TEKNOLOGI FERMENTASI
“MATERI SAUERKRAUT”
OLEH :
KELOMPOK 4 (3C)
Sauerkraut dapat diartikan sebagai kubis asam dan secara luas dikonsumsi di
Eropa Tengah dan Selatan serta Amerika Serikat. Meskipun berarti kubis asam
namun dalam pembuatannya menggunakan garam sehingga sering juga disebut
asinan kubis. Dalam proses fermentasi asinan kubis, garam akan menyebabkan
cairan yang mengandung nutrisi dari sayuran kubis akan keluar dan dapat
dimanfaatkan oleh bakteri asam laktat (leuconostoc, lacotabacillus dan
pediococcus ) dan akhirnya terjadi poses fermentsi.
Sayuran ini diolah dengan cara peragian dan menggunakan garam sebagi zat
pengawetnya. Asam yang dihasilkan dari fermentasi alami oleh bakteri dengan
adanya 2 sampai 3 persen garam. Penambahan garam membatasi aktivitas bakteri
gram negatif, sedangkan pertumbuhan bakteri asam laktat akan meningkat.
Bakteri asam laktat yang dominan yang terlibat dalam produksi sauerkraut adalah
Leuconostoc mesenteroides, Leuconostoc fallax dan Lactobacillus plantarum.
1.2 TUJUAN
B. BAHAN:
Garam/ Nacl
Kubis/ kol
Air secukupnya
C. PROSEDUR KERJA :
1. Saiap kan alat dan bahan
2. Buang daun kol bagian luar dan bagian-bagian yang rusak, lalu dicuci
3. Iris tipis-tipis ± 2-3 mm, tulang daun sedapat mungkin tidak disertakan.
4. Segera masukkan padatan sauerkraut tersebut ke dalam toples
5. Buat larutan garam dengan melarutkan garam 5 gram dalam 100 ml air
6. Aduk kol atau kubis dan garam bersama dalam wadah kemudian remas-
remas untuk memecah struktur kol atau kubis
7. Kemudian tutup rapat agar tak ada udara yang masuk, dan inkubasi
selama 1 minggu
8. Lakukan Lakukan uji organoleptik terhadap rasa, warna, aroma, dan
tekstur sauerkraut.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 HASIL PENGAMATAN
Parameter
*Kelompok
Aroma Warna Tekstur Rasa
1
3.2 PEMBAHASAN
Sauerkraut merupakan salah satu metode pengolahan sayuran dengan cara
fermentasi/ peragian dan menggunakan garam sebagi zat pengawetnya. Proses
pembuatan sauerkraut sebenarnya tidak begitu jauh berbeda dengan sayur asin,
hanya saja sayurannya setelah layu diiris tipis-tipis. Terjadi proses fermentasi
spontan dalam pengolahan sauerkraut ini, dan banyak faktor yang dapat
mempengaruhi gagal atau berhasilnya pembuatan sauerkraut. Oleh sebab itu,
praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui cara pembuatan sauerkraut yang
baik dan benar serta mengetahui pengaruh beberapa konsentrasi penambahan
garam pada sauerkraut.
Dan factor- factor tersbut lah yang dapat mempengaruhi keberhsailan atau
bahkan kegagalan jika mengabaikan factor- factor tersebut dalam fermentasi
sayuran. Kemungkinan ada salah satu galat pada factor- factor tersebut yang yang
mebuat praktikum kali ini gagal. Dan di harapkan kedepanya praktikan
memperhatikan factor- factor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam
praktikum, sehingga tidak terjadi kesalahan dan kegagalan.
3.3 KESIMPULAN
Utama, CS. A. Mulyanto. 2009. Potensi Limbah Pasar Saytir Menjadi Starter
Fermentasi. Jurnal Kesehatan. Universitas Diponegoro Semarang. Vol.2,
No. 1.