Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh perbedaan konsentrasi garam, Murti et al.

JPHPI 2021, Volume 24 Nomor 1


Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI GARAM TERHADAP ASAM


GLUTAMAT TERASI UDANG REBON (Acetes sp.)

Rizki Wisnu Murti, Sumardianto, Lukita Purnamayati*


Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Jalan Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah-50275
Diterima: 05 November 2020/Disetujui: 17 Maret 2021
*Korespondensi: lukita.purnamayati@live.undip.ac.id

Cara sitasi: Murti RW, Sumardianto, Purnamayati L. Pengaruh perbedaan konsentrasi garam terhadap
asam glutamat terasi udang rebon (Acetes sp.). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 24(1): 50-59.

Abstrak
Udang rebon pada umumnya digunakan sebagai bahan baku produk produk penyedap rasa, antara
lain terasi udang, petis, dan diolah menjadi rebon kering. Terasi udang dibuat melalui proses fermentasi
garam. Fermentasi garam akan men-imbulkan rasa gurih, karena komponen pada udang rebon mengalami
pemecahan akibat aktivitas enzim protease. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik
terasi berdasarkan perbedaan konsentrasi garam. Perlakuan pada penelitian adalah perbedaan konsentrasi
garam dengan konsentrasi 2, 8, dan 14%. Parameter yang diamati adalah TPC BAL, pH, aw, kadar garam,
asam glutamat, kadar air, dan organoleptik. Data parametrik dianalisis dengan uji ANOVA dan dilanjut-kan
uji BNJ, sedangkan data non-parametrik dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan uji lanjut
Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terasi udang rebon dengan konsentrasi garam 2, 8,
dan 14% mempunyai perbedaan yang nyata (p<5%) terhadap kadar garam, asam glutamat dan kadar air
namun tidak mempunyai perbedaan yang nyata (p>5%) terhadap pH dan aw. Formulasi terasi udang rebon
terbaik pada penelitian ini dengan penambahan garam 2% dinilai dari asam glutamat 13,68%±0,10 dan uji
organoleptik dengan selang kepercayaan 8,61<μ<8,81.
Kata kunci: fermentasi, garam, glutamat, terasi, udang rebon

The Effect of Salt Concentration on Glutamic Acid Content of


Mauxia Shrimp (Acetes sp.) Paste

Abstract
Mauxia shrimp (Acetes sp.) is generally used as raw material for flavoring products in shrimp paste,
paste, or processed into dried shrimp. Shrimp paste is produced using salt fermentation. During fermentation,
savory taste is produced as a result of component breakdown due to the activity of the protease enzyme. The
purpose of this study was to determine the effect of salt concentration on characteristics of the shrimp paste.
Three salt concentrations were used including 2, 8, and 14%. The pa-rameters observed were TPC lactic
acid bacteria, pH, aw, salt content, glutamic acid, water content and organoleptic. Paramet-ric data were
analyzed using ANOVA test and continued with Tukey's HSD test, while non-parametric data were analyzed
by Kruskal-Wallis and continued with Mann-Whitney test. The results showed that salt concentration had
a significant difference (p<0.05) on the salt, glutamic acid and water content of the shrimp paste but did
not have a significant difference (p>0.05) to-wards pH and aw. Addition of 2% salt was observed producing
optimum shrimp paste with glutamic acid 13.68%±0.10 and or-ganoleptic test with a confidence interval of
8.61<μ<8.81.

Keyword: fermentation, glutamate, rebon shrimp, salt, shrimp paste

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 50


JPHPI 2021, Volume 24 Nomor 1 Pengaruh perbedaan konsentrasi garam, Murti et al.

