Pembahasan
Sawi Asin
Sayur asin merupakan suatu produk yang rnempunyai citarasa khas, yang
dihasilkan dari proses fermentasi bakteri asam laktat. Dalam proses ferrnentasi
tersebut, jenis bakteri asam laktat yang dibiarkan aktif adalah Leuconodoc
mesenteroide, Lactebacillus cucu. meris, L, plantarum dan L. pentoaceticus. Pada
awal fermentasi, bakteri yang aktif dalam jurnlah besar adalah bakteri coliform
seperti Aerobacter cloacer, yang rnenghasilkan gas dan asam-asam yang mudah
menguap dan pada kondisi tersebut aktif juga bakteri Flavo-bacterium rhenanus,
yang menghasilkan senyawa-senyawa pembentuk citarasa yaitu kornbinasi dari
asam dan alkohol pembentuk ester. Fermentasi dilakukan dalam keadaan anaerob,
namun bila dalam jar fermentasi terdapat udara, akan rnengakibatkan terjadinya
proses pembusukan pada sayur asin. Manfaat sayur asin antara lain untuk
mencegah gangguan pencernaan, memperpanjang masa simpan sayuran.
Biasanya waktu yang diperlukan untuk fermentasi sayur asin adalah 2-3
minggu, hal ini disebabkan kondisi lingkungan fermentasi. Untuk memperpanjang
masa simpannya dapat dilakukan dengan berbagai pengolahan misal acar, sayuran
asin Sayur asin yang bermutu baik mempunyai warna yang kekuningan, rasa
enak, tekstur lunak dan bau yang sedap, yaitu antara asam dan alkohol (Winarno,
1981).
Bahan yang digunakan pada pembuatan sayur asin adalah sawi dan kubis.
Hal pertama untuk membuat sawi asin adalah memilih sawi yang segar, kemudian
dilakukan penjemuran atau pengeringan di oven agar kadar air didalam bahan
tersebut mudah dikeluarkan. Setelah itu penaburan garam, Penambahan garam
tersebut berfungsi untuk mengurangi bakteri pembusuk dan menyeleksi bakteri
yang dikehendaki dan garam juga menyebabkan cairan yang terdapat dalam sawi
tertarik keluar melalui proses osmosis. Penggaraman dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk tetapi dengan kadar garam yang tinggi.
Pada kadar garam yang rendah penggaraman justru membantu pertumbuhan
mikroorganisme pengganggu dan tidak membunuhnya. Dalam konsentrasi yang
rendah (1-3%) garam akan membantu pertumbuhan bakteri. Garam mempunyai
tekanan osmotik yang dapat digunakan untuk memproses sayuran sehingga
rasanya menjadi enak. Selanjutnya, garam dapat mematikan bakteri pembusuk.
Setelah garam masuk kedalam sayuran, sayuran menjadi dehidrasi dan garam
yang berada pada luar sayuran dapat meningkatkan tekanan osmotik dan
meningkatkan kelembaban. Tekanan osmosis dari garam ini menghambat aktivitas
bakteri pembusuk yang ditandai dengan penurunan enzim (Margono, dkk, 1993).
Setelah dilakukan penambahan garam, sawi lalu disimpan diatas tampah bambu.
Dan dilakukan pengggilasan agar cairan jaringan keluar setelah itu dilipat dan
diikat dengan tali.
Setelah itu pembuatan bubur yang terbuat dari beras yang biasa disebut air
tajin. Jumlah beras yang banyak pada pembuatan air tajin dapat membuat warna
sayur asin menjadi gelap yaitu hijau kecoklatan. Semakin tinggi konsentrasi air
tajin yang digunakan maka pertumbuhan bakteri asam laktat dalam menghasilkan
asam laktat akan semakin optimal. Dalam suasana asam, klorofil yang berwarna
hijau berubah menjadi feofitin yang berwarna hijau kecoklatan (Rukmana, 1994).
Kubis Asin
Pikel Cabe
Proses pembuatan pikel cabe yang pertama adalah sortasi cabe yang segar
dan tidak busuk, setelah itu pencucian untuk menghilangkan kotoran yang
menempel pada cabe, panaskan air untuk dilakukan blansing cabe selama 3 menit,
setelah itu meniriskan cabe, masukkan cabe kedalam jar dan rendam dengan air
matang, garam, dan cuka, setelah itu penyimpanan ditempat gelap selama 1
minggu.
