literatur, di mana
kadar garam 10% memiliki skir paling tinggi
semakin banyak penambahan garam
(putih) dari ketiga sauerkraut yang
menyebabkan tekstur semakin tidak renyah
dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa
karena semakin tinggi persentase garam
kadar garam berpengaruh terhadap warna
maka air yang dikeluarkan oleh sayuran akan
kubis. Perbedaan warna diduga disebabkan
semakin banyak dan menimbulkan tekstur
oleh penambahan garam, di mana kadar
sayuran semakin lembek (Nakdiyani, 2021).
garam yang terlalu tinggi akan menunda
fermentasi alami sehingga menyebabkan
Berdasarkan penilaian parameter Kesimpulan dari praktikum pembuatan
rasa, sauerkraut dengan kadar garam 2% sauerkraut yaitu:
memiliki skor paling tinggi, lalu diikuti oleh 1. Proses pembuatan sauerkraut yaitu
sauerkraut dengan kadar garam 5%, dan pemberian garam pada kubis
yang paling rendah adalah sauerkraut dengan kemudian difermentasi.
kadar garam 10%. Penilaian rasa didasarkan 2. Pemberian garam dengan konsentrasi
pada rasa asam khas sauerkraut dengan rasa berbeda perpengaruh terhadap
asin dari garam. Peningkatan kadar garam sauerkraut yang dihasilkan.
akan menghasilkan rasa asin yang Parameter yang mengalami
mempengaruhi tingkat penerimaan perubahan secara signifikan adalah
sauerkraut. Hal tersebut disebabkan karena warna dan rasa, sedangkan aroma dan
semakin banyak penambahan garam tekstur tidak terdapat perbedaan yang
menyebabkan rasa asam semakin menurun signifikan secara organoleptik.
karena kadar keasaman semakin berkurang. 3. Sauerkraut dengan konsentrasi garam
Hal ini sesuai dengan penyataan Nakdiyani 2% menghasilkan warna kuning
(2021) tentang penambahan garam 7-10% kusam, aroma gas, tekstur renyah,
memberi rasa terlalu asin dan cenderung dan rasa yang asam. Sedangkan
pahit pada sauerkraut. sauerkraut kadar garam 5%
menghasilkan warna putih kusam,
Pertumbuhan BAL dipengaruhi oleh
aroma asam, tekstur renyah, dan rasa
banyak faktor, diantaranya adalah oksigen,
sedikit asin. Untuk sauerkraut kadar
kandungan air bebas, komponen kimia dan
garam 10% menghasilkan warna
kecukupan nutrien pada media pertumbuhan,
putih, aroma gas, tekstur renyah, dan
total padatan, temperatur lingkungan
rasa asin.
pertumbuhan di mana bakteri asam laktat
tumbuh optimum pada suhu 15-45℃ IV.2 Saran
(Mabilla, 2020). Pertumbuhan BAL Saran untuk praktikum selanjutnya
memerlukan substrat yang mengandung adalah sebaiknya dilakukan pembuatan
vitamin dan mengandung asam amino sauerkraut tanpa penambahan rempah
esensial sesuai jumlah yang diperlukan, sehingga menghasilkan sauerkraut dengan
namun pada umumnya substrat belum rasa yang otentik dan tidak membuat bias saat
mencukupi kebutuhan mikroorganisme penilaian organoleptik.
(Fevria & Hartanto, 2020). Faktor-faktor lain
yang harus diperhatikan dalam pembuatan
sauerkraut adalah konsentrasi garam, hal ini DAFTAR PUSTAKA
mngacu pada pertubuhan bakteri asam laktat Andika, S. F., Suhaidi, I., & Rusmarilin, H.
yang mampu tumbuh apabila kadar garam (2018). Pengaruh Penambahan Cairan
>2%. Selain itu, wadah yang digunakan Sauerkraut dan Lama Fermentasi
haruslah mencegah kontak dengan udara Terhadap Mutu Bekasam Instan Ikan
Mujair (Oreochromis mossambicus).
maupun kontaminasi oleh bakteri pembusuk
Jurnal Rekayasa Pangan Dan
(Hayati et al., 2017). Pertanian, 6(2), 215–224.