PENDAHULUAN menyatakan bahwa proses fermentasi akan


Udang rebon mempunyai panjang sekitar memecah asam amino dari bahan baku melalui
1-1,5 cm dari kelompok Crustacea dengan aktivitas enzim menjadi asam glutamat.
nama spesies Acetes sp. Akbar et al. (2013) Asam glutamat tersebut yang menyebabkan
menyatakan bahwa udang famili Sergestidae rasa gurih. Semakin tinggi aktivitas enzim
seperti udang rebon pada umumnya bertelur proteolitik saat proses fermentasi, akan
di laut, sedangkan dewasa di kawasan muara. menghasilkan asam amino yang tinggi pula.
Aprodita (2018) menyatakan bahwa pada 100 Terasi dengan garam yang banyak akan
g rebon kering terdapat 59,4 g protein, 3,6 g menghambat aktivitas enzim proteolitik,
lemak, kalsium 2.306 mg, fosfor 625 g, dan zat sehingga rasa gurih yang ditimbulkan akan
besi sebesar 21,4 g. Pemanfaatan udang rebon semakin berkurang. Fungsi lain garam dalam
pada umumnya digunakan sebagai bahan fermentasi yaitu mampu menarik air dalam
baku produk penyedap rasa, antara lain terasi suatu bahan. Selain itu garam juga dapat
udang, petis, dan diolah menjadi rebon kering menghambat kerja enzim proteolitik dalam
yang memiliki rasa yang cukup gurih. Namun, menghidrolisis karbohidrat, protein, dan
yang paling umum, udang rebon dimanfaatkan lemak sehingga kemampuan menghasilkan
sebagai terasi udang. Ukhty et al. (2017) molekul sederhana maupun senyawa-senyawa
menyatakan bahwa terasi merupakan produk yang mudah menguap terhambat (Majid et
fermentasi secara sederhana, prosesnya al. 2014). Kondisi tersebut akan berpengaruh
melalui penambahan garam dan disimpan terhadap karakteristik terasi yang dihasilkan.
dalam kondisi tertutup dengan waktu tertentu. Penelitian mengenai terasi udang
Garam merupakan produk pemberi rebon telah banyak dilakukan. Sanjaya et
rasa asin. Garam yang umum dikenal adalah al. (2016) menambahkan garam 15% pada
NaCl yang diproduksi dari air laut. Bentuk proses fermentasi terasi, menghasilkan
alami garam yaitu kristal. Garam memiliki terasi dengan kadar protein sebesar 10,80%.
banyak fungsi, salah satunya adalah pada Anggo et al. (2014) menambahkan garam
proses fermentasi, yaitu sebagai pengontrol sebanyak 2% menghasilkan terasi dengan
fermentasi, bahan pengawet, dan memberikan kandungan protein 62,45% dan asam glutamat
pengaruh cita rasa pada produk. Thariq et al. tertinggi yaitu 6,56%. Aristyan et al. (2014)
(2014) menyatakan bahwa garam merupakan juga menambahkan bahwa penggunaan
bahan yang dapat mencegah pertumbuhan konsentrasi garam 15% menghasilkan terasi
bakteri patogen dan bakteri pembusuk. dengan karakteristik organoleptik yang
Konsentrasi garam yang digunakan dalam disukai panelis dari segi kenampakan, bau,
fermentasi sangat menentukan mutu dari rasa, dan tekstur, sedangkan Ukhty et al.
terasi. Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan (2017) menghasilkan terasi udang rebon
bakteri yang tahan garam memengaruhi dengan asam glutamat sebesar 22,63%
mutu produk fermentasi. Anggo et al. (2014) dengan menggunakan konsentrasi garam
menyatakan bahwa garam mampu membentuk 20%. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat
kondisi fermentasi tertentu yang membantu disimpulkan bahwa penggunaan konsentrasi
pertumbuhan mikroorganisme yang bersifat garam yang berbeda dapat menghasilkan
halotoleran (tahan garam) dan memicu reaksi terasi dengan karakteristik yang berbeda
yang menghasilkan karakteristik tertentu pada pula. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian
terasi yang dihasilkan. ini adalah untuk mengetahui pengaruh kadar
Fermentasi terasi udang rebon garam yang berbeda terhadap karakteristik
menghasilkan aroma khas dan rasa gurih. terasi udang rebon yang dihasilkan dan
Timbulnya rasa gurih pada terasi udang untuk menentukan konsentrasi garam terbaik
rebon disebabkan karena kandungan protein berdasarkan karakteristik terasi udang rebon
yang tinggi, terutama asam glutamat. yang diperoleh.
Tingginya kandungan asam glutamat tersebut
menyebabkan terasi dapat digunakan untuk
penyedap rasa alami. Anggo et al. (2014)

51 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Pengaruh perbedaan konsentrasi garam, Murti et al. JPHPI 2021, Volume 24 Nomor 1