Pikel Mentimun
Pickle adalah suatu cairan yang terdiri dari campuran antara asam dengan
garam dapur yang berfungsi untuk mengawetkan dan juga meningkatkan
kecepatan meresapnya zat penyamak sehingga dapat menghindari kerusakan
rajah, dan merupakan proses awal yang sangat penting pada tahapan
pengolahan. Cairan asam pada pickle bersifat bakteriostatik, sedangkan garam
berfungsi untuk mencegah pembengkakan yang disebabkan oleh asam. Pada
prinsipnya proses pickle membuat kondisi menjadi asam yaitu dengan
menurunkan menjadi pH 4, dengan pH yang rendah bakteri pembusuk tidak
dapat tumbuh (Anggara dkk, 2013).
Fermentasi pikel disebut juga acar tempayan yang biasa dibuat dari
mentimun atau sayuran lainnya dalam air garam selama beberapa minggu.
Selama pembuatan, bakteri yang toleran terhadapp air garam mengubah
karbohidrat (gula) dalam sayuran menjadi asam laktat oleh proses yang
dikena; fermentasi. Asam laktat mempertahankan acar dan memberikan rasa
tajam asam pada pikel yang merupakan karakterisstik dari pikel. Konsentrasi
garam sangat penting dalam proses ini dan diperlukan untuk mendorong
pertumbuhan jenis bakteri (Ingham, 2008).
Proses pembuatan pikel mentimun pada dasarnya sama dengan
pembuatan pikel cabai, perbedaannya pikel mentimun tidak direndam dengan
cuka. larutan garam membantu untuk melunakkan buah,
mencegah pertumbuhan bakteri patogen, dan menumbuhkan
bakteri asam laktat dalam homofermentatif. Contoh yeast
yang tumbuh seperti Hansenula, Torulopsis, Saccharomyces,
Candida, Debaromyces dan Rodhotula yang dapat bertahan
dalam larutan garam dan mempengaruhi kualitas dari pikel
timun. Konsentrasi garam dapat menaikkan pertumbuhan
bakteri asam laktat dan jika pada proses ada pertumbuhan
yeast, jamur dan bakteri lain dengan enzim mereka, maka
dapat mempengaruhi perubahan warna, flavor dan tekstur
dari pikel dimana pertumbuhan yeast dalam fermentasi dapat
mengurangi asam laktat, meningkatkan pH garam dan
meningkatkan produksi karbondioksida yang dapat
menggembungkan bentuk pikel (Doan et al, 2011).
Ciri-ciri kualitas pikel yang baik yaitu produk akhirnya memiliki
rasa masam yang merupakan ciri khas dari acar/pikel. Aroma
pikel mengindikasikan proses fermentasi yang terjadi, jika proses fermentasi
berjalan baik, maka aroma yang muncul adalah aroma wangi yang merupakan
aroma ester yang dihasilkan. Tekstur yang dihasilkan tidak keras dan tidak
lembek. Pikel tidak mengalami pelunakan, pembengkakan, pengeriputan dan
penghitaman (Nataliningsih, 2010). Sementara pada hasil praktikum pikel
mentimun memiliki aroma yang asam, dan bertekstur lembek/lunak .
Asinan Salak
Tape Pisang
Menurut Tarigan, (1988) ragi tape merupakan populasi campuran yang tediri
dari spesies-spesies genus Aspergilius, Saccharomyces, Candida, Hansenulla dan
bakteri Acetobacter. Genus tersebut hidup bersama-sama secara sinergis.
Tape yang dihasilkan mempunyai tekstur yang lunak, hal ini disebabkan oleh
kemampuan serap daun terhadap air hasil fermentasi. Rasa yang dihasilkan
terdapat rasa asam, rasa asam yang timbul berasal dari hasil fermentasi
karbohidrat yang terdapat oleh pisang.
BAB IV
Penutup
4.1 saran
4.2 kesimpulan
2. karakteristik sayur dan buah tentu mudah rusak karena sayur dan buah memiliki
kadar air yang tinggi sehingga mudah ditempati oleh mikroorganisme maka dari
itu dilakukan fermentasi yang bertujuan untuk mengawetkan makanan sehingga
memperpanjang masa simpan.
Padjajaran, Bandung.
Vaughn, R.H. 1982. Lactic Acid Fermentation of Cabbage, Cucumber, Olives and
Other Product. In Prescott and Dunns Industrial Microbiology. Fourth
editions. AVI Publishing Co :182-236.
Doan, T.N. and Tran, D.T., 2011, Synthesis, Antioxidant and Antimicrobial
Activities of a Novel Series of Chalcones, Pyrazolic Chalcones, and
Allylic Chalcones, Pharmacol. Amp Pharm., 2:282288.
Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., and Wotton, M. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.