Astuti, B. C., & Syamhudi. (2014). Pengaruh


IV. PENUTUP
Variasi Garam Terhadap Komposisi
IV.1 Kesimpulan Kimia dan Aktivitas Antioksidan Kubis
Putih (Brassicaceae Oleracea)
Fermentasi. Journal of Chemical
Information and Modeling, Rakhmanova, A., Khan, Z. A., & Shah, K.
0029088401(November). (2018). A mini review fermentation and
preservation: role of Lactic Acid
Fevria, R., & Hartanto, I. (2020). Isolation Bacteria. MOJ Food Processing &
and Characterization of Lactic Acid Technology, 6(5), 414–417.
Bacteria ( Lactobacillus sp ) from https://doi.org/10.15406/mojfpt.2018.0
Sauerkraut with the Addition of Sugar. 6.00197
Global Conferences Series: Sciences
and Technology (GCSST), 4, 19–23.
https://doi.org/https://doi.org/10.32698/
GCS-PSTRS388

Hayati, R., Fadhil, R., & Agustina, R. (2017).


Analisis Kualitas Sauerkraut (Asinan
Jerman) dari Kol (Brassica oleracea)
selama Fermentasi dengan Variasi
Konsentrasi Garam. Rona Teknik
Pertanian, 10(2), 23–34.
https://doi.org/10.17969/rtp.v10i2.8937

Mabilla, R. U. (2020). Pengaruh Ph Dan


Suhu Pada Produksi Bakteriosin Dari
Bakteri Asam Laktat Lactobacillus
Plantarum Dari Buah Nanas (Ananas
Comosus L. Merr.) Pada Media Mrs.
Universitas Airlangga.

Montaño, A., Sánchez, A. H., Beato, V. M.,


López-López, A., & Castro, A. de.
(2016). Pickling. In E. Caballero, P. M.
Finglas, & F. Toldrá (Eds.),
Encyclopedia of Food and Health (pp.
369–374). Academic Press.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
384947-2.00545-6

Nakdiyani, R. (2021). Mutu Sauerkraut


Kubis Dan Wortel Grade Rendah
Dengan Konsentrasi Garam Yang
Berbeda. Jurnal Teknologi Pangan Dan
Kesehatan (The Journal of Food
Technology and Health), 1(2), 101–112.
https://doi.org/10.36441/jtepakes.v1i2.1
89

Pato, Y., Johan, U., Fitriani, V. S.,


Rahmayuni, S., & Febri, Z. P. (2019).
KARAKTERISTIK ASINAN KUBIS
YANG DIBUAT DENGAN
PENAMBAHAN ISOLAT
Lactobacillus plantarum 1. Jurnal
Teknologi Pangan, 13(1), 39–47.
https://doi.org/10.33005/jtp.v13i1.1542
LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Alir Prosedur Pembuatan Sauerkraut

Kubis sebanyak 3 kg

Dibersihkan

Diiris tipis

Dibagi menjadi tiga wadah terpisah

Masing-masing wadah ditambahkan garam

Diremas-remas hingga volumenya berkurang

Didiamkan 15 menit

Masing-masing wadah ditambahkan sisa garam


hingga perbandingannya 2%, 5%, dan 10%

Diremas-remas lalu didiamkan 15 menit

Dimasukkan ke 3 stoples berbeda

Ditambahkan campuran air kol, jintan, lada


dan bawang putih

Ditutup rapat

Difermentasi 7-10 hari dan dilakukan pengamatan

hasil
Lampiran 2. Dokumentasi

Gambar 1. Kubis yang telah diiris tipis

Gambar 2.Kubis yang telah diberi garam dan diremas

Gambar 3. Kubis yang telah dimasukkan ke stoples dan diberi rempah

Gambar 4. Kubis sebelum fermentasi dan sesudah fermentasi (sauerkraut)

Anda mungkin juga menyukai