BAHAN DAN METODE jam, kemudian dimasukkan ke dalam desikator


Bahan dan Alat sampai mencapai suhu ruang dan ditimbang
Bahan utama dalam penelitian ini adalah (A). Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke
udang rebon segar yang diperoleh dari perairan dalam cawan dan ditimbang (B). Cawan yang
payau di Desa Margolinduk Demak, garam telah berisi sampel dimasukkan ke dalam oven
krosok yang diperoleh dari produsen garam dengan suhu 105 oC selama 24 jam. Cawan
di Rembang, AgNO3 (Merck), kalium kromat berisi sampel kering ditimbang (C). Kadar air
(Merck), akuades, agar MRS (Merck), NaCl dihitung dengan menggunakan rumus:
pro analis (Merck), alkohol 70% (Onemed), %kadar air =
B-C
x 100%
B-A
ninhidrin (Merck), dan etanol (Merck). Alat
Keterangan:
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat
A=berat cawan (g);
penumbuk manual, gelas ukur dan gelas beaker
B=berat (cawan+sampel) sebelum dioven (g);
(Iwaki), tabung reaksi (Iwaki), mikropipet,
C=berat (cawan+sampel) sesudah dioven (g).
bluetip, timbangan analitik (Ohaus, China),
cawan, oven listrik (Binder, Jerman), pH
meter (Adwa, Hungaria), Aw meter (Rotronic, Pengujian aw (Putri et al. 2018)
Swiss), spektrofotometer (Shimadzu, Jepang), Pengujian aw dilakukan menggunakan
Inkubator (Memmert, Jerman) dan petridish alat aw meter (Rotronic, Singapura). Alat aw
(Pyrex). meter dilakukan proses kalibrasi terlebih
dahulu sampai netral. Sampel sebanyak 5 g
Metode Penelitian dimasukkan ke dalam aw meter sampai skala
Proses pembuatan terasi udang yang terdapat pada aw meter stabil.
rebon pada penelitian ini mengacu pada
Rahmayati et al. (2014), yang dimodifikasi Pengujian pH (AOAC 2005)
yaitu udang rebon segar dilakukan penjemuran Terasi sebanyak 10 g dan ditambahkan
pertama sampai setengah kering, kemudian 100 mL akuades kemudian dihomogenisasi
ditumbuk dan ditambahkan garam dengan dengan mengaduk sampel sampai larut
konsentrasi yang berbeda yaitu 2% (A), 8% menggunakan pengaduk. Pengukuran pH
(B), dan 14% (C). Setelah itu adonan terasi dilakukan dengan mencelupkan pH meter
dilakukan penjemuran kedua, kemudian yang telah dikalibrasi ke larutan berisi sampel
ditumbuk sampai halus. Kemudian adonan dan dicatat hasilnya.
terasi dilakukan penjemuran yang ketiga
sampai kering. Adonan terasi kemudian Pengujian asam glutamat
dicetak berbentuk balok dengan ukuran (Khokani et al. 2012)
10x4x4 cm dan dikemas dengan daun jati. Sampel ditimbang sebanyak 1 g dilarutkan
Terasi yang telah dikemas kemudian dilakukan ke dalam 100 mL akuabides. Kemudian dibuat
fermentasi selama 30 hari. larutan standar dengan 5 konsentrasi yaitu 0,2;
0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mL. Selanjutnya konsentrasi
Sensori terasi (BSN 2016) diambil sebanyak 2 mL dan ditambahkan
Pengujian mutu sensori terasi dilakukan ninhidin 1 mL dan dipanaskan di waterbath
berdasarkan score sheet pada SNI 2716: 2016. selama 20 menit sampai larutan berwarna
Prosedur pengujian mutu sensorik pada ungu. Sampel didinginkan selama 15 menit
produk terasi sampel diletakan pada wadah dan ditambahkan etanol 80% dan di-vortex
dan diberi kode di setiap sampel sesuai hingga homogen. Cairan sampel didiamkan
perlakuan. Pengujian ini menggunakan 30 selama 10 menit lalu diukur absorbansinya
panelis semi terlatih. menggunakan alat spektrofotometer tipe
spectronix 200+ pada panjang gelombang
Pengujian kadar air (BSN 2006) 570 nm. Diperoleh data hasil uji untuk
Kadar air terasi dianalisis dengan menentukan asam glutamat pada sampel
memanaskan sampel pada suhu 105 oC. Cawan rumus X=y-b/a.
kosong dimasukkan ke dalam oven selama 2

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 52


JPHPI 2021, Volume 24 Nomor 1 Pengaruh perbedaan konsentrasi garam, Murti et al.

Pengujian TPC BAL (Joni et al. 2018) menunjukkan pengaruh, maka dilanjutkan
Sampel terasi ditimbang sebanyak 10 g. dengan uji Mann Whitney.
Pembuatan media agar MRS yaitu dengan
mencampurkan 2 L NaCl pro analis dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
124 g agar MRS. Media tersebut dipanaskan Kadar Garam
di atas hotplate sampai mendidih. Setelah Nilai kadar garam pada terasi udang
mendidih, media ditutup menggunakan rebon yang diberi perlakuan perbedaan
kapas yang dilapisi kertas aluminium dan konsentrasi garam dengan konsentrasi garam
disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu yang berbeda menunjukkan hasil yang
121 oC selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. berbeda nyata pada perlakuan penambahan
Proses pengenceran yang digunakan yaitu garam 2% dan 8%, sedangkan perlakuan
10-1 sampai 10-7 dan sampel dimasukkan ke penambahan garam 8% dan 14% tidak
pengenceran 10-4 sampai 10-7 dan ditanam di berbeda nyata. Kadar garam terendah terdapat
cawan petri lalu diinkubasi. Setelah diperoleh pada terasi dengan penambahan konsentrasi
jumlah koloni dari setiap pengenceran, garam 2% yaitu 8,35% (Table 1). Kadar garam
selanjutnya dihitung total bakteri asam laktat mengalami peningkatan pada terasi pada
yang tumbuh dengan cara mengalikan jumlah penambahan konsentrasi garam 8% dan 14%
koloni dengan satu per faktor pengenceran yaitu masing-masing 15,33% dan 16,87%.
yang dipakai. Syarat koloni yang dapat Hasil kadar garam pada penelitian ini sesuai
dihitung yaitu antara 25-250. Satuan yang dengan SNI terasi udang dengan nomor SNI
digunakan untuk penghitungan jumlah 2716: 2016, bahwa kadar garam terasi udang
bakteri adalah cfu/mL. berkisar antara 12%-20% (BSN 2016).
Garam memiliki peranan penting pada
Pengujian kadar garam (AOAC 2005) proses fermentasi karena dapat memberikan
Penentuan kadar garam mengacu dari cita rasa, pengontrol fermentasi, dan
metode Mohr atau titrasi ion korida dengan menghambat bakteri bakteri pembusuk
perak. Sampel sebanyak 5g dimasukkan yang dapat tumbuh. Hasil pada penelitian
ke dalam cawan porselen dan dilakukan ini berbanding terbalik dengan Sanjaya et al.
proses pengabuan menggunakan tanur pada (2016), yaitu terasi mengalami penurunan
suhu 500 °C selama 6 jam. Setelah proses kadar garam. Penurunan kadar garam
pengabuan, sampel dimasukkan ke labu ukur terjadi karena digunakan oleh bakteri tahan
dan ditambahkan akuades sampai tanda tera. garam untuk tumbuh. Hasil yang sama
Abu yang larut disaring dengan kertas saring. juga ditunjukkan oleh Karim et al. (2014).
Sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan ke dalam Terasi yang dibuat dengan menambahkan
erlenmeyer 250 mL, lalu ditambahkan 5 tetes garam dengan konsentrasi 2% mengalami
indikator K2CrO4 5% dan titrasi menggunakan penurunan kadar garam. Garam mengandung
AgNO3 0,1 N sampai terbentuk warna merah senyawa kompleks NaCl yang mengalami
bata atau jingga. ionisasi menjadi ion Na+ dan Cl- yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri asam
Analisis Data laktat. Hal ini akan menyebabkan penurunan
Analisis data menggunakan metode kadar garam pada terasi. Hasil yang berbeda
rancangan acak lengkap (RAL). Data pada penelitian ini diduga disebabkan oleh
parametrik dianalisis menggunakan analisis kurangnya waktu fermentasi sehingga bakteri
sidik ragam (ANOVA) meliputi TPC BAL, halofilik belum cukup menggunakan garam
pH, aw, kadar garam, asam glutamat, dan kadar untuk tumbuh sehingga berpengaruh terhadap
air. Apabila perlakuan menunjukan pengaruh kadar garam pada terasi yang dihasilkan.
(p<5%) maka dilanjutkan dengan uji BNJ. Tingginya kadar garam pada terasi
Analisis data non-parametrik menggunakan berpengaruh terhadap kandungan nutrisi
Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbedaan terasi terutama pada produksi asam glutamat.
perlakuan memberikan pengaruh (p<5%) atau Kristianawati et al. (2014) menyatakan bahwa
tidak (p>5%). Apabila perbedaan perlakuan konsentrasi garam berpengaruh terhadap

53 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Pengaruh perbedaan konsentrasi garam, Murti et al. JPHPI 2021, Volume 24 Nomor 1

Table 1 Characteristics of Rebon Shrimp Paste


Parameter A B C
Salt (%) 8.35±0.40a 15.33±0.80b 16.87±0.50b
TPC BAL (log cfu/mL) <10 <10 <10
aw 0.66±0.02a 0.65±0.03a 0.63±0.00a
pH 6.37±0.07a 6.34±0.06a 6.29±0.07a
Glutamic Acid (%) 13.68±0.10a 9.01±0.12b 5.70±0.10c
Moisture (%) 38.42±0.70a 36.34±1.30ab 35.10±1.60b
aktivitas proteolitik. Secara umum, aktivitas Aktivitas Air (aw)
enzim akan menurun dengan naiknya kadar Hasil yang diperoleh dari nilai aw (Table 1)
garam yang menyebabkan salting out. Diduga pada terasi udang rebon dengan penambahan
proses salting out tersebut menyebabkan konsentrasi garam yang berbeda yaitu berkisar
enzim mengalami denaturasi akibat molekul antara 0,63-0,66. Nilai aw pada penelitian ini
air hilang dari molekul proteinase sehingga tidak berbeda nyata. Nilai aw tersebut masih
menyebabkan agregasi pada enzim tersebut. dibawah 0,75 sehingga mikroba termasuk
Hal ini menyebabkan rendahnya kandungan bakteri asam laktat tidak dapat tumbuh.
asam glutamat pada terasi yang dihasilkan. Menurut Karim et al. (2014), peningkatan
penambahan garam pada proses fermentasi
TPC BAL menyebabkan meningkatnya tekanan
Hasil yang diperoleh dari pengujian osmotik pada air sehingga pertumbuhan
TPC BAL (Table 1) menunjukkan jumlah mikroorganisme akan terhambat.
bakteri asam laktat yang tidak berbeda nyata. Penambahan garam akan menurunkan nilai
Hasil menunjukkan bakteri asam laktat tidak aw dan dapat menyebabkan semakin lamanya
tumbuh optimal pada terasi yang dihasilkan. pertumbuhan bakteri menuju fase lamban
Proses fermentasi pada terasi digantikan (lag phase). Kondisi ini menyebabkan bakteri
dengan enzim yang terkandung dalam udang akan mengalami kematian sebelum terjadi
rebon, karena bakteri asam laktat yang fase kematian bakteri dan menyebabkan
tidak tumbuh dengan baik. Pertumbuhan produktivitas berkurang ketika berada pada
bakteri asam laktat yang belum optimal ini awal fase statis.
dipengaruhi oleh kurang lamanya waktu Nilai aw di dalam bahan pangan dapat
fermentasi. Hasil pada penelitian ini sesuai memengaruhi daya awet. Nilai aw merupakan
dengan penelitian Sumardianto et al. (2019) air bebas yang digunakan mikroorganisme
yang menghasilkan pertumbuhan bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak.
asam laktat pada terasi tidak optimal karena Penggunaan garam pada pembuatan terasi
waktu fermentasi yang singkat sehingga udang rebon dapat menekan nilai aw sehingga
fermentasi terjadi karena hidrolisis yang mampu memperpanjang daya simpan dari
disebabkan enzim. Pertumbuhan bakteri terasi udang rebon yang dihasilkan. Hasil
asam laktat juga berhubungan dengan penelitian ini lebih rendah dibandingkan
kadar garam. Penggunaaan garam pada dengan penelitian Rahmayati et al. (2014)
proses fermentasi terasi dapat memengaruhi yaitu nilai aw terasi berkisar antara 0,78–0,74.
pertumbuhan bakteri asam laktat.
Aristyan et al. (2014) menyatakan semakin Nilai pH
tinggi konsentrasi garam pada terasi justru Hasil nilai pH (Table 1) terasi udang
menurunkan pertumbuhan bakteri halofilik, rebon dengan penambahan konsentrasi
termasuk bakteri asam laktat. Tingginya kadar garam yang berbeda menunjukkan hasil yang
garam menyebabkan penurunan aw terasi tidak berbeda nyata dengan nilai berkisar
yang menghambat pertumbuhan bakteri 6,29-6,37. Nilai pH terasi tersebut mendekati
asam laktat. Bakteri asam laktat dapat tumbuh 7 sehingga termasuk ke dalam pH netral. Hal
optimal pada aw 0,75. ini menunjukkan bahwa proses fermentasi

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 54


JPHPI 2021, Volume 24 Nomor 1 Pengaruh perbedaan konsentrasi garam, Murti et al.

belum cukup menumbuhkan bakteri asam menyatakan bahwa kandungan protein pada
laktat yang mampu mengubah komponen udang rebon berpengaruh terhadap asam
bahan baku menjadi asam laktat yang dapat glutamat yang dihasilkan selama proses
menurunkan pH. Yuliana (2007) menyatakan fermentasi. Kandungan protein udang rebon
bahwa bakteri asam laktat mampu yang tinggi akan menghasilkan asam glutamat
mendegradasi karbohidrat menjadi asam- yang tinggi pula. Pada penelitian ini, terasi
asam volatil sehingga pH produk menurun. mempunyai kadar garam yang tinggi justru
Ukhty et al. (2017) menambahkan bahwa menurunkan pertumbuhan bakteri asam
terasi memiliki pH 6 ketika awal pembuatan. laktat, sehingga dengan penambahan garam
pH akan naik menjadi 6,5 seiring dilakukan konsentrasi tinggi justru menghasilkan asam
proses fermentasi. pH akan turun menjadi glutamat yang rendah.
4,5 setelah proses fermentasi selesai dan Hasil pada penelitian ini sesuai dengan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme penelitian Puspita et al. (2019), bahwa
fermentasi. Nilai pH pada penelitian ini penurunan kadar asam glutamat pada bekasam
lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian ikan lele disebabkan tingginya konsentrasi
Majid et al. (2014) yaitu nilai pH terasi berkisar garam yang digunakan. Tingginya konsentrasi
antara 6,62–0,52. Hasil nilai pH yang tidak garam mampu menurunkan aktivitas bakteri
berbeda nyata pada penelitian ini juga diduga proteolitik dalam memecah protein menjadi
dikarenakan bahan baku yang digunakan. asam-asam amino terutama asam glutamat,
Menurut Anggo et al. (2014), penggunaan sehingga kandungan asam glutamat menurun
bahan baku berpengaruh terhadap pH terasi seiring dengan meningkatnya penambahan
yang dihasilkan. Bahan baku rebon kering konsentrasi garam. Hasil penelitian ini lebih
menyebabkan perubahan pH karena rebon tinggi dibandingkan penelitian Thariq et al.
kondisi kering telah mengalami penyimpanan, (2014), yaitu terasi dengan penambahan
sehingga proses enzimatis dan bakteriologis garam 40% menghasilkan asam glutamat yang
akan terganggu seiring dengan lamanya waktu rendah yaitu 3,80%. Hal ini menunjukkan
penyimpanan. bahwa tingginya konsentrasi garam
berpengaruh terhadap kandungan asam
Asam Glutamat glutamat pada produk terasi yang dihasilkan.
Hasil uji asam glutamat pada terasi
udang rebon dengan perlakuan perbedaan Kadar Air
konsentrasi garam 2, 8, dan 14%, diperoleh Hasil pengujian kadar air dengan
hasil terbaik yaitu pada konsentrasi 2% dengan perlakuan perbedaan konsentrasi garam
kandungan asam glutamat sebesar 13,68%. dengan konsentrasi 2, 8, dan 14% diperoleh
Hasil terendah diperoleh dari konsentrasi hasil kadar air tertinggi didapat dari
14% dengan hasil sebesar 5,70% (Table 1). konsentrasi 2% dengan nilai kadar air
Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan 38,42%. Hasil kadar air terendah diperoleh
konsentrasi garam yang lebih tinggi akan dari konsentrasi 14% dengan nilai kadar air
menghasilkan kandungan asam glutamat yaitu 35,10% (Table 1). Berdasarkan hasil
yang rendah. Kandungan asam glutamat yang diperoleh, kadar air terbaik dari sampel
berhubungan dengan pertumbuhan bakteri terasi udang rebon adalah terasi dengan
asam laktat dan jumlah protein pada bahan penambahan garam konsentrasi 14%. Kadar
baku yang digunakan. Wenno dan Loppies air terasi yang semakin rendah, maka terasi
(2019) menyatakan bahwa bakteri asam laktat semakin awet. Hasil kadar air terasi pada
yang tumbuh selama proses fermentasi adalah penelitian ini sesuai dengan SNI terasi udang
bakteri asam laktat yang bersifat proteolitik dengan nomor SNI 2716: 2016 (BSN 2016),
yang mampu mendegradasi protein menjadi bahwa kadar air terasi udang maksimal 45%
peptida dan asam amino yang berkontribusi untuk terasi pasta, maksimal 35% untuk terasi
pada rasa produk. Aktivitas proteolitik kering padat blok, dan maksimal 10% untuk
terjadi karena adanya proses enzimatik dari terasi kering serbuk dan granula.
bakteri asam laktat. Romadhon et al. (2018)

55 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Pengaruh perbedaan konsentrasi garam, Murti et al. JPHPI 2021, Volume 24 Nomor 1

Garam dalam proses fermentasi terasi Bahan baku juga memengaruhi hasil akhir
udang rebon memegang peranan penting kenampakan dari terasi tersebut. Udang rebon
dalam parameter kadar air. Kadar air akan akan menghasilkan warna yang baik pada
semakin rendah jika konsentrasi garam yang terasi udang rebon. Menurut Ma’ruf (2013),
digunakan semakin tinggi. Kadar garam yang terasi dibuat dari produk ikan kecil atau rebon
tinggi akan menyebabkan tekanan osmotik melalui proses fermentasi. Penambahan garam
yang tinggi dan penurunan aktivitas air pada terasi berfungsi sebagai pengawet. Terasi
sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh, udang warnanya cenderung cokelat kemerahan
sehingga garam berperan dalam mengawetkan sedangkan terasi ikan warnanya kehitaman.
produk terasi. Semakin tinggi konsentrasi Selain itu, penambahan konsentrasi garam
garam maka kadar air semakin rendah, karena juga berpengaruh terhadap kenampakan
ion pada garam menarik molekul air, sehingga terasi. Puspita et al. (2019) menyatakan bahwa
fermentasi dengan penggunaan garam mampu penambahan konsentrasi garam yang semakin
menurunkan kadar air. Hal ini sesuai dengan tinggi dapat memudarkan warna.
penelitian Karim et al. (2014) bahwa kadar
air terasi diperoleh hasil 33,36%-34,69%. Bau
Romawati et al. (2014) juga menambahkan Uji organoleptik terhadap parameter
bahwa kadar air terasi udang rebon dengan bau pada terasi udang rebon menunjukkan
penambahan konsentrasi garam 8,5% hasil yang tidak berbeda nyata. Terasi udang
mempunyai kadar air 34,56%. Garam yang rebon yang dihasilkan mempunyai bau sangat
tinggi mampu menyerap kandungan air pada spesifik terasi udang. Aroma yang timbul
bahan pangan, sehingga penambahan kadar pada terasi udang rebon disebabkan dari
garam yang tinggi menghasilkan kadar air proses fermentasi. Selama proses fermentasi,
rendah. mikroba dapat melakukan perubahan
perubahan kimia membentuk senyawa volatil
Uji Organoleptik yang menyebabkan bau khas pada terasi.
Kenampakan Menurut Suwandi et al. (2017), senyawa volatil
Hasil uji organoleptik terhadap pada terasi dihasilkan dari proses fermentasi
parameter kenampakan diperoleh terasi yang menyebabkan transformasi senyawa
udang rebon dengan konsentrasi garam 2% kimia oleh mikroba. Aroma terasi dihasilkan
dan 8% tidak berbeda nyata, dengan nilai dari 16 macam senyawa hidrokarbon, 7
masing-masing 8,93, sedangkan pada terasi macam alkohol, 46 karbonil, 7 macam lemak,
dengan penambahan konsentrasi garam 14% 34 senyawa nitrogen, 15 macam senyawa
berbeda nyata dengan nilai 8,26. Kenampakan belerang, dan senyawa lain.
terasi udang rebon adalah terasi tampak
bersih dengan warna cokelat kemerahan Rasa
(Table 2). Fermentasi dapat memengaruhi Hasil uji organoleptik terhadap
kenampakan terasi dan lama fermentasi dapat parameter rasa pada terasi udang rebon
memengaruhi kenampakan terasi udang dengan penambahan konsentrasi garam
rebon. Lama fermentasi yang dilakukan yaitu 2% dan 8% tidak berbeda nyata dengan
30 hari. Semakin lama waktu fermentasi, nilai masing-masing 8,60 dan 8,00. Nilai ini
warna yang timbul pada terasi semakin gelap. berbeda nyata dengan terasi udang rebon

Table 2 Organoleptic of Rebon Shrimp Paste


Parameter A B C
Appearance 8.93±0.30 a
8.93±0.30 a
8.26±0.90b
Smell 8.40±0.90a 8.20±0.90a 8.00±1.00a
Taste 8.60±0.80a 8.00±1.00a 7.40±0.80b
Texture 8.93±0.30a 8.60±0.80ab 7.13±1.40b
Information: different letter in same row indicate a significant difference

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 56


JPHPI 2021, Volume 24 Nomor 1 Pengaruh perbedaan konsentrasi garam, Murti et al.

dengan penambahan konsentrasi garam dengan penambahan konsentrasi garam 2%


14% dengan nilai 7,40 (Table 2). Terasi mempunyai nilai sensori terbaik dengan
udang rebon yang dihasilkan mempunyai selang kepercayaan 8,6<µ< 8,8.
rasa spesifik terasi udang. Terasi udang
rebon dengan penambahan konsentrasi UCAPAN TERIMA KASIH
garam 14% mengalami penurunan nilai Peneliti mengucapkan terima kasih
organoleptik karena terasi mempunyai rasa kepada Universitas Diponegoro yang telah
asin akibat tingginya garam yang digunakan. membiayai penelitian ini melalui skema
Rasa yang timbul dalam terasi ditimbulkan Penguatan Komoditi Unggulan Masyarakat
karena asam-asam amino yang terbentuk tahun anggaran 2020.
selama fermentasi. Karim et al. (2014)
menyatakan bahwa konsumen menyukai DAFTAR PUSTAKA
terasi dengan rebon sebagai bahan bakunya. Akbar PP, Solichin A, Saputra SW. 2013.
Asam amino pada rebon merupakan Analisis panjang-berat dan faktor kondisi
sumber rasa gurih dari produk akhir terasi. pada udang rebon (Acetes japonicus) di
Hadiwiyoto (1993) menyatakan bahwa Perairan Cilacap, Jawa Tengah. Journal of
asam amino akan mengalami peningkatan Management of Aquatic Resources. 2(3):
selama proses fermentasi karena pemecahan 161-169.
protein, sehingga cita rasa semakin enak jika Anggo, AD, Swastawati F, Ma’aruf WF,
kandungan asam aminonya tinggi. Rianingsih L. 2014. Mutu organoleptik
dan kimiawi terasi udang rebon
Tekstur dengan kadar garam berbeda dan lama
Hasil uji organoleptik terhadap parameter fermentasi. Jurnal Pengolahan Hasil
tekstur dengan perbedaan konsentrasi garam Perikanan Indonesia. 17(1): 53-59.
diperoleh nilai rata rata tertinggi adalah [AOAC] Association of Official Analytical
konsentrasi 2% dengan nilai 8,90 dengan Chemists. 2005. Official Methods of
spesifikasi terasi kompak. Nilai rata rata Analiysis. Washington (DC): Benjamin
terendah adalah konsentrasi 14% dengan nilai Franklin Station.
7,10 dengan spesifikasi terasi padat kurang Aprodita N. 2018. Pengaruh penambahan
kompak. Tekstur terasi dapat terbentuk tepung udang rebon pada pembuatan
melalui proses penjemuran dan penumbukan, serundeng terhadap daya terima
yang akan memengaruhi nilai kadar air dan konsumen. [SKRIPSI]. Jakarta (ID):
teksturnya. Penambahan garam juga akan Universitas Negeri Jakarta.
memengaruhi tekstur karena garam mengikat Aristyan I, Ibrahim R, Rianingsih L. 2014.
air dan dapat menyebabkan tekstur terasi menjadi Pengaruh perbedaan kadar garam
kompak. Nooryantini et al. (2012) menyatakan terhadap mutu organoleptik dan
bahwa penjemuran dan penumbukan akan mikrobiologis terasi rebon (Acetes sp.).
mempengaruhi tekstur terasi. Penjemuran Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
akan memudahkan penumbukan terasi Perikanan. 3(2): 60-66.
sehingga kualitas adonan berpengaruh [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006.
terhadap tekstur terasi. Peningkatan nilai Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-
tekstur bertambah seiring lamanya fermentasi. 01-2354.2-2006. Cara uji kimia – bagian
Pembentukan tekstur dipengaruhi oleh 2: penentuan kadar air produk perikanan.
penanganan bahan sebelum fermentasi yaitu Jakarta (ID): Badan Standardisasi
tahapan penjemuran dan penumbukan. Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2016.
KESIMPULAN Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI
Penambahan konsentrasi garam 2716: 2016. Terasi Udang. Jakarta (ID):
berpengaruh terhadap karakteristik terasi Badan Standardisasi Nasional.
udang rebon yang dihasilkan. Terasi

57 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Pengaruh perbedaan konsentrasi garam, Murti et al. JPHPI 2021, Volume 24 Nomor 1

Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan garam terhadap kadar asam glutamat


Hasil Perikanan jilid 1. Yogyakarta (ID): pada bubuk bekasam ikan lele (Clarias
Liberty. batracus). Jurnal Teknologi Pangan. 3(1):
Joni LS, Erina, Abrar M. 2018. Total bakteri 110-115.
asam laktat (BAL) pada feses rusa sambar Rahmayati R, Riyadi PH, Rianingsih L. 2014.
(Cervus unicolor) di Taman Rusa Aceh Perbedaan konsentrasi garam terhadap
Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner. pembentukan warna terasi udang rebon
2(1): 77-85. (Acetes Sp.) basah. Jurnal Pengolahan dan
Karim FA, Swastawati F, Anggo AD. 2014. Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(1): 108-
Pengaruh perbedaan bahan baku 117.
terhadap kandungan asam glutamat pada Romadhon, Rianingsih L, Anggo AD. 2018.
terasi. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Aktivitas antibakteri dari beberapa
Hasil Perikanan. 3(4): 51-58. tingkatan mutu terasi udang rebon. Jurnal
Khokani K, Ram V, Bhatt J, Khatri T, Joshi Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.21
H. 2012. Spectrophotometric and (1): 68-76.
chromatographic analysis of amino acids Romawati DW, Ma’ruf WF, Romadhon.
present in leaves of Ailanthus excelsa. 2014. Pengaruh kadar garam terhadap
International Journal of ChemTech kandungan histamin, B12 dan nitrogen
Research. 4(1): 389-393. bebas terasi ikan teri (Stolephorus sp).
Kristianawati F, Ibrahim R, Rianingsih L. 2014. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Penambahan enzim yang berbeda pada Perikanan. 3 (1): 80-88.
pengolahan kecap ikan dari isi rongga Sanjaya YD, Sumardianto, Riyadi PH. 2016.
perut ikan manyung (Arius thalassinus) Pengaruh penambahan ekstrak rosella
terhadap mutu produk. Jurnal Saintek (Hibiscus sabdariffa linn.) terhadap
Perikanan. 9(2): 24-32. warna dan kualitas pada terasi udang
Ma’ruf M, Sukarti K, Purnamasari E, rebon (Acetes sp.). Jurnal Pengolahan dan
Sulistianto. 2013. Penerapan produk Bioteknologi Hasil Perikanan. 5(2): 1-9.
bersih pada pengolahan terasi skala Sumardianto, Wijayanti I, Swastawati F.
rumah tangga di Dusun Selangan Laut 2019. Karakteristik fisikokimia dan
Pesisir Bontang. Jurnal Ilmu Perikanan mikrobiologi terasi udang rebon Dengan
Tropis. 18 (2): 84-93. variasi konsentrasi gula merah. Jurnal
Majid A, Agustini TW, Rianingsih L. 2014. Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
Pengaruh perbedaan konsentrasi garam 22(2): 287-298.
terhadap mutu sensori dan kandungan Suwandi, Rohanah A, Rindang A. 2017.
senyawa volatil pada terasi ikan teri Uji komposisi bahan baku terasi
(Stolephorus sp). Jurnal Pengolahan dan menggunakan alat percetakan terasi.
Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(2): 17-24. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. 5:
Nooryantini S, Yuspihana F, Rita K. 196-201.
2012. Kualitas terasi udang dengan Thariq AS, Swastawati F, Surti T. 2014.
suplementasi Pediococcus halophilus. Pengaruh perbedaan konsentrasi garam
Jurnal Hasil Perikanan Universitas pada peda ikan kembung (Rastrelliger
Lambung Mangkurat: 12-27. negletus) terhadap kandungan asam
Putri RMS, Nurjanah, Tarman K. 2018. glutamat pemberi rasa gurih (umami).
Pendugaan umur simpan serbuk Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
minuman fungsional lintah laut Perikanan. 3(3): 104-111.
(Discodoris sp) dengan metode Ukhty N, Rozi A, Sartiwi A. 2017. Mutu
Accelerated Shelf Life Test (ASLT) model kimiawi terasi dengan formulasi udang
Arhennius. MARINADE. 1(1): 45-55. rebon (Acetes sp.) dan ikan rucah yang
Puspita DA, Agustini TW, Purnamayati L. berbeda. Jurnal Perikanan Tropis. 4(2):
2019. Pengaruh perbedaan konsentrasi 166-176.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 58


JPHPI 2021, Volume 24 Nomor 1 Pengaruh perbedaan konsentrasi garam, Murti et al.

Wenno MR, Loppies CRM. 2019. Physico- Yuliana N. 2007. Perubahan karakteristik
chemical characteristics and amino acid biokimia fermentasi tempoyak
profile of fermented sauce made from menggunakan Pediococcus acidilactici
tuna loin by-product. IOP Conf. Series: pada tiga tingkat konsentrasi gula.
Earth and Environmental Science. 370:1- Agritech. 27(2): 83-88.
7.

59 